pada daerah lumbal, hal ini disebabkan karena otot berusaha untuk meluruskan tulang punggung dan daerah lumbal.
3. Posisi Duduk Menyandar
Posisi duduk menyandar yaitu duduk pada sudut 90
○
pas pada sandaran kursi, karena bisa mengurangi tekanan pada discus sekitar 25. Namun
permasalahan pada posisi ini target penglihatan atau visual terlalu jauh dan terlalu rendah.
2.3 Anatomi Terapan dan Biomekanik
2.3.1 Columna Vertebralis Spine
Columna vertebralis adalah sebuah struktur lentur yang di bentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Pada orang
dewasa panjang tulang belakang dapat mencapai 57-67 cm. Tulang belakangmemiliki 33 ruas yang terdiri dari 24 buah ruas merupakan tulang-tulang
yang terpisah dan 9 ruas lainnya tergabung membentuk dua tulang. Vertebra di kelompokkan menjadi beberapa bagian dan di beri nama sesuai dengan daerah yang
di tempati yaitu: a.
Vertebra Torakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian belakang toraks atau dada yang terdiri dari 12 ruas.
b. Vertebra Servikalis atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah
tengkuk yang terdiri dari 7 buah. c.
Vertebra Lumbalis atau ruas tulang punggung membentuk daerah lumbal atau pinggang yang terdiri dari 5 buah.
d. Vertebra Sakralis atau tulang kelangkang membentuk sacrum atau
tulang kelangkang yang terdiri dari 5 buah. e.
Vertebra Kosigeus atau ruas tulang punggung membentuk tulang koksigeus atau tulang tungging yang terdiri dari 4 buah.
Secara anatomi, vertebra adalah daerah tulang belakang C1 sampai seluruh tulang sacrum. Dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Columna vertebralis dari tiga sudut pandang anterior, lateral, dan posterior
Sumber: Sanchez, 2014 2.3.2
Ligamen-ligamen pada Columna Vertebralis Ligamen memperkuat columna vertebralis sehingga membentuk postur
tubuh seseorang. Ligamen-ligamen tersebut antara lain:
1 Ligamen longitudinal anterior
Ligamen longitudinal anterior merupakan jaringan fibrous yang terdapat di sepanjang bagian depan columna vertebralis. Ligamenum ini dimulai dari
os occipital dan berakhir pada os sacrum, makin ke bawah ukurannya semakin lebar namun pada daerah thoracal ligamen ini menyempit
Wibowo, 2007. Fungsi ligamen tersebut menyatukan ruas-ruas vertebra dari arah depan,
tetapi tidak cukup kuat memfiksir annulus fibrosus discus intervertebralis Kurniasih, 2011.
2 Ligamen longitudinal posterior
Di bagian belakang corpus, di dalam canalis vertebralis terdapat ligamen longitudinal posterior. Berbeda dengan yang anterior, ligamen longitudinal
posterior berawal dari corpus cervicalis kedua dan juga berakhir pada permukaan anterior canalis ossos sacri Wibowo, 2007.
