54
2.13. Analisis Kebijakan Publik
Menurut Dunn 2003, analisis kebijakan policy analysis adalah suatu aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis
menilai dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang proses kebijakan dan di dalam proses kebijakan. Pada dasarnya analisis kebijakan dibagi dalam dua aspek
yaitu analisis kebijakan deskriptif descriptive policy analysis dan analisis kebijakan normatif normative policy analysis.
Analisis kebijakan deskriptif adalah aspek analisis kebijakan yang ditujukan ke arah penciptaan, kritik dan komunikasi klaim pengetahuan tentang
sebab dan akibat kebijakan, sedangkan analisis kebijakan normatif adalah aspek analisis kebijakan yang ditujukan ke arah penciptaan, kritik dan komunikasi klaim
pengetahuan tentang nilai kebijakan untuk generasi masa lalu, sekarang dan masa mendatang. Dalam analisis kebijakan terdapat prosedur umum yang biasa dipakai
untuk memecahkan masalah, yaitu perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan dan evaluasi. Perumusan masalah definisi menghasilkan informasi
mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan. Peramalan prediksi menyediakan informasi mengenai konsekuensi di
masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk tidak melakukan sesuatu. Rekomendasi preskripsi menyediakan informasi mengenai nilai atau
kegunaan relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan masalah. Pemantauan deskripsi, menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang
dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan. Evaluasi, menyediakan
55 informasi mengenai nilai atau kegunaan dari konsekuensi pemecahan atau
pengatasan masalah. Dalam era otonomi daerah saat ini, kemampuan pemerintah daerah untuk
dapat menganalisis dan memecahkan permasalahan yang ada di daerahnya sudah merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditunda lagi. Menurut Tangkilisan
2003, kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah harus responsif terhadap kepentingan masyarakat luas, dan dapat memelihara suatu mekanisme
pengambilan keputusan yang taat pada asas pertanggungjawaban publik. Harus ada transparansi kebijakan, artinya untuk setiap kebijakan yang diambil, harus
jelas siapa yang memprakarsai kebijakan itu, apa tujuannya, apa resiko yang harus ditanggung dan siapa yang harus bertanggung jawab jika kebijakan itu gagal.
Di bidang ekonomi, pemerintah daerah dapat mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimasi pendayagunaan potensi ekonomi di
daerahnya. Ini memungkinkan lahirnya berbagai prakarsa pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan proses perizinan usaha dan
membangun berbagai infrastruktur yang menunjang perputaran ekonomi di daerahnya. Untuk menciptakan pemerintahan yang lebih efektif, Osbome dan
Gaebler dalam Sutopo, 2000 menawarkan prinsip-prinsip untuk mereformasi penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat daerahlokal maupun di tingkat
pusat, diantaranya adalah: a. Catalytic government, steering rather than rowing: prinsip ini mengemukakan
bahwa pemerintah seyogyanya lebih banyak mengatur dan mengendalikan daripada melaksanakan sendiri semua urusan dan pelayanan. Dalam hal ini
56 pemerintah harus dapat memberikan peran dan tanggung jawab kepada swasta
dan masyarakat dalam menyelenggarakan urusannya. b.
Community-owned government, empowerment rather than serving: pemerintah secara normatif adalah milik rakyat masyarakat oleh karena itu
mestinya pemerintah melepaskan pengawasan atas pelayanan dari birokrasi pemerintah dan diserahkan kepada masyarakat dengan cara memberdayakan
masyarakat. Dengan demikian masyarakat diharapkan mampu berswadaya sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada pemerintah.
c. Customer-driven government, meeting needs of the customer not the bureaucracy: pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai pelanggan jasa
pelayanan umum merupakan kewajiban pemerintah, bukan pemenuhan kebutuhan birokrasi pemerintah itu sendiri. Organisasi pemerintah harus tahu
siapa pelanggan mereka. d. Anticipatory government, prevention rather than cure: pemerintah harus
selalu dapat mengantisipasi kemungkinan timbulnya masalah-masalah didalam masyarakat, sehingga mampu melakukan tindakan pencegahan.
Melakukan tindakan pencegahan akan lebih murah daripada mengatasi masalah yang cenderung makin meluas.
2.14. Analisis Kelayakan Proyek