Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan Kemampuan Berbicara Peserta Didik: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

(1)

PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN

PERCAYA DIRI DAN KEMAMPUAN BERBICARA

PESERTA DIDIK

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri Rancabolang 1

Kecamatan Rancasari Kota Bandung)

Oleh

Mochammad Ali Rajai S.Pd UPI Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana

© Mochammad Ali Rajai 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(2)

PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DAN KEMAMPUAN BERBICARA

PESERTA DIDIK

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri Rancabolang 1 Kecamatan Rancasari Kota Bandung)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister pendidikan program studi pendidikan dasar

Oleh

Mochammad Ali Rajai 130 8124

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(3)

MOCHAMMAD ALI RAJAI

PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DAN KEMAMPUAN BERBICARA

PESERTA DIDIK

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri Rancabolang 1 Kecamatan Rancasari Kota Bandung)

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing,

Dr. Hj. Vismaia S. Damaianti, M.Pd. NIP. 19670415 19920320010

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

Dr.Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd. NIP. 19651001 1998022001


(4)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Mochammad Ali Rajai (2015) “Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar).

Pembelajaran yang masih bersifat pemindahan isi melatarbelakangi rendahnya kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik dalam pembelajaran bahasa indonesia. Hal ini mengakibatkan bahasa indonesia menjadi mata pelajaran yang dipandang sebelah mata. Oelh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kendala dan kesulitan peserta didik dan guru dalam pembelajaran, mengetahui rancangan pembelajaran dan rancangan perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran nondirective, serta mengetahui peningkatan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik dan hasil belajar peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran nondirective untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian peserta didik kelas IV Sekolah Dasar Negeri Rancabolang Kota Bandung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja atau performance dan tes otentik berupa lembar kerja peserta didik. Data hasil penelitian disajikan dari hasil prasiklus, siklus I dan siklus II secara deskriptif. Dari deskripsi tersebut dapat dilihat peningkatan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik serta hasil belajar peserta didik dari mulai prasiklus, siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil analisis data ditarik kesimpulan bahwa kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik meningkat setelah menerapkan pembelajaran berbasis model nondirective. Kata kunci: Model nondirective, kemampuan berbicara, kepercayaan diri


(5)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Mochammad Ali Rajai (2015) "Based Learning Model to Enhance Confidence nondirective and Speech of Students" (Classroom Action Research in Primary Schools Class IV).

Learning is still behind the transfer of the contents of the low ability to speak and confidence of learners in learning Indonesian. This resulted in the Indonesian be subject underestimated. Oelh Therefore, this study was conducted to determine the constraints and difficulties of students and teachers in learning, knowing the draft learning and instructional design improvements with nondirective learning models, as well as knowing the increase in the power of speech and confidence of learners and learning outcomes of students after executing nondirective teaching learning model to improve speaking skills and confidence of learners. Research carried out an action research with the research subjects of fourth grade students of State Elementary School Rancabolang Bandung. The instrument used in this study is a test of performance or performance and test an authentic form of worksheets learners. Data were presented from the results prasiklus, the first cycle and second cycle descriptively. From the description it can be seen an increase in the ability to speak and the confidence of learners and learning outcomes of students from the start prasiklus, cycle I and cycle II. Based on the analysis of data drawn the conclusion that the ability to speak and the confidence of learners increased after implementing the model-based learning nondirective.


(6)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Tesis ... 8

BAB II LANDASAN TEORETIS ... 9

A. Belajar dan Pembelajaran ... 9

1. Pengertian Belajar ... 9

2. Pembelajaran ... 10

B. Model Nondirective ... 11

1. Model pembelajaran Nondirective ... 13

2. Langkah-langkah pembelajaran Nondirective ... 15

C. Berbicara ... 16

1. Pengertian Berbicara ... 16

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berbicara ... 17

3. Tujuan Berbicara ... 18


(7)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian Percaya Diri ... 18

2. Proses terbentuknya Rasa Percaya Diri ... 20

3. Ciri-ciri Percaya Diri ... 21

E. Hubungan Model nondirective dengan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri ... 25

1. Hubungan Model nondirective dengan kemampuan berbicara ... 25

2. Hubungan Model nondirective dengan kepercayaan diri ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28

A. Metode Penelitian... 28

B. Latar Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 29

C. Variabel yang diteliti ... 30

D. Rencana tindakan ... 30

1. Siklus 1 ... 30

2. Siklus 2 ... 32

E. Data dan cara pengumpulannya ... 33

1. Tes ... 34

2. Observasi ... 35

3. Wawancara ... 36

4. Dokumentasi ... 36

5. Instrumen Penelitian ... 36

6. Analisis Data ... 37

7. Indikator Kinerja ... 39

8. Hasil observasi ... 46

9. Ketuntasan ... 46

F. Tim Peneliti dan tugasnya ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Awal (Prasiklus) ... 47

B. Gambaran pelaksanaan model pembelajaran nondirective untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik ... 56

1. Siklus 1 Tindakan 1 ... 56


(8)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Gambaran Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus 2 ... 131

1. Siklus 2 Tindakan 1 ... 131

2. Siklus 2 Tindakan 2 ... 143

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 192

1. Analisis hasil tes ... 193

2. Analisis hasil observasi ... 195

3. Analisis hasil wawancara ... 199

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 204

1. Simpulan ... 204

2. Rekomendasi ... 206

DAFTAR PUSTAKA ... 207 LAMPIRAN


(9)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 34

Tabel 3.2. Kisi-kisi soal ... 37

Tabel 3.3. Kriteria Nilai Peserta didik ... 39

Tabe1 3.4. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berbicara ... 40

Tabe1 3.5. Rubrik penilaian kemampuan berbicara... 41

Tabel 3.6. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara ... 42

Tabel 3.7. Kisi-Kisi Instrumen Percaya Diri ... 43

Tabel 3.8. Rubrik penilaian Percaya Diri ... 44

Tabel 3.9. Lembar Penilaian Sikap Percaya Diri ... 45

Tabel 4.1. Lembar Kerja Peserta Didik Tahap Prasiklus ... 47

Tabel 4.2. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara Tahap Prasiklus ... 48

Tabel 4.3. Lembar Penilaian Kepercayaan Diri Tahap Prasiklus ... 52

Tabel 4.4. Jadwal Penelitian Siklus I ... 58

Tabel 4.5. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara Siklus I Tindakan 1 ... 70

Tabel 4.6. Lembar Penilaian Kepercayaan Diri Siklus I Tindakan 1 ... 72

Tabel 4.7. Lembar kerja kelompok ... 84

Tabel 4.8. Lembar Penilaian Berbicara Siklus I Tindakan 2 ... 87

Tabel 4.9. Lembar Penilaian Kepercayaan Diri Siklus I Tindakan 2 ... 89

Tabel 4.10. Jadwal Penelitian Siklus II ... 134

Tabel 4.11. Lembar kerja kelompok Siklus II tindakan 1 ... 136

Tabel 4.12. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara Siklus II Tindakan 1 ... 139

Tabel 4.13. Lembar Penilaian Kepercayaan Diri Siklus II Tindakan 1 ... 141

Tabel 4.14. Lembar Kerja Peserta Didik Siklus II tindakan 2 ... 147


(10)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.16. Lembar Penilaian Kepercayaan Diri Siklus II Tindakan 2 ... 152 Tabel 4.17. Peningkatan kemampuan berbicara peserta didik kategori cukup baik,

baik, dan baik sekali setiap siklus ... 196 Tabel 4.18. Peningkatan kepercayaan diri peserta didik kategori cukup baik, baik,

dan baik sekali setiap siklus ... 198

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Tahap-tahap perkembangan diri dan proses wawancara tidak terarah

... 27 Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis dan

McTaggart ... 29 Gambar 4.1. Desain model pembelajaran nondirective siklus 1 ... 57 Gambar 4.2. Desain model pembelajaran nondirective siklus 2 ... 132


(11)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Grafik Kemampuan Berbicara Tahap Prasiklus ... 49

Grafik 4.2. Grafik Kepercayaan Diri Peserta Didik Tahap Prasiklus ... 53

Grafik 4.3. Kemampuan Berbicara Peserta Didik Siklus 1 Tindakan 1... 71

Grafik 4.4. Kepercayaan Diri Peserta Didik Siklus 1 Tindakan 1 ... 73

Grafik 4.5. Kemampuan Berbicara Peserta Didik Siklus I Tindakan 2 ... 88

Grafik 4.6. Kepercayaan Diri Peserta Didik Siklus I Tindakan 2 ... 90

Grafik 4.7. Hasil Belajar Peserta Didik dengan Model Pembelajaran Nondirective Siklus I ... 91

Grafik 4.8. Kemampuan Berbicara Peserta Didik Siklus II Tindakan 1 ... 140

Grafik 4.9. Kepercayaan Diri Peserta Didik Siklus II Tindakan 1... 142

Grafik 4.10. Kemampuan Berbicara Siklus II Tindakan 2 ... 151

Grafik 4.11. Kepercayaan Diri Peserta Didik Siklus II Tindakan 2 ... 153

Grafik 4.12. Hasil Belajar Peserta Didik dengan Model Pembelajaran Nondirective Siklus II ... 154


(12)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

SK Pembimbing Tesis ... 211

Surat Ijin Penelitian ... 213

Surat Keterangan Penelitian ... 214

Surat Permohonan Validasi ... 215

LAMPIRAN 2 Silabus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV ... 217

RPP Siklus I ... 223

RPP Siklus II ... 232

Hasil Kerja Siswa Prasiklus ... 241

Hasil Kerja Siswa Prasiklus ... 244

Hasil Kerja Siswa Prasiklus ... 246

LAMPIRAN 3 Pedoman wawancara ... 248

Pedoman observasi ... 250

Lembar judgement ... 254

Foto kegiatan ... 260 Biodata


(13)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan bahasa yang baik menunjukkan jati diri masyarakat yang baik. Agar dapat menggunakan bahasa yang baik tentu harus memiliki kemampuan berbahasa yang baik pula. Kemampuan berbahasa tidak muncul dengan sendirinya, tetapi merupakan sebuah proses sehingga pada akhirnya setiap orang mampu dan terampil berbahasa dengan baik. Kemampuan berbahasa akan memudahkan setiap orang untuk berkomunikasi dengan orang lain karena kemampuan berbahasa sering disebut sebagai kemampuan berkomunikasi, dan dalam berkomunikasi tentunya menggunakan bahasa sebagai media utama. Kemampuan berkomunikasi inilah yang kemudian berkembang seiring dengan perkembangan setiap individu sehingga mampu menemukan karakter dan jati dirinya.

Kemampuan berkomunikasi dapat dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek kemampuan bahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Urutan itu menggambarkan proses pemerolehan bahasa di mana setiap orang akan menyimak terlebih dahulu suara atau bunyi yang didengarnya kemudian mencoba untuk menirukannya (berbicara) dan sampailah pada tahap membaca dan menulis. Kemampuan menyimak adalah kemampuan bahasa yang relatif paling mudah diikuti dengan kemampuan berikutnya, yaitu berbicara. Brown (2007 hlm. 6) menyatakan bahwa bahasa adalah keterampilan khusus yang kompleks, berkembang dalam diri anak-anak secara spontan, tanpa usaha sadar atau instruksi formal, dipakai tanpa memahami logika yang mendasarinya. Pada bagian lain Ron Scollon dalam Brown (2007 hlm. 6) menyebutkan bahwa bahasa bukanlah sesuatu yang datang dalam unit-unit yang dikemas rapi, tetapi merupakan sebuah fenomena yang melibatkan banyak faktor, kompleks dan senantiasa berubah.

Salah satu aspek yang menjadi tolok ukur kemampuan berbahasa adalah berbicara. Berbicara merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam berbahasa,


(14)

2

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan berbicara ini tidak hanya diperlukan pada saat melakukan pendidikan formal, lebih dari itu keterampilan berbicara sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, di sekolah sebagai lembaga formal diperlukan pembelajaran yang mempertimbangkan aspek perkembangan potensi, kreativitas dan percaya diri peserta didik dalam berbicara. Keterampilan berbicara memerlukan sejumlah potensi pendukung dimana untuk mencapainya diperlukan kesungguhan, kemauan keras, belajar dan berlatih secara terus menerus. Untuk menciptakan iklim atau budaya berbicara yang baik maka akan mendorong seseorang menjadi lebih kreatif, aktif, dan cerdas. Hal ini terjadi karena untuk mempersiapkan sebuah pembicaraan yang baik, sejumlah komponen harus dikuasai, mulai dari hal-hal yang sederhana seperti memilih kata, merangkai kata menjadi sebuah kalimat, sampai kepada menuangkan pemikiran-pemikiran dalam diri setiap orang secara lisan.

Peserta didik menganggap kemampuan berbicara hanya sekedar mampu mengucapkan kata-kata atau kalimat semata dengan suara yang mampu didengar oleh dirinya dan orang lain sehingga memandang tidak perlu mengetahui konsep-konsep dasar kemampuan berbicara itu sendiri. Dari cara pandang itulah maka muncul sikap meremehkan pembelajaran bahasa indonesia. Bahasa indonesia di sekolah dasar hanya identik dengan membaca lancar dan menulis rapi maka dianggap sudah mampu menguasai mata pelajaran bahasa indonesia. Parahnya lagi hal ini didukung oleh pola pikir pendidik yang menganggap bahwa di sekolah dasar anak sudah cukup dengan mampu membaca dan menulis.

Tidaklah mengherankan ketika pendidik mulai merubah konsep pembelajaran bahasa indonesia maka peserta didik mengalami kesulitan dan tidak percaya diri untuk mengikutinya. Selain itu metode pembelajaran yang monoton, kurangnya stimulus dan motivasi yang diberikan oleh guru, kurang bervariasinya teknik pembelajaran serta minimnya sumber belajar menjadi kendala lain bagi peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berbicaranya.

Kendala dan kesulitan peserta didik ini tidak terlepas dari peran guru sebagai pendidik. Tidak sedikit guru sekolah dasar terutama kelas tinggi (IV-VI)


(15)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki pola berpikir seragam yang menyatakan bahwa di sekolah dasar cukup mampu membaca dan menulis saja, sehingga di kelas tersebut peserta didik hanya diberikan bacaan-bacaan berupa teks dan soal-soal. Guru tidak memperhatikan bahwa dari usia perkembangan kelas IV-VI anak sudah mampu berpikir operasional kongkret. Mereka membutuhkan pembelajaran yang realistis dengan kehidupan. Teks bacaan tidak melulu fiktif tapi sudah harus bergeser pada ranah nyata sesuai dengan keadaan yang dialaminya.

Kondisi ini menjadi kesulitan tersendiri bagi peneliti karena peserta didik sudah terjejali oleh budaya belajar bahasa indonesia yang kurang berkesan. Hal ini diperparah oleh sistem yang dibuat penyelenggara pendidikan dalam hal ini satuan pendidikan yang menganggap bahwa pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penyelenggara bukan untuk kepentingan peserta didik, sehingga pemerolehan nilai yang tinggi menjadi orientasi mutlak yang menjadi tolok ukur keberhasilan penyelenggara pendidikan, mereka seolah lupa bahwa makna utama pendidikan terletak pada proses bukan pada hasil akhir.

Guru mau tidak mau sebagai eksekutor berpegangan pada lembaga atau instansi yang menaunginya. Sangat sedikit guru yang mau keluar dari mainstream dengan berbagai alasan, bahkan untuk memperbaiki pembelajaran di luar kebiasaan pun dianggap keluar dari track. Tidak sedikit guru yang bereksperimen malah mendapat cibiran sehingga terkesan tidak taat pada atasan dan lembaga yang menaunginya. Berikutnya adalah pola pikir guru yang mengajar dengan beorientasi pada pemindahan isi (content transmission) sehingga aspek afektif cenderung terabaikan, guru mengalami kesulitan dalam mengajar karena kurangnya perencanaan yang matang akibat dari tidak jelasnya tujuan pokok mengajar, sehingga masih banyak mereduksi teks (buku acuan/ sumber) yang ada dengan alasan takut salah langkah. Padahal buku panduan yang disediakan oleh pemerintah hanyalah sebagai sumber atau standar minimal yang harus dikuasai, selebihnya guru harus mampu menggali sendiri kemampuannya dengan buku-buku dan sumber-sumber belajar yang lain. Kendala lainnya adalah belum adanya media pembelajaran untuk kompetensi dasar berbicara dan masih kurangnya buku


(16)

4

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Dari kendala-kendala dan kesulitan yang dialami oleh peserta didik dan guru itulah maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran berbasis model nondirective untuk meningkatkan percaya diri dan kemampuan berbicara peserta didik di kelas IV sekolah dasar. Pembelajaran berbasis model nondirective ini penulis angkat karena merupakan cara paling mudah bagi peserta didik di kelas IV untuk mengawali kemampuannya dalam berbicara.

