menemukan prevalensi NPB sebesar 12,6 pada orang yang sering bekerja duduk lebih dari 4 jam. Penelitian yang dilakukan Lam 1999, menyatakan bahwa duduk
dengan posisi badan membungkuk sangat membebani struktur jaringan lunak vertebra pada diskus intervertebra, ligament dan otot. Orang yang duduk tegak lebih
cepat letih karena otot-otot punggungnya lebih tegang. Sementara kerja otot lebih ringan saat duduk membungkuk, namun tekanan pada bantalan saraf lebih besar
Samara, 2015. Penelitian tentang keluhan nyeri punggung bawah sudah pernah diteliti
sebelumnya. Namun di Bali khususnya Denpasar belum pernah dilakukan penelitian tentang keluhan nyeri punggung bawah non spesifik pada pengemudi
angkutan kota. Sehingga peneliti tertarik mengambil judul tentang “Hubungan
Posisi Duduk Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Non Spesifik Pada Pengemudi Angkutan Kota di Terminal Ubung.
”
1.2 Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah posisi duduk pengemudi angkutan kota di Terminal
Ubung? 2.
Bagaimanakah keluhan nyeri punggung bawah non spesifik pada pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung?
3. Apakah ada hubungan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung
bawah non spesifik pada pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah non spesifik pada pengemudi angkutan kota di Terminal
Ubung. 1.3.2
Tujuan Khusus a.
Untuk menganalisis posisi duduk pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung.
b. Untuk mengidentifikasi keluhan nyeri punggung bawah non spesifik
pada pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung. c.
Untuk menganalisis hubungan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah non spesifik pada pengemudi angkutan kota di
Terminal Ubung.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pengemudi Angkutan Kota
Memberikan informasi pada pengemudi angkutan kota tentang posisi duduk yang benar saat mengemudi serta faktor-faktor yang berhubungan dengan
nyeri punggung bawah sehingga informasi ini dapat digunakan untuk mencegah terjadinya nyeri punggung bawah yang diakibatkan dari duduk
lama saat bekerja.
1.4.2 Ilmu Pengetahuan
Menambah pengetahuan tentang hubungan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah yang mungkin dapat dijadikan perbandingan bagi
peneliti. 1.4.3
Pengetahuan Fisioterapi Memperoleh tambahan kajian tentang dampak posisi duduk dengan keluhan
nyeri punggung bawah pada pengemudi angkutan kota. 1.4.4
Bagi Peneliti Peneliti mendapat pengalaman dan wawasan dalam melakukan penelitian
dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi
2.1.1 Definisi Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon kerja dan nomos hukum alam dan dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang dalam penerapannya
berusaha untuk menyerasikan manusia dalam lingkungan kerjanya, yang bertujuan demi tercapainya produktivitas kerja dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan faktor manusia seoptimal mungkin. Sebagai ilmu, teknologi dan seni ergonomi berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap
kemampuan, kecakapan dan keterbatasan manusia untuk menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman serta tingkat efisiensi yang setinggi-
tingginya Tresnaningsih, 2007. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia yang berkaitan
dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi adalah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah
penyesuaian antara pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia yang ditujukan untuk menurunkan stres yang akan dihadapi. Upayanya antara lain penyesuaian ukuran
tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia Departemen Kesehatan
RI, 2007.
Ergonomi adalah praktek dalam mendisain peralatan dan rincian pekerjaan sesuai dengan kapasitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cidera pada pekerja
OSHA, 2010. Ergonomi juga didefinisikan sebagai suatu penerapan ilmu pengetahuan yang lebih menitik-beratkan rancangan fasilitas peralatan, perkakas
sesuai dengan karakteristik anatomi, fisiologi, biomekanik, persepsi serta kebiasaan manusia NIOSH, 2007.
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara fasilitas yang digunakan dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia secara fisik maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup yang lebih baik
Tarwaka, 2010. 2.1.2
Ruang Lingkup Ergonomi Ruang lingkup ergonomi bukan sebatas bagaimana cara mengatur posisi
kerja yang baik, namun juga mencakup teknik, antropometri, dan disain. Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja Departemen Kesehatan RI 2008, menyatakan
bahwa ruang lingkup ergonomi mencakup beberapa aspek keilmuan yaitu: 1.
Tehnik, yaitu cara-cara melakukan pekerjaan dengan baik sehingga dapat mengurangi resiko cidera akibat postur kerja yang tidak baik.
2. Fisik, yaitu di mana penampilan seseorang mencerminkan
keseimbangan antara kemampuan tubuh dengan tuntutan tugas. Apabila tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan tubuh maka akan terjadi
ketidaknyamanan, kelelahan, kecelakaan, cidera, penyakit, serta menurunya produktivitas. Sebaliknya, apabila tuntutan tugas lebih kecil
dari kemampuan tubuh, akan terjadi understress, seperti kejenuhan, kebosanan, dan kurang produktif.
3. Anatomi, yaitu berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot serta
persendian. 4.
Antropometri, yaitu suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik manusia yang meliputi ukuran, bentuk dan
kekuatan yang nantinya berfungsi untuk mendisain tempat kerja seseorang.
5. Fisiologi, yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi dan kerja tubuh,
seperti temperatur tubuh, oksigen yang didapat saat bekerja, dan aktivitas otot.
6. Disain, yaitu berupa perancangan tempat kerja yang sesuai dengan
pekerja agar dapat bekerja secara layak, aman dan nyaman. 2.1.3
Perilaku Individu yang Tidak Ergonomis Masalah nyeri punggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi
fenomena yang sering terjadi saat ini. Menurut Chang 2006, ternyata, 60 orang dewasa mengalami nyeri punggung bawah karena masalah duduk yang terjadi pada
mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot punggung
bawah menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan ini berlanjut, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang
yang mengakibatkan hernia nucleus pulposus Idyan, 2007.
Fenomena di atas sekarang ini juga terjadi pada pengemudi mobil khususnya pengemudi angkutan kota. Panjangnya jarak yang harus ditempuh
mengakibatkan aktivitas pengemudi lebih banyak dihabiskan dengan duduk di kursi mobil saat menempuh jarak yang dituju. Mengendarai mobil dengan jarak yang
cukup jauh sangat melelahkan bagi pengemudi. Hal tersebut wajar terjadi pada setiap orang karena banyaknya gerakan yang harus dilakukan saat mengemudi
Harnoto, 2009. Lamanya duduk dalam kondisi statik akan menyebabkan kelelahan dan
timbulnya rasa pegal pada area pinggang. Namun ketika mengemudi dengan posisi duduk yang salah akan menyebabkan kelelahan yang terlalu cepat karena otot- otot
pinggang menjadi tegang, dan dalam periode yang berulang- ulang akan menimbulkan rasa nyeri pada area punggung bawah. Tempat duduk sopir pada
kendaraan yang digunakan oleh sopir-sopir pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung, kebanyakan tidak ergonomis dan sudah tergolong tua. Hal ini menjadi
faktor resiko terjadinya nyeri punggung bawah pada pengemudi angkutan kota. Akibatnya mengganggu kenyamanan dalam mengemudi dan lambat laun akan
berimbas pada produktivitas kerja yang semakin menurun karena pengemudi tidak tahan duduk berlama- lama di kursi mobil karena terganggu oleh rasa nyeri
Harnoto, 2009.
2.2 Sikap Kerja