PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING TERHADAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR KATA BEREGU (HEIAN SHODAN) PADA PEMBELAJARAN KARATE DI SMA NEGERI 1 BALEENDAH.
BEREGU (HEIAN SHODAN) PADA PEMBELAJARAN
KARATE DI SMA NEGERI 1 BALEENDAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi
Oleh :
FAIZAL NUR IMAN 1000360
PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING
TERHADAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR KATA
BEREGU (HEIAN SHODAN) PADA PEMBELAJARAN
KARATE DI SMA NEGERI 1 BALEENDAH
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd NIP.196807071992032001
Pembimbing II
Drs. Andi Suntoda, M.Pd NIP.195806201986011002
Mengetahui, Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi
Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP.196508171990011001
(3)
ABSTRAK
Faizal Nur Iman. NIM : 1000360. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi . Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata Beregu (Heian Shodan) Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah.
Pembimbing : Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd. Pembimbing II : Drs. Andi Suntoda, M.Pd
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai pengaruh model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) terhadap kerjasama dan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah. Karena kerjasama sangat diperlukan dalam menunjang kehidupan bermasyarakat . Begitu pula hasil belajar ingin diketahui melalui penerapan model Peer Teaching. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Baleendah tahun pelajaran 2014/2015 yang mengikuti pembelajaran beladiri karate yang berjumlah 48 siswa. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti yaitu teknik sampling jenuh. Desain penelitian yaitu quasi eksperimen
dengan pretest-post test control group design. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur kerjasama penulis menggunakan angket dengan indicator kerjasama adalah mengikuti aturan, membantu teman yang belum bisa, memotivasi orang lain, hormat pada orang lain, menerima pendapat orang lain, bermain secara terkendali, memperhatikan perasaan orang lain, dan kerjasama meraih tujuan. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar kata beregu penulis menggunakan lembar observasi. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis melalui data, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) berpengaruh terhadap kerjasama siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
2. Model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
(4)
THE EFFECT OF PEER TEACHING MODEL TO STUDENTS’ COOPERATION AND LEARNING OUTCOMES OF KATA TEAM ( HEAIAN SHODAN ) OF KARATE LEARNING
AT SMA NEGERI 1 BALEENDAH.
Faizal Nur Iman
Tite Juliantine , Andi Suntoda . “Supervisor"
Studies Program of Physical Education, Health and Recreation Faculty of Physical Education and Health
Indonesian Education University [email protected]
ABSTRACT
The research aims to obtain clear data and information on the effect of the Peer Teaching Model in learning ‘KATA team’ (Heian shodan) to students’ cooperation and learning outcomes at SMA Negeri 1 Baleendah. It is because cooperation is really needed to support social life and so does learning outcome through the application of the Peer Teaching model. The method used in this study is an experiment with a quantitative approach. The population of this study was students of class X SMA Negeri 1 Baleendah who follows karate lessons comprising 48 students in the year of 2014/2015. The sampling technique used by the researcher is a saturated sampling technique. The research design is quasi-experimental with pretest - posttest control group design. The instrument that the writer used to measure the cooperation is questionnaire with the following indicators of cooperation; helping a friend who is not capable of, motivating others, respect for others, accepting the other opinions, playing in a controlled way, Paying attention to the feelings of others, and cooperation in reaching the common goal. Meanwhile to measure learning outcomes of ‘Kata Team’, the writer used observation sheet. Based on the data calculations and analysis, it can be concluded that :
1. Peer Teaching Model in learning kata team (Heian shodan) influences students’ cooperation at SMA Negeri 1 Baleendah.
2. Peer Teaching Model in learning Kata Team team (Heian shodan) influences students’ learning outcomes at SMA Negeri 1 Baleendah .
(5)
DAFTAR ISI
Hal
PERNYATAAN ………. i
ABSTRAK ………. ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ………. iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Penelitian ... B. Identifikasi Masalah Penelitian ... C. Rumusan Masalah Penelitian ... D. Tujuan Penelitian ………. E. Manfaat Penelitian ... F. Struktur Organisasi Skripsi ……….. 1 1 8 8 9 9 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... A. Kajian Pustaka ... 1. Hakekat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. 2. Beladiri Karate …………..………... 3. Model Pembelajaran dalam Beladiri Karate …………. 4. Penerapan model Peer teaching dalam pembelajaran Beladiri Karate ……….. 5. Kerjasama dalam Beladiri Karate ………. 6. Hasil Belajar ……….. B. Kerangka Pemikiran ... C. Hipotesis Penelitian ... 11 11 15 30 33 37 42 49 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 54
(6)
A. Metode Penelitian ... B. Populasi dan Sampel Penelitian ...
C. Desain Penelitian ……….
D. Definisi Operasional ………... E. Istrumen Penelitian ...
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data ………
G. Teknik Pengolahan Data ……….
H. Analisis Data ………
54 55 56 59 60 71 73 76 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
A. Hasil Penelitian ………
1. Deskripsi Data ………...
2. Uji Normalitas ………
3. Uji Homogenitas ………
4. Pengujian Hipotesis ... B. Pembahasan Hasil Penelitian ...
77 77 77 86 89 94 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...
A. Kesimpulan ...
B. Saran-saran ………..
105 105 105 DAFTAR PUSTAKA ... 106
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Desain Quasi Eksperimen ... 66
3.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi (Aspek yang Dinilai Kerjasama)... 62
3.3 Kriteria Penilaian Keterampilan Kata ... 65
3.4 Hasil Uji Validitas Item Kerjasama ... 68
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Item Kerjasama ... 70
3.6 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 71
4.1 Skor Pre Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 77
4.2 Distribusi Frekuensi Skor Pre Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 79
4.3 Skor Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 80
4.4 Distribusi Frekuensi Skor Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 81
4.5 Skor Pre Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 82
4.6 Distribusi Frekuensi Skor Pre Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol Sebelum Penerapan Model Peer Teaching ……….. 83 4.7 Skor Post Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 84
4.8 Distribusi Frekuensi Skor Post Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol ………... 85 4.9 Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Pre Test Kerjasama
(8)
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 87 4.10 Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Post Test Kerjasama
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 87 4.11 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Pre Test dan
Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ………..
88
4.12 Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Pre Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 88 4.13 Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Post Test Hasil Belajar
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 89 4.14 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Pre Test dan
Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ……….
89
4.15 Homogenitas Varians Pre Test Kerjasama Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ………. 90
4.16 Homogenitas Varians Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ………. 91
4.17
4.18
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pre Test dan Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. Homogenitas Varians Pre Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….
91
92 4.19 Homogenitas Varians Post Test Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 93
4.20 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pre Test dan Post Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol …………... 93 4.21 Hasil Uji t Independen Data Pre test Kerjasama Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………...… 94
4.22 Hasil Uji t Independen Data Post Test Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 95 4.23 Hasil Uji t Independen Data Pre test Hasil Belajar Kelompok
(9)
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….…… 96 4.24 Hasil Uji t Independen Data Post test Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….… 97
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Langkah- langkah Penelitian ... 50 4.1 Distribusi Frekuensi Skor Pre Test Kerjasama Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 79 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Post Test Kerjasama Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….…... 81 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Post Test Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 83 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Post Test Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 86
4.5 Rata-Rata Skor Uji t Independen Kerjasama Pretest Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….. 95
4.6 Rata-Rata Skor Uji t Independen Post Test Kerjasama Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….. 96
4.7 Rata-Rata Skor Uji t Independen Pretest Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……… 97
4.8 Rata-Rata Skor Uji t Independen Post Test Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……… 98
4.9 Perbandingan Rata-Rata Skor Uji t Independen Pre Test dan Post Test Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 98
(10)
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Olahraga merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan jasmani serta saling mempengaruhi satu sama lainnya. Olahraga cukup mendominasi muatan kurikulum pendidikan jasmani pada semua tingkatan persekolahan, dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam prakteknya di lapangan, selain bentuk olahraga sering mendominasi, juga olahraga ini sangat digemari baik oleh guru maupun oleh peserta didiknya.
Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari pendidikan nasional memiliki peranan penting dalam pembangunan bangsa. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki kontribusi yang cukup besar, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup domain afektif, kognitif dan psikomotor.
Dalam Abduljabar (2011:67) menjelaskan bahwa “pendidikan fisikal yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh.” Lebih lanjut ahli ini menyebutkan bahwa : ”Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuskular, intelektual, sosial, cultural, emosional dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.”
Sedangkan pengertian aktivitas jasmani adalah segala bentuk kegiatan jasmani. Aktivitas jasmani sangat mudah dikenali sebagai kata lain “gerak badan” yang masa penjajahan jepang, dikenal dengan nama taiso. Aktivitas
(12)
jasmani atau gerak badan disebut juga dengan istilah “human movement”, yang
arti dalam bahasa indonesianya ”gerak insan” atau “gerak manusiawi”.
Dalam konteks yang lebih luas, menurut Harold M. Barrow (Freeman, 2011) pendidikan jasmani didefinisikan sebagai “pendidikan melalui gerak aktifitas gerak manusia di mana banyak dari tujuan pendidikan yang dicapai melalui kegiatan otot besar yang melibatkan olahraga, permainan, senam, tari dan latihan.”
Tujuan utuh pendidikan jasmani dan olahraga dalam konteks pelaksanaan aktivitas jasmani dan olahraga telah dibakukan sejak tahun 1945 dan termuat dalam konsep yang sangat generik. Mengenai hal ini Abduljabar (2010:68) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan jasmani dan olahraga yaitu:
1. Kesehatan
2. Merupakan konsep mendasar
3. Membina menjadi warga negara yang baik 4. Membina kompetensi potensial
5. Membina warga negara yang efektif 6. Mampu memanfaatkan waktu luang 7. Membina karakter
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari proses pendidikan jasmani secara keseluruhan, sehingga tujuan pendidikan jasmani seyogianya selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan di Indonesia hal ini sejalan dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menegaskan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam definisi di atas terdapat tiga pokok pikiran utama, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
(13)
agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ruang Lingkup pendidikan jasmani dalam Kurikulum 2013 meliputi aspek:
1. Permainan dan olahraga meliputi: Olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, keterampilan non lokomotor dan manipulative, atletik, permainan bola besar, permainan bola kecil dan beladiri serta aktivitas lainnya.
2. Aktivitas pengembangan meliputi: Mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3. Aktivitas senam meliputi: Ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantain serta aktivitas lainnya.
4. Aktivitas ritmik meliputi: Gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.
5. Aktivitas air meliputi: Permainan di air, keselamatan air, keterampilan gerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.
6. Pendidikan luas kelas meliputi: Karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah dan mendaki gunung.
7. Kesehatan meliputi: Penanaman budaya sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat merawat lingkungan yang sehat, memiluh makanan yang sehat dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cedera, pengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.
Dalam mentransfer pengetahuan atau kemampuan beladiri Karate kepada peserta didik, guru dituntut memberikan layanan terbaiknya agar materi yang diajarkan dapat tersampaikan dan tersalurkan secara tuntas, dan indikator yang
(14)
diharapkan dapat direspon positif oleh peserta didik. Strategi dan model pembelajaran yang tepat akan menuntun siswa untuk mencapai tujuan tersebut.
Salah satu model yang dapat digunakan adalah siswa saling memberi pengetahuannya kepada sesama temannya atau mengajar teman sejawat (peer teaching). Peer Teaching adalah pola belajar antar sesama siswa. Dalam proses ini guru tak dapat dipisahkan dari proses perubahan afeksi siswa dalam belajar.
Model peer teaching adalah teknik menyampaikan materi ajar melalui rekan atau bantuan teman sendiri. Mulai dari pembahasan materi sampai penilaian juga dilakukan dari dan oleh siswa dalam kelompok itu sendiri ( self-assessment dan peer self-assessment). Sedangkan untuk nilai akhirnya adalah penggabungan antara penilaian oleh guru dan teman sebaya. Guru harus mampu memodifikasi model peer teaching agar sesuai diterapkan untuk siswa terutama pada bagian assessment-nya.
Untuk menerapkan model ini selain membutuhkan skil yang memadai, juga perlu penguasaan konsep materi yang akan diajarkan kepada siswa. Sehingga dalam pembelajaran dapat menuntun daya fikir siswa untuk lebih kreatif dan mandiri.
Penerapan Model Peer Teaching ini dapat membantu mengurangi permasalahan yang berhubungan dengan kurangnya kemampuan guru dalam memberikan timbal balik yang diterima oleh siswa. Kesempatan siswa untuk merespons di dalam kelas berkurang setengahnya dalam peer teaching, karena siswa menghabiskan setengah waktunya untuk menjadi tutor dan setengahnya lagi untuk berlatih sebagai learner. Ketika mereka berperan sebagai learner, setiap siswa memiliki tutor masing-masing yang bertugas untuk mengawasi serta menganalisa setiap kegiatan yang diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dalam kegiatan pengajaran. Dan ketika berperan sebagai tutor, siswa secara kognitif mampu meningkatkan pemahamannya terhadap tugas yang diberikan sehingga dapat berlatih dengan benar ketika tiba gilirannya untuk menjadi learner. Meskipun kesempatan siswa untuk merespons hanya sedikit namun
(15)
dengan meningkatnya efektifitas waktu untuk berlatih, hal tersebut dapat tertutupi.
Peer teaching juga memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan perkembangan kognitif siswa dalam pelajaran olah raga. Untuk menjadi tutor yang baik, siswa harus mengetahui kunci dalam mempergakan sebuah petunjuk gerakan dan memahami hubungan antara petunjuk yang diberikan dengan hasil latihan yang diharapkan. Sehingga akan tercipta kerjasama yang harmonis yang menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok di antara kedua belah pihak manusia untuk tujuan bersama dan mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik. Jika tujuan yang ingin dicapai berbeda maka kerjasama tidak akan tercapai. Demikian juga dalam pembelajaran beladiri Karate dengan menggunakan model peer teaching. Hal ini sesuai dengan landasan pengembangan bahan ajar dalam kurikulum 2013 yaitu diutamakan untuk memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerjasama, dan menilai diri sendiri agar peserta didik mampu membangun kemauan, pemahaman, dan pengetahuannya, yang mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar-mengajar perlu suatu model kerja sama antarsiswa sekelas, antarsiswa dengan siswa lain, dan antarsiswa dengan guru untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.
Dari bentuk interaksi atau kerjasama, siswa diharapkan mampu memasuki kehidupan yang sebenarnya. Bukan untuk melahirkan sebuah pernyataan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Peserta didik diharapkan mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi. Namun, dewasa ini bentuk pengaplikasian dari model kerjasama tidak begitu dimanfatkan sebagai media untuk melatih sikap kepemimpinan, kemandirian, kecakapan, dan keterampilan para siswa. Sehingga hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan.
(16)
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang baik dan bermakna.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Menurut Hamalik (2001:159) bahwa “hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa”. Sedangkan menurut Nasution (2006:36) “hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”. Adapun menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”. Hasil belajar ini tidak hanya dalam pembelajaran kokurikuler, harus tercermin dalam pembelajaran ekstrakurikuler.seperti halnya dalam pembelajaran ekstrakurikuler beladiri karate yang termasuk dalam salah satu ruang lingkup pendidikan jasmani.
Karate itu sendiri terdiri dari 3 unsur utama yaitu Kihon atau dasar, Kata atau rangkaian gerak jurus dan Kumite atau pertarungan. Tahapan pembelajaran Karate dimulai dari Kihon atau dasar, selanjutnya rangkaian jurus atau Kata.
Kata menurut Sagitarius (2008:108) “merupakan bentuk rangkaian yang terdiri dari serangan dan tangkisan. Kata dalam istilah kita adalah jurus, dalam Karate bersifat baku yaitu gerakan dan alur gerakan (mbusen) sudah ditetapkan sehingga tidak dapat dirubah atau dimodivikasi sesuai dengan keinginan kita.”