Model nondirective ini merupakan model pembelajaran personal yang memiliki beberapa tujuan. Salah satunya adalah menuntun peserta didik untuk memiliki kekuatan mental yang baik dan kestabilan emosi yang memadai sehingga diharapkan mampu melahirkan sikap percaya diri yang pada akhirnya mampu menumbuhkan sikap empati terhadap orang lain. Model ini berasal dari kebutuhan dan aspirasi peserta didik itu sendiri, melibatkan semua peserta didik dalam proses menentukan apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya, mengembangkan pemikiran, kreativitas dan ekspresi dalam diri setiap peserta didik.

Beberapa penelitian mengatakan bahwa model pembelajaran personal akan meningkatkan prestasi akademik yang berdampak pada psikologi pembelajar. Roebuck, Buhler dan Aspy dalam Joyce (2009 hlm. 366) menyatakan bahwa guru yang mengembangkan model personal sangatlah potensial untuk meningkatkan prestasi peserta didik. Masih menurut Joyce (2009 hlm. 367) model pembelajaran

personal merupakan materi yang sulit untuk diteliti, karena “proses-proses”

pembelajaran secara alamiah akan berubah saat peserta didik memiliki kemampuan yang lebih memadai dalam meningkatkan perkembangannya. Namun jika model ini diaplikasikan dengan baik dan benar, maka akan memberikan pengaruh dan hasil yang positif dalam aspek afektif, psikomotor dan kognitif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan sebelumnya maka penulis merumuskan beberapa pertanyaan penelitian menjadi rumusan masalah sebagai berikut:


(17)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagaimana kendala dan kesulitan peserta didik dalam pembelajaran berbicara di kelas IV sekolah dasar?

2. Bagaimana kendala dan kesulitan guru dalam pembelajaran berbicara di kelas IV sekolah dasar?

3. Bagaimana rancangan pembelajaran berbasis model nondirective untuk meningkatkan percaya diri dan kemampuan berbicara peserta didik?

4. Bagaimana perbaikan pembelajaran berbasis model nondirective untuk meningkatkan percaya diri dan kemampuan berbicara peserta didik?

5. Apakah terdapat peningkatan pada kemampuan berbicara peserta didik setelah diterapkannya pembelajaran berbasis model nondirective?

6. Apakah terdapat peningkatan kepercayaan diri peserta didik setelah diterapkannya pembelajaran berbasis model nondirective?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan guru mampu memecahkan suatu masalah, dapat mununjukkan bukti sehingga penelitian yang dilakukan dapat mengurangi keraguan serta dapat memperoleh hasil dari tujuan yang telah ditetapkan (Syamsudin dan Damaianti, 2011 hlm. 7). Secara umum penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan kepercayan diri dan kemampuan berbicara peserta didik setelah menerapkan pembelajaran berbasis model nondirective. Adapun secara khusus tujuan penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1. mengetahui kendala dan kesulitan peserta didik dalam pembelajaran berbicara di kelas IV sekolah dasar.

2. mengetahui kendala dan kesulitan guru dalam pembelajaran berbicara di kelas IV sekolah dasar.

3. mengetahui rancangan pembelajaran berbasis model nondirective untuk meningkatkan percaya diri dan kemampuan berbicara peserta didik.

4. mengetahui rancangan perbaikan pembelajaran berbasis model nondirective untuk meningkatkan percaya diri dan kemampuan berbicara peserta didik.


(18)

6

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. mengetahui peningkatan kemampuan berbicara peserta didik setelah diterapkannya pembelajaran berbasis model nondirective.

6. mengetahui peningkatan kepercayaan diri peserta didik setelah diterapkannya pembelajaran berbasis model nondirective.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan, terutama bagi peneliti sebagai guru dan bagi peserta didik kelas IV SDN Rancabolang Kecamatan Rancasari Kota Bandung yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di kelas.

1. Bagi peserta didik, dengan pembelajaran berbasis nondirective ini memperoleh pengalaman belajar baru yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik terutama pada kemampuan berbicara dan kepercayaan diri. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mempunyai manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dengan adanya pelaksanaan PTK, kendala dan kesulitan yang ditemukan dalam pembelajaran dapat segera ditemukan solusinya serta tidak akan berlarut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar peserta didik mampu ditingkatkan.

2. Bagi guru, diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dan seluruh kegiatan belajar mengajar pada umumnya, karena penelitian dapat menambah pengetahuan dalam mengelola perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Bahasa


(19)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia dengan menerapkan pembelajaran berbasis model nondirective. Beberapa manfaat penelitian ini bagi guru antara lain:

a. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui sebuah kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di dalam kelas. Keberhasilan dalam perbaikan ini menghasilkan kepuasan bagi guru, karena telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi peserta didiknya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.

b. Guru dapat mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru mampu melakukan perencanaan, tindakan, pengamatan, menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Guru tidak hanya sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti yang selalu ingin berinovasi dan berkreasi melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran.

c. Guru mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik-praktik pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.

d. Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan menganalisis kinerjanya sendiri di dalam kelas, akan menemukan kekuatan, kelemahan, dan tantangan pembelajaran, dengan PTK diharapkan pula guru menemukan dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah atau kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran.

3. Bagi lembaga/sekolah

Sekolah yang gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profesional, maka sekolah tersebut akan maju. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki


(20)

8

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan untuk mengembangkan diri. Sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan penelitian, akan memberikan manfaat yang besar bagi sekolah, karena peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai:

a. acuan dalam memperkaya referensi pembelajaran di dalam kelas khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV Sekolah Dasar. b. ketika pembelajaran sudah menemukan titik jenuh diharapkan penelitian

ini mampu memberikan alternatif pembelajaran terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV Sekolah Dasar.

c. bahan pertimbangan bagi sekolah untuk lebih meningkatkan dan melengkapi sarana dan prasarana penunjang peningkatan kemampuan berbicara peserta didik di sekolah dasar.

d. pengembangan teori pembelajaran, khususnya tentang kemampuan berbicara sebagai salah satu aspek kemampuan berbahasa dan kepercayaan diri sebagai bagian dari sikap pengembangan karakter peserta didik di sekolah dasar.

E. Struktur Organisasi Tesis

Dalam penyusunan tesis ini penulis berpedoman pada buku panduan penyusunan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2014 dimana sistematika penulisan terdiri dari:

1. Bab I Pendahuluan yang di dalamnya memuat, A. Latar belakang masalah

B. Rumusan masalah C. Tujuan penelitian D. Manfaat penelitian

E. Struktur organisasi Tesis yang memuat sistematika penulisan tesis

2. Bab II Kajian Pustaka/ Landasan Teoretis yang terdiri dari konsep-konsep atau teori yang melandasai penelitian yang hendak dilakukan


(21)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Bab III Metode Penelitian

Karena penelitian ini bersifat kualitatif maka bagian-bagiannya terdiri dari: A. Desain penelitian

B. Tempat penelitian C. Pengumpulan data D. Analisis data

E. Isu etik, dimana peneliti harus mempertimbangkan dampak negatif secara fisik dan psikologis dan memastikan bahwa penelitian yang dilakukan tidak menimbulkan dampak negatif baik secara fisik maupun psikologis.

4. Bab IV Temuan dan Pembahasan 5. Bab V Simpulan dan Rekomendasi


(22)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik kelas IV SDN Rancabolang 1 Kecamatan Rancasari Kota Bandung. Berdasarkan rancangan yang telah dibuat maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di dalam kelas dan memberikan solusi dengan menggunakan model pembelajaran nondirective untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas, dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran, dan mencobakan hal-hal baru dalam pembelajaran untuk peningkatan mutu dan hasil belajar (Dasna 2008 hal.25). Dalam pelaksanaannya peneliti berkolaborasi dengan guru kelas, guru sebagai kolaborator bekerjasama dengan peneliti merancang, melakukan tindakan sekaligus melakukan refleksi bersama di setiap akhir kegiatan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan utama kegiatan yaitu: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Model pelaksanaan PTK ini menggunakan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart (Akbar Sa’dun, 2006 hlm. 28) dengan alur atau langkah berikut ini.


(23)

Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis dan McTaggart (dalam Akbar Sa’dun, 2010 hlm. 28)

B. Latar Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SD Negeri Rancabolang beralamat di Jl. Rancabolang Indah No. 1, Kecamatan Rancasari Kota Bandung. Subjek atau partisipan dari penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SD Negeri Rancabolang Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 orang dengan rincian peserta didik laki-laki berjumlah 16 peserta didik perempuan berjumlah 14.

Alasan dipilihnya lokasi dan subjek penelitian tersebut adalah karena SD Negeri Rancabolang merupakan salah satu sekolah dasar di kota Bandung yang memiliki permasalahan dalam kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik. Sebagaimana kendala yang telah diutarakan di Bab 1 sekolah ini juga dihuni oleh peserta didik yang sebagian besar orang tuanya memiliki latar belakang ekonomi menengah ke bawah sehingga berpengaruh dalam hal percaya diri.


(24)

30

C. Variabel Yang Diteliti

Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis model nondirective

2. Variabel terikat dalam peneitian ini adalah peningkatan kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik.

D. Rencana Tindakan

Prosedur kerja penelitian tindakan ini dilakukan dalam 2 siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap kegiatan yaitu : (1) penyusunan rencana tindakan. (2) pelaksanaan tindakan (3) melakukan pengamatan dan (4) melakukan analisis dan refleksi. Sebelum melaksanakan siklus I perlu dilakukan tahap pra tindakan penelitian yaitu :

1) meminta ijin kepala sekolah 2) melakukan observasi

3) merencanakan tindakan 4) melakukan tindakan 5) merefleksi tindakan

6) melakukan perencanaan perbaikan tindakan

1. Siklus 1

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan ini dilakukan berdasarkan temuan permasalahan dari hasil observasi yang telah ditemukan saat pra tindakan penelitian. Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan:

1) merumuskan rancangan tindakan penelitian. 2) menyiapkan rancangan pembelajaran.

3) mendiskusikan rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan mitra penelitian

4) menyiapkan media pembelajaran.


(25)

6) menyusun rancangan pengolahan data baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan yang dimaksud di sini adalah melaksanakan pembelajaran yang telah dirancang dan disepakati dengan mitra penelitian untuk melaksanakan pembelajaran dengan penggunaan membaca intensif dalam mnentukan pokok pikiran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pelaksanaan tindakan penelitian direncanakan terdiri dari dua siklus tindakan yang tiap siklusnya dilakukan refleksi guna menentukan tindakan. Pelaksanaan tindakan pada tahap ini sesuai dengan perencanaan pada siklus I. Secara umum Skenario pembelajaran yang dilakukan pada tahap ini yaitu sebagai berikut.

1) Pembukaan kegiatan belajar mengajar diawali dengan berdoa dan presensi.

2) Guru mengelola kelas dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, satu guru mengajar dan satu guru sebagai pengamat sekaligus membantu peserta didik dalam belajar

3) Guru mengajak peserta didik melakukan kegiatan yang disukai oleh peserta didik.

4) Guru mengamati peserta didik secara individu maupun kelompok 5) Guru memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik atau

kelompok yang kurang antusias terhadap pembelajaran

6) Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan kegiatan yang telah dilakukan

7) Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk menyimpulkan kegiatan yang telah diakukan dan menyampaikan pendapatnya secara lisan

8) Guru bersama peserta didik mengaitkan dan membandingkan dengan fakta lain/ menghubungkannya dengan materi pelajaran yang relevan kegiatan yang sudah dilakukan dengan materi pelajaran

9) Guru menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk mengisi dan mendiskusikan lembar kerja


(26)

32

10) Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas

11) Setiap kelompok yang mau menyelesaikan tugasnya diberi pujian. c. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati perilaku peserta didik selama kegiatan pembelajaran dan mengidentifikasi kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran baik kendala untuk guru maupun untuk peserta didik. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh mitra peneliti. . Data pengamatan diperoleh melalui wawancara dan lembar pengamatan yang kemudian dilakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran. Kegiatan pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Fokus pengamatan adalah pada kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik melalui pembelajaran berbasis model nondirective. Pada peningkatan kemampuan berbicara kemampuan yang diamati meliputi ekspresi, kelancaran, kosakata, intonasi, dan ketepatan isi pembicaraan dengan topik. Sedangkan untuk kemampuan percaya diri dilihat dari kemampuan diri, ketergantungan pada orang lain, tidak mudah putus asa, berani berpendapat, mudah berkomunikasi dan berani tampil atau presentasi di depan kelas.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan analisa data, memahami, menjelaskan serta menyimpulkan segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Kesimpulan yang diperoleh merupakan informasi yang mendetil dan akurat tentang segala sesuatu yang telah terjadi setelah dilakukan tindakan penelitian dan kemudian merumuskan tindakan apa yang akan diambil selanjutnya untuk tindakan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan sebagaimana pelaksanaan tindakan pada siklus I yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan dilanjutkan dengan refleksi.

a. Perencanaan

Secara keseluruhan kegiatan tahap perencanaan yang dilakukan pada siklus II didasarkan pada permasalahan yang ditemukan pada tahap


(27)

perencanaan siklus I. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dari hasil refleksi kegiatan tindakan pada siklus I, peneliti dan guru mitra menyusun perencanaan tindakan yang lebih efektif.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada tahap ini masih sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Namun ada perbaikan-perbaikan sesuai dengan temuan kelemahan-kelemahan pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan tindakan pada siklus II lebih efektif lagi.

c. Observasi

Observasi yang dilaksanakan pada siklus II ini masih sama dengan observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Namun ada beberapa hal yang ditambahkan dalam pengamatan antara lain melihat proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik apakah sudah sesuai dengan RPP serta hasil belajar peserta didik apakah sudah meningkat dari siklus I atau tidak.

d. Refleksi

Hasil observasi pada siklus II dikaji dan dibahas oleh peneliti dan guru mitra sebagai pelaksana tindakan. Pada siklus II diperoleh gambaran dampak penggunaan metode membaca intensif dalam pembelajaran menemukan pokok pikiran suatu bacaan. Hasil dari siklus II merupakan refleksi akhir dari penelitian ini.

E. Data dan Cara Pengumpulannya

Data adalah segala fakta dan angka yang ada dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk menyusun suatu informasi guna mendapatkan jawaban dari proses penelitian yang telah direncanakan dan ditetapkan tujuan penelitian sebelumnya. Data yang baik diperoleh selama penelitian berlangsung (Arikunto, 2003 hlm. 46). Data yang akan diambil dalam penelitian adalah data untuk menunjang implementasi pembelajaran dan sikap peserta didik selama proses pembelajaran dengan penggunaan metode membaca intensif suatu teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Adapun data yang akan dihimpun pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2.


(28)

34

Tabel 3.1. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian No Metode Pengumpulan Data Instrumen Penelitian

1 Tes Unjuk kerja/ Lisan dan tulis

2 Observasi Lembar pengamatan observasi

3 Wawancara Lembar wawancara

4 Dokumentasi

Foto

Rekaman video

Rubrik penilaian hasil tes

Data yang diperoleh dari hasil tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian diolah untuk memperoleh hasil yang diharapakan selama penelitian ini berlangsung. Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik dan guru.. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Tes

Dalam penelitian ini yang dinilai adalah skor dari hasil tes unjuk kerja atau performance. Tes performance atau unjuk kerja menjadi instrumen tes dalam penelitan ini unutk melihat perkembangan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik. Menurut Arikunto (2003 hlm. 150) Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah tes unjuk kerja (performance assesment) penilaian dilakukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, perilaku atau interaksi siswa. Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis, karena lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya (Puskur, 2002). Penilaian unjuk kerja bisa digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penyajian lisan, pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi, kemampuan siswa menari, kemampuan siswa menyanyi, memainkan alat musik, dan sebagainya. Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dengan berbagai konteks.

Aspek kemampuan berbicara yang digunakan adalah ekspresi, kelancaran, kosakata, intonasi, dan ketepatan isi pembicaraan dengan topik. Aspek kepercayaan diri yang dinilai adalah tidak bergantung ada orang lain, tidak mudah menyerah, berani menampaikan gagasan, mudah berkomunikasi dan berani tampil


(29)

di depan kelas. Skor yang diperoleh kemudian diolah menggunakan rumus di bawah ini.

Skor yang dihitung dengan rumus:

Keterangan :

NA = Nilai yang diperoleh peserta didik

Skor Perolehan = Skor yang diperoleh dari sejumlah indikator yang muncul/nampak dalam observasi.

Skor Maksimal = Jumlah skor keseluruhan

2. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2003 hlm 56). Menurut Kartini Kartono (1990 hlm 157) “Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengamati perilaku peserta didik selama kegiatan pembelajaran dan mengidentifikasi kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran baik kendala untuk guru maupun untuk peserta didik. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh mitra peneliti, data pengamatan diperoleh melalui wawancara dan lembar pengamatan (ceklis). Observasi ini digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN Rancabolang Kecamatan Rancasari Kota Bandung terutama pada kemampuan berbicara dan kepercayan diri peserta didik.

