Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

Feby Irawan, 2015 Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dunia tengah berada di era globalisasi yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari yang menciptakan iklim baru yang menuntut masyarakat untuk menjadi lebih aktif dan terbuka dalam menghadapi tantangan serta persaingan. Aktivitas masyarakat menjadi lebih transparan, tidak lagi terbatas oleh tempat, jarak, ruang dan waktu, yang dapat menciptakan sebuah peluang bagi setiap individu maupun kelompok untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan menjadikannya lebih baik dan bermanfaat bagi orang banyak maupun dirinya sendiri. Penggunaan teknologi secara efektif dan tepat akan membantu menciptakan kualitas yang bermutu pada setiap aspeknya. Termasuk salah satunya adalah pendidikan, yang dapat menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang bermutu. Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan dapat menunjang keberhasilan serta pencapaian tujuan kegiatan pendidikan tersebut, seperti yang dijelaskan oleh Miarso dalam Ismaniati, 2011, hlm. 2 yang menyatakan, “banyak faktor yang berpengaruh atau mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang berkualitas dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, salah satu di antaranya adalah penggunaan atau pemanfaatan teknologi dalam proses pendidikan dan pembelajaran ”. Bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian integral dari kesuluruhan kegiatan pendidikan dapat menggunakan teknologi sebagai alternatif pilihan alat bantu atau media yang dapat menunjang tujuan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Penggunaan teknologi dapat menjadi suatu peluang untuk mengembangkan kegiatan layanan yang bersifat konvensional dan tradisional serta masih terbatas, menjadi sebuah konsep perkembangan yang tidak lagi dibatasi oleh tempat, jarak, ruang dan waktu. Feby Irawan, 2015 Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Melalui layanan bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling membantu peserta didik mencapai tugas perkembangannya dalam rangka proses kemandirian, hal tersebut akan menjadi lebih optimal jika didukung oleh pelaksana yang memiliki standar profesionalisme di bidangnya serta dukungan sistem manajemen yang berlaku serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga kegiatan pendidikan menjadi lebih efektif. Guru bimbingan dan konseling wajib menguasai serta menerapkan standar kompetensi konselor yang telah ditentukan sebagai landasan dalam melaksanakan kegiatan layanan. Sebagaimana tercantum pada Permendiknas yang disusun oleh Mendiknas 2008, hlm. 5, yang merumuskan standar kompetensi konselor ke dalam empat kompetensi pendidik, yaitu 1 Kompetensi Pedagogik, 2 Kompetensi Kepribadian, 3 Kompetensi Sosial, serta 4 Kompetensi Profesional. Guru bimbingan dan konseling sebagai sosok utuh konselor sekolah mencakup dua komponen penting, yakni kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Termasuk di dalamnya rincian kompetensi akademik konselor untuk mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani serta menguasai khasanah teoretik dan prosedural termasuk teknologi dalam bimbingan dan konseling Departemen Pendidikan Nasional, 2008, hlm. 137. Guru bimbingan dan konseling sebagai salah satu personil pelaksana layanan, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap profesinya atas keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Guru bimbingan dan konseling profesional adalah seseorang yang memiliki peran penting untuk merencanakan dan mengaplikasikan program bimbingan dan konseling sekolah yang komprehensif Mursalin, 2013, hlm. 108. Penelitian oleh Hakim 2011, hlm. 67 menunjukan hasil sebesar 42,74 guru bimbingan dan SMA Negeri tahun ajaran 20112012 telah mencapai hasil yang baik. Penjelasan hasil secara terperinci yaitu 57 dari 74 orang guru bimbingan dan konseling di kota Bandung termasuk pada kategori baik. Sebanyak sembilan orang lainnya masuk pada kategori cukup dan delapan orang pada kategori kurang. Artinya, Feby Irawan, 2015 Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kinerja sebagian besar guru bimbingan dan konseling sekolah di Kabupaten Bandung belum optimal dilihat dari kepribadian konselor, pengetahuan serta keterampilan memberikan layanan bimbingan. Sejauh ini diduga belum semua guru bimbingan dan konseling yang berada di sekolah telah mencapai kualifikasi sesuai standar profesinya sebagai guru bimbingan dan konseling. Hasil penelitian Ilfiandra dalam Mursalin, 2013, hlm. 3 terhadap guru bimbingan dan konseling, siswa, guru, dan kepala sekolah. Umumnya kinerja guru bimbingan dan konseling belum memuaskan, di Kabupaten Bandung 64,28 kinerja guru bimbingan dan konseling masuk pada kategori tidak memuaskan, sebagian kecil 35,71 masuk pada kategori memuaskan, dan tidak ada guru bimbingan dan konseling yang menunjukkan kinerja yang sangat memuaskan. Urutan aspek kinerja yang tidak memuaskan yang ditampilkan oleh guru bimbingan dan konseling menyangkut pengetahuan tentang keterampilan memberikan layanan bimbingan dan konseling 36,74, kepribadian guru bimbingan dan konseling 29,85, dan pengetahuan tentang layanan bimbingan dan konseling 21,28. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, masih belum mencapai tujuan yang diharapkan. Karena masih banyaknya guru bimbingan dan konseling yang belum dapat mengaktualisasikan keterampilannya di dunia kerja secara optimal. Penelitian Asror dalam Sudrajat, 2008, hlm. 2 melaporkan, keterampilan konseling konselor belum memenuhi harapan siswa. Dedi Supriadi dalam Sudrajat, 2008, hlm. 2 memberikan isyarat, jika sebanyak 38 orang tua siswa belum menerima keberadaan program bimbingan dengan alasan kurang profesionalnya guru pembimbing dalam menjalankan tugas. Furqon dalam Sudrajat, 2008, hlm. 2, menyatakan bahwa kinerja konselor lulusan BK dengan nonBK yang tidak jauh berbeda dalam memberikan dan menampilkan aktivitas pelayanan BK secara menyeluruh serta belum menampilkan kompetensinya secara aktual. Pada hasil penelitian yang dilakukan Ilfiandra, dkk. dalam Sudrajat, 2008, hlm. 2 melaporkan implementasi pelayanan BK masih belum Feby Irawan, 2015 Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu memuaskan. Kelemahan kinerja konselor merata pada aspek keterampilan dan pengetahuan tentang pelayanan BK serta kepribadian. Fenomena tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan tidak tepat sasaran dan tidak berlangsung dengan baik, ataupun kualitas guru bimbingan dan konseling secara profesionalisme yang tidak mencapai standar kompetensi konselor seutuhnya. Karena tidak sedikit guru bimbingan dan konseling di sekolah yang belum menguasai konsep dasar dan teori keilmuan tentang bimbingan dan konseling. Kompetensi yang dimiliki seorang guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan sangat memengaruhi hasil kinerja serta pandangan guru lain di sekolah. Guru bimbingan dan konseling dituntut memiliki kemampuan yang memadai dan memiliki mutu yang terjamin, seperti kepiawaian, kemampuan dan kinerja yang kreatif dalam melaksanakan layanan, seperti yang diungkap Yusuf 2009: Agar peserta didik memiliki 1 pemahaman, wawasan, dan kesadaran akan identitas dirinya; 2 kemampuan mengembangkan potensi dirinya 3 keterampilan mengatasi masalah yang dihadapinya; 4 wawasan tentang perkembangan IPTEK dan sosial budaya masyarakat, dan 5 kemampuan menyesuaikan diri seara konstruktif dengan lingkungan dalam upaya menciptakan kesejahteraan hidup bersama. Guru bimbingan dan konseling perlu memperhatikan faktor lain yang dapat menunjang optimalnya layanan yang diberikan. Kondisi objektif seperti kebudayaan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni IPTEKS perlu ikut dipertimbangkan dalam merancang layanan bimbingan. Guru bimbingan dan konseling perlu sadar dengan adanya perkembangan era globalisasi, karena hal tersebut tidak dapat ditepis lagi dari kenyataan bahwa semua individu telah dan tengah mengalami pergeseran era. Guru bimbingan dan konseling sebaiknya untuk lebih mempelajari dan memahami secara konseptual dan teknis terkait produk-produk hasil perkembangan IPTEKS, seperti radio, televisi, proyektor, kamera, PC, smartphone, tablet PC, ataupun produk lainnya yang berbentuk perangkat lunak Feby Irawan, 2015 Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu seperti program aplikasi, file, dan internet yang dapat digunakan untuk menunjang dan mengoptimalisasikan kegiatan layanan. Karena sudah tidak asing istilah CybercounselingE-counseling di telinga guru bimbingan dan konseling sebagai pemberdayaan hasil perkembangan IPTEKS dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Dimana proses layanan bimbingan dan konseling tidak lagi terhambat oleh ruang, jarak dan waktu. Produk hasil perkembangan IPTEKS dapat dimanfaatkan dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Yusof dalam Yudha, 2009, hlm. 2 menyatakan sebagian besar penelitian yang berkaitan dengan penggunaan teknologi dalam konseling dapat dikelompokkan menjadi 3 bidang utama yang digunakan dalam teknologi: 1 pencatatan, 2 analisis data, 3 cybercounseling dan cyberlearning. Sebagai media pembelajaran, pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan layanan bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik menyelesaikan tugas perkembangannya. Sebagaimana diungkap oleh Goss Anthony 2003, hlm. 14: Technology has increasingly impacted on the way that mental health practitioners conduct their day-to-day business. Communication on a professional level between two parties can be faster, more efficient and more convenient from and administrative point of view including the use of general office equipment such as answerphones, fax machines and pagers as well as e-mail. Teknologi semakin berdampak terhadap praktisi kesehatan mental di dalam melakukan kegiatan mereka sehari-hari. Komunikasi pada tingkat profesional antara dua pihak akan dapat lebih cepat, efisien dan nyaman ditinjau dari sisi administrasinya. Internet sebagai salah satu produk hasil perkembangan IPTEKS dapat dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Namun dalam penggunaannya, internet memiliki dampak positif atau negatif tergantung pada cara dan siapa yang menggunakannya. Internet yang digunakan secara positif dapat berguna bagi banyak pihak, termasuk salah satunya di bidang pendidikan. Ada banyak manfaat yang dapat dipetik oleh lembaga pendidikan, peserta didik, maupun masyarakat pada umumnya. Lembaga pendidikan dapat memperoleh Feby Irawan, 2015 Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kontribusi dari sistem e-education berupa: perluasan jaringan mitra kerja, baik dengan lembaga atau instansi di dalam mau pun diluar negeri, serta pengendalian biaya khususnya pengurangan biaya pembangunan sarana fisik. E-education mengefektifkan hubungan antara peserta didik dan pendidik karena peserta didik dapat berkonsultasi atau belajar bersama pendidik tanpa terikat tempat dan waktu Oetomo dkk., 2007, hlm. 6. Khususnya pada bimbingan dan konseling, dengan adanya perkembangan teknologi, dapat mengubah sistem dan mekanisme yang berlangsung pada pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Seperti yang diungkap oleh Goss Anthony 2003, hlm. 13, The use of technology in counseling and psychotherapy is changing the face of the profession, with practitioners either being challenged and excited by the new opportunities it presents or feeling skeptical, overwhelmed or even frightened by an unwelcome intrusion into traditional methods of providing mental health services. Salah satu implikasi hasil IPTEKS pada dunia bimbingan dan konseling secara nyata dapat diterapkan pada konsep e-counseling, yakni kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang memanfaatkan internet agar dapat tercapainya hasil yang lebih optimal dan efektif. Lebih dijelaskan oleh pemaparan yang diungkapkan www.ilenehart.com dalam Latipah, 2011, e-counseling dapat menjawab berbagai isu kehidupan, yaitu suatu metode baru yang menarik dalam membantu individu untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan. Sangat berbeda dengan metode tradisional dalam terapi, karena e-counseling dapat membantu individu mengenali banyak isu yang bermacam-macam dengan fokus di bawah suatu lembaga yang profesional. Peluang untuk menciptakan suatu pengembangan layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui e-counseling atau layanan bimbingan dan konseling berbasis internet. Merujuk pada hasil survey yang dilakukan oleh riset pemasaran Markplus Insight, menyatakan bahwa pada tahun 2013 terdapat 74,6 juta pengguna internet di Indonesia dengan hampir setengah jumlah keseluruhan Feby Irawan, 2015 Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu masyarakat berusia di bawah 30 tahun Lukman, 2013. UNICEF, bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi, The Berkman Center for Internet and Society, dan Harvard University, melakukan survey nasional mengenai penggunaan dan tingkah laku internet para remaja Indonesia. Studi ini memperlihatkan bahwa setidaknya 30 juta orang remaja di Indonesia yang mengakses internet secara reguler. Survey tersebut dilakukan kepada 400 peserta didik dengan kisaran umur 10 sampai 19 tahun, hal tersebut menunjukan remaja pada zaman sekarang telah terbiasa berinteraksi dengan menggunakan layanan internet Lukman, 2014. Hampir setengah jumlah penduduk di Indonesia yang menggunakan internet adalah remaja, dan sebagian besar di antaranya termasuk ke dalam kategori peserta didik. Aktivitas peserta didik dalam menggunakan internet, dapat dijadikan sebuah peluang dimana bimbingan dan konseling bisa mengembangkan pelaksanaan layanan berbasis internet atau E-counseling. Ragam E-counseling seperti penggunaan telepon, radio, e-mail, weblog, sms, atau chat dapat digunakan sebagai media untuk melakukan layanan bimbingan dan konseling. Keller Goodman dalam Latipah, 2011, menyatakan sebuah fakta pada tahun 2004, e- mail saat ini masih merupakan media yang paling banyak digunakan dalam electronic therapy atau webcounseling. Weblog sebagai salah satu media yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling sebagai media alternatif atau alat bantu yang dapat menunjang hasil kemandirian peserta didik. Layanan yang dilaksanakan melalui media weblog ini adalah layanan dasar yang bersifat informatif, sehingga weblog berisikan materi-materi atau informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam membantu pencapaian tugas perkembangannya berdasarkan standar kompetensi kemandirian peserta didik.

B. Rumusan Masalah Penelitian