(17)
Dalam karate Kata Heian Shodan merupakan kata pertama yang di pelajari oleh seorang karateka pemula, yang terdiri dari 21 gerakan.
Saat ini perkembangan karate sudah berkembang pesat di Indonesia hal ini terbukti dari banyaknya perguruan Karate, juga banyaknya sekolah-sekolah yang mengadakan kegiatan ekstrakulikuler karate. Salah satunya yaitu SMA Negeri 1 Baleendah.
Pada awal mula berdirinya karate di SMAN 1 Baleendah pada tahun 2010, waktu itu pihak sekolah menerima bibit atlit karate yang sudah berprestasi dari siswa/siswi manapun melalui jalur prestasi. Siswa-siswi tersebut dibina melalui kegiatan ekstrakurikuler karate untuk menjadi atlet yang professional.
Pada tahun 2013 cabang olah raga karate dimasukkan ke dalam pembelajaran kelas X, karena dalam kurikulum 2013 ada pembelajaran beladiri, sehingga diberikan materi pembelajaran karate.
Berdasarkan pengamatan, pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah belum berjalan efektif, di mana siswa kurang memahami materi kata yang diberikan. Kurangnya kerjasama antar sesama teman sebaya, sehingga dari proses pembelajaran tidak mendapatkan hasil yang maksimal ketika diberikan materi rangkaian kata beregu oleh guru. Untuk dapat menyeragamkan rangkaian kata beregu dibuthkan waktu yang lama. Beberapa faktor penyebab tidak efektifnya proses pembelajaran karate tersebut diantaranya :
1. Kurangnya memanfaatkan media dalam Pembelajaran Kata 2. Kurangnya penguasaan gerak kata dasar Karate Heian Shodan
3. Kurangnya kompetensi guru penjas dalam pembelajaran Kata
4. Kurangnya pengetahuan guru penjas dalam mengaplikasikan model pembelajaran
5. Kurangnya kerjasama siswa saat pembelajaran berlangsung
Salah satu cara mengatasi masalah diatas adalah dengan menerapkan model Pembelajaran Peer Teaching. dimana seorang anak menjelaskan suatu materi kepada teman lainnya yang rata-rata usianya sebaya. Anak yang menjelaskan ini memiliki pengetahuan yang lebih di banding teman lainnya.
(18)
Model pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk proses pembelajaran Karate, misalnya proses kelompok dan keterampilan pembentukan tim, pembelajaran antar rekan, pembelajaran bersifat aktif dan terindividualisasi, pembelajaran berlangsung secara bertahap, berorientasi pada evaluasi/pertumbuhan, landasan pengujian untuk pengembangan professional dan belajar cara belajar.
Untuk siswa SMA Negeri 1 Baleendah dimana jumlah siswa yang berlatih karate cukup banyak, yaitu berjumlah 48 orang tiap kelasnya, model pembelajaran Peer Teaching ini sangat cocok digunakan. Aktivitas ini memberikan simulasi pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub bab lebih baik. Selain itu diharapkan kerjasama siswa dapat meningkat sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal. Di mana kerjasama merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku. Sedangkan hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menerapkan model Pembelajaran Peer Teaching dalam pembelajaran Karate terhadap gerak Kata Heian Shodan. Maka judul yang di ambil oleh penulis adalah “ Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar
Kata Beragu (Heian Shodan) Pada Pembelajaran Karate Di SMA Negeri 1 Baleendah”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan diatas, bahwa dalam pembelajaran penjas dipengaruhi oleh beberapa faktor, maka beberapa masalah yang timbul dalam pembelajaran penjas dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Siswa kurang memahami materi kata yang diberikan. 2. Kurangnya kerjasama antar sesame teman sebaya.
(19)
3. Tidak mendapatkan hasil yang maksimal ketika diberikan materi rangkaian kata beregu oleh guru.
4. Membutuhkan waktu yang lama untuk menyeragamkan rangkaian kata beregu.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “
1. Apakah model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) berpengaruh terhadap kerjasama siswa SMA Negeri 1 Baleendah? 2. Apakah model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian
shodan) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah?
D. Tujuan penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ingin mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai pengaruh model
Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) terhadap kerjasama siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
2. Ingin mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai pengaruh model
Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menjadi bahan masukan serta pertimbangan dalam upaya pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani. Adapun mafaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah :
(20)
Penelitian ini diharapkan dapat meberikan kontribusi bagi pembelajaran di sekolah, meningkatkan ilmu pengetahuan, peningkatan mutu pendidikan dalam aspek pembelajaran terutama pada pembelajaran penjas.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru dapat dijadikan salah satu acuan oleh para guru pendidikan jasmani guna memperbaiki pembelajaran di sekolah.
b. Bagi sekolah/lembaga memberikan keleluasan kepada guru untuk menciptakan strategi, metoda, pendekatan dan teknik pembelajaran penjas.
c. Bagi siswa untuk memunculkan minat belajar penjas dan memberikan pembelajaran penjas yang inovatif.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut rencana penulis untuk membuat kerangka penulisan yang akan diuraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
(latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi) BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
(kajian teoritis berisi konsep-konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan tentang beladiri karate, model pembelajaran peer teaching, kerjasama dan hasil belajar. Kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian)
BAB III MODEL PENELITIAN
(lokasi dan subjek penelitian/sampel penelitian, desain penelitian, model penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, pelaksanaan pengumpulan data dan
(21)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
(membahas tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang diberikan)
(22)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian merupakan hal yang sangat penting, sebab dengan menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Disamping itu, penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode dilihat dari efektifitasnya, efesiensinya dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perunbahan positif menuju tujuan yang diharapkan. Sedangkan metode dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin namun dapat mencapai hasil yang diharapkan. Metode dapat dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan.
Menurut Sugiyono (2013:107) berdasarkan tingkat kealamiahan tempat penelitian metode penelitian dapat dibedakan menjadi 3 metode yang
diantaranya “metode penelitian eksperimen, metode penelitian survey dan metode penelitian naturalistik.”
Menurut Sugiyono (2013:13) bahwa metode penelitian eksperimen
merupakan “metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
treatment (perlakuan) tertentu.” Oleh sebab itu metode penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan jika kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol maka apakah yang akan terjadi?. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di control maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian eksperimen merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
(23)
tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek peneliti serta untuk
menguji hipotesis sehingga mendapat hasil yang berguna dari persoalan yang dibahas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian eksperimen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Dalam melakukan sebuah penelitian, seorang peneliti harus menentukan terlebih dahulu populasi yang akan dijadikan sebagai sumber data untuk keperluan penelitiannya, populasi tersebut dapat berbentuk manusia, benda-benda alam, nilai nilai dokumen dan peristiwa yang dapat dijadikan objek penelitian. Menurut Arikunto (2010 : 173) menyatakan
bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Lebih jauh menurut Arikunto (2010:130) mengatakan bahwa “
apabila jumlah populasi kurang dari 100 orang maka diambil seluruhnya, sehingga penelitian tersebut merupakan penelitian populasi, tetapi jika jumlah populasi lebih besar dari 100, boleh di ambil 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih.
Sementara Sugiyono (2013:117) berpendapat bahwa “
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, populasi penelitian adalah keseluruhan subyek penelitian yang digunakan sebagai sasaran penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Baleendah tahun pelajaran 2014/2015 yang mengikuti pembelajaran beladiri karate yang berjumlah 48 siswa
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono
(24)
dimiliki oleh populasi tersebut.” Jadi sampel merupakan perwakilan atau
bagian dari jumlah kelompok dengan karakteristik tertentu yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang baik, kesimpulannya dapat dikenakan kepada populasi (representatif).
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti yaitu teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2013:124) “sampling
jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel.” Hal ini dilakukan karena populasi dalam
penelitian ini relatif sedikit, sehingga peneliti mengambil semua populasi untuk dijadikan sampel.