Ligamen ini melekat pada discus intervertebralis, oleh karena itu ligamen ini dapat mengfiksir atau menutupi discus intervertebralis sehingga
berfungsi membatasi gerakan terutama gerakan fleksi dan ekstensi serta berperan sebagai pelindung. Namun karena ligamen ini tidak melekat secara
penuh, maka pada bagian posterolateral dari discus intervertebralis tidak terlindungi. Ligamen ini sangat sensitif karena banyak mengandung serabut
saraf afferentt nyeri A δ dan tipe C dan memiliki sirkulasi darah yang
banyak Kurniasih, 2011. 3
Ligamen intertransversal
Ligamen ini melekat pada tuberculum asesori dari processus transversus dan berkembang baik pada regio lumbal. Ligamen ini
mengontrol gerakan lateral fleksi kearah kontralateral Sudaryanto, 2004. 4
Ligamen flavum Ligamen ini sangat elastis dan melekat pada arcus vertebra tepatnya
pada setiap lamina vertebra. Ke arah anterior dan lateral, ligamen ini menutup capsular dan ligamen anteriomedial sendi facet. Ligamen ini
mengontrol gerakan fleksi lumbal Sudaryanto, 2004. 5
Ligamen interspinosus Ligamen ini sangat kuat yang melekat pada setiap processus spinosus
dan memanjang kearah posterior dengan ligamen supraspinosus. Ligamen ini berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan fleksi lumbal
Sudaryanto, 2004. 6
Ligamen supraspinosus Ligamen ini melekat pada setiap ujung processus spinosus. Pada regio
lumbal, ligamen ini kurang jelas karena menyatu dengan serabut insersio otot lumbodorsal. Ligamen ini berperan sebagai stabilisator pasif saat
gerakan fleksi lumbal Sudaryanto, 2004.
Gambar 2.2 Ligamen-ligamen yang memperkuat columna vertebralis Sumber:
http:columnavertebral.net Diakses tanggal 26 Desember 2015
2.3.3 Lumbal Spine
Tulang vertebra lumbal memiliki bentuk yang lebar dan besar, vertebra lumbal sesuai untuk menyangga seluruh beban dari kepala, badan dan ekstremitas
atas. Tulang lumbal berhubungan dengan lower thorakal, upper sacral, dan hip pelvic complex. Sendi lumbal terdiri atas 5 ruas corpus vertebralis yang merupakan
bagian dari columna vertebralis Wibowo, 2007. Pada setiap ruas tulang terbentuk atas sebuah corpus yang bentuknya mirip
ginjal. Lumbal memiliki corpus yang lebih besar dan tebal jika dibandingkan dengan corpus vertebralis yang lain dan bentuknya kurang lebih bulat dengan
bagian atas dan bawah yang datar, satu processus spinosus, yang mengarah pada bidang sagital, dua processus transversus, sepasang processus articularis superior
dan inferior, di mana kedua bagian ini saling bertemu pada kedua belah sisi dalam bentuk sendi facet dan foramen intervertebralis, tempat menjalarnya cauda equina
di mana merupakan lanjutan dari spynal cord. Dengan kurva lordosis yang dimiliki oleh lumbal menyebabkan lumbal menerima beban paling besar dari segmen
columna vertebralis lainnya. Selain itu lumbal juga mempunyai mobilitas yang tinggi Wibowo, 2007.
Gambar 2.3 Persendian pada lumbosacral Sumber: Charisma, 2014
Gerakan pada collumna vertebralis bergantung pada segmen mobile, yaitu 2 sendi facet dan jaringan lunak diantaranya. Segmen tersebut memberikan
beberapa derajat gerakan pada setiap regio Kurniasih, 2011. Pada regio lumbal, orientasi sendi facet lebih ke dalam bidang sagital
sehingga gerak yang dominan adalah fleksi – ekstensi. Disamping itu, terjadi
gerakan lateral fleksi kiri dan kanan serta rotasi Kurniasih, 2011. Pada gerakan fleksi, corpus vertebra bagian atas akan bergerak menekuk
kearah anterior sehingga terjadi peregangan pada discus intervertebralis bagian posterior Kurniasih, 2011.
Pada gerakan ekstensi, corpus vertebra bagian atas akan bergerak menekuk kearah posterior, sementara discus menjadi mampat pada bagian posterior dan
teregang pada bagian anterior. Ligamen longitudinal anterior juga mengalami penguluran sementara ligamen longitudinal posterior rileks. Dengan demikian,
gerakan ekstensi dibatasi oleh struktur tulang dari arkus vertebra dan ketegangan ligamen longitudinal anterior Kurniasih, 2011.
Pada gerakan lateral fleksi, corpus vertebra bagian atas akan bergerak kearah ipsilateral, sementara discus sisi kontralateral mengalami ketegangan
karena bergeser kearah kontralateral Kurniasih, 2011. Pada bagian rotasi, vertebra bagian atas berotasi pada vertebra bagian
bawah, tetapi gerakan rotasi ini hanya terjadi disekitar pusat rotasi. Discus intervertebralis tidak berperan dalam gerakan rotasi, sehingga gerakan rotasi sangat
dibatasi oleh sendi facet vertebra lumbal Kurniasih, 2011. 2.3.4
Otot-otot di Punggung 1.
Erector spine, merupakan group otot yang luas dan terletak dalam pada facia lumbodorsal, serta muncul dari suatu aponeurosis pada sacrum,
crista illiaca dan procesus spinosus thoraco lumbal. Group otot ini terbagi atas beberapa otot yaitu:
a. M. Longissimus
b. M. Iliocostalis
c. M. Spinal is
Group otot ini merupakan penggerak utama pada gerakan extensi lumbal dan sebagai stabilisator vertebra lumbal saat tubuh dalam keadaan tegak.
Kerja otot tersebut dibantu oleh M. Transverso spinal is dan Paravertebral muscle deep muscle seperti m. intraspinal is dan m. Intrasversaris
Sudaryanto, 2004 2.
Abdominal, merupakan group otot ekstrinsik yang membentuk dan memperkuat dinding abdominal. Pada group otot ini ada 4 otot
abdominal yang penting dalam fungsi spine, yaitu m. rectus abdominis, m. obliqus external, m. obliqus internal dan m. transversalis abdominis.
Group otot ini merupakan fleksor trunk yang sangat kuat dan berperan dalam mendatarkan kurva lumbal. Di samping itu m.obliqus internal dan
external berperan pada rotasi trunk Sudaryanto, 2004. 3.
Deep lateral muscle, merupakan group otot intrinstik pada bagian lateral lumbal yang terdiri dari :
a M. Quadratus Lumborum
b M. Psoas
Group otot ini berperan pada gerakan lateral fleksi dan rotasi lumbal Sudaryanto, 2004
Gambar 2.4 Otot-otot pada punggung Sumber: Jakarta Fisioterapi, 2013
2.3.5 Pelvic dan Tight
a. Pelvic
Pada pelvic terdapat tulang coxae kiri dan kanan yang saling berubungan pada bagian depan, dan dengan tulang sacrum pada bagian belakang.
Sebagai kesatuan, tulang-tulang ini berperan dalam melindungi organ tubuh di dalam pelvic Wibowo, 2007.
Otot-otot pada pelvic mulai dari otot superficial dan otot-otot bagian dalam adalah m. Gluteus maxximus, m. Gluteus medius,m. Gluteus minimus,
m. Piriformis, m. Gamellus superior dan inferior, m. Quadratus femoris dan
sebagian m. Obturatorius externus. Selain struktur otot dan tulang pada regio pelvic juga terdapat pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah yang
mengurus regio glutea adalah cabang dari arteri iliaca interna arteri glutea superior dan inferior, arteri pudenda interna. Untuk persarafannya berasal
dari rami ventralis nervi spinal is yang keluar dari segmenta lumbalis satu sampai empat. Nervi spinal is ini membentuk plexus lumbalis dan serabut
spinal yang keempat bergabung dengan serabut yang berasal dari segmen sakral membentuk plexus lumbosacralis. Wibowo, 2007
Sacara arsutektur, pelvic terletak strategis karena merupakan penghubung trunk dengan extemitas inferior sehinggga harus saling