Peneliti menggunakan lembar pengamatan aktifitas peserta didik yang digunakan pada saat mengobservasi pelaksanaan pembelajaran dalam siklus I dan siklus II. Observasi dilakukan untuk memperoleh data melalui pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. Kemudian mencatat hasil dari pengamatan tersebut secara sistematis sesuai dengan keperluan penelitian, seperti dikatakan oleh). Sumber data yang diperoleh berasala dari 1)skor tes dari pokok bahasan


(30)

36

sebelum dilakukan tindakan ptk, 2)hasil observasi. 3)hasil wawancara dengan guru mitra dan peserta didik, 4)skor tes dari pokok bahasan setelah dilakukan tindakan ptk, 5)hasil tes unjuk kerja/ performance setiap siklus

3. Wawancara

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuisioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interever) (Arikunto 2003 hlm. 155). Sesuai dengan pengertian di atas, maka dalam interview ini peneliti mengadakan komunikasi langsung dengan guru mitra penelitian berupa wawancara tidak terstruktur yaitu memanfaatkan pedoman yang hanya memuat garis besar hal-hal yang akan ditanyakan dalam wawancara.Wawancara dilaksanakan oleh peneliti baik kepada peserta didik dan guru. Wawancara yang dilakukan bersama guru bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perilaku peserta didik selama ini dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia serta untuk mendapatkan saran oleh peneliti baik berupa kendala, keberhasilan maupun perbaikan untuk pembelajaran berikutnya. Wawancara dititikberatkan pada tanggapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang selanjutnya akan dianalisis oleh peneliti guna merumuskan tindakan pada siklus berikutnya.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan barang bukti yang berbentuk tulisan maupun cetakan yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diselidiki oleh peneliti. Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data tentang proses pembelajaran yang menggambarkan proses pembelajaran. Dokumentasi ini bentuknya berupa foto, video dan dokumen yang menggambarkan kemampuan dasar yang telah dicapai oleh peserta didik.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat/fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Menurut Suharsimi Arikunto 2010, instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan


(31)

tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Lembar tes performance atau unjuk kerja dibuat sebagai bagian dari tes lisan, sedangkan tes tertulis yang digunakan sebagai alat evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran setelah kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengukur pemahaman materi peserta didik setlah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran nondirective untuk meingkatkan kemampuan berbicara dan kepercayan diri peserta didik. Berikut adalah kisi-kisi soal untuk tes tertulis.

Tabel 3.2. Kisi-kisi soal

No Siklus ke- (materi) Skor Nomor soal

1

Siklus awal (Prasiklus) Materi tentang kegiatan yang disukai oleh peserta didik. Menceritakan kegiatan yang disukai menjadi sebuah karangan yang padu

40 5

20 2 dan 4

10 1 dan 2

2

Siklus I

Materi tentang kegiatan yang sering dilakukan di rumah atau di sekolah

Mendeskripsikan kegiatan tersebut ke dalam sebuah karangan deskripstif

50 4

20 3

15 1 dan 2

3

Siklus II

Membuat kerangka karangan tentang kegiatan yang sering dilakukan di rumah atau di sekolah

Membuat karangan yang padu dari kerangka yang telah dibuat

30 1

70 2

(diadaptasi dari Arifin, Z. 2009 hlm. 163)

6. Analisis Data

Agar data-data yang terkumpul mempunyai makna, maka data-data tersebut perlu dianalisa dengan cara tertentu dan untuk itu kita tidak terlepas dari penggunaan statistik. Seperti dikemukakan oleh Sudijono (1994 hlm. 2). bahwa : “Statistik adalah data angka yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan


(32)

38

peristiwa atau gejala-gejala tertentu”. Adapun untuk keperluan analisa data digunakan tehnik analisis yang sesuai dengan sifat dan jenis data yang ada serta tujuan dalam pembahasan penelitian ini. Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan reflektif thinking untuk data yang sifatnya kualitatif. Sedang untuk data yang bersifat kuantitatif penulis gunakan analisis statistik guna memperoleh kualitas data. ”Analisis data yang dilakukan setiap tindakan pembelajaran berakhir. Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif Arikunto, (2006, hal 239). Dalam penelitian deskriptif kualitatif, analisis data ditunjukkan berupa uraian paparan data berupa kalimat-kalimat atau kata-kata. Kemudian data atau informasi yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

Analisis data pada hasil belajar diperoleh melalui pengukuran hasil test. Pada siklus I & II diadakan hanya satu kali test, skor maksimal yang diperoleh peserta didik setiap mengikuti test adalah 100. Skor rata-rata test klasikal dapat dihitung dengan menggunakan statistik sederhana.

Keterangan :

NA = Nilai yang diperoleh peserta didik

Skor Perolehan = Skor yang diperoleh dari sejumlah indikator yang muncul/nampak dalam observasi.

Skor Maksimal = Jumlah skor keseluruhan

Nilai tersebut diinterpretasikan ke dalam prosentase dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : P = Angka Persentase

F = Frekuensi/skor mentah yang sedang dicari persentase N = Jumlah responden


(33)

Data yang diperoleh dari skor test peserta didik, kemudian ditetapkan kriterianya. Dalam hal ini kriteria kategori skor peserta didik bisa dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kriteria Nilai Peserta didik Interval

skor Konversi Nilai

Taraf keberhasilan hasil observasi proses belajar

peserta didik

Nilai dengan huruf

21-25 90-98 Amat baik/ Baik sekali A

16-20 80-88 Baik B

11-15 70-78 Cukup baik C

6-10 60-68 Kurang D

0-5 50-58 Sangat kurang E

Sumber : Arikunto (2001 hlm. 345)

Peningkatan hasil belajar peserta didik di tentukan dengan ketuntasan belajar secara individual dan secara klasikal. Kriteria penguasaan minimal hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Secara perorangan (individual) dianggap telah tuntas belajar apabila daya serap peserta didik mencapai 70. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

b. Secara klasikal, dianggap telah tuntas belajar apabila mencapai 80% dari jumlah peserta didik yang mencapai daya serap minimal 70. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Bila ketuntasan peserta didik lebih dari 80% maka pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat dikatakan berhasil. Tetapi bila ketuntasan belajar peserta didik kurang dari 80% maka pengajaran yang dilaksanakan guru belum berhasil.

7. Indikator Kinerja

Setiap tindakan yang telah dirancang memiliki acuan keberhasilan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Kriteria tersebut tersusun melalui


(34)

40

kisi-kisi instrumen kedua variabel terikat, yaitu kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik. Penilaian dilakukan sesuai dengan aspek yang telah disiapkan untuk mengukur perkembang peserta didik terutama pada kemampuan berbicara dan kepercayaan diri. Adapun kisi-kisi instrumen dan indikator yang hendak dicapai dibuat dalam tabel 3.4.

Tabe1 3.4. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berbicara

Variabel Aspek Indikator Responden Teknik

Kemampuan Berbicara

Ekspresi

Mengungkapkan perasaannya dengan bebas

Anak

Performa/ unjuk

kerja Menyampaikan

gagasan/ ide

Kelancaran

Tidak buru-buru dalam pengucapan

Anak

Performa/ unjuk

kerja Lancar dan relevan

dalam berbicara

Kosa kata

Memperhatikan tanda baca

Anak

Performa/ unjuk

kerja Pemilihan kata

bervariasi

Intonasi

Suara jelas dan nyaring

Anak

Performa/ unjuk

kerja Bahasa mudah

dipahami

Ketepatan isi dengan topik

Pembicaraan sesuai dengan keadaan/ tema kegiatan

Anak

Performa/ unjuk

kerja Tepat dalam

penggunaan bahasa serta pemilihan kata

Dalam kemampuan berbicara ini ada lima aspek yang dinilai untuk mengukur kemampuan peserta didik. Kelima aspek itu adalah ekspresi, kelancaran intonasi, kosakata dan ketepatan isi dengan topik bahasan. Kisi-kisi di atas


(35)

kemudian dikembangkan menjadi rubrik penilaian kemampuan berbicara yang dapat dilihat parameternya pada tabel 3.5. sebagai berikut