Mengenai pengambilan sampel diatas, dengan mengasumsikan bahwa sampel yang diambil sampelnya homogen atau representatif sehingga sampel dapat mewakili kondisi yang disyaratkan, artinya homogenitas sampel sangat tergantung pada lamanya siswa mengikuti ekstrakurikuler beladiri karate, dalam hal ini untuk dikatakan sampel homogen sekurang-kurangnya siswa harus mengikuti ekstrakurukuler beladiri karate selama 8 bulan.
Penggunaan sampel dalam penelitian ini yaitu siswa yang mengikuti ekstrakurikuler beladiri karate di SMAN 1 Baleendah Kabupaten Bandung dengan jumlah 48 orang, yang dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Cara menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen siswa mengambil undian yang berada dalam kotak yaitu undian dengan kertas berwarna putih untuk kelompok ekperimen dan kertas berwarna merah untuk kelompok kontrol, dengan masing-masing kelompok berjumlah 24 orang sebagai kelompok eksperimen dan 24 orang sebagai kelompok kontrol.
(25)
Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan penelitian. Pola desain penelitian dalam setiap disiplin ilmu memiliki kekhasan masing-masing, namun prinsip-prinsip umumnya memiliki banyak kesamaan. Desain penelitian memberikan gambaran tentang prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk menjawab seluruh pertanyaan penelitian.
Metode yang akan digunakan dalam peneitian ini adalah metode
eksperimen, dimana terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat setelah diberikan treatment (perlakuan). Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi tes awal, setelah peneliti mengetahui hasil dari tes awal tesebut, pada kelompok eksperimen diberikan treatment
(perlakuan) dengan menggunakan model peer teaching sedangkan pada kelompok kontrol diberikan treatment (perlakuan) metode konvensional. Setelah pemberian treatment selesai, kedua kelompok tersebut diberi tes akhir dengan tujuan untuk mengetahui apakah treatment tersebut memberikan pengaruh pada peningkatan penguasaan gerak beladiri karate.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi eksperimen dengan pretest-post test control group design. Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2013:113) bahwa
pretest-post test control group design yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan model peer teaching pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvesional yang berjalan sebagaimana biasanya pada kelompok kontrol. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Desain Quasi Eksperimen
Kelompok Pre-test Treatment Post-test
(26)
Kontrol O1 - O2
(Sugiyono, 2011) Keterangan:
O1 : Pre-test O2 : Post-test
X : Perlakuan khusus (penerapan model peer teaching terhadap kelompok eksperimen)
Berdasarkan desain gambar di atas, sebelum dimulai perlakuan kedua kelompok diberi tes awal atau pretest untuk mengukur kondisi awal (O1), selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (X) berupa pembelajaran dengan menggunakan model peer teaching, dan pada kelompok pembanding tidak diberi perlakuan akan tetapi tetap mengunakan pembelajaran konvensional yang bisa dilakukan di sekolah. Sesudah selesai perlakuan kedua kelompok diberi tes lagi sebagai posttest.
Adapun langkah-langkahnya penulis deskripsikan dengan bentuk sebagai berikut :
Populasi
Sampel
Pre-test Kelompok eksperimen
Pre-test Kelompok kontrol
Post-test Kelompok eksperimen
Post-test Kelompok kontrol Treatment
Model Pembelajaran Peer Teaching
Analisis data
Treatment Model Pembelajaran
(27)
Gambar. 3.1
Langkah-langkah Penelitian D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan dan menjabarkan satu-persatu istilah tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu (orang, benda, dan sebagainya) yang berkuasa atau berkekuatan (W.J.S Poerwadarminta dalam Kamus Bahasa Indonesia, 1982:731)
2. Peer Teaching
Peer Teaching adalah model belajar dengan menggunakan suatu pendekatan dimana seorang anak menjelaskan suatu materi kepada teman lainnya yang rata-rata usianya sebaya, dimana anak yang menjelaskan ini memiliki pengetahuan yang lebih di banding teman lainnya.
3. Kerjasama
Kerjasama adalah sebuah sistem pekerjaan yang dikerjakan oleh dua atau lebih untuk mendapatkan tujuan yang direncanakan bersama. Kerjasama dalam tim kerja menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kinerja dan prestasi kerja. Kerjasama dalam tim akan menjadi suatu daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam kerja tim. Komunikasi akan berjalan baik dengan dilandasi kesadaran tanggung jawab setiap anggota. (http://erlangga.blogspot.com/2013/05/pengertian-kerjasama-dan-ekuatan-team.html?m=1)
Menurut Soekanto (2012:66) “Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada
(28)
saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. 4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah angka yang diperoleh siswa yang telah berhasil menuntaskan konsep-konsep mata pelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Begitu juga hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang tetap sebagai hasil proses pembelajaran. Hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prinsip yang mendasari penilaian hasil belajar yaitu untuk memberi harapan bagi siswa dan guru untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas dalam arti siswa menjadi pembelajar yang efektif dan guru menjadi motivator yang baik. Dalam kaitan dengan itu, guru dan pembelajar dapat menjadikan informasi hasil penilaian sebagai dasar dalam menentukan langkah-langkah pemecahan masalah, sehingga mereka dapat memperbaiki dan meningkatkan belajarnya (Rasyid, 2008 : 67).
5. Seni Beladiri
Seni beladiri merupakan satu kesenian yang timbul sebagai satu cara seseorang mempertahankan/membela diri. (http//:www.Wikipedia.org) 6. Beladiri karate
Karate adalah seni bela diri yang berasal dari jepang dan dibawa masuk kejepang lewat pulau Okinawa.Yang terdiri dari 2 kata kanji “Kara” yang artinya kosong dan “Te” yang artinya tangan. Jadi dapat diartikan Karate adalah seni bela diri tangan kosong.
E. Instrumen Penelitian
Dalam mengumpulkan data dari suatu sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen dan teknik pengngumpulan data. Menurut Arikunto
(2010: 203) menyatakan bahawa “Instrumen adalah alat atau fasulitas yang digunakan oleh peeliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
(29)
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Dalam suatu penelitian, data diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesis yang sudah dirumuskan.
Dalam konteks penelitian, instumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian. Pada dasarnya, instrumen pengumpulan data terbagi dua macam, yaitu tes dan non tes. Kelompok tes, misalnya tes bakat, tes prestasi belajar, tes integrasi, sedangkan non tes, misalnya pedoman wawancara, kuisioner atau angket, pedoman observasi, daftar cocok (cheklist), skala sikap, skala penilaian, dan sebagainya.
Menurut Arikunto (2006:150) tes adalah “serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok.”
Tes atau suatu alat ukur lainnya harus dapat memenuhi dua syarat utama, tes tersebut haruslah valid (sah) dan reriabel (dapat dipercaya). Suatu tes dikatakan valid, apabila tes tersebut dapat mengukur dengan apa yang hendak diukur atau benar-benar cocok untuk mengukur apa yang hendak diukur, tes dikatakan reriabel apabila konsistensi dari serangkaian pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama. Sebagaimana dijelaskan oleh Nurhasan (2007:42) mengemukakan bahwa:
Reliabilitas atau keterandalan menggambarkan derajat keajegan, atau konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat ukur atau tas dikatakan reriabel jika alat ukur itu menghasilkan suatu gambaran yang benar-benar dapat dipercaya dan dapat diandalkan untuk membuahkan hasil pengukuran yang sesungguhnya.
Oleh sebab itu, validitas dan reliabilitas suatu alat ukur merupakan syarat mutlak dalam menentukan penggunaan alat ukur untuk pengukuran dan pengetesan dalam penelitian. Alat ukur yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan kata beregu.
(30)
Instrumen yang digunakan peneliti adalah melalui observasi kerjasama siswa dan tes kemampuan bakat untuk penilaian hasil belajar anak menggunakan instrumen tes yang telah ada. Tes terdiri dari dua tes yaitu pre tes dan post tes.
Pre tes dilakuan sebelum kelas diberi perlakuan dan post tes dilakukan setelah diberi perlakuan.Untuk hal tersebut maka akan dijelaskan bentuk tes dan pemberian skor tes keterampilan kata beregu sebagai berikut :
1. Instrumen penilaian kerjasama
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Lembar Observasi
(Aspek yang Dinilai Kerjasama)
Definisi
Konsep Indikator
Sub
Indikator Deskripsi Sikap
Kriteria Penilaian 1 2 3 4 5
a. Soekanto (2012:66) Kerjasama timbul apabila orang
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Terdapat lima bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut: 1. Mengi-kuti aturan 2. Memban-tu teman yang belum bisa 1.1 Menaati peraturan permainan 1.2 Disiplin terhadap peraturan yang diterapkan
2.1 Mengko-reksi teman ketika melaku-kan kesalahan
1. Saya mentaati peraturan dalam berlatih karate
2. Saya selalu mentaati peraturan dalam berlatih karate
3. Saya sesekali melanggar peraturan dalam berlatih karate
4. Saya sering melanggar peraturan dalam berlatih karate
5. Saya disiplin dalam melakukan latihan karate
6. Saya selalu disiplin dalam melakukan latihan karate
7. Saya tidak disiplin dalam melakukan latihan karate
8. Saya sering tidak disiplin dalam melakukan latihan karate
9. Saya Saya sering mengkoreksi teman ketika melakukan kesalahan gerakan ketika latihan
10. Kelompok saya terbiasa saling mengkoreksi bila ada kesalahan gerakan ketika latihan
11. Saya tidak pernah mengkoreksi teman ketika melakukan kesalahan gerakan ketika latihan
12. Kelompok saya tidak saling mengkoreksi bila ada kesalahan gerakan ketika latihan
(31)
1) kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong 2) bergaining, yaitu pe-laksanaan perjanjian 3) kooptasi
(cooptation), yakni suatu proses pene-rimaan unsur-unsur baru 2.2 Memberi-kan duku-ngan pada teman yang belum bisa ketika bermain
13. Saya sering memberikan dukungan kepada teman ketika ada kesalahan dalam berlatih karate
14. Saya sering membantu teman ketika ada kesalahan
15. Saya tidak memberikan dukungan kepada teman ketika ada kesalahan dalam berlatih karate
16. Saya tidak membantu teman ketika ada kesalahan
4)koalisi (coalition) , yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang memepun yai tujuan-tujuan yang sama. 5)joint ventrue, yaitu kerja sama dalam mencapai 3. Memoti-vasi orang lain 3.1 Memberi-kan dorongan untuk terus semangat bermain 3.2 Memberi-kan semangat terhadap teman ketika dalam keadaan tertekan
17. Saya sering memberikan motivasi ke semua teman agar giat berlatih karate
18. Saya memberikan motivasi ketika teman tertekan
19. Saya tidak memberikan motivasi ke semua teman agar giat berlatih karate
20. Saya tidak memberikan motivasi ketika teman tertekan
21. Saya memberikan dukungan pada teman yang belum bisa ketika berlatih karate
22. Saya memberikan dukungan pada teman ketika melakukan kesalahan 23. Saya tidak memberikan dukungan
pada teman yang belum bisa ketika berlatih karate
24. Saya acuh dan tidak memberikan dukungan pada teman ketika
(32)
tujuan b. Faizal Nur Iman (2014) Kerjasama merupakan sebuah sistem kegiatan yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang direncanakan bersama. Kerjasama dalam tim menjadi sebuah kebutuhan guna meningkatkan hasil belajar yang maksimal. 4. Hormat pada orang lain
4.1 Tidak me-nyalahkan orang lain 4.2 Tidak memaki lawan dan teman satu tim
25. Saya tidak menyalahkan teman satu kelompok bila ada kesalahan 26. Saya selalu instropeksi diri bila ada
kesalahan/kekuranagan dalam kelompok
27. Saya menyalahkan teman satu kelompok bila ada kesalahan 28. Saya tidak pernah instropeksi diri
bila ada kesalahan/kekuranagan dalam kelompok
29. Saya menghormati lawan di lapangan ketika bertanding 30. Saya tidak memaki teman maupun
lawan bila ada kesalahan
31. Saya mengejek lawan di lapangan ketika bertanding
32. Saya memaki teman maupun lawan bila ada kesalahan
5. Meneri-ma pendapat orang lain 5.1 Menerima saran dan masukan orang lain ketika melaku-kan kesalahan 5.2 Menerima pendapat teman untuk bermain lebih baik
33. Saya sering menerima masukan dari teman ketika melakukan kesalahan
34. Saya selalu saling memberi masukan dengan teman agar kemampuan beladiri karate saya lebih baik
35. Saya tidak menerima masukan dari teman ketika melakukan kesalahan 36. Saya dengan teman tidak saling
mengingatkan untuk meningkatkan kemampuan beladiri karate 37. Saya menerima pendapat teman
agar kemampuan beladiri karate saya lebih baik
38. Saya bertukarpikiran dengan teman agar kemampuan beladiri karate saya lebih baik
39. Saya tidak menerima pendapat teman untuk memperbaiki kemampuan beladiri karate saya 40. Saya tidak pernah bertukarpikiran
dengan teman agar kemampuan beladiri karate saya lebih baik
6. Bermain secara terkenda-li 6.1 Bermain dengan tidak emosi
41. Saya fokus dalam berlatih dan tidak mudah emosi yang negatif dan bisa merugikan kelompok 42. Saya selalu tetap tenang dalam
berlatih walaupun ada masalah dalam kelompok
43. Saya tidak fokus dalam berlatih dan mudah emosi yang negatif dan bisa merugikan kelompok
44. Saya tidak bisa bersikap tenang dalam berlatih kalau ada masalah dalam kelompok
(33)
6.2 Tidak terpancing emosi yang bisa merugikan tim
45. Saya tidak mudah terpancing emosi yang merugikan kelompok 46. Saya selalu mengingatkan bila ada
teman yang mulai terpancing emosi 47. Saya mudah terpancing emosi
yang merugikan kelompok
48. Saya acuh saja bila ada teman yang mulai terpancing emosi
7. Memper-hatikan perasaan orang lain 7.1 Tidak memarahi teman yang melaku-kan kesalahan 7.2 Meminta maaf ketika melanggar lawan
49. Saya tidak memarahi teman yang melakukan kesalahan
50. Saya bersama kelompok
mendiskusikan kesalahan gerakan untuk segera diperbaiki
51. Saya memarahi teman yang melakukan kesalahan
52. Saya bersama kelompok acuh saja bila ada kesalahan gerakan 53. Saya meminta maaf terhadap
teman ketika melakukan kesalahan 54. Saya selalu memaafkan teman
yang melakukan kesalahan
55. Saya tidak meminta maaf terhadap teman ketika melakukan kesalahan 56. Saya tidak memaafkan teman
yang melakukan kesalahan
8. Kerjasam a meraih tujuan 8.1 Bermain tidak sendirian 8.2 Saling memban-tu
57. Saya selalu berlatih secara kelompok untuk melatih kekompakan tim
58. Saya bekerja sama dengan teman dalam melatih gerakan karate 59. Saya berlatih sendiri untuk melatih
kekompakan tim
60. Saya tidak pernah berlatih dengan teman dalam melatih gerakan karate
61. Saya selalu saling membantu dengan teman untuk memperbaiki gerakan-gerakan karate
62. Saya suka dibantu teman untuk memperbaiki gerakan-gerakan karate
63. Saya tidak pernah membantu teman untuk memperbaiki gerakan-gerakan karate
64. Teman saya tidak pernah
membantu saya untuk memperbaiki gerakan-gerakan karate
Sumber : Soekanto (2012:66) yang telah dimodifikasi oleh Faizal Nur Iman 2. Instrumen Hasil Belajar
(34)
Instrument yang di gunakan adalah tes keterampilan kata
berdasarkan kriteria penilaian kata menurut WKF (World Karate Federation) rule of competition (2011:29).
Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Keterampilan Kata
KRITERIA PENILAIAN KATA NILAI
A. Bentuk Kuda-Kuda Zenkutsu Dachi
1. Berat badan berada di kaki depan. 1
2. Kaki belakang lurus 1
3. Kaki depan dan belakang tidak pada satu garis 1
Kokutsu Dachi
4. Berat badan bertumpu di kaki belakang 1
5. Kaki depan dan belakang berada dalam satu garis 1
Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria A 5
B. BENTUK PUKULAN
1. Kepalan tangan rapat tidak berongga 1
2. Bentuk lengan lurus ke arah sasaran 1
3. Posisi badan tegak menghadap kedepan 1
4. Posisi tangan yang tidak aktif berada di atas pinggang 1
5. Pukulan bertenaga (Power pukulan) 1
Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria B 5
C. BENTUK TANGKISAN
Gedan Barai
1. Tangan lurus satu kepal di atas lutut kaki depan 1 Age Uke
2. Posisi tangan menangkis di atas kepala 1
3. Lengan ditekuk 90o 1
KRITERIA PENILAIAN KATA NILAI
Sotouke
4. Bentuk tangan rapat terbuka dengan jempol ditekuk 1
5. Lengan ditekuk 90o 1
Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria C 5
D. KESERAGAMAN GERAK
1. Tidak mendahului teman satu regunya ketika menampilkan kata 1
2. Kesamaan ritme gerak 1
3. Kembali keposisi awal pada saat selesai menampilkan kata 1
(35)
5. Ekspresi saat menampilkan kata 1
Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria D 5
TOTAL SKOR 20
3. Uji coba Instrumen
Sebelum menggunakan instrumen penelitian, instrumen tersebut diuji coba terlebih dahulu. Uji coba dilakukan kepada 12 orang siswa SMAN 1 Baleendah kelas X IPS yang tidak termasuk ke dalam sampel penelitian. Hal ini dilakukan karena kelas X IPS mempunyai karakteristik dan kurikulum yang sama.
Instrumen yang diujicobakan berjumlah 64 item untuk instrument kerjasama. Setelah dilakukan uji coba, kemudian dilakukan penyeleksian item dengan cara melihat nilai validitas dan reliabilitas hasil instrumen. Instrumen yang baik haruslah memenuhi dua persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas (Arikunto, 2006:168).
4. Validitas Instrumen
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2007:167). Penilaian validitas dilakukan dengan membandingkan atau mengkorelasikan antara hal yang dinilai dengan kriterianya.
Pada pengujian alat ukur penggunaan penelitian dapat menunjukkan seberapa besar alat untuk penelitian mampu mengukur variabel yang terdapat dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, validitas merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkatan akurasi suatu alat ukur. Suatu alat akur yang salah memiliki validitas rendah, begitupun sebaliknya.
Terdapat dua cara dalam pengujian validitas (Sugiyono, 2008) yaitu: a. Validitas Isi (Content Validity)
Untuk menguji validitas isi, digunakan pendapat dari ahli (judgement expert). Yaitu berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur berlandaskan pada teori tertentu. Instrumen yang telah dijudgement dan mendapatkan penilain
(36)
] ) ( ) ][( ) ( ) [( ) )( ( 2 2 2 2 y y x x y x xy n rxy
cukup baik oleh para ahli di bidangnya maka dapat digunakan dalam melakukan penelitian.
b. Validitas Item (Item Validity)
Setelah dilakukan judgement oleh para ahli, maka instrument tersebut divalidasi item dengan cara diujicobakan. Dalam menguji validitas item, maka dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi yang telah diajarkan. Pada setiap instrument baik tes maupun non tes terdapat butir-butir (item) pertanyaan atau pernyataan.
Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kevalidan atau kebenaran ítem-item soal dalam suatu instrumen sehingga layak digunakan untuk mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Formula yang akan digunakan untuk mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini adalah product moment coefficient dari Karl Pearson.
(Bluman, 2001:468) Keterangan:
r = koefisien korelasi X = skor tiap item
Y = skor total seluruh item n = jumlah responden
Melalui bantuan program SPSS 17 for windows diperoleh hasil uji validitas instrumen penelitian sebagaimana ditampilkan tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Item Kerjasama No Item r Hitung r Tabel Keterangan
1 0.402 0.375 Valid
(37)
No Item r Hitung r Tabel Keterangan
3 0.509 0.375 Valid
4 0.484 0.375 Valid
5 0.751 0.375 Valid
6 0.402 0.375 Valid
7 0.540 0.375 Valid
8 0.121 0.375 In Valid
9 0.845 0.375 Valid
10 0.699 0.375 Valid
11 0.359 0.375 In Valid
12 0.540 0.375 Valid
13 0.837 0.375 Valid
14 0.546 0.375 Valid
15 0.540 0.375 Valid
16 0.502 0.375 Valid
17 0.845 0.375 Valid
18 0.751 0.375 Valid
19 0.494 0.375 Valid
20 0.484 0.375 Valid
21 0.699 0.375 Valid
22 0.402 0.375 Valid
23 0.540 0.375 Valid
24 0.540 0.375 Valid
25 0.386 0.375 Valid
26 0.546 0.375 Valid
27 0.494 0.375 Valid
28 0.484 0.375 Valid
29 0.699 0.375 Valid
30 0.751 0.375 Valid
31 0.54 0.375 Valid
32 0.376 0.375 Valid
33 0.611 0.375 Valid
34 0.588 0.375 Valid
35 0.092 0.375 In Valid
36 0.741 0.375 Valid
37 0.386 0.375 Valid
38 0.699 0.375 Valid
(38)
No Item r Hitung r Tabel Keterangan
40 0.540 0.375 Valid
41 0.606 0.375 Valid
42 0.390 0.375 Valid
43 0.394 0.375 Valid
44 0.384 0.375 Valid
45 0.611 0.375 Valid
46 0.621 0.375 Valid
47 0.484 0.375 Valid
48 0.540 0.375 Valid
49 0.845 0.375 Valid
50 0.751 0.375 Valid
51 0.394 0.375 Valid
52 0.384 0.375 Valid
53 0.845 0.375 Valid
54 0.699 0.375 Valid
55 0.540 0.375 Valid
56 0.502 0.375 Valid
57 0.837 0.375 Valid
58 0.402 0.375 Valid
59 0.540 0.375 Valid
60 0.502 0.375 Valid
61 0.699 0.375 Valid
62 0.751 0.375 Valid
63 0.540 0.375 Valid
64 0.376 0.375 Valid
Berdasarkan tabel 3.4 di atas di peroleh bahwa dari 64 pernyataan kemampuan kerjasama terdapat 61 item yang valid dan 3 item yang tidak valid yaitu item nomor 8, 11 dan nomor 35. Adapun kalkulasi perhitungan validitas setiap item dapat di lihat di lampiran.
(39)
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Artinya kapanpun alat pengumpul data tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. Instrumen dalam penelitian
ini diuji reliabilitasnya dengan menggunakan teknik koefisien α – Chronbach. (Arikunto, 2010:154)
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas suatu instrumen penelitian. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, tidak bersifat tendesius, datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya hingga berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap sama. Rumus yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah rumus alpha dari
Cronbach sebagai berikut:
( ) ∑
(Arikunto, 2010:171) Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir instrumen
∑ b = varians total
Setelah diujji validitas item dari variabel kerjasama, maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah item tersebut reliabel. Untuk mengetahuinya peneliti menggunakan bantuan perhitungan program SPSS 17 for windows diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas Item Kerjasama Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
(40)
Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (1999 : 149) yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.6
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisen Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 - 0,799 0,80 – 1,000
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Merujuk pada tabel interpretasi nilai koefisien korelasi, maka reliabilitas instrument ini dinyatakan sangat tinggi, karena 0,964 berada diantara 0,80-1,00. dengan kata lain, instrumen ini dapat digunakan untuk penelitian.
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran pendidikan jasmani dilapangan di SMAN 1 Baleendah Kabupaten Bandung, yang dilaksanakan selama satu bulan, dan penelitian ini mengacu kepada kurikulum yang telah ada disekolah. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan observasi menggunakan observasi terstruktur. Menurut Sugiyono (2013:205) observasi
terstruktur adalah “
observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Dalam melakukan pengamatannya peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reriabilitasnya.
Dalam pelaksanaannya penelitian kata beregu beladiri karate dilaksanakan dalam satu semester dengan 16 kali pertemuan, dilakukan 3 kali dalam satu minggu. Sesuai dengan pendapat Juliantine et.al (2007:3.5)
mengatakan bahwa “Sebagai percobaan untuk mendapatkan hasil yang baik
bisa pula dilaksanakan dalam frekuensi latihan 3 hari/minggu. Sedangkan lamanya latihan paling sedikit 4-6 minggu.”
(41)
Pendapat harsono (dalam Ryan 2012:61) “sebaiknya latihan dilakukan 3 kali dalam seminggu.” Kemudian mengacu pada Bompa (dalam Iwa 2013:36) menyatakan “During this time athleties should trening 3-5 time for week depending or their of development in athietes.”
Mengenai hal tersebut, pembelajaran dilaksanakan pada hari senin,
Rabu dan jum’at pada pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.
Pembelajaran yang dilaksanakan dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan, yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Guru dan peneliti menyiapkan/menyusun skenario pembelajaran dan siswa diintruksikan untuk memahami skenario pembelajaran tersebut sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berlangsung.
2. Tahap pelaksanaan a. Kegiatan awal
Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa serta menjelaskan tujuan dan pelaksanaan pembelajaran kata beregu dengan model pembelajaran peer teaching, serta memberikan penjelasan tentang inti tujuan dari kata beregu tersebut.
b. Kegiatan inti
Setelah melakukan apersepsi dan melakukan pre test terhadap materi minggu lalu, guru menghubungkan materi minggu lalu dengan topik yang akan dibahas waktu itu. Kemudian guru menerangkan secara umum tentang topik yang dibahas waktu itu. Lalu guru membuat kelompok antar siswa secara merata, artinya dalam satu kelompok terdapat siswa yang pintar sedang dan kurang pintar. Maksudnya agar terdapat keseragaman pemikiran nantinya.
Langkah berikutnya adalah sebagai berikut :
1) Guru menjelaskan topik, tujuan pembelajaran, dan langkah/kegiatan yang akan dilalui siswa
(42)
2) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-6 siswa secara merata (tiap kelompok terdapat siswa yang pintar).
3) Di dalam kelompoknya siswa belajar dari dan dengan sesama teman lain dengan cara yang saling menguntungkan serta berbagi pengetahuan, ide, dan pengalaman masing- masing.
4) Setiap anggota kelompok dituntut memberikan tanggapan serta pendapat mereka sendiri yang nantinya akan disatukan dalam satu kesimpulan.
5) Setiap kelompok merumuskan hasil diskusinya dalam satu kesimpulan atas dasar kesepakatan bersama.
6) Beberapa menit kemudian (sekitar 20 menit) salah satu anggota masing-masing kelompok secara bergiliran mengajarkan hasil temuannya di hadapan kelompok lain.
7) Setiap kelompok diminta memberikan tanggapan (kritik, saran, pendapat, pertanyaan, komentar, dll)
8) Perbedaan pendapat didiskusikan sampai permasalahan terpecahkan 9) Setiap masalah baru yang muncul dicatat oleh guru dan diberikan
solusinya c. Kegiatan akhir
1) Guru memberi kesimpulan permasalahan dan pemecahannya, sehingga pemahaman setiap siswa seragam.
2) Penilaian dilakukan oleh guru saat proses pembelajaran sedang berlangsung (terutama pada langkah 3)
.
G. Teknik Pengolahan Data.
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dalam suatu tes, harus dihindarkan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan tes tersebut. Tujuan dari prosedur tes dan pengukuran ini untuk memudahkan dalam melakukan tes, sehingga pelaksanaan dan hasilnya dapat sesuai dengan yang diharapkan.
(43)
Setelah data dari tes awal dan tes akhir terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data dengan statistik. Langkah-langkah pengolahan data tersebut ditempuh dengan menggunakan rumus yang dirujuk dari Sudjana (dalam Iwa 2013:38-40)
1. Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
X = skor rata-rata yang dicari
= jumlah nilai data = jumlah sampel
2. Menghitung simpangan baku dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
√
Keterangan:
S = simpangan baku yang dicari n = jumlah sampel
= jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata 3. Mencari varians (S2) melalui rumus:
∑
Keterangan:
S2 = Varians yang dicari n = Jumlah sampel
= Skor yang diperoleh
∑ = Jumlah
4. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS 17 for windows
a. Menyusun hasil data pengamatan, yang dimulai dari hasil pengamatan yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar
(44)
b. Untuk semua nilai pengamatan x1, x2, x3, ... x11 dijadikan angka baku z1, z2 ... zn dengan pendekatan z skor
̅
( ̅ dan S masing-masing rata-rata dan simpangan baku)
Keterangan :
Z = skor standar yang dicari = skor yang didapat
̅ = rata-rata hitung S = simpangan baku
a. Untuk tiap baku angka tersebut, dengan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing nilai Z (Fzi) dengan ketentuan: jika nilai Z negatif, maka dalam menentukan Fzi-nya adalah 0,5 – luas daerah distribusi Z(-), 0,5 + luas daerah distribusi Z(+).
b. Menentukan proposi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat kedudukannilai z pada nomer urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.
5. Menguji homogenitas bartlet
Uji homogenitas, dilakukan untuk mengetahui apakah ada sampel yang terpilih menjadi responden berasal dari kelompok yang sama. Dengan kata lain, bahwa sampel yang diambil memiliki sifat-sifat yang sama atau homogen. Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Barlett. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian homogenitas varians ini menurut Somantri dan Muhidin (2006:295), adalah:
a. Menentukan kelompok-kelompok data dan menghitung varians untuk tiap kelompok tersebut
b. Membuat tabel pembantu untuk memudahkan tabel perhitungan, dengan model tabel uji barlett.
(45)
d. Menghitung log dari varians gabungan e. Menghitung nilai barlett.
f. Menghitung nilai x².
g. Menentukan nilai dan titik kritis. h. Membuat kesimpulan
6. Menguji hipotesis kesamaan rata-rata (µ) uji satu pihak (Uji t Independen) dirujuk dari Somantri dan Muhidin (2006:298), dengan rumus :
a. Menentukan notasi
Jika, thitung = ttabel maka H0 diterima Jika, thitung> ttabel maka H1 diterima Rumusan hipotesis:
Ho: tidak terdapat perbedaan …. H1 : terdapat perbedaan …. b. Menentukan thitung
√ √
n : jumlah sampel
kor : korelasi dari pretes dan postes
Dalam perhitungannya peneliti menggunakan bantuan perhitungan program SPSS 17 for windows
c. Membandingkan thitung dengan ttabel d. Mengambil kesimpulan,
H. Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Adapun prosedur analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah kesamaan dua rata-rata satu pihak atau uji t satu arah (Somantri dan Muhidin, 2006:298) yang lebih didahulukan satu pihak atau uji persyaratan analisis. Uji persyaratan analisis yang digunakan adalah uji normalitas dengan
(46)
uji liliefors (Sudjana, 1992:249) dan uji homogenitas menggunakan uji homogenitas Barlett (Somantri dan Muhidin, 2006:295).
(47)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di muka maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model peer teaching dalam pembelajaran
kata beregu (heian shodan) terhadap kerjasama dan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
1. Model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) berpengaruh terhadap kerjasama siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
2. Model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan, dimana dengan menerapkan model pembelajaran peer teaching cukup efektip meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru harus aktif dan kreatif menerapkan berbagai inovasi model pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran, di antaranya menerapkan model peer teaching guna meningkatkan hasil belajar siswa dan meningggalkan pembelajaran yang konvensional.
