Kesimpulan MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PESERTA DIDIK BERKESULITAN BELAJAR (LEARNING DIFFICULTIES) DI SEKOLAH DASAR REGULER.

Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini dikemukakan tiga bagian pokok, yaitu kesimpulan, implikasi dan rekomendasi penelitian.

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian maka tujuan penelitian dalam studi ini sudah dapat diperoleh yaitu ditemukannya model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik berkesulitan beajar di sekolah dasar reguler. Sebagai kesimpulan umum dapat dikemukakan berdasarkan studi ini adalah model pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik berkesulitan belajar di sekolah dasar reguler. Secara spesifik beberapa kesimpulan dapat dikemukakan sebagai berikut : Pertama kesimpulan berdasarkan studi pendahuluan Pembelajaran yang dikembangkan pada sekolah yang mengampuh peserta didik berkesulitan belajar membaca belum memadai, karena tidak dirumuskannya rencana pembelajaran yang dapat melayani keberagaman peserta didik serta berdampak terhadap implementasi serta evaluasi yang ditegakkan guru dan berpengaruh langsung pada terpuruknya hasil belajar peserta didik berkesulitan belajar. Pembelajaran membaca atau pokok bahasan membaca merupakan pokok pelajaran yang dianggap mudah dan sederhana, sehingga tidak memerlukan 254 Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perencanaan secara khusus, semua bahan pelajaran sudah tersedia pada buku paket dan buku lembar kerja peserta didik yang dapat dibeli dari toko buku atau disediakan pihak sekolah. Kesederhanaan tersebut tercermin dari pembelajaran membaca identik dengan peserta didik melakukan aktivitas membaca kemudian mengerjakan soal-soal latihan. Peserta didik berkesulitan belajar mendapatkan pendekatan pembelajaran, materi atau sistem evaluasi yang sama dengan peserta didik lainnya dalam artian belum dikembangkannya pembelajaran membaca secara khusus yang dapat mengembangkan kemampuan membaca peserta didik ber kesulitan belajar. Pembelajaran membaca sangat mengandalkan buku pelajaran yaitu buku pegangan guru dan buku pegangan peserta didik, lalu membaca bersama-sama atau membaca senyap, kemudian diselesaikan dengan latihan-latihan. Selain itu guru menggunakan daya intuisinya dengan cukup besar dalam interaksi pembelajaran khususnya dalam mengembangkan kemampuan membaca peserta didik tidak terkecuali peserta didik berkesulitan belajar children with learning difficulties. Bilamana terdapat kata-kata yang sulit bagi peserta didik, maka guru akan segera memberitahu artinya. Disini belum ditemukan bagaimana guru memfasilitasi peserta didik untuk mencari pemecahan masalah bahasa atau kata yang tidak diketahui. Selain itu adanya pengecilan terhadap kemampuan peserta didik berkesulitan belajar yang tercermin dari pandangan terhadap peserta didik lebih difokuskan pada ketidakmampuannya. 255 Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Studi ini menyimpulkan pula bahwa banyak guru belum siap untuk melakukan adaptasi pembelajaran untuk peserta didik berkesulitan belajar, dengan argumen bahwa mereka dapat mengadaptasi materi atau instruksional tetapi mereka tidak punya cukup waktu. Ditemukan sebagian besar guru melihat diri mereka hanya sebagai penyampai materi hal ini tercermin dari cara mereka mengajar dan materi yang dirumuskan. Waktu yang digunakan dalam mengajar banyak digunakan untuk ceramah, demonstrasi dari guru, sedangkan peserta didik terbagi-bagi ada kelompok sebagai pendengar, dan sekelompok kecil merespon secara aktif, dan kelompok kecil lainnya yang kehilangan arah kelihatan mendengar tidak, memperhatikanpun tidak, mereka asik bermain sendiri atau duduk berdiam diri, dan sebagian lagi peserta didik berkesulitan belajar mendapat bimbingan dari guru pendamping khusus shadow teacher yang dikirim orang tua. Pendekatan pembelajaran masih bersifat klasikal atau pendekatan tunggal dan belum menyentuh keberagaman peserta didik. Dengan kondisi demikian besar peluang bagi peserta didik kesulitan belajar membaca untuk tertinggal jauh dari teman sekelasnya. Pembelajaran membaca masih didasari intuisi dan pengetahuan guru sehingga belum dapat membelajarkan peserta didik sebagaimana mestinya, sedangkan pemilihan materi pembelajaran tidak direncanakan dan dirumuskan secara sistematik. Jenis dan tingkat kesulitan materi readability tidak disesuaikan dengan kemampuan peserta didik demikian pula cara penilaian yang digunakan. Peserta didik kesulitan belajar mendapat cara penilaian yang sama baik materi, waktu, tehnik serta jumlahnya dengan peserta didik lainnya. 