Tabe1 3.5. Rubrik penilaian kemampuan berbicara Aspek yang

dinilai

Kriteria

penyekoran Keterangan

Ekspresi

5 (sangat baik)

menyampaikan gagasan dan

mengungkapkan perasaannya dengan bebas 4

(baik)

menyampaikan gagasan namun kurang bisa mengungkapkan perasaan

3 (cukup)

menyampaikan gagasan namun belum bisa mengungkapkan perasaan

2 (kurang)

menyampaikan gagasan tersendat-sendat dan belum bisa mengungkapkan perasaan 1

(sangat kurang)

belum bisa menyampaikan gagasan dan belum bisa mengungkapkan perasaan

Kelancaran

5

(sangat baik) lancar, relevan, dan tidak buru-buru 4

(baik) kurang lancar, relevan dan tidak buru-buru 3

(cukup) kurang lancar, relevan dan buru-buru 2

(kurang) kurang lancar, kurang relevan dan buru-buru 1

(sangat kurang) kurang lancar, tidak relevan dan buru-buru

Kosakata

5 (sangat baik)

pemilihan kata bervariasi dan memperhatikan tanda baca 4

(baik)

pemilihan kata kurang bervariasi namun memperhatikan tanda baca

3 (cukup)

pemilihan kata kurang bervariasi, kurang memperhatikan tanda baca

2 (kurang)

pemilihan kata tidak bervariasi, kurang memperhatikan tanda baca

1

(sangat kurang)

pemilihan kata tidak bervariasi, tidak memperhatikan tanda baca

Intonasi

5

(sangat baik) suara jelas dan bahasa mudah dipahami 4

(baik)

suara kurang jelas namun bahasa masih bisa dipahami

3 (cukup)

suara kurang jelas dan bahasa kurang bisa dipahami

2 (kurang)

suara tidak jelas dan bahasa kurang bisa dipahami

1


(36)

42

Ketepatan isi dengan topik

5 (sangat baik)

pembicaraan sesuai dengan topik, penggunaan bahasa tepat

4 (baik)

pembicaraan sesuai dengan topik, penggunaan bahasa kurang tepat 3

(cukup)

pembicaraan kurang sesuai dengan topik, penggunaan bahasa kurang tepat

2 (kurang)

pembicaraan tidak sesuai dengan topik, penggunaan bahasa kurang tepat

1

(sangat kurang)

pembicaraan tidak sesuai dengan topik, penggunaan bahasa tidak tepat

Diadaptasi dari Nurgiyantoro (2010 hlm. 392) Keterangan :

Kategori: Skor: Nilai:

5 = Baik Sekali A = 21-25 90-98

4 = Baik B = 16-20 80-88

3 = Cukup C = 11-15 70-78

2 = Kurang D = 6-10 60-68

1 = Kurang Sekali E = 1-5 50-58

Berikutnya rubrik penilaian kemampuan berbicara dikompensasikan ke dalam penyekoran kemampuan berbicara dengan menggunakan skala Lickert seperti pada tabel 3.6. berikut.

Tabel 3.6. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara

No

Nama Peserta

didik

Aspek yang dinilai Jum

Ekspresi Kelancaran Kosakata Intonasi Ketepatan isi dengan topik 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

1 X1 2 X2 3 X3 4 dst

5

Jumlah Presentase

(%)

Variabel berikutnya yaitu kepercayaan diri, yang terdiri dari lima aspek penilaian. Dari aspek penilaian tersebut kemudian dibuat indikator kemampuan peserta didik yang dilihat dari tes. Tes yang dilakukan untuk melihat


(37)

perkembangan percaya diri peserta didik menggunakan teknik performa atau unjuk kerja guna melihat kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik setiap siklusnya. Kisi-kisi instrumen penilaian kepercayaan diri dapat dilihat pada tabel 3.7. sebagai berikut.

Tabel 3.7. Kisi-Kisi Instrumen Percaya Diri

Variabel Aspek Indikator responden Teknik

Percaya Diri Tidak bergantung kepada orang lain. Mampu menyelesaikan masalah sendiri Anak Performa/ unjuk kerja Tidak terlalu banyak

bertanya kepada teman dan guru

Tidak mudah putus asa

Memiliki semangat yang

tinggi Anak

Performa/ unjuk kerja Pantang menyerah Berani menyampaikan pendapat. Menyampaikan pendapat kepada orang lain

Anak Performa/ unjuk kerja Menyampaikan ide/ gagasan Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain

Bekerja sama dalam kelompok dengan aktif

Anak

Performa/ unjuk

kerja Mau membantu orang

lain Berani

presentasi di depan kelas

Berani tampil di depan kelas Anak Performa/ unjuk kerja Menyampaikan hasil diskusi kelompoknya Diadaptasi dari Saifulloh (2010)

Kisi-kisi di atas disusun nuntuk menilai unjuk kerja peserta didik dengan aspek yang dinilai yaitu kemampuan diri, ketergantungan pada orang lain, tidak mudah putus asa, berani berpendapat, mudah berkomunikasi dan berani tampil atau presentasi di depan kelas. Kisi-kisi tersebut kemudian diinterpretasikan menjadi rubrik penilaian kemampuan berbicara untuk mengukur perkembangan kemampuan berbicara peserta didik sebagaimana tertuang pada tabel 3.8. berikut ini.


(38)

44

Tabe1 3.8. Rubrik penilaian kepercayaan diri

Aspek yang dinilai

Kriteria

penyekoran Keterangan

Tidak bergantung kepada orang lain

5 (sangat baik)

mampu menyelesaikan masalah sendiri, tidak banyak bertanya kepada teman/ guru 4

(baik)

mampu menyelesaikan masalah, banyak bertanya kepada teman/ guru

3 (cukup)

kurang mampu menyelesaikan masalah sendiri meskipun tidak banyak bertanya kepada teman/ guru

2 (kurang)

kurang mampu menyelesaikan masalah sendiri, banyak bertanya kepada teman/ guru 1

(sangat kurang)

tidak mampu menyelesaikan masalah

sendiri, banyak bertanya kepada teman/ guru

Tidak mudah putus asa

5 (sangat baik)

memiliki semangat yang tinggi dan pantang menyerah

4 (baik)

kurang bersemangat namun pantang menyerah dan tidak mudah putus asa 3

(cukup) memiliki semangat namun mudah menyerah 2

(kurang) kurang bersemangat dan mudah menyerah 1

(sangat kurang)

tidak memiliki semangat dan mudah menyerah

Berani

menyampaikan pendapat

5

(sangat baik) berani menyampaikan gagasan dan pendapat 4

(baik)

berani menyampaikan gagasan dan pendapat namun masih ragu-ragu

3 (cukup)

berani menyampaikan gagasan dan pendapat dengan bantuan teman

2 (kurang)

kurang berani menyampaikan gagasan dan pendapat meskipun sudah dibantu teman 1

(sangat kurang)

tidak berani menyampaikan gagasan dan pendapat meskipun sudah dibantu teman

Mudah

berkomunikasi dan membantu orang lain

5

(sangat baik) mau bekerjasama dan membantu orang lain 4

(baik)

mau bekerjasama dan membantu orang lain walaupun masih ragu-ragu

3 (cukup)

mau bekerjasama dan membantu orang lain meskipun harus dengan instruksi guru


(39)

2 (kurang)

kurang bisa bekerjasama dan kurang mau membantu orang lain

1

(sangat kurang)

tidak bisa bekerjasama dan tidak mau membantu orang lain

Berani presentasi di depan kelas

5 (sangat baik)

berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi 4

(baik)

berani tampil di depan kelas

mempresentasikan hasil diskusi meskipun masih tersendat-sendat

3 (cukup)

berani tampil di depan kelas

mempresentasikan hasil diskusi meskipun harus dibimbing oleh guru

2 (kurang)

kurang berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi 1

(sangat kurang)

tidak berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi Keterangan :

Kategori: Skor: Nilai:

5 = Baik Sekali A = 21-25 90-98

4 = Baik B = 16-20 80-88

3 = Cukup C = 11-15 70-78

2 = Kurang D = 6-10 60-68

1 = Kurang Sekali E = 1-5 50-58

Selanjutnya rubrik penilaian percaya diri di atas dikompensasikan ke dalam penyekoran sikap percaya diri seperti pada tabel 3.9. berikut.