2. Walaupun model peer teaching ini cukup efektip meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa, namun agar siswa tidak jenuh perlu diterapkan model-model pembelajaran lainnya yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
(48)
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, Bambang. (2011). Pembelajaran Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung : Prodi PJKR FPOK UPI.
Andi Suntoda dan Muhammad Nur Alif. (2012). Pembelajaran Karate. Bandung : CV Bintang WarliArtika.
Arikunto. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka Cipta
______. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Danim. (2002). Model Penelitian Eksperimen. (online). tersedia dalam http:// navelmangelep.wordpress. com/2012/02/27/model-penelitan-eksperimen/ (diakses 16 April 2014)
Djamarah dan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta Giriwijoyo, Santoso, dkk. (2006). Ilmu Faal Olahraga – Fungsi Tubuh Manusia
pada Olahraga. Bandung : FPOK UPI Bandung.
Hariani. (2012). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Terhadap Minat Belajar Siswa. Salatiga : FKIP UKSW
Hasibuan & Moedjiono. (2012). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya Heriawan, Adang, et.al. (2012). Metodelogi Pembelajaran : Kajian Teoritis
Praktis. Banten : LP3G
Juliantine, dkk. (2012). Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung : FPOK UPI ______, dkk. 2013. Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung:
FPOK UPI.
Mahendra. A. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung : FPOK UPI Nazir. (2005). Model Penelitian. (online) tersedia dalam http://a-research.upi.edu
(49)
Nurhasan dan Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung : FPOK UPI
Nurhasan. (2013). Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : STKIP
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Roestiyah. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Rusman (2012). Pengertian belajar. [online] tersedia dalam http://ilmiinfo.wordpress. com/pengertian-belajar/belajar. [diakses 8 April 2014]
______. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung : ALFABETA
Sagitarius. (2008). Modul Teknik Dasar Karate Kata da Kumite. Bandung : UPI. ______. (2010). Modul Karate. Bandung : FPOK UPI.
Somantri, A. dan Muhidin, Sambas A. (2006). Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka setia
Sudrajat. (2010). dalam epository.library.uksw.edu/jspui/bitstream /123456789/937/3/ T1_292008214_BAB%20II.pd. (diakses 7 Maret 2014) Sugiyono. (2013). Model Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Suntoda, Andi, dkk. (2013). Modul Tes dan Pengukuran Penjas. Bandung : Prodi PJKR FPOK UPI.
Suryosubroto. S. (2002). Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta
Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Tarigan, Beltasar. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung : Penerbit Eidos
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Winarno Surakhmad 1980. Interaksi Belajar Mengajar. Bandung : Jemmars.
(50)
Yamin, M. (2005). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Gaung Persada Press.
(1)
Faizal Nur Iman, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata Beregu (Heian Shodan) Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah
| | perpustakaan.upi.edu
d. Menghitung log dari varians gabungan e. Menghitung nilai barlett.
f. Menghitung nilai x².
g. Menentukan nilai dan titik kritis. h. Membuat kesimpulan
6. Menguji hipotesis kesamaan rata-rata (µ) uji satu pihak (Uji t Independen) dirujuk dari Somantri dan Muhidin (2006:298), dengan rumus :
a. Menentukan notasi
Jika, thitung = ttabel maka H0 diterima Jika, thitung> ttabel maka H1 diterima Rumusan hipotesis:
Ho : tidak terdapat perbedaan …. H1 : terdapat perbedaan …. b. Menentukan t hitung
√ √
n : jumlah sampel
kor : korelasi dari pretes dan postes
Dalam perhitungannya peneliti menggunakan bantuan perhitungan program SPSS 17 for windows
c. Membandingkan thitung dengan ttabel d. Mengambil kesimpulan,
H. Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Adapun prosedur analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah kesamaan dua rata-rata satu pihak atau uji t satu arah (Somantri dan Muhidin, 2006:298) yang lebih didahulukan satu pihak atau uji persyaratan analisis. Uji persyaratan analisis yang digunakan adalah uji normalitas dengan
(2)
Faizal Nur Iman, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata Beregu (Heian Shodan) Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah
| | perpustakaan.upi.edu
uji liliefors (Sudjana, 1992:249) dan uji homogenitas menggunakan uji homogenitas Barlett (Somantri dan Muhidin, 2006:295).
(3)
Faizal Nur Iman, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata Beregu (Heian Shodan) Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah
| | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di muka maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model peer teaching dalam pembelajaran
kata beregu (heian shodan) terhadap kerjasama dan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
1. Model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) berpengaruh terhadap kerjasama siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
2. Model Peer Teaching dalam pembelajaran kata beregu (heian shodan) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Baleendah.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan, dimana dengan menerapkan model pembelajaran peer teaching cukup efektip meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru harus aktif dan kreatif menerapkan berbagai inovasi model pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran, di antaranya menerapkan model peer teaching guna meningkatkan hasil belajar siswa dan meningggalkan pembelajaran yang konvensional.
2. Walaupun model peer teaching ini cukup efektip meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa, namun agar siswa tidak jenuh perlu diterapkan model-model pembelajaran lainnya yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
(4)
Faizal Nur Iman, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata Beregu (Heian Shodan) Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah
| | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, Bambang. (2011). Pembelajaran Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung : Prodi PJKR FPOK UPI.
Andi Suntoda dan Muhammad Nur Alif. (2012). Pembelajaran Karate. Bandung : CV Bintang WarliArtika.
Arikunto. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka Cipta
______. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Danim. (2002). Model Penelitian Eksperimen. (online). tersedia dalam http:// navelmangelep.wordpress. com/2012/02/27/model-penelitan-eksperimen/ (diakses 16 April 2014)
Djamarah dan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta Giriwijoyo, Santoso, dkk. (2006). Ilmu Faal Olahraga – Fungsi Tubuh Manusia
pada Olahraga. Bandung : FPOK UPI Bandung.
Hariani. (2012). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Terhadap Minat Belajar Siswa. Salatiga : FKIP UKSW
Hasibuan & Moedjiono. (2012). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya Heriawan, Adang, et.al. (2012). Metodelogi Pembelajaran : Kajian Teoritis
Praktis. Banten : LP3G
Juliantine, dkk. (2012). Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung : FPOK UPI ______, dkk. 2013. Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung:
FPOK UPI.
Mahendra. A. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung : FPOK UPI Nazir. (2005). Model Penelitian. (online) tersedia dalam http://a-research.upi.edu
(5)
Faizal Nur Iman, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata Beregu (Heian Shodan) Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah
| | perpustakaan.upi.edu
Nurhasan dan Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung : FPOK UPI
Nurhasan. (2013). Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : STKIP
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Roestiyah. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Rusman (2012). Pengertian belajar. [online] tersedia dalam http://ilmiinfo.wordpress. com/pengertian-belajar/belajar. [diakses 8 April 2014]
______. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung : ALFABETA
Sagitarius. (2008). Modul Teknik Dasar Karate Kata da Kumite. Bandung : UPI. ______. (2010). Modul Karate. Bandung : FPOK UPI.
Somantri, A. dan Muhidin, Sambas A. (2006). Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka setia
Sudrajat. (2010). dalam epository.library.uksw.edu/jspui/bitstream /123456789/937/3/ T1_292008214_BAB%20II.pd. (diakses 7 Maret 2014) Sugiyono. (2013). Model Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Suntoda, Andi, dkk. (2013). Modul Tes dan Pengukuran Penjas. Bandung : Prodi PJKR FPOK UPI.
Suryosubroto. S. (2002). Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta
Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Tarigan, Beltasar. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung : Penerbit Eidos
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Winarno Surakhmad 1980. Interaksi Belajar Mengajar. Bandung : Jemmars.
(6)
Faizal Nur Iman, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Kerjasama dan Hasil Belajar Kata Beregu (Heian Shodan) Pada Pembelajaran Karate di SMA Negeri 1 Baleendah
| | perpustakaan.upi.edu
Yamin, M. (2005). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Gaung Persada Press.