256 Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Peserta didik berkesulitan belajar membaca pada peserta didik umumnya disertai dengan kesulitan penyerta lainnya yaitu hambatan menulis, syndrome autistik, gangguan pemusatan perhatian dan prilaku, lambat belajar, serta ganguan komunikasi verbal. Kesimpulan kedua, berkenaan dengan gagasan model pembelajaran untuk mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik berkesulitan belajar yaitu model pembelajaran berdiferensiasi untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik berkesulitan belajar learning difficulties di sekolah dasar reguler. Model pembelajaran berdiferensiasi terdiri sosok model pembelajaran dan pedoman penyususnsn, pelaksanaan. Pedoman penyusunan pelaksanaan model pembelajaran berdiferensiasi terdiri dari asesmen, pengelompokan fleksibel kemampuan peserta didik, penyelarasan kurikulum dan kebutuhan belajar, adaptasi konten dan proses, serta evaluasi. Sedangkan sintaksis model proses terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir. Kegiatan awal mengusung menciptakan kondisi psikologis kelas yang nyaman, kemudian upaya pengembangan skema peserta didik melalui tahap prior knowledge, dan dilanjutkan dengan mengkomunikasikan tujuan pembelajaran. Tahap inti dari model pembelajaran berisikan presentasi, untuk peserta didik katagori unggul melalui skimming, skipping, elaborasi, klarifikasi, untuk peserta didik rata-rata melalui scanning, elaborasi, klarifikasi, sedang peserta didik berkesulitan belajar melalui penggalian priming, membangun latar belakang, elaborasi, dan klarifikasi. Tahap akhir yaitu upaya memperkuat skema baru yang diperoleh peserta didik dengan 257 Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu penguatan organisasi kognitif, review keterampilan baru dilakukan sebagai penutup proses kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran berdiferensiasi yang digagas membutuhkan dua orang guru yang akan mengampuh dan mengajar secara berkolaborasi mulai dari persiapan, penyusunan rencana. Pelaksanaan pembelajaran sampai evaluasi. Adapun pedoman penyusunan dan implementasi model pembelajaran berdiferensiasi untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik berkesulitan belajar di sekolah reguler sebagai berikut; 1. Pedoman penyusunan dan implementasi pembelajaran berdiferensiasi untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik dengan kesulitan beajar di sekolah dasar reguler. Penyusunan dan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi dilalui dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1 Asesmen: asesmen merupakan komponen pokok yang tidak dapat ditinggalkan dari model ini. Asesmen dilakukan untuk mendapatkan informasi akurat kesiapan belajar peserta didik. Asesmen dapat dilakukan dengan menggunakan asesmen formal atau asesmen nonformal yang dirumuskan guru atau menggunakan multiple asesmen. 2 Pemetaan atau pengelompokkan fleksibel. Pengelompokan kompetensi atau pemetaan dilakukan secara fleksibel diperoleh berdasarkan hasil asesmen. Pengelompokan peserta didik melahirkan kelompok unggul Advanced reading group atau kelompok A, Kelompok B yaitu kelompok kemampuan membaca rata-rata Middle reading group dan kelompok C yaitu kelompok 258 Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu unik atau lower performing reading group dimana di dalannya peserta didik lambat belajar dan peserta didik berkesulitan belajar. 3 Penyelarasan kebutuhan belajar peserta didik dengan kurikulum yang berlaku atau dengan kompetensi-kompetensi yang ditegakkan standar isi. Kurikulum yang digunakan sesuai dengan tahapan kurikulum yang berlaku tetapi bagi peserta didik dengan kesulitan belajar dan unggul perlu diadaptasi. 4 Mengadaptasi konten atau materi. Materi perlu disiapkan untuk menyelaraskan dengan kemampuan peserta didik. Adapun materi yang dipilih yang disesuaikan dengan kesiapan masing-masing kelompok kompetensi peserta didik. Materi pokok pada awalnya sama yaitu membaca wacana dengan kategori sedang terdiri dari 150-250 kata, setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata sesuai keterbacaan wacana kelas 4 Wahjawidodo,1985. Kelompok unggul akan mendapat pula materi pengayaan, kelompok unik mendapat materi koreksi atau supplemen. 