Tabel 3.9. Lembar Penilaian Sikap Percaya Diri

No

Nama Peserta

didik

Aspek Yang Diamati

Jum Percaya dengan kemampuan diri sendiri Tidak mudah putus asa Berani menyampaikan pendapat Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain Berani presentasi di depan kelas 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

1 2 3 Jumlah Presentase (%)


(40)

46

8. Hasil observasi

Hasil observasi guru dan peserta didik menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik dengan prosentase masing-masing mencapai 75%. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Kriteria penskoran kemampuan berbicara peserta didik adalah sebagai berikut :

9. Ketuntasan

Peserta didik dikatakan tuntas dalam belajar apabila memiliki tingkat daya serap lebih dari 75% sedangkan ketuntasan belajar klasikal bila peserta didik di dalam kelas mencapai daya serap lebih dari 75% (Depdiknas hlm. 58). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman keberhasilan belajar peserta didik sesuai dengan standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 70 dengan ketuntasan belajarmencapai lebih dari 75%. Jika dalam penelitian ini lebih dari 75% peserta didik mencapai standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan maka penelitian ini dikatakan berhasil.

F. Tim Peneliti dan Tugasnya

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengamat dan observer. Sebagai pengamat, peneliti mengamati aktifitas yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh guru kelas IV yang telah mendapatkan pemahaman terkait pembelajaran berbasis model nondirective yang juga seorang pengajar di SDN Rancabolang Kota Bandung. Peneliti bertindak membuat rancangan pembelajaran dan rencana perbaikan pembelajaran, di samping itu peneliti juga mengumpulkan data dan menganalisis data serta sebagai pelapor hasil penelitian.


(41)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa, pembelajaran berbasis model nondirective adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dari hasil tes dan observasi bersama dengan observer, diperoleh simpulan bahwa kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik meningkat seiring pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2. Dari hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa peserta didik sudah memiliki kemampuan yang cukup baik dalam melakukan pembelajaran, hal ini bisa dilihat dari perkembangan kemampuan berbicara yang memperoleh skor 57,2 pada tahap prasiklus meningkat menjadi 68 pada siklus I dan 85,1 pada siklus II. Kepercayaan diri peserta didik meningkat dari 56 pada tahap prasiklus menjadi 71,4 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 87,55 pada siklus II.

Secara keseluruhan simpulan dari peneiltian ini yang dapat menjawab rumusan permasalahan adalah sebagai berikut:

1. Kendala yang dihadapi oleh peserta didik dalam pembelajaran berbicara adalah tidak adanya fokus atau kegiatan khusus yang melibatkan peserta didik sehingga peserta didik kesulitan dalam mengembangkan kemampuan. Kendala lain yang ditemukan adalah sulitnya peserta didik keluar dari penggunaan bahasa daerah. Masih banyak dialog atau ucapan yang dilakukan oleh peserta didik tercampur dengan bahasa daerah, meskipun dalam presentasi di depan kelas peserta didik mampu mengutarakannya dalam bahasa indonesia yang baik dan benar karena guru memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk menuliskan dahulu gagasannya sebelum dipresentasikan di depan kelas.

2. Kendala dan kesulitan yang dialami oleh guru dalam meningkatkan kemampuan berbicara adalah jarangnya peserta didik kelas IV mendapatkan


(42)

205

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesempatan untuk melatih kemampuan berbicaranya. Hal ini bisa dipahami karena guru tidak pernah melihat secara rinci kemampuan peserta didik dalam berbahasa seperti kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Masih banyak guru beranggapan bahwa pelajaran bahasa indonesia yang penting tulisan bagus dan membaca lancar itu sudah cukup untuk memenuhi standar kompetensi peserta didik. Pandangan inilah yang menyebabkan guru kesulitan ketika melakukan pembelajaran untuk menilai kemampuan menyimak atau berbicara.

3. Pembelajaran berbasis model nondirective ini dirancang sebagai salah satu cara untuk memberikan penyegaran. Model ini tidak memaksa peserta didik atau pendidik untuk melakukan sesuatu yang formal. Model ini lebih menekankan pada hubungan antar personal dimana setiap peserta didik bisa melakukan hubungan yang baik dengan peserta didik yang lain atau pun dengan guru.

4. Pada pelaksanaaan perbaikan pembelajaran ini peneliti dan observer membenahi beberapa bagian dari kegiatan yang bisa ditingkatkan seperti dalam kemampuan berbicara yang tidak muncul secara personal karena proses presentasi yang dilakukan secara berkelompok maka dilakukan penilaian dari sudut pandang yang lain seperti pada saat peserta didik tersebut berdialog, mengajukan gagasan atau pertanyaan, menjawab pertanyaan dan melakukan pemaparan hasil pengamatannya di depan kelas secara individu.

5. Setelah peneliti dan observer melakukan observasi lalu kemudian melakukan analisis data terhadap hasil observasi maka penulis sebagai peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berbicara dan epercayaan diri peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah model pembelajaran. Dalam hal ini pembelajaran berbasis model nondirective membuat kemampuan berbicara peserta didik meningkat karena dalam praktiknya model ini menerapkan hubungan personal yang kuat antara peserta didik dan pendidik.


(43)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Dari interaksi itu muncul kegiatan atau tindakan yang dapat menimbulkan kepercayaan diri peserta didik meningkat. Beberapa kegiatan yang bisa dilihat saat observasi adalah dialog antara pendidik dan peserta didik, tanya jawab kegiatan bimbingan dan konseling, penguatan dan pemberian motivasi membuat hubungan antara pendidik dan peserta tidak tidak hanya sebatas hubungan guru dan murid saja melainkan lebih dari itu guru bisa menjadi kawan sekaligus orang tua yang mengayomi peserta didik di sekolah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil diskusi dan observasi bersama observer ada beberapa saran yang perlu menjadi bahan pertimbangan agar kualitas pembelajaran senantiasa meningkat, antara lain:

1. Pembelajaran berbasis model nondirective dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik sehingga dapat diterapkan di semua tingkat sekolah dasar. Pembelajaran ini membuat interaksi antara guru dan peserta didik menjadi lebih intensif karena ada hubungan secara personal dimana peserta didik dapat berdialog dengan peserta didik mengani hal-hal yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran. Pembelajaran ini tidak membebani peserta didik pencapaian nilai yang tinggi karena dalam kegiatannya faktor yang lebih diutamakan adalah hubungan personal.

2. Dalam setiap pembelajaran memang kendala menjadi sebuah hal yang lumrah, akan tetapi yang paling penting adalah usaha dari setiap pelaku pendidikan untuk memiliki keinginan yang sama dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran. Apabila setiap pembelajaran dirangkai dan direncanakan dengan penuh kesungguhan penulis yakin upaya guru tidak akan sia-sia sehingga kualitas yang diharapkan dapat diwujudkan.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran berbasis model nondirective bisa menjadi sebuah “jembatan” yang dapat menghubungkan kegiatan sehari-hari peserta didik dengan tujuan pembelaajran yang hendak dicapai. Melakukan


(44)

207

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan yang sudah biasa dilakukan menumbuhkan kepercayaan diri dalam setiap diri peserta didik sehingga mereka dapat melakukannya sesuai arahan guru. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas bisa menggunakan pembelajaran berbasis model nondirective sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran.


(45)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Husni. (2002). Pengertian Belajar dari Berbagai Sumber. (http://husniabdillah.multiply.com/journal/item/9, Diakses Tanggal : 14 April 2015)

Akbar Sa’dun (2010). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya

Angelis, B.D. (2000). Percaya Diri: Sumber Sukses dan Kemandirian. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Penerbit Alfabeta Bandura, A,(1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change.

Psychological Review, 84, 191-215.

Brown, H.Douglas. (2007). Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, Edisi

Kelima. Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.

Darmadi. (1996). Keterampilan Berbicara di Sekolah Dasar. Jakarta. UT

Dasna, (2008), Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle),

Malang, Jurusan Kimia FMIPA UM.

http://massofa.wordpress.com/2008/01/06/pembelajaran-dengan-modelsiklus-belajar-learning-cycle/ Tanggal akses 28 Februari 2015

Departemen Pendidikan Nasional, (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang-Depdiknas.

Depdiknas. (2013). Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD/ MI. Jakarta.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Djamarah dan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(46)

208

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hakim, Thursan. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Hamalik, Oemar (2005). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara Hanifa, Hanum Sukma. (2014). Keefektifan Model TTW dan Fastwritting dalam

Meningkatkan Keterampilan Menulis Naskah Drama. Tesis UPI.

Hopkins, David (1993). Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham, Philadelphia: Open University Press.

Hurlock, B.E. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed. 5. Jakarta: Erlangga; 1999

Ibrahim, A.S. (2001). Pengantar Sosiolinguistik; Sajian Bunga Rampai. Malang: Universitas Negeri Malang.

