commit to user 57
D. Pembahasan
1. Karakteristik Responden Hasil analisis data pada penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berusia 20 – 25 tahun yaitu sebanyak 24 orang 46,2. Latipun 2003 berpendapat bahwa umur itu mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin
dewasa usia maka tingkat kemampuan dan kematangan dalam berpikir dan menerima informasi lebih baik jika dibandingkan dengan usia yang masih muda
atau belum dewasa. Pada usia tersebut memudahkan seseorang menerima ilmu atau pengetahuan dengan lebih baik. Apalagi ditunjang dengan tingkat pendidikan
responden yang sebagian besar responden mempunyai pendidikan sampai tingkat SMP atau sederajat yaitu sebanyak 24 orang 46,2.
Menurut Soekanto 2002, salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses belajar
yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang terhadap
individu, kelompok atau masyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada tesis Murdjati yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan ibu lulusan
SMPSMA meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar sebesar 1,4 kali dibanding tingkat pendidikan SDtidak sekolah. Maka bagi peneliti tingkat pendidikan ibu
yang sebagian besar lulusan SMP atau sederajat, berpengaruh pula pada peningkatan pengetahuan dan sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar
pada bayi mereka.
commit to user 58
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa pada kebanyakan responden baru memiliki 1 orang anak yaitu sebanyak 31 orang 59,6.
Sebenarnya menurut hasil penelitian Murdjati menyebutkan bahwa jumlah anak lebih besar dari 2 anak tidak mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar
dibanding dengan yang mempunyai anak kurang dari atau sama dengan 2 anak. Sehingga menurut peneliti banyaknya anak tidak mempengaruhi kelengkapan
imunisasi dasar. Tapi menurut peneliti hal ini masih perlu dibuktikan dengan penelitian yang lebih mendalam.
2. Pengaruh penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap.
Hasil analisis data sesuai Tabel 4.18 didapatkan nilai rata-rata pengetahuan kelompok treatment sebesar 16,73 sedangkan yang tidak mendapatkan perlakuan
nilai rata-rata sebesar 10.69 dan untuk nilai t sebesar 5.387 dengan signifikansi 0,000 a = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara pengetahuan responden yang mendapatkan Penyuluhan imunisasi dengan yang tidak mendapatkan penyuluhan, atau dapat juga dikatakan
bahwa penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap.
Begitu juga pada Tabel 4.19 pada hasil analisis pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Sikap pada kelompok Treatment sebesar 61,81 sedangkan yang tidak mendapatkan perlakuan nilai rata rata yang diperoleh sebesar 54,54 dan untuk
nilai t test sebesar 7,464 dengan signifikansi 0,000 a = 0,05. Yang berarti ada
commit to user 59
perbedaan yang signifikan antara sikap ibu tentang Imunisasi Dasar yang mendapat penyuluhan dengan yang tidak mendapatkan penyuluhan, atau dapat
juga dikatakan bahwa penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap
menjadi lebih baik. Pengetahuan merupakan hasil tahu, hal ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek, individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalamannya memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang
terhadap suatu obyek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap obyek yang bersangkutan. Hal ini dapat diartikan bahwa sikap yang positif maupun sikap
negatif terbentuk dari komponen pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang didapat akan semakin positif sikap yang terbentuk Walgito, 2003.
Newcomb dalam Soekidjo Notoatmodjo 2007 berpendapat bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang over behavior. Dari pengalaman dan penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar lengkap adalah hasil tahu Ibu tentang apa saja jenis imunisasi serta manfaatnya bagi bayi usia 1 tahun. Hal ini
penting karena diharapkan para ibu tidak hanya sekedar datang menimbangkan
commit to user 60
bayinya dan mau memberikan bayinya untuk diimunisasi, tapi juga mengetahui manfaat apa saja yang didapat bila anak diberi imunisasi dasar lengkap.
Menurut Irmayati 2007 salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah karena kekurangan informasi. Pemberian informasi melalui
pendidikan dan pelatihan akan meningkatkan pengetahuan, selanjutnya akan menimbulkan kesadaran dan akhirnya seseorang akan melakukan praktek sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki, meskipun memerlukan waktu yang lama. Sebelum seseorang mengadopsi praktek, ia harus terlebih dahulu tahu apa arti dan
manfaat praktek tersebut bagi dirinya dan orang lain, dalam hal ini bayi yang mendapat imunisasi. Setelah seseorang mengetahui, selanjutnya akan menilai atau
bersikap. Secara teori perubahan praktek atau mengadopsi praktek baru itu mengikuti proses perubahan : pengetahuan, sikap dan praktek. Pengalaman dan
penelitian juga membuktikan bahwa praktek yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada praktek yang tidak didasari oleh pengetahuan. Azwar
2008 mengatakan bahwa sikap mempengaruhi praktek lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas yang
berarti bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia
melakukannya. Hal ini terlihat pada praktek yang dilakukan oleh para ibu bayi dengan
rutin menimbangkan bayinya di puskesmas atau posyandu yang hasilnya sebesar 100. Praktek tersebut didasari oleh adanya pengetahuan yang diperoleh ibu bayi
melalui pemberian informasi mengenai imunisasi dasar lengkap dari petugas
commit to user 61
kesehatan sebesar 84,6, meskipun pemberian informasi tersebut diberikan secara berkala atau tidak secara rutin, selain itu informasi juga bisa didapat dari
bukumajalahkoran sebesar 7,7 maupun bisa melalui TVradiointernet sebesar 7,7.
Oleh sebab
itu, sebagai
tenaga kesehatan
khususnya dokter
keluargapraktisi kesehatan, yang berhubungan langsung dengan ibu bayi maupun balitanya yang ada di masyarakat harus memberikan informasi yang cukup
khususnya tentang imunisasi dasar lengkap, baik jenis dan manfaatnya maupun kemungkinan reaksi yang ditimbulkan pada tubuh bayi. Diharapkan dengan
adanya informasi yang cukup jelas maka ibu bayi bisa tahu pentingnya pemberian imunisasi dasar lengkap dan bersikap positif mendukung program imunisasi,
sehingga ke depannya hasil yang dicapai pada program imunisasi tersebut bisa meningkatkan angka cakupan imunisasi menjadi lebih tinggi, sekaligus bisa
mencegah timbulnya Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi PD3I. Pada hasil penelitian di atas ternyata juga menunjukkan bahwa bayi
responden pada kelompok treatment maupun kelompok kontrol telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap tepat waktu sebanyak 98,1. Apabila di
cross-ceck dengan hasil nilai rendah yang didapat pada kelompok kontrol ternyata responden sebenarnya kurang mengerti manfaat secara menyeluruh pemberian
imunisasi dasar lengkap pada bayi. Sehingga kesimpulan peneliti adalah para ibu bayi mau datang menimbangkan bayinya secara rutin, bahkan merelakan bayinya
mendapatkan imunisasi dasar lengkap tepat waktu, bukan karena pengetahuan yang mereka dapat tapi karena kebanyakan ibu bayi mau melakukannya, sebagai
commit to user 62
ajang berkumpul para ibu terlebih ada rangsangan pemberian makanan tambahan untuk anak mereka, meskipun disisi lain ada kekuatiran responden saat bayinya
diberi imunisasi DPT timbul panas pada tubuh bayi sebesar 46,2. Hal ini mungkin bisa jadi perhatian bagi peneliti berikutnya, untuk melakukan penelitian
lebih mendalam lagi perihal motivasi ibu bayi mau membawa anaknya ke PosyanduPuskesmas secara rutin untuk di timbang maupun diberi imunisasi dasar
secara lengkap.
E. Keterbatasan Penelitian