5 Proses. Proses merupakan kegiatan diferensiasi pembelajaran dengan mendayagunakan berbagai metoda, tehnik yang disesuaikan dengan keperluan peserta didik untuk mendukung pembelajaran. Adapun metoda yang digunakan scanning, skipping, skimming, tehnik cloze, tanyajawab, diskusi kelompok modeling, dan primming , Sedangkan pendekatan dilakukan secara kelompok, individual, berpasangan. 6 Evaluasi: Sesuai tujuan evaluasi tidak hanya untuk mengetahui ketercapaian dari materi yang telah dibentangkan, tetapi evaluasi dijadikan sebagai salah satu upaya untuk perluasan pembelajaran. Tehnik yang digunakan dalam 259 Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu evaluasi disesuaikan dengan kondisi peserta didik, dalam artian cara mengkomunikasikan evaluasi tidak sama, apabila peserta didik dengan kesulitan belajar juga disabilitas menulis maka tehnik yang digunakan untuk mengetahui perolehan peserta didik dalam belajar membaca diadaptasi dengan cara lisan. Demikian pula peserta didik dengan lambat belajar akan mendapat waktu tambahan untuk mengerjakan soal-soal evaluasi. Adapun gambaran pedoman penyusunan dan implementasi pembelajaran berdiferensiasi divisualisasikan pada lampiran 11. 2. Model pembelajaran berdiferensiasi meliputi 1 Sasaran. Sasaran model ini adalah peningkatan kemampuan membaca. 2 Indikator : Menemukan ciri-ciri teks esay, menemukan kalimat utama tiap paragraf, menyampaikan pokok pikiran bahan bacaan, menyampaikan isi bacaan, merangkum isi bacaan, menentukan masalah yang terdapat pada bacaan, mendiskusikan masalah dalam teks bacaan, mengidentifikasi pelaku peristiwa pada bahan bacaan. 3 Materi Pokok : materi yang didesain dari model pembelajaran berdiferensiasi terdiri dari baberapa kategori yaitu a Materi ajar atau wacana yang sesuai dengan kurikulum berlaku sebagai wacana pokok, walau demikian wacana tetap dipilih atau disesuaikan dengan readability kelas 4. Wacana katagori sedang terdiri dari 150 – 250 kata. Setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata. b wacana koreksi yaitu wacana yang lebih sederhana sebagai wacana latihan bagi peserta didik yang membutuhkan dengan jumlah paragraf yang lebih sedikit dan letak pokok pikiran ada 260 Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu pada kalimat utama. c Wacana pengayaan: wacana ini disiapkan untuk menantang peserta didik unggul sebagai pengayaan. Adapun jenis wacana lebih komplek, letak pokok pikiran tidak selalu pada kalimat utama, jumlah paragraf lebih banyak daripada materi pokok. 4 Model Pembelajaran : Model pembelajaran berdiferensiasi yaitu model pembelajaran yang dikemas berdasarkan kesiapan readiness belajar peserta didik. Kesiapan peserta didik diperoleh dari aktivitas asesmen. 5 Metoda: Metoda yang digunakan membaca layap skimming, membaca lompat skipping, membaca memidai scanning, modeling, tanya jawab, dan tehnik cloze, peerteaching, diskusi kelompok. 6 Media: Media merupakan segala sesuatu yang berkaitan untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Media yang digunakan yaitu, kartu kata, kartu pyramid, kertas tempel, stabilo, kamus bahasa Indonesia dan kamus populer serta gambar-gambar. 7 Sumber: Sumber utama yang digunakan sesuai dengan KTSP 2006 yaitu kurikulum yang berlaku sekarang ini di sekolah dasar serta beberapa sumber yang disesuaikan dengan keberagaman kemampuan peserta didik baik tingkat kedalamannya maupun keluasannya. 8 Penilaian : Penilaian yang ditegakkan adalah Penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran baik berupa tulisan, lisan maupun perbuatan atu berupa portofolio atau lembar kerja peserta didik LKS 9 Implementasi. Impelementasi pembelajaran berdiferensiasi dibentangkan dengan sintaksis sebagai berikut: 261 Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu a. Tahap pra pembelajaran terdiri dari pengelompokan heterogen yang bersifat fleksibel, berdoa, mengabsen kehadiran peserta didik b. Tahap kegiatan Awal : Meliputi pengondisian atmosfir kelas, prior knowledge, memotivasi peserta didik, mengkomunikasikan tujuan c. Tahap kegiatan inti : Presentasi bersifat klasikal. Kelompok A Skimmingskipping, elaborasi, klarifikasi. Kelompok B scanning pengembangan insight, elaborasi, klarifikasi. Kelompok C. Koneksi tambahan berupa priming, membangun latar belakang, elaborasi, klarifikasi. d. Tahap kegiatan akhir : Penguatan Kognitif. Review pengetahuan baru Adapun Model final pembelajaran berdiferensiasi untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik berkesulitan belajar di sekolah dasar reguler pada format sebagai berikut: A. Sasaran : Kompetensi membaca pemahaman B. Indikator : Berdiferensiasi Pemetaan Kompetensi C. Materi Pokok : Bahan bacaan kelas 4 SD semester genap dan adaptasi materi bacaan kelas 4 SD D. Model : Pembelajaran Berdiferensiasi E. Metoda : Baca layap skimming, baca lompat skipping, baca memindai scanning, modeling, tanya jawab, tehnik cloze F. Media : Kartu kata, kartu pyramid, kertas tempel, stabilo, kamus bahasa Indonesia, kamus ilmiah popular, gambar- gambar G. Sumber : Materi sesuai dengan kurikulum berlaku yaitu KTSP 2006, Adaptasi keluasan dan kedalaman materi bacaan yang disesuaikan dengan keberagaman kemampuan membaca pada peserta didik H.Penilaian : Proses dan hasil pengamatan, perbuatan, lisan, tulisan, porto folio 262 Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Implementasi Tahap Awal Inti Akhir Sintaksis 1. a. Pengondisian atmosfir kelas b. Memunculkan priorknowledge c. Memotivasi d. Mengkomunikasikan tujuan e. Membangun latar belakang 2. f. Skipping, g.elaborasi, h. klarifikasi 3. i. skimming, j. elaborasi, k. klarifikasi 4. l. scanning, m. Elaborasi, n. klarifikasi 5. o. priming, p. building background q. elaborasi, r. klarifikasi 6. s. Memperkuat organisasi kognitif t. demontrasi pengetahuan yang telah dibangun u. review keterampilan baru Kelompok A 1 2 3 6 B 1 3 4 6 C 1 4 5 6 D 1 5 6 Evaluasi Evaluasi tidak selalu dilaksanakan pada akhir pembelajaran tetapi dilakukan pula pada proses pembelajaran Kesimpulan ketiga. Efektivitas Model pembelajaran berdiferensiasi terhadap kemampuan membaca peserta didik berkesulitan belajar. Berdasarkan hasil pengujian terbukti bahwa model pembelajaran berdiferensiasi memiliki efek yang signifikan terhadap variabel kemampuan membaca peserta didik berkesulitan belajar khususnya, dan semua peserta didik pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari selisih skor yang cukup signifikan antara pre tes dan postest, sebelum dan sesudah peserta didik mengikuti pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi kalimat utama, menentukan pokok pikiran pada paragraf dan atau wacana serta kemampuan memahami isi bacaan. Di sisi lain dapat pula 263 Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu disimpulkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan kemampuan meringkas, mengarang pada peserta didik kategori unggul. Secara umum dapat dikemukakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi efektif untuk menggali dan mengembangkan kemampuan kosakata, kalimat yang pada akhirnya mampu memahami apa yang dibaca serta mengembangkan kreatifitas dalam mengolah kalimat atau kata-kata, kemudian pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam kelas pembelajaran. Kesimpulan keempat. Faktor pendukung dan penghambat penerapan model pembelajaran berdiferensiasi. Sebagaimana dikemukakan pada bagian kajian terdahulu dari studi ini, pembelajaran yang dibentangkan di lapangan tidak bersandar pada kesiapan peserta didik, wacana yang digunakanpun belum diperhitungkan keterbacaannya, pendekatan pembelajaran secara kelasikal. Hal ini pula yang menjadi kendala peserta didik untuk maju dan dibelajarkan. Dengan memperhatikan kesiapan peserta didik masing-masing, mengkaji dan memperhitungkan keterbacaan readability bahan ajar, menyelaraskan bahan ajar dengan stategi yang digunakan dalam komunikasikan pelajaran maka semua peserta didik akan dapat mencapai keberhasilan atau sukses bersama. Secara instrumental tetapi cukup mendasar berkaiatan dengan bahasa instruksional yang digunakan guru baik dalam menjelaskan maupun dalam memberikan contoh-contoh dalam menggali dan mengembangkan skema peserta didik sangat mendukung atau menghambat peserta didik meningkatkan 264 Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu kemampuan belajar. Faktor dukungan lainnya dari keterterapan model ini berupa motivasi, kegigihan guru untuk mengembangkan pemahaman tehadap arti dan makna pembelajaran sebenarnya. Berdasarkan uji coba model baik secara terbatas, skala luas dan uji efektifitas pembelajaran berdiferensiasi akan dapat diterapkan dengan maksimal bila didukung oleh beberapa komponen yaitu: a. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran Model pembelajaran berdiferensiasi menuntut kemampuan dan kreativitas guru dalam memgembangkan pembelajaran, mulai dari sebelum pembelajaran dibentangkan, penyajian pembelajaran sampai evaluasi dan tidak lanjut. Pada pembelajaran berdiferensiasi guru ditagih memiliki kemampuan mengasesmen baik asesmen yang dilakukan sebelum pembelajaran, asesmen kilat pada proses pembelajaran sehingga guru dapat mempertahankan task on peserta didik dalam belajar, kemampuan mengadaptasi bahan ajar, menggunakan berbagai metoda dan steretegi serta mendaya gunakan waktu transisi yang ada dalam pembelajaran. Selain itu faktor pendukung berkaitan dengan motivasi, kepedulian, serta improvisasi guru dalam mengembangkan kelas pembelajaran. b. Faktor pendidikan dan latar belakang guru. Faktor pendidikan, pengalaman serta latar belakang guru memberikan kontribusi serta dukungan yang sangat memadai dalam membelajarkan peserta didik. Dengan memahami ilmu mengajar dan perkembangan peserta didik, guru dapat mengkomunikasaiakan pengetahuan dengan baik, sebaliknya 265 Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu dengan latar belakang pendidikan yang tinggi tetapi tidak disertai ilmu mengajar akan menghambat sewaktu interaksi pembelajaran dibentangkan. c. Faktor kebijakan yang ditegakkan sekolah, guru kelas serta Dinas pendidikan terkait atau yayasan bagi sekolah swasta memberikan dukungan atau dapat pula hambatan untuk mengembangakan pembelajaran yang berdiferensiasi. Penentukan KKM yang ditegakkan guru selama ini kurang berpihak peserta didik kesulitan belajar. KKM ditentukan dari ketercapaian sejumlah materi yang ditentukan berdasarkan standarisasi ketercapaian bahan ajar, tanpa dimodifikasi atau diselaraskan dengan kesiapan belajar peserta didik. Dengan sistem demikian maka peserta didik dengan kesulitan belajar tidak akan pernah berhasil dalam belajar karena tidak dapat mencapai KKM, karena itu dibutuhkan KKM yang fleksibel. d. Disisi lain faktor penghambat yaitu menstereotype peserta didik berkesulitan belajar serta menegakkan pembelajaran berdasarkan pada apa yang peserta didik tidak bisa lakukan, maka peserta didik berkesulitan belajar selalu akrab dengan remedial-remedial, hal demikian juga sulit mengharapkan rapor yang menekankan pada hal-hal yang tidak bisa dilakukan peserta didik. e. Pembelajaran yang selalu didominasi guru yang tidak memberikan ruang pada peserta didik untuk menggunakan bahasanya sendiri atau bekerjasama juga merupakan hambatan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu contoh dibutuhkan waktu tambahan bagi peserta didik dengan kesulitan belajar atau yang lambat belajar untuk mencerna dan menginternalisasikan informasi- 266 Juhanaini, 2012 Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Berkesulitan Belajar Learning Difficulties Di Sekolah Dasar Reguler Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu informasi, maka dari itu dalam menegakkan pembelajaran berdiferensiasi selain adaptasi materi dan pendekatan juga dibutuhkan adaptasi waktu. f. Kelas yang telalu besar. Jumlah rombongan belajar lebih dari 30 orang pada kelas cukup menguras energi guru memberikan pembelajaran yang dapat memberikan dampak pada kualitas pembelajaran yang ditegakkan. g. Dukungan media. Media yang relevan akan membantu menjembatani pemahaman peserta didik dalam membaca. Dalam artian media tidak selalu dengan kategori bertehnologi tinggi, tetapi dengan media yang sederhana, murah, mudah ditemukan seperti kartu kata, gambar-gambar yang digunkan cukup membantu mendekatkan peserta didik pada apa yang akan dipahami, juga meningkatkan antusias peserta didik dalam belajar. h. Faktor kepribadian guru. Studi ini menunjukan selama model pembelajaran berdiferensaiasi dibentangkan guru yang humoris, tidak tergesa-gesa, nada suara yang tidak tersentak-sentak, penggunaan kalimat yang tidak terlalu panjang lebih dapat mendukung kegiatan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelas baik secara individual maupun kelompok.

B. Implikasi