2.8 Sistem Pengering Buatan
System pengering buatan berbeda dengan system pengering secara alami Natural Air Drying, pada system ini proses pengeringan tidak sepenuhnya bergantung pada kondisi
cuaca. Sirkulasi gerakan dan arah angin yang mengandung energi panas udara yang mengalir baik proses aliran paksa maupun alami, bila udara dalam ruangan terlalu lembab
udara tersebut dapat dibuang melalui saluran pembuangan damper untuk kemudian
digantikan dengan udara baru yang tidak terlalu lembab.
Sifat pengering buatan dibuat untuk mendapatkan beberapa nilai positif yang tidak dapat dicapai oleh sistem pegeringan secara, alami, misalnya:
1. Proses pengeringan tidak sepenuhnya bergantung pada panas matahari atau kondisi musim.
2. Dengan singkatnya proses pengeringan, kapasitas pengeringan dapat ditingkatkan. 3. Proses pengeringan dapat terjadi secara kontinyu dan dapat dilakukan sewaktu-
waktu sesuai keinginan. 4. Bahan yang dikeringkan akan lebih aman dari gangguan luar yang dapat merusak
bahan atau produk, seperti: debu, hewan, gangguan cuaca dan lain-lain. 5. Penggunaan filter udara pada saluran udara masuk memungkinkan bahwa udara
pengeringan benar-benar bersih dari kotaran, debu dan lainnya.
2.9 Nilai Kalor
Nilai kalor adalah suatu angka yang menyatakan jumlah panaskalori yang dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah bahan bakar tertentu dengan udaraoksigen
menurut Yelina, dkk 2000. [14] Nilai kalor dapat dicari dengan menggunakan alat bomb calorimeter untuk
mengetahui selisih perubahan temperature dalam proses pembakaran dan data tersebut dapat dihitung dengan rumus:
..................................................................................2.7 HHV
=
......................................................................................2.8
LHV = ..................................................................................................2.9
Dimana : HHV = nilai kalor atas bahan bakar kalgr
C = nilai kalor standarisasi dari natrium benzoid acid kal ˚C
= T2-T1 selisih antara temperatur akhir selama temperatur awal ˚C
LHV = nilai kalor bawah bahan bakar kalgr X = massa H
2
O yang terbentuk dalam proses pembakaran gr H
2
Ogr bb LH = panas latent penguapan H
2
O kalgr H
2
O
2.10 Kesetimbangan Energi
Kesetimbangan energi yang terjadi dalam sistem pengering alat pengering dan kompor biomassa seperti gambar 2.7 dibawah ini:
+ Ė
Lc
T
c
= 0 Q
LTP
Q
LTS
bb +
Ė
bb
Q
LTK
Gambar 2.7 Skematik Sistem Pengeringan