21
pendekatan pembelajaran
yang sesuai
dan memungkinkan
untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan tersebut.
Dalam hal
ini pembelajaran dengan pendekatan PMR nampaknya berpotensi untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematik.
Pembelajaran yang menggunakan PMR, dimulai dari mengerjakan masalah yang langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengerjakan
masalah matematika yang dikenal dan berlangsung dalam kehidupan nyata masalah kontekstual, siswa membangun konsep dan pemahaman
matematika mereka dengan menggunakan naluri, insting, daya nalar, dan konsep yang sudah diketahui. Mereka membentuk sendiri struktur
pengetahuan matematika mereka melalui bantuan guru dengan mendiskusikan kemungkinan alternatif jawaban yang ada. Membangun konsep dan
pemahaman matematika seperti inilah yang diharapkan dapat menunjang pengembangan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan
masalah. Pembentukan konsep dan pemahaman matematik melalui pengerjaan
masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari diharapkan dapat memberikan beberapa keuntungan kepada siswa, yaitu: 1 siswa dapat lebih
memahami adanya hubungan yang erat antara matematika dan situasi, kondisi, dan kejadian di lingkungannya, karena banyak budaya di sekeliling mereka
yang mengandung unsur matematika didalamnya; 2 siswa terampil menyelesaikan masalah secara mandiri dengan menggunakan kemampuan
22
yang ada dalam dirinya insting, nalar, logika, dan ilmu. Dalam hal ini pengembangan ”Learning for living” dan ”life Skill” mendapat porsi yang
sebenarnya; 3 siswa membangun pemahaman pengetahuan matematika mereka secara mandiri sehingga menumbuh kembangkan rasa percaya diri
yang proporsional dalam bermatematika siswa tidak takut terhadap pelajaran matematika. Seiring dengan berkembangnya kemampuan-kemampuan ini,
diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan mutu pendidikan matematika khususnya di SD, yang selanjutnya akan menjadi modal dasar
dalam kehidupan mereka di masa mendatang.
70
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, oleh karena itu pelaksanaannya menggunakan siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok
kontrol. Pada kelompok eksperimen, peneliti memberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik, yang bertujuan untuk
melihat gejala atau dampak yang ditimbulkan pada diri siswa terkait dengan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah matematik.
Selanjutnya untuk melihat gejala yang muncul pada subjek yang diberi perlakuan, diperlukan kelompok subjek pembanding yang disebut kelompok kontrol. Hal ini
dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan, atau membandingkan nilai rata- rata kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah matematik
pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Selain menghadirkan kelompok pembanding peneliti berupaya semaksimal mungkin melakukan
pengontrolan terhadap variabel-variabel luar yang tidak menjadi fokus kajian dalam penelitian.
B. Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD se-Kota Kendari yang berjumlah 117 SD Negeri dan Swasta. Pemilihan siswa SD sebagai subyek
penelitian didasarkan atas pertimbangan: 1 tingkat perkembangan kognitif siswa SD masih berada pada tahap operasi konkrit, sehingga penerapan pendekatan
matematika realistik akan sangat membantu siswa untuk memahami materi
71
matematika yang diberikan dan pengembangan keterampilan yang diinginkan; 2 berdasarkan hasil studi terdahulu, bahwa penerapan pendekatan matematika
realistik PMR di sekolah dasar SD memberikan dampak positif terhadap keaktifan siswa, sikap dan hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini dipilih sekolah dengan level menengah sedang karena pada level ini kemampuan akademik siswanya heterogen, mulai dari yang
terendah sampai dengan yang tertinggi terwakili. Menurut Darhim 2004 sekolah yang berasal dari level tinggi cenderung memiliki hasil belajar yang lebih baik
tetapi baiknya itu bisa terjadi bukan akibat baiknya pembelajaran yang dilakukan. Demikian juga dengan sekolah yang berasal dari level rendah, cenderung hasil
belajarnya akan kurang, dan kurangnya itu bisa terjadi bukan akibat kurang baiknya pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini,
sekolah dengan level tinggi dan level rendah tidak dipilih sebagai subyek penelitian.
Kriteria untuk menentukan level sekolah berdasarkan perangkingan jumlah nilai ujian akhir sekolah bertaraf nasional UASBN tahun 20072008 dan
20082009, yang dibuat Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara. Proporsi sekolah peringkat tinggi, sedang, dan rendah yang digunakan untuk menentukan
peringkat tersebut adalah sebagai berikut: peringkat tinggi 20 , sedang 50, dan rendah 30. Penentuan 50 untuk sekolah peringkat sedang dengan alasan agar
tercapai peluang untuk mendapatkan siswa yang kemampuannya heterogen. Berdasarkan proporsi tersebut, diperoleh sebanyak 59 SD sebagai sekolah level