Rumusan Masalah Penelitian PENDAHULUAN

Feby Irawan, 2015 Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu masyarakat berusia di bawah 30 tahun Lukman, 2013. UNICEF, bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi, The Berkman Center for Internet and Society, dan Harvard University, melakukan survey nasional mengenai penggunaan dan tingkah laku internet para remaja Indonesia. Studi ini memperlihatkan bahwa setidaknya 30 juta orang remaja di Indonesia yang mengakses internet secara reguler. Survey tersebut dilakukan kepada 400 peserta didik dengan kisaran umur 10 sampai 19 tahun, hal tersebut menunjukan remaja pada zaman sekarang telah terbiasa berinteraksi dengan menggunakan layanan internet Lukman, 2014. Hampir setengah jumlah penduduk di Indonesia yang menggunakan internet adalah remaja, dan sebagian besar di antaranya termasuk ke dalam kategori peserta didik. Aktivitas peserta didik dalam menggunakan internet, dapat dijadikan sebuah peluang dimana bimbingan dan konseling bisa mengembangkan pelaksanaan layanan berbasis internet atau E-counseling. Ragam E-counseling seperti penggunaan telepon, radio, e-mail, weblog, sms, atau chat dapat digunakan sebagai media untuk melakukan layanan bimbingan dan konseling. Keller Goodman dalam Latipah, 2011, menyatakan sebuah fakta pada tahun 2004, e- mail saat ini masih merupakan media yang paling banyak digunakan dalam electronic therapy atau webcounseling. Weblog sebagai salah satu media yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling sebagai media alternatif atau alat bantu yang dapat menunjang hasil kemandirian peserta didik. Layanan yang dilaksanakan melalui media weblog ini adalah layanan dasar yang bersifat informatif, sehingga weblog berisikan materi-materi atau informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam membantu pencapaian tugas perkembangannya berdasarkan standar kompetensi kemandirian peserta didik.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Eksistensi bimbingan dan konseling pada kurikulum 2013 yaitu memegang tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan lingkungan perkembangan, Feby Irawan, 2015 Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungannya, membelajarkan individu untuk mengembangkan, memperbaiki, dan memperhalus perilaku Kemendikbud, 2013. Sejalan dengan rincian kompetensi konselor yang dipaparkan oleh Departemen Pendidikan Nasional 2008, hlm. 143, menyebutkan bahwa: konselor harus mampu 1 memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani, 2 menguasai landasan teoretik bimbingan dan konseling, 3 menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan, serta 4 mengembangkan pribadi dan profesionaltias secara berkelanjutan, maka guru bimbingan dan konseling harus memiliki kompetensi yang dapat diimplementasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan yang dapat membantu peserta didik dalam mencapai tugas perkembangannya. Saat ini kegiatan layanan bimbingan dan konseling sebagai usaha bantuan kepada peserta didik, telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat. Pelaksanaan kegiatan layanan bantuan dapat terbantu dengan adanya pemberdayaan hasi ilmu teknologi, namun pada kenyataannya belum semua guru bimbingan dan konseling di sekolah mampu memanfaatkannya secara optimal. Masih ada pelaksanaan layanan bantuan yang bersifat tradisional, yang mengedepankan penyembuhan dan pemecahan masalah, sehingga belum dapat menyentuh ke arah bimbingan dan konseling perkembangan yang bersifat komprehensif. Pengembangan konsep bimbingan dan konseling komprehensif diharapkan dapat melihat kegiatan layanan dari sudut pandang positif terhadap peserta didik. Dimana kegiatan layanan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, tidak hanya terpaku pada masalah atau kondisi negatif yang dialami oleh peserta didik. Secara umum kegiatan layanan bimbingan dan konseling terbagi menjadi tiga bagian, yakni perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi kegiatan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mursalin 2013 terhadap guru bimbingan dan konseling di Kota Cimahi, menunjukan hasil kinerja berdasarkan aspek perencanaan layanan bimbingan dan konseling masih kurang dapat menerapkan Feby Irawan, 2015 Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu landasan keilmuan pendidikan yuridis, filosofis, psikologis, sosial budaya, religius, sedangkan berdasarkan aspek pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling masih kurang dapat mengimplementasikan prinsip pendidikan dan sub- indikator pembelajaran. Kegiatan konseling yang dilakukan bersifat insidental, serta penggunaan sarana dan prasaran kurang dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru bimbingan dan konseling. Evaluasi terhadap kinerja guru bimbingan dan konseling di Kota Cimahi menunjukan bahwa guru bimbingan dan konseling belum bisa merancang, melaksanakan, memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling di sekolah belum dapat menggunakan media layanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu pendukung kegiatan layanan secara optimal. Penelitian Anisa dan Nursalim 2011 di Surabaya, diungkapkan oleh rekan-rekan guru BK di salah satu sekolah menengah di Surabaya, terdapat kendala di dalam melaksanakan atau memenuhi salah satu kompetensi konselor yaitu kompetensi ke-lima, menguasai konsep dan praksis bimbingan dan konseling, khususnya subkompetensi ke-empat yaitu mampu menggunakan dan mengembangkan media bimbingan dan konseling. Penting bagi guru bimbingan dan konseling untuk memiliki kompetensi untuk memberdayakan hasil IPTEKS dalam pelaksanaan layanan, sehingga bimbingan dan konseling di sekolah dapat mengikuti perkembangan zaman. Tidak selalu berpaku pada layanan bimbingan dan konseling yang bersifat tradisional, namun bisa berkembang menjadi layanan bimbingan dan konseling yang komprehensif, yakni layanan bantuan langsung kepada seluruh peserta didik. Salah satunya adalah layanan dasar, yang bertujuan membantu semua peserta didik agar mencapai tugas-tugas perkembangannya Suherman, 2009, hlm. 24. Melalui kegiatan layanan dasar, diharapkan peserta didik dapat terbantu untuk mencapai pemahaman tentang diri dan lingkungannya, mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab, mampu menangani kebutuhan dan masalahnya, serta mampu mengembangkan dirinya dalam Feby Irawan, 2015 Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mencapai tujuan hidupnya. Layanan dasar yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa layanan pemberian informasi dan diskusi Brainstorming. Pemberian informasi tersebut mengacu pada panduan yang berhubungan erat dengan kebutuhan peserta didik, salah satunya dengan menggunakan standar kompetensi kemandirian peserta didik yang dirancang oleh ABKIN Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. Layanan dasar yang diberikan kepada peserta didik, dapat dirancang melalui pemanfaatan media pembelajaran seperti internet dan weblog. Penggunaan weblog mulai dilaksanakan dalam kegiatan bimbingan dan konseling pada tahun 1990-an. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang telah diterapkan oleh guru bimbingan dan konseling pada tahun 2009 oleh Latipah dan Sakti pada tahun 2010 di Kota Bandung. Penelitian tersebut menunjukan bahwa weblog dapat digunakan sebagai salah satu alternatif layanan bimbingan dan konseling guna mengefektifkan kegiatan layanan yang tidak terbatas oleh ruang, jarak dan waktu. Respon dari peserta didik sebagai subjek layanan pun menunjukan hasil yang cukup baik. Pada penelitian Latipah 2009, menggambarkan sebesar 40 peserta didik memerasa puas, 40 belum merasa puas, dan 20 lainnya tidak merasa puas. Dengan harapan weblog konseling dapat lebih interaktif serta dibuat lebih personal, memiliki aplikasi offline, memberikan kemudahan dalam penggunaan, lebih variatif, menyajikan kuis-kuis bernuansa psikologis dan mengembangkan human interface. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sakti 2010, menunjukan bahwa data hasil peserta didik menunjukan tingkat pengoperasian blog layanan informasi dan konsultasi bimbingan dan konseling masih dianggap sulit. Hampir 60 dari empat kelompok peserta didik menyatakan aplikasi yang terdapat pada blog bimbingan dan konseling sudah sesuai untuk menunjang layanan informasi dan konsultasi bimbingan dan konseling. Data hasil peserta didik terhadap materi yang dibutuhkan oleh peserta didik pada layanan informasi blog bimbingan dan konseling menyata kan sekitar 90 menjawab “ya”, Feby Irawan, 2015 Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menandakan bahwa peserta didik membutuhkan materi-materi yang guru bimbingan dan konseling tawarkan. Serta hampir 50 siswa kelas X menyatakan kurang sesuai dan tidak sesuai terhadap layanan informasi yang disajikan pada blog, dikarenakan peserta didik belum mencoba membuka blog bimbingan dan konseling yang disediakan. Kegiatan layanan dasar melaui weblog, diharapkan dapat menjadi salah satu peluang dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling yang dapat membantu kinerja guru bimbingan dan konseling di sekolah dalam memberikan materi layanan kepada peserta didik. Hal tersebut dapat memberikan jaminan masa depan yang baik bagi dunia bimbingan dan konseling. Karena kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak lagi monoton dan bersifat tradisional yang dapat membuat peserta didik jenuh dan merasa tidak memerlukan lagi layanan bantuan. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian difokuskan kepada pemberdayaan internet sebagai media layanan dengan menggunakan weblog yang dapat menunjang dan meningkatkan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Untuk mengetahui rancangan weblog lebih rinci dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana rancangan weblog sebagai media layanan bimbingan dan konseling ? 2. Bagaimana kebergunaan weblog dilihat dari kesesuaian materi informasi dengan kebutuhan peserta didik? 3. Bagaimana kebergunaan weblog dilihat dari teknis penggunaannya?

C. Tujuan Penelitian