Joyce, Bruce, dkk. (2009). Models of Teaching.London: Allyn and Bacon. (Indonesia version) Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kadek Suhardita. (2011). Efektifitas Penggunaan Teknik Permainan dalam Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa. Bandung. Jurnal. UPI Press

Kartini, Kartono. (1990). Pengantar Metodologi Riset Sosial.Bandung: Mandar Maju

Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin (1988). The Action Research Planner. Geelong Victoria: Deakin University.

Leonni dan Hadi. (2006). Bagaimana Lebih Memahami Seorang Diri Remaja. (tersedia: http//www.psikologi.unair.ac.id.“Bagaimana Lebih Memahami Seorang Diri Remaja. Diunduh: 2-12-2014)

Lindenfield, Gael . Alih bahasa Ediati Kamil. (1997). Mendidik Anak Agar Percaya Diri. Jepara: Silas Press.

Maslow, A. (1962). Toward a psychology of being. New York. McGraw-Hill Maxwell, Joseph A. (1996). Qualitative Research Design: an introduction

approach.London: Sage

Muaddab, Hafis. (2010). Metode Bercerita. (tersedia: http//model-model pembelajaran.blogspot.co.id tanggal: 12-12-2014)


(1)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu (sangat baik)

4

(baik) kurang lancar, relevan dan tidak buru-buru 3

(cukup) kurang lancar, relevan dan buru-buru 2

(kurang) kurang lancar, kurang relevan dan buru-buru 1

(sangat kurang) kurang lancar, tidak relevan dan buru-buru

Kosakata

5 (sangat baik)

pemilihan kata bervariasi dan memperhatikan tanda baca 4

(baik)

pemilihan kata kurang bervariasi namun memperhatikan tanda baca

3 (cukup)

pemilihan kata kurang bervariasi, kurang memperhatikan tanda baca

2 (kurang)

pemilihan kata tidak bervariasi, kurang memperhatikan tanda baca

1

(sangat kurang)

pemilihan kata tidak bervariasi, tidak memperhatikan tanda baca

Intonasi

5

(sangat baik) suara jelas dan bahasa mudah dipahami 4

(baik)

suara kurang jelas namun bahasa masih bisa dipahami

3 (cukup)

suara kurang jelas dan bahasa kurang bisa dipahami

2 (kurang)

suara tidak jelas dan bahasa kurang bisa dipahami

1

(sangat kurang) suara tidak jelas, bahasa sulit dipahami

Ketepatan isi dengan topik

5 (sangat baik)

pembicaraan sesuai dengan topik, penggunaan bahasa tepat

4 (baik)

pembicaraan sesuai dengan topik, penggunaan bahasa kurang tepat 3

(cukup)

pembicaraan kurang sesuai dengan topik, penggunaan bahasa kurang tepat

2 (kurang)

pembicaraan tidak sesuai dengan topik, penggunaan bahasa kurang tepat

1

(sangat kurang)

pembicaraan tidak sesuai dengan topik, penggunaan bahasa tidak tepat

Diadaptasi dari Nurgiyantoro (2010 hlm. 392) Keterangan :


(2)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kategori :

5 = Baik Sekali A = 76 - 100

4 = Baik B = 51 - 75

3 = Cukup C = 26 - 50

2 = Kurang D = 0 -25

1 = Kurang Sekali 2) Penilaian Sikap

Lembar Penilaian Sikap Percaya Diri

No

Nama Peserta

didik

Aspek Yang Diamati

Jum

Percaya dengan kemampuan

diri sendiri

Tidak mudah putus asa

Berani menyampaikan

pendapat

Mudah berkomunikasi dan membantu

orang lain

Berani presentasi di

depan kelas 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

1

2

Jumlah

Presentase

Rubrik penilaian Percaya Diri Aspek yang

dinilai

Kriteria

penyekoran Keterangan

Tidak bergantung kepada orang lain

5 (sangat baik)

mampu menyelesaikan masalah sendiri, tidak banyak bertanya kepada teman/ guru 4

(baik)

mampu menyelesaikan masalah, banyak bertanya kepada teman/ guru

3 (cukup)

kurang mampu menyelesaikan masalah sendiri meskipun tidak banyak bertanya kepada teman/ guru

2 (kurang)

kurang mampu menyelesaikan masalah sendiri, banyak bertanya kepada teman/ guru 1

(sangat kurang)

tidak mampu menyelesaikan masalah

sendiri, banyak bertanya kepada teman/ guru Tidak mudah

putus asa

5 (sangat baik)

memiliki semangat yang tinggi dan pantang menyerah


(3)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4

(baik)

kurang bersemangat namun pantang menyerah dan tidak mudah putus asa 3

(cukup) memiliki semangat namun mudah menyerah 2

(kurang) kurang bersemangat dan mudah menyerah 1

(sangat kurang)

tidak memiliki semangat dan mudah menyerah

Berani

menyampaikan pendapat

5

(sangat baik) berani menyampaikan gagasan dan pendapat 4

(baik)

berani menyampaikan gagasan dan pendapat namun masih ragu-ragu

3 (cukup)

berani menyampaikan gagasan dan pendapat dengan bantuan teman

2 (kurang)

kurang berani menyampaikan gagasan dan pendapat meskipun sudah dibantu teman 1

(sangat kurang)

tidak berani menyampaikan gagasan dan pendapat meskipun sudah dibantu teman

Mudah

berkomunikasi dan membantu orang lain

5

(sangat baik) mau bekerjasama dan membantu orang lain 4

(baik)

mau bekerjasama dan membantu orang lain walaupun masih ragu-ragu

3 (cukup)

mau bekerjasama dan membantu orang lain meskipun harus dengan instruksi guru 2

(kurang)

kurang bisa bekerjasama dan kurang mau membantu orang lain

1

(sangat kurang)

tidak bisa bekerjasama dan tidak mau membantu orang lain

Berani presentasi di depan kelas

5 (sangat baik)

berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi 4

(baik)

berani tampil di depan kelas

mempresentasikan hasil diskusi meskipun masih tersendat-sendat

3 (cukup)

berani tampil di depan kelas

mempresentasikan hasil diskusi meskipun harus dibimbing oleh guru


(4)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2

(kurang)

kurang berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi 1

(sangat kurang)

tidak berani tampil di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi

Kategori :

5 = Baik Sekali A = 76 - 100

4 = Baik B = 51 - 75

3 = Cukup C = 26 - 50

2 = Kurang D = 0 -25

1 = Kurang Sekali 3) Penilaian lembar kerja

Kisi-kisi soal

Siklus ke- (materi) Skor Nomor soal

Siklus II

Membuat kerangka karangan tentang kegiatan yang sering dilakukan di rumah atau di sekolah

Membuat karangan yang padu dari kerangka yang telah dibuat

30 1

70 2

Lembar Kerja Peserta Didik Siklus II tindakan 2 Lembar Kerja Peserta Didik

Nama : ... Perhatikan instruksi berikut

ini!

Kerangka karangan: Paragraf 1:


(5)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1) Buatlah kerangka

karangan dari kegiatan yang kamu sukai dan sudah dilakukan di sekolah?

(skor 30)

2) Buatlah karangan yang padu dari kerangka karangan yang telah kamu buat!

(skor 70)

3) Presentasikan karangan yang telah kamu buat di depan kelas!

... ... Paragraf 2

... ... ... Paragraf 3

... ... ... Karangan:

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Mengetahui, Kepala Sekolah

Drs. Karyasasmita NIP. 196508021986101005

Bandung, Mei 2015 Guru Kelas IV

Leni Kurniasari, S.Pd. NIP. 198604062011012003


(6)

Mochammad Ali Rajai, 2015

Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mochammad Ali Rajai, lahir di Kota Bandung, Jawa Barat pada tanggal 8 Mei 1983. Penulis merupakan anak kesembilan dari pasangan Bapak Hideung Surachman dan Ibu Uniah. Penulis menempuh pendidikan secara formal di SDN Patrakomala Bandung, lulus tahun 1995, pendidikan di SMPN 27 Bandung lulus tahun 1998, pendidikan di SMAN 19 Bandung lulus tahun 2001, melanjutkan ke jenjang D2 PGSD/ MI di STAI Siliwangi Bandung lulus tahun 2005, melanjutkan ke jenjang S1 PGSD UPI Kampus Cibiru lulus tahun 2009. Menempuh jenjang S2 Pendidikan Dasar di UPI Bumi Siliwangi tahun 2013. Penulis mengabdi sebagai Guru di SDN Jakapurwa 1 Kota Bandung. Sejak tahun 2010 penulis ditugaskan mengabdi di lingkungan Pemerintah Kota Bandung dan ditugaskan di SDN Rancabolang Bandung sampai dengan sekarang.