bekerjasama pada setiap gerakan lumbal dan hip. Sudaryanto, 2011. Karena gerak pelvic bergantung pada sendi-sendi di lumbal spine dan hip
maka gerak pelvic dapat bersifat sekunder atau primer. Berikut analisis gerak primer dan sekunder dari pelvic:
Tabel 2.1 Analisis gerak primer pelvic dalam posisi berdiri
Pelvic Lumbal Spine
Hip Joint
Anterior pelvic tilt Hiperekstensi
Sedikit fleksi Posterior pelvic tilt
Sedikit fleksi Ekstensi penuh
Lateral pelvic tilt Sedikit lateral fleksi ke
kanan Kanan : sedikit adduksi
Kiri : sedikit abduksi Rotasi ke kiri tanpa
kepala dan kaki bergerak Rotasi ke kanan
Kanan :
sedikit exorotasi
Kiri : sedikit endorotasi Sudaryanto, 2011
Tabel 2.2 Analisis gerak sekunder pelvic terhadap lumbal spine
Lumbal spine Pelvic
Fleksi Posterior pelvic tilt
Ekstensihiperekstensi Anterior pelvic tilt
Lateral fleksi kiri Lateral pelvic tilt ke kanan
Rotasi kiri Rotasi ke kiri
Sudaryanto, 2011
Tabel 2.3 Analisi gerak sekunder pelvic terhadap hip joint
Hip joint Pelvic
Fleksi Anterior pelvic tilt
Ekstensihiperekstensi Posterior pelvic tilt
Abduksi ke kiri Lateral pelvic tilt ke kanan
Adduksi ke kiri Lateral pelvic tilt ke kiri
Sudaryanto, 2011
b. Tight
Daerah tungkai atas Tight memiliki beberapa grup otot besar, salah satu grup otot memberikan kontribusi terhadap terjadinya NPB yaitu grup
otot ekstensor hip dan fleksor knee Hamstring. Hamstring merupakan otot paha bagian belakang yang berfungsi sebagai fleksor knee dan ekstensor hip.
Secara umum hamstring bertipe otot serabut otot tipe II Watson, 2002 .
Hamstring terbagi atas tiga otot yaitu:
1. Otot Biceps Femoris
Mempunyai dua buah caput. Caput longum dan breve, caput longumberorigo pada pars medialis tuber Ichiadicum dan M.
semitendinosus sedangkan caput breve berorigo pada labium lateral linea aspera femoris, insersio otot ini pada capitulum fibula
Watson, 2002. 2.
Otot Semitendinosus Otot ini berorigo pada pars medialis tuber ichiadicum dan
berinsersio pada facies medialis ujung proximaltibia Watson, 2002
3. Otot Semimembranosus
Melekat di sebelah pars lateralis tuber ichiadicum turun ke arah sisi medial regio posterior femoris dan berinsersio pada facies posterior
condylus medialis tibia Watson, 2002
Gambar 2.5 Grup Otot Hamstring Sumber: Watson, 2002
Otot hamstring berfungsi dalam gerakan ekstensi dan hiperekstensi hip. Ekstensi adalah gerakan kembali dari fleksi dan hiperekstensi
adalah gerakan femur ke belakang dalam bidang sagital. Gerak hiperekstensi sangat terbatas dengan ROM sebesar 0
-20 gerak
aktif dan sebesar 0 -30
gerak pasif. Keuntungan dari ketebatasan gerak ini adalah sendi menjadi sangat stabil untuk wight bearing
menumpu berat badan tanpa membutuhkan kontraksi otot yang kuat Sudaryanto, 2011.
Selain itu otot hamstring juga berperan dalam membatasi luas gerakan fleksi hip. Gerakan fleksi hip yang luas dilakukan dengan
lutut dalam posisi fleksi di mana pelvic akan backward tilt untuk melangkapi gerakan fleksi hip. ROM fleksi hip dengan posisi
ekstensi lutut adalah sebesar 0 -90
, sedangkan ROM fleksi hip dengan posisi fleksi lutut adalah sebesar 0
-120 gerak aktif dan 0
- 140
gerak pasif Sudaryanto, 2011.
2.4 Nyeri Punggung Bawah Non Spesifik