Aspek Budaya Setelah Melahirkan Budaya Melayu

masyarakat diantaranya cara melaksanakan sistem pelayanan kesehatan pribadi dan pemilihan tempat pelayanan kesehatan Potter Perry, 2005. M. Leininger dalam konsep keperawatan lintas budaya menyatakan bahwa terdapat tiga kategori budaya yang memerlukan tindakan keperawatan yang berbeda. Tiga kategori tersebut antara lain : 1. culture preservation baik dan mendukung kesehatan. 2. culture accomodation tidak bertentangan dengan kesehatan. 3. culture repattering bertentangan dengan kesehatan. Budaya yang baik di masyarakat perlu di dukung dipertahankan maintenance, budaya yang tidak bertentangan di negoisasi negociation untuk mendapatkan manfaat yang lebih sehat sedangkan budaya yang bertentangan dengan kesehatan perlu di bantu dan bimbing untuk berubah dan memodifikasi gaya hidup masyarakat sehingga mendapatkan kesehatan yang memuaskan daripada sebelumnya Rohmah, 2010. Pada dasarnya, peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua praktekperilaku masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis kesehatan Fatma, 2005.

2. Aspek Budaya Setelah Melahirkan

Kelahiran dianggap peristiwa yang wajar dalam kehidupan manusia, tetapi respon masyarakat terhadap peristiwa ini bersifat budaya yang tidak selalu sama pada berbagai kelompok. Praktek budaya yang dilakukan mulai dari terbentuknya janin hingga setelah Universitas Sumatera Utara kelahirannya. Persepsi masyarakat terhadap kondisi kebanyakan wanita yang baru saja melahirkan adalah berada dalam kondisi dingin, berbeda halnya dengan saat hamil yang dianggap berada pada kondisi panas Foster Anderson, 1986, sehingga beberapa dari kelompok budaya tersebut melarang ibu yang sedang nifas untuk mandi, keramas, dan berendam karena harus melindungi diri dari yin kekuatan dingin, diet yang diperbolehkan yaitu makanan yang memberikan tubuh kehangatan seperti susu panas, air minum hangat, dan sup Bobak, 2004. Tradisi- tradisi ini bervariasi dari suatu kelompok ke kelompok lain. Berbagai pantangan itu untuk sulit diubah walau dari segi ilmiah sering terlihat tidak rasional. Menghadapi kebiasaan pantangan yang kurang mendukung tercapainya kondisi yang sehat bagi ibu maupun bayinya, dibutuhkan strategi yang tepat dan tidak menyinggung nilai baik yang terkandung didalam setiap perlakuan tersebut. Respon masyarakat yang bersifat budaya terhadap fenomena kelahiran bayi ditunjukkan sejak mulai terbentuknya janin dalam kandungan ibu hingga saat sesudah kelahirannya. Respon- respon tersebut mempunyai implikasi yang baik maupun yang buruk terhadap kesehatan bayi dan ibunya. Karena itu aspek-aspek budaya yang berkaitan dengan kelahiran bayi, sejak dari berkembangnya janin dalam kandungan ibu hingga setelah kelahirannya, merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pelayanan kesehatan bagi bayi dan ibunya. Perawat harus menyadari perbedaan kebudayaan yang kompleks yang terjadi di masyarakat dan penting untuk menvalidasi keyakinan budaya dalam upaya memperbaiki pelayanan kesehatan bagi bayi dan ibunya Swasono, 1998.

3. Budaya Melayu

Kebudayaan Melayu yang diharapkan oleh negara bisa menjadi salah satu benteng untuk menahan segala dampak dari globalisasi ternyata justru kewalahan. Tidak sedikit unsur-unsur Universitas Sumatera Utara kebudayaan Melayu yang hilang dan punah akibat globalisasi Yusuf Efendi, 2010. Contohnya dalam bidang kesehatan banyak ibu-ibu suku Melayu yang masih melakukan perawatan sesuai dengan budaya mereka walaupun hal tersebut bertentangan dengan ilmu kesehatan. Mereka masih berpegang pada kebiasaan atau perilaku yang mereka dapatkan dari orang tua mereka secara temurun, misalnya nilai-nilai yang mendasari praktek budaya dalam suku Melayu adalah adanya pantangan perilaku seperti pantangan keluar rumah selama 40 hari, perilaku yang khusus dilakukan seperti keramas setiap hari selama seminggu dan memakai pilis. Kemudian adanya pantangan makanan yang sangat bertentangan dengan kesehatan seperti larangan mengkonsumsi sayuran seperti kangkung, genjer, ikan, daging, nangka, dan es. Sayuran licin seperti kangkung dan genjer menurut suku Melayu dapat mengakibatkan vagina menjadi licin. Lain halnya dengan ikan dan daging, menurut mereka makanan tersebut dapat menyebabkan perdarahan. Selain itu suku Melayu juga mengkonsumsi ramuan tradisional seperti pati jahe, kunyit dan kencur yang berfungsi untuk menghangatkan tubuh dan membuat tubuh menjadi sehat. Dalam suku Melayu seorang ibu yang berada dalam masa nifas dilarang untuk banyak bergerak apalagi bekerja. Hal ini dikarenakan seorang ibu dalam masa ini butuh istirahat yang cukup untuk memulihkan kondisinya kembali. Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian