1
Faizal Nur Iman, 2014 Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata
Beregu Heian Shodan Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Olahraga merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan jasmani serta saling mempengaruhi satu sama lainnya. Olahraga cukup
mendominasi muatan kurikulum pendidikan jasmani pada semua tingkatan persekolahan, dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam
prakteknya di lapangan, selain bentuk olahraga sering mendominasi, juga olahraga ini sangat digemari baik oleh guru maupun oleh peserta didiknya.
Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari pendidikan nasional memiliki peranan penting dalam pembangunan bangsa. Pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki kontribusi yang cukup besar, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat
langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.
Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola
hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup domain afektif, kognitif dan psikomotor.
Dalam Abduljabar 2011:67 menjelaskan bahwa “pendidikan fisikal
yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh.
” Lebih lanjut ahli ini menyebutkan bahwa : ”Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara
organik, neuromuskular, intelektual, sosial, cultural, emosional dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.”
Sedangkan pengertian aktivitas jasmani adalah segala bentuk kegiatan jasmani. Aktivitas jasmani sangat mudah dikenali
sebagai kata lain “gerak badan” yang masa penjajahan jepang, dikenal dengan nama taiso. Aktivitas
2
Faizal Nur Iman, 2014 Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata
Beregu Heian Shodan Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
jasmani atau gerak badan disebut juga dengan istilah “human movement”, yang arti dalam bahasa indonesianya ”gerak insan” atau “gerak manusiawi”.
Dalam konteks yang lebih luas, menurut Harold M. Barrow Freeman, 2011 pendidikan jasmani didefinisikan sebagai
“pendidikan melalui gerak aktifitas gerak manusia di mana banyak dari tujuan pendidikan yang dicapai
melalui kegiatan otot besar yang melibatkan olahraga, permainan, senam, tari dan latihan.
” Tujuan
utuh pendidikan
jasmani dan
olahraga dalam konteks pelaksanaan aktivitas jasmani dan olahraga telah dibakukan sejak tahun 1945
dan termuat dalam konsep yang sangat generik. Mengenai hal ini Abduljabar 2010:68 menjelaskan bahwa tujuan pendidikan jasmani dan olahraga yaitu:
1. Kesehatan 2. Merupakan konsep mendasar
3. Membina menjadi warga negara yang baik 4. Membina kompetensi potensial
5. Membina warga negara yang efektif 6. Mampu memanfaatkan waktu luang
7. Membina karakter
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari proses pendidikan jasmani secara keseluruhan, sehingga tujuan pendidikan jasmani seyogianya
selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan di Indonesia hal ini sejalan dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang menegaskan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Dalam definisi di atas terdapat tiga pokok pikiran utama, yaitu: 1 usaha
sadar dan terencana; 2 mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
3
Faizal Nur Iman, 2014 Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata
Beregu Heian Shodan Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan 3 memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ruang Lingkup pendidikan jasmani dalam Kurikulum 2013 meliputi aspek:
1. Permainan dan
olahraga meliputi:
Olahraga tradisional,
permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, keterampilan non lokomotor dan
manipulative, atletik, permainan bola besar, permainan bola kecil dan beladiri serta aktivitas lainnya.
2. Aktivitas pengembangan
meliputi: Mekanika
sikap tubuh, komponen
kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. 3. Aktivitas senam meliputi: Ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,
ketangkasan dengan alat, dan senam lantain serta aktivitas lainnya. 4. Aktivitas ritmik meliputi: Gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic
serta aktivitas lainnya. 5. Aktivitas air meliputi: Permainan di air, keselamatan air, keterampilan gerak
di air, dan renang serta aktivitas lainnya. 6. Pendidikan
luas kelas
meliputi: Karyawisata,
pengenalan lingkungan,
berkemah, menjelajah dan mendaki gunung. 7. Kesehatan meliputi: Penanaman budaya sehat dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat merawat lingkungan yang sehat, memiluh makanan yang sehat dan minuman yang
sehat, mencegah dan merawat cedera, pengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan
aspek tersendiri dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek. Dalam mentransfer pengetahuan atau kemampuan beladiri Karate kepada
peserta didik, guru dituntut memberikan layanan terbaiknya agar materi yang diajarkan dapat tersampaikan dan tersalurkan secara tuntas, dan indikator yang
4
Faizal Nur Iman, 2014 Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata
Beregu Heian Shodan Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
diharapkan dapat direspon positif oleh peserta didik. Strategi dan model pembelajaran yang tepat akan menuntun siswa untuk mencapai tujuan tersebut.
Salah satu model yang dapat digunakan adalah siswa saling memberi pengetahuannya kepada sesama temannya atau mengajar teman sejawat peer
teaching . Peer Teaching adalah pola belajar antar sesama siswa. Dalam proses
ini guru tak dapat dipisahkan dari proses perubahan afeksi siswa dalam belajar. Model peer teaching adalah teknik menyampaikan materi ajar melalui
rekan atau bantuan teman sendiri. Mulai dari pembahasan materi sampai penilaian juga dilakukan dari dan oleh siswa dalam kelompok itu sendiri self-
assessment dan peer assessment . Sedangkan untuk nilai akhirnya adalah
penggabungan antara penilaian oleh guru dan teman sebaya. Guru harus mampu memodifikasi model peer teaching agar sesuai diterapkan untuk siswa terutama
pada bagian assessment-nya. Untuk menerapkan model ini selain membutuhkan skil yang memadai,
juga perlu penguasaan konsep materi yang akan diajarkan kepada siswa. Sehingga dalam pembelajaran dapat menuntun daya fikir siswa untuk lebih
kreatif dan mandiri. Penerapan Model Peer Teaching ini dapat membantu mengurangi
permasalahan yang berhubungan dengan kurangnya kemampuan guru dalam memberikan timbal balik yang diterima oleh siswa. Kesempatan siswa untuk
merespons di dalam kelas berkurang setengahnya dalam peer teaching, karena siswa menghabiskan setengah waktunya untuk menjadi tutor dan setengahnya
lagi untuk berlatih sebagai learner. Ketika mereka berperan sebagai learner, setiap siswa memiliki tutor masing-masing yang bertugas untuk mengawasi serta
menganalisa setiap kegiatan yang diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dalam kegiatan pengajaran. Dan ketika berperan sebagai tutor, siswa secara
kognitif mampu meningkatkan pemahamannya terhadap tugas yang diberikan sehingga dapat berlatih dengan benar ketika tiba gilirannya untuk menjadi
learner. Meskipun kesempatan siswa untuk merespons hanya sedikit namun
5
Faizal Nur Iman, 2014 Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata
Beregu Heian Shodan Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dengan meningkatnya efektifitas waktu untuk berlatih, hal tersebut dapat tertutupi.
Peer teaching juga memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan
perkembangan kognitif siswa dalam pelajaran olah raga. Untuk menjadi tutor yang baik, siswa harus mengetahui kunci dalam mempergakan sebuah petunjuk
gerakan dan memahami hubungan antara petunjuk yang diberikan dengan hasil latihan yang diharapkan. Sehingga akan tercipta kerjasama yang harmonis yang
menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok di antara kedua belah pihak manusia untuk tujuan bersama dan mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik. Jika tujuan yang ingin
dicapai berbeda maka kerjasama tidak akan tercapai. Demikian juga dalam pembelajaran beladiri Karate dengan menggunakan model peer teaching. Hal ini
sesuai dengan landasan pengembangan bahan ajar dalam kurikulum 2013 yaitu diutamakan untuk memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerjasama, dan
menilai diri
sendiri agar peserta didik mampu membangun kemauan, pemahaman, dan pengetahuannya, yang mengisyaratkan bahwa dalam proses
belajar-mengajar perlu suatu model kerja sama antarsiswa sekelas, antarsiswa dengan siswa lain, dan antarsiswa dengan guru untuk mendukung tercapainya
tujuan pembelajaran. Dari bentuk interaksi atau kerjasama, siswa diharapkan mampu
memasuki kehidupan yang sebenarnya. Bukan untuk melahirkan sebuah pernyataan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan
kerja yang baik. Peserta didik diharapkan mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi.
Namun, dewasa ini bentuk pengaplikasian dari model kerjasama tidak begitu dimanfatkan sebagai media untuk melatih sikap kepemimpinan, kemandirian,
kecakapan, dan keterampilan para siswa. Sehingga hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan.
6
Faizal Nur Iman, 2014 Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata
Beregu Heian Shodan Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil
belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu
meningkatkan keberhasilan peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang baik dan bermakna.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab
hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang
baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Menurut Hamalik 2001:159 bahwa “hasil belajar menunjukkan kepada
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya deraj
at perubahan tingkah laku siswa”. Sedangkan menurut Nasution 2006:36 “hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan
biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru ”. Adapun menurut
Dimyati dan Mudjiono 2002:36 hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes
yang diberikan guru ”. Hasil belajar ini tidak hanya dalam pembelajaran
kokurikuler, harus tercermin dalam pembelajaran ekstrakurikuler.seperti halnya dalam pembelajaran ekstrakurikuler beladiri karate yang termasuk dalam salah
satu ruang lingkup pendidikan jasmani. Karate itu sendiri terdiri dari 3 unsur utama yaitu Kihon atau dasar, Kata
atau rangkaian gerak jurus dan Kumite atau pertarungan. Tahapan pembelajaran Karate dimulai dari Kihon atau dasar, selanjutnya rangkaian jurus atau Kata.
Kata menurut Sagitarius 2008:108 “merupakan bentuk rangkaian yang
terdiri dari serangan dan tangkisan. Kata dalam istilah kita adalah jurus, dalam Karate bersifat baku yaitu gerakan dan alur gerakan mbusen sudah ditetapkan
sehingga tidak dapat dirubah atau dimodivikasi sesuai dengan keinginan kita.”
7
Faizal Nur Iman, 2014 Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata
Beregu Heian Shodan Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Dalam karate Kata Heian Shodan merupakan kata pertama yang di pelajari oleh seorang karateka pemula, yang terdiri dari 21 gerakan.
Saat ini perkembangan karate sudah berkembang pesat di Indonesia hal ini terbukti dari banyaknya perguruan Karate, juga banyaknya sekolah-sekolah
yang mengadakan kegiatan ekstrakulikuler karate. Salah satunya yaitu SMA Negeri 1 Baleendah.
Pada awal mula berdirinya karate di SMAN 1 Baleendah pada tahun 2010, waktu itu pihak sekolah menerima bibit atlit karate yang sudah berprestasi
dari siswasiswi manapun melalui jalur prestasi. Siswa-siswi tersebut dibina melalui kegiatan ekstrakurikuler karate untuk menjadi atlet yang professional.
Pada tahun 2013 cabang olah raga karate dimasukkan ke dalam pembelajaran kelas X, karena dalam kurikulum 2013 ada pembelajaran beladiri,
sehingga diberikan materi pembelajaran karate. Berdasarkan pengamatan, pembelajaran Karate di SMA Negeri 1
Baleendah belum berjalan efektif, di mana siswa kurang memahami materi kata yang diberikan. Kurangnya kerjasama antar sesama teman sebaya, sehingga dari
proses pembelajaran tidak mendapatkan hasil yang maksimal ketika diberikan materi rangkaian kata beregu oleh guru. Untuk dapat menyeragamkan rangkaian
kata beregu dibuthkan waktu yang lama. Beberapa faktor penyebab tidak efektifnya proses pembelajaran karate tersebut diantaranya :
1. Kurangnya memanfaatkan media dalam Pembelajaran Kata 2. Kurangnya penguasaan gerak kata dasar Karate Heian Shodan
3. Kurangnya kompetensi guru penjas dalam pembelajaran Kata 4. Kurangnya
pengetahuan guru
penjas dalam mengaplikasikan model
pembelajaran 5. Kurangnya kerjasama siswa saat pembelajaran berlangsung
Salah satu cara mengatasi masalah diatas adalah dengan menerapkan model Pembelajaran Peer Teaching. dimana seorang anak menjelaskan suatu
materi kepada teman lainnya yang rata-rata usianya sebaya. Anak yang menjelaskan ini memiliki pengetahuan yang lebih di banding teman lainnya.
8
Faizal Nur Iman, 2014 Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata
Beregu Heian Shodan Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Model pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk proses pembelajaran Karate, misalnya proses kelompok dan keterampilan pembentukan tim,
pembelajaran antar rekan, pembelajaran bersifat aktif dan terindividualisasi, pembelajaran
berlangsung secara
bertahap, berorientasi
pada evaluasipertumbuhan, landasan pengujian untuk pengembangan professional
dan belajar cara belajar. Untuk siswa SMA Negeri 1 Baleendah dimana jumlah siswa yang
berlatih karate cukup banyak, yaitu berjumlah 48 orang tiap kelasnya, model pembelajaran Peer Teaching ini sangat cocok digunakan. Aktivitas ini
memberikan simulasi pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub bab lebih baik. Selain itu diharapkan kerjasama siswa dapat meningkat sehingga hasil
belajar yang dicapai oleh siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal. Di mana kerjasama merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan
tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku.
Sedangkan hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menerapkan model Pembelajaran Peer Teaching dalam pembelajaran Karate terhadap gerak
Kata Heian Shodan. Maka judul yang di ambil oleh penulis adalah “ Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar
Kata Beragu Heian Shodan Pada Pembelajaran Karate Di SMA Negeri 1
Baleendah”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian