Pengaruh Waktu Penyimpanan Sampel Air Sungai Deli Terhadap Kadar Kromium Heksavalen (Cr6+)

(1)

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN SAMPEL AIR SUNGAI

DELI TERHADAP KADAR KROMIUM HEKSAVALEN (Cr

6+

)

KARYA ILMIAH

OLEH

NENA FITRI YANI

072401044

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN SAMPEL AIR SUNGAI

DELI TERHADAP KADAR KROMIUM HEKSAVALEN (Cr

6+

)

KARYA ILMIAH

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Ahli

Madya

NENA FITRI YANI

072401044

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN SAMPEL

AIR SUNGAI DELI TERHADAP KADAR KROMIUM HEKSAVALEN (Cr6+)

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : NENA FITRI YANI

Nim : 072401044

Program Studi : DIPLOMA III KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Mei 2010

Diketahui

Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing

Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS Dra. Sudestry Manik, M.Si


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN SAMPEL AIR SUNGAI DELI

TERHADAP KADAR KROMIUM HEKSAVALEN (Cr6+)

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan masing-masing yang disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2010

NENA FITRI YANI 072401044


(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan ijazah ahli madya pada program Diploma III Kimia Analis di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan dukungan dan bimbingan baik secara moril maupun materil, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Ali Sunar dan ibunda Yarnany tercinta yang telah memberikan dukungan dan doanya kepada penulis untuk menyelesaikan kuliah khususnya dalam penulisan karya ilmiah ini.

2. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M. Sc selaku Dekan FMIPA USU

3. Ibu Dra. Sudestry manik M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini.

4. Segenap Pemimpin dan Pegawai Laboratorium BLHDASU yang telah

memberikan fasilitas kepada penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan sebagai bahan dasar penulisan karya ilmiah ini.

5. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku ketua jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara.

6. Buat ketiga sauadara perempuan penulis, Erni, Dina dan Fitri serta seluruh keluarga terimakasih untuk dukungan dan semangat yang diberikan.

7. Teman-teman satu PKL, Titin dan Dian yang selalu membantu penulis saat penulisan karya ilmiah ini.

8. Teman-teman penulis, Titin, Naja, Aldi, sofi, lela, kiki dan Rima yang telah memberikan dukungan, serta masukan dalam penulisan karya ilmiah ini. Serta sahabat penulis, Mita yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

9. Buat seluruh teman-teman KIMIA ANALIS khususnya stambuk 07 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu tetap semangat dan berjuang.

Penulisan menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya.


(6)

ABSTRAK

Kadar logam Kromium haksavalen (Cr6+) pada air Sungai Deli ditentukan dengan Spektrofotometer portable DR/2010. Dimana panjang gelombangnya adalah 540 nm. Hasil yang diperoleh pada hari pertama analisa yaitu 0.02 mg/l dan pada hari kedua (telah lewat waktu penyimpanan/pengawetan sampel) yaitu 0,01 mg/l. Dari hasil analisa yang dilakukan diketahui bahwa lamanya penyimpanan sampel berpengaruh terhadap kadar Kromium heksavalen (Cr6+).


(7)

DEPOSITORY TIME INFLUENCE OF SAMPLE THE DELI RIVER TO CHROMIUM HEXAVALENT (Cr6+) RATE

ABSTRACT

Rate metal of Chromium hexavalent (Cr6+) inwater of Deli river determined with the spectrophotometer portable DR/2010. Where its wavelength is 540 nm. The result have obtained in first day analyse is 0,02 mg/l and second day (have passed the depository time/pickling sample) is 0,01 mg/l. the result ofanalysis have done, known that the duration depository of sample have effect to rate of Chromium hexavalent (Cr6+).


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Sungai dan Fungsinya 4

2.2. Air 6

2.2.1. Sifat Umum Air 6

2.2.2. Sumber-Sumber Air 8

2.3. Pencemaran Air 9

2.3.1. Kualitas Air 9

2.3.2. Syarat-Syarat Air Minum 10


(9)

2.5. Logam Kromium 13

2.5.1. Sifat-Sifat Logam Kromium 14

2.5.2. Kegunaan Logam Kromium 15 2.5.3. kromium dalam Lingkungan 17

2.6. Spektrofotometer 18

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 20

3.1. Alat 20

3.2. Bahan 20

3.3. Prosedur Analisa 20

3.3.1. Penyiapan Sampel 20

3.3.2. Penyiapan Reagent 21

3.3.3. Penentuan Kadar Kromium heksavalen (Cr6+) 21

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 23

4.1. Data Percobaan 23

4.2. Pembahasan 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 25

5.1. Kesimpulan 26

5.2. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 28


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.5. Kebutuhan Cr/hari Berdasarkan Umur 16 Tabel 4.1. Data Analisa Kromium heksavalen (Cr6+) 23


(11)

ABSTRAK

Kadar logam Kromium haksavalen (Cr6+) pada air Sungai Deli ditentukan dengan Spektrofotometer portable DR/2010. Dimana panjang gelombangnya adalah 540 nm. Hasil yang diperoleh pada hari pertama analisa yaitu 0.02 mg/l dan pada hari kedua (telah lewat waktu penyimpanan/pengawetan sampel) yaitu 0,01 mg/l. Dari hasil analisa yang dilakukan diketahui bahwa lamanya penyimpanan sampel berpengaruh terhadap kadar Kromium heksavalen (Cr6+).


(12)

DEPOSITORY TIME INFLUENCE OF SAMPLE THE DELI RIVER TO CHROMIUM HEXAVALENT (Cr6+) RATE

ABSTRACT

Rate metal of Chromium hexavalent (Cr6+) inwater of Deli river determined with the spectrophotometer portable DR/2010. Where its wavelength is 540 nm. The result have obtained in first day analyse is 0,02 mg/l and second day (have passed the depository time/pickling sample) is 0,01 mg/l. the result ofanalysis have done, known that the duration depository of sample have effect to rate of Chromium hexavalent (Cr6+).


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laboratorium lingkungan BLHDASU (Badan Lingkungan Hidup Daerah Sumatera Utara) merupakan salah satu lembaga yang bergerak dibidang pengendalian dampak lingkungan. Hal ini berisi tentang pelaksanaan pengujian parameter kimia, fisika, dan biologi dalam menduku ng pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan paraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada proses pelaksanaan pengujian sampel terhadap parameter-paramter kimia, fisika, maupun biologi tidak semua sampel tersebut berada dalam keadaan baru. Hal ini sangat mempengaruhi kadar dari parameter yang ingin diujikan. Setiap parameter memiliki batas ambang penyimpanan sampel atau yang lebih dikenal dengan sebutan Holding Times.

Pada karya ilmiah ini, parameter yang digunakan adalah Kromium heksavalen (Cr6+). Kromium heksavalen (Cr6+) memiliki batas ambang penyimpanan sampel selama 24 jam dan harus ditempatkan pada suhu 4oC.

Sebagian besar masyarakat kita, menggunakan sungai sebagai sumber air untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia maupun mahluk hidup lainnya. Air sungai merupakan air permukaan yang didalamnya


(14)

memungkinkan terkandung logam-logam berat seperti Na, Ca, Mg, Cr, dan Fe, (Effendi, 2003)

Analisa Kromium heksavalen (Cr6+ ) dilakukan untuk mengetahui apakah sampel dalam hal ini air Sungai Deli memilki kadar Kromium heksavalen (Cr6+) melebihi batas ambang. Effendi (1989, hal 178) menyatakan bahwa kadar Kromium maksimum yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,05 mg/liter.

Berdasarkan sifat-sifat kimianya logam Kromium dalam persenyawaannya mempunyai bilangan oksidasi +2, +3 dan +6. Namun yang lebih bersifat toksik adalah Kromium heksavalen (Cr6+). Jika kadar Kromium yang masuk kedalam tubuh manusia melebihi batas yang ditentukan maka akan menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan serta pada sistem pernapasan.(Palar, 2008)

Oleh karena itu Kromium heksavalent (Cr6+) merupakan salah satu parameter kimia yang penting dalam analisa kualitas air. Dan BLHDASU merupakan salah satu wadah pemerintah untuk melakukan ini, guna pengendalian dampak lingkungan.

1.2. Permasalahan

a. Apakah pada air Sungai Deli terkandung logam Kromium heksavalen (Cr6+)? b. Apakah ada pengaruh waktu penyimpanan sample terhadap kadar Kromium

heksavalen (Cr6+) pada air Sungai Deli?

1.3. Tujuan

- Untuk mengetahui kadar Kromium heksavalen (Cr6+) yang terkandung dalam air Sungai Deli dengan penyimpanan selama 4 hari.


(15)

1.4. Manfaat

a. Meningkatkan wawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi penulis terutama dalam bidang Kimia Analis.

b. Mengetahui apakah ada pengaruh waktu penyimpanan sampel terhadap kadar Kromium heksavalen (Cr6+).


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sungai dan Fungsinya

Di Indonesia sungai dapat dijumpai disetiap tempat dengan kelasnya masing-masing. Pada masa lampau sungai dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan sehari-hari, baik transportasi, mandi, mencuci dan sebagainya bahkan untuk wilayah tertentu sungai dapat dimanfaatkan untuk menunjang makan dan minum.

Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan pembangunan nasional. Sebagai sarana transportasi yang relatif aman untuk menghubungkan wilayah satu dengan lainnya.

Pemerintah memperhatikan manfaatnya sungai yang tidak kecil dalam kehidupan, maka untuk pelestariannya dipandang perlu melakukan pengaturan mengenai sungai yang meliputi perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai dari segala bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan tidak berfungsinya kembali sungai yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya.

Dengan dikeluarkannya peraturan Pemerintah Nomor : 35 Tahun 1991 tentang sungai, sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor : 11 Tahun 1974 tentang pengairan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan dalam pengelolaan, pengusahaan, pemeliharaan dan pengamanan, agar manfaat sungai tetap terjaga kelestariannya.


(17)

Didalam peraturan Pemerintah Nomor : 35 Tahun 1991, telah tersurat pengertian sungai yaitu tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai suara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Garis sempada sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai. Garis sempadan ini dalam bentuk bertanggul dengan ketentuan batas lebar sekurang-kurangnya 5 meter yang terletak disebelah luar sepanjang kaki tanggul.

Sungai sebagai sumber air yang merupakan salah satu sumber daya alam berfungsi serbaguna bagi kehidupan dan penghidupan mahluk hidup. Air merupakan segalanya dalam kehidupan ini yang fungsinya tidak dapat digantikan dengan zat atau benda lainnya, namun dapat pula sebaliknya, apabila air tidak dijaga nilainya akan sangat membahayakan dalam kehidupan ini. Maka sungai sebagaimana dimaksudkan harus selalu berada pada kondisi dengan cara :

1. Dilindungi dan dijaga kelestariannya 2. Ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya

3. Dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan

Air atau sungai dapat merupakan sumber malapetaka apabila tidak dijaga, baik dari segi manfaatnya maupun pengamanannya. Misalnya dengan tercemarnya air oleh zat-zat kimia selain mematikan kehidupan yang ada disekitarnya juga merusak lingkungan.(Subagyo, 1999)


(18)

2.2. Air

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air) sebanyak 15% dai tekanan atmosfer. (Gabriel,2001)

Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama. (Effendi, 2003)

2.2.1. Sifat Umum Air

Menurut Gabriel (2001, hal 87) air memilki sifat umum fisik dan kimia

1. Sifat fisik

- Titik beku 0oC

- Massa jenis es (0oC) 0,92 gr/cm - Massa jenis air (0oC) 1,00 gr/cm3 - Panas lebur 80 kal /gr


(19)

- Panas penguapan 540 kal/gr - Temperatur kritis 347oC - Tekanan kritis 217 atm

- Konduktivitas listrik spesifik (25oC) 1x10-17/ohm-cm - Konstanta dielektrikum (25oC)

Perlu diketahui bahwa air laut mempunyai titik beku (-1,9oC); massa jenis air tawar sebesar pada 4oC, sedangkan air laut (kadar garam 35%) mempunyai massa jenis tersebar pada (-3,5oC).

2. Sifat kimia

Baik air laut, air hujan, maupun air tanah/air tawar mengandung mineral. Macam-macam mineral yang terkandung dalam air tawar bervariasi tergantung struktur tanah dimana air itu diambil. Sebagai contoh mineral yang terkandung dalam air itu bukan melalui suatu reaksi kimia melainkan terlarut.

Sifat kimia yang lain yaitu konduktifitas listrik pada air paling sedikit 1000 kali lebih besar daripada cairan non metalik pada suhu ruangan.

- Air dapat terurai oleh pengaruh arus listrik - Merupakan pelarut yang baik

- Air dapat bereaksi dengan basa kuat dan asam kuat

- Air bereaksi dengan berbagai substansi memebentuk senyawa padat dimana air terikat dengannya.


(20)

2.2.2. Sumber-Sumber Air

Secara garis besar, dapat dikatakan air bersumber dari :

1. Laut ; Air Laut

Air yang dijumpai didalam alam berupa air laut sebanyak 80%, sedangkan sisanya berupa air tanah/daratan, es, salju dan hujan. Air laut menentukan iklim dan kehidupan di bumi. Kadar dan komponen unsur di dalam air laut ditentukan sejumlah reaksi kimia fisika dan biokimia yang terjadi di samudera.

2. Udara; Air Hujan

Air hujan dapat menyebabkan karat dan korosif terhadap logam karena mengandung NH3.

3. Darat; Air Tanah

Air tanah disebut pula air tawar karena tidak terasa asin. Berdasarkan lokasi air maka air tanah dibagi dalam 2 bagian yaitu air permukaan tanah (sungai, rawa-rawa, danau, waduk) dan air jauh dari permukaan tanah yaitu air yang tersimpan didalam lapisan tanah (sumur gali, sumur bor). (Gabriel, 2001)

2.3. Pencemaran Air

Dalam pasal 1 Peraturan pemerintah Nomor : 20 tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air, bahwa yang dimaksud dengan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.


(21)

2.3.1. Kualitas Air

Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air menerapkan kriteria kualitas air yang dapat diterima untuk serangkaian kategori penggunaan adalah:

1. Kelas satu : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air ysng sama dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas dua : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana /sarana rekreasi air untuk mengairi pertanaman, dan atau untuk peruntukan lain yang mempersyaraatkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga : air yang peruntukannya dapat digunkan untuk pembudidayaan ikan tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman, dan atau untuk peruntukan lain yang memepersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.3.2. Syarat-Syarat Air minum

Air siap minum/air minum ialah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, baketeriologis serta Level Kontaminasi Maksimum (LKM).


(22)

LKM meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri coliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman. Lebih jelas lagi, bahwa air siap minum/air minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut :

1. Harus jernih, transparan dan tidak bewarna

2. Tidak dicamari bahan organik maupun bahan anorganik 3. Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminmu 4. Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standart

5. Bebas kuman/LKM coliform dalam batas aman. (Gabriel, 2001)

2.4. Pencemaran Logam

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terpisah dari benda-benda yang bersifat logam. Logam dapat kita gunakan sebagai perlengkapan rumah tangga dan juga sebagai bahan baku berbagai jenis industri. Penggunaan logam sebagai bahan baku industri guna memenuhi kebutuhan manusia akan mempengaruhi kesehatan manusia melalui dua jalur, yaitu :

1. Kegiatan industri akan menambah polutan logam dalam lingkungan air, tanah, udara dan makanan.

2. Perubahan biokimia logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri bisa mempengaruhi kesehatan manusia.

Pesatnya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku logam bisa berdampak negatif, yaitu munculnya kasus pencemaran yang melebihi batas sehingga mengakibatkan


(23)

kerugian dan meresahkan masyarakat yang tinggal disekitar daerah perindustrian maupun masyarakat pengguna produk industri tersebut. Hal ini terjadi karena sangat besarnya risiko terpapar logam berat maupun logam transisi yang bersifat toksik dalam dosis atau konsentrasi tertentu.

Pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi. Pencemaran logam berat dalam lingkungan (perairan, tanah, udara) bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan.

Menurut Widowati dkk (2008 hal 2) logam berat dibagi kedalam 2 jenis yaitu :

1. Logam berat esensial ; yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya.

2. Logam berat tidak esensial ; yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh manusia masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik seperti Hg, Cr, Cd, Pb dan lain sebagainya.

Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen, ataupun karsinogen.

Tingkat toksisitas logam berat terhadap manusia, mulai dari yang paling toksik, adalah Hg, Cd, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn.


(24)

Pencemaran logam dapat terjadi di tanah, udara, dan perairan. Pada perairan pencemaran logam dapat terjadi karena adanya kegiatan industri, kegiatan domestik , maupun sumber alami dari batuan akhirnya sampai ke sungai/laut dan selanjutnya mencemari manusia melalui ikan, air minum, atau air sumber irigasi lahan pertanian sehingga tanaman sebagai sumber pangan manusia tercemar oleh logam.

Menurut Palar (2008, hal 37) ada banyak faktor yang memepengaruhi daya racun dari logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan yaitu :

1. Bentuk logam dalam air. Apakah logam-logam tersebut berada dalam bentuk senyawa organik atau senyawa anorganik. Selanjutnya persenyawaan ini dibagi lagi, apakah berupa senyawa-senyawa organik dan senyawa-senyawa anorganik yang tidak dapat larut. Selanjutnya senyawa-senyawa organik yang dapat larut dalam badan perairan akan dapat diserap dengan mudah oleh biota perairan.

2. Keberadaan logam-logam lain. Adanya logam-logam lain dalam badan perairan dapat menyebabkan logam-logam tertentu menjadi sinergentis ataukah sebaliknya, menjadi antagonis bila telah membentuk suatu ikatan. Untuk logam berat yang bersifat sinergentis, apbila bertemu dengan pasangannya dan membentuk suatu persenyawaan dapat berubah fungsi menjadi racun yang sangat berbahaya.

3. Fisiologis dari biota (organisme)nya. Proses fisiologis turut mempengaruhi peningkatan kandungan logam berat dalam badan perairan.

4. Kondisi biota. Kondisi dari biota-biota berkaitan dengan fase-fase kehidupan yang dilalui oleh biota dalam hidupnya.


(25)

Karena itu pencemaran logam berat dalam lingkungan (perairan, tanah, udara) perlu diperhatikan secara serius mengingat bahaya yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia maupun bagi kesetimbangan lingkungan hidup.

2.5. Logam Kromium

Kata Kromium berasal dari bahasa Yunani (chroma) yang berarti warna. Dalam bahan kimia, Kromium dilambangkan dengan Cr dan pertama kali ditemukan oleh Vagueline pada tahun 1797.

Kromium merupakan salah satu dari logam berat. Logam berat sebenarnya masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaanya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berkaitan dan atau masuk kedalam tubuh organisme hidup.

Logam Kromium murni tidak pernah ditemukan di alam. Logam ini ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur lain. Sebagai bahan mineral Kromium paling banyak ditemukan dalam bentuk “Kromit”.

Kromium termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kerak bumi mengandung Kromium sekitar 100 mg/kg. Kromium yang ditemukan diperairan adalah Kromium trivalen (Cr3+) dan Kromium heksavalent (Cr6+), namun pada perairan yang memiliki pH lebih dari 5, Kromium trivalen tidak ditemukan. Apabila masuk keperairan, Kromium trivalen akan dioksidasi menjadi Kromium hexavalen (Cr6+) yang lebih toksik.


(26)

2.5.1. Sifat-Sifat Logam Kromium

- Logam berat dengan berat atom 51, 996 g/mol - Logam bewarna abu-abu

- Tahan terhadap oksidasi pada suhu tinggi - Mengkilat

- Keras

- Titik cair 1,857oC - Titik didih 2,672oC

- Bersifat paramagnetic (sedikit tertarik oleh magnet).

2.5.2. Kegunaan Logam Kromium

1. Bidang industri

Kromium digunakan untuk tiga industri dasar, yaitu : a. Industri metalurgi

b. Industri bahan kimia

c. Industri bahan penahan panas

Berikut berbagai kegunaan Kromium

a. Bidang metalurgi untuk mencegah korosi, mengkilatkan logam, antara lain sebagai bahan komponen alloy, anodized Aluminium, chromeplating, dan wood treatment.

b. Sebagai pewarna, pencelup, dan cat. Dalam bidang idustri kimia, Kromium berguna sebagai bahan dasar pembuatan pigmen cat/warna


(27)

karena Kromium mengandung komponen warna merah, kuning, orange, dan hijau.

c. Sebagai katalisator.

d. Garam-garam Kromium untuk menyamakan kulit.

e. Potassium Dikromat sebagai chemical reagent untuk mencuci alat gelas laboratorium.

f. Sebagai anti korosi pada aat pengeboran sumur berlumpur. 2. Bidang kesehatan

Kromium digunakan sebagai bahan pembuatan alat ortopedi, sebagai radio isotop dalam bentuk 51Cr yang dapat menghasilkan sinar gamma untuk penanadaan sel-sel darah merah, serta sebagai penjinak sel tumor tertentu. 3. Sebagai mikroelemen tubuh

Kromium trivalen (Cr3+) merupakan mikronutrien bagi tubuh, yaitu untuk metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Diperkirakan kebutuhan Kromium untuk manusia adalah sebesar 1µ g/hari dan hanya 1-3% Cr3+ yang diabsorpsi.

Kebutuhan Kromium pada manusia dapat dilihat pada table dibawah ini

Tabel 2.5 Kebutuhan Cr/hari berdasarkan umur (Widowati dkk, 2008)

No Usia Kebutuhan Cr/hari (µg)

1 0 – 6 bulan 0,2

2 7 – 12 bulan 5,5


(28)

4 4 – 8 tahun 15

5 9 – 13 tahun 21 – 25

6 14 – 50 tahun 24 – 35

7 Wanita hamil 29 – 30

8 Ibu menyusui 44 – 45

2.5.3. Kromium Dalam Lingkungan

Logam Kromium yang masuk ke dalam lingkungan dapat datang dari bermacam-macam sumber. Tetapi pada umumnya yaitu berasal dari kegiatan-kegiatan perindustrian, kegiatan-kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilisasi bahan-bahan bakar.

Dalam badan perairan Kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu secara alamiah dan non alamiah. Masuknya Kromium secara alamiah dapat disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan mineral. Masukan Kromium yang terjadi secara nonalamiah lebih merupakan dampak atau efek dari aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber Kromium yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga.

Dalam badan perairan, terjadi bermacam-macam proses kimia, mulai dari proses pengkompleksan pada reaksi redoks. Reksi ini dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan dan atau sedimentasi logam Kromium di dasar


(29)

perairan. Proses kimiawi yang berlangsung juga adapat mengakibatkan terjadinya peristiwa reduksi dari senyawa-senyawa Kromium heksavalen (Cr6+) yang sangat beracun menjadi Kromium trivalen (Cr3+) yang kurang beracun. Hal ini dapat terjadi di badan perairan yang bersifat asam. (Widowati,W dkk dan Palar, 2008)

2.6. Spektrofotometer

Sudah lama ahli kimia menggunakan warna sebagai suatu pembantu dalam mengidentifikasi zat kimia. Sebuah spektrofotometer adalah suatu instrument untuk mengukur transmitans atau absorban suatu sample sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran terhadap sederatan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal dapat pula dilakukan.

Kompenen yang penting sekali dari suatu spektrofotometer yaitu 1. Sumber

Sumber yang biasa digunakan adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram. Dibawah keluaran kira-kira 350 nm, keluarana lampu wolfram itu tak memadai untuk spektrofotometer dan haruslah digunakan sumber yang berbeda. Paling lazim adalah lampu tabung discas (discharge tube) Hidrogen atau (deuterium).

2. Monokromator

Ini adalah piranti optis untuk mengisolasi suatu berkas radiasi dari suatu sumber berkesinambungan, berkas mana mempunyai kemurnian spectral yang


(30)

tinggi dengan panjang gelombang yang diinginkan. Komponen dari sebuah monokromator adalah suatu sistem celah dan suatu unsur dispersif. Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk. Kemudian disejajarkan oleh sebuah lensa sehingga suatu berkas sejajar jatuh ke unsur pendispersi, yang berupa prisma atau kisi difraksi, dengan cara memutar prisma atau kisi itu secara mekanis, aneka porsi spektrum yang dihasilkan oleh unsur dispersi dipusatkan pada celah keluar, dari situ, lewat jalan optis lebih jauh, porsi-porsi itu menjumpai sampel.

3. Sel

Kebanyakan wadah sampel adalah sel yaitu untuk menaruh cairan kedalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energi radiasi dalam daerah spektral yang diamati. Sel bila ditaruh dalam posisinya, itu menjadi bagian dari lintasan optis dalam spektrofotometer, dan sifat-sifat optisnya menjadi penting.

4. Detektor

Dalam sebuah detektor untuk suatu spektrofotometer, diinginkan kepekaan yang tinggi dalam daerah spektral, respon yang linier terhadap daya radiasi, waktu respon yang cepat dan kestabilan tinggi. Detektor berperan memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.


(31)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat

- Pipet volum - Bola karet - Kuvet 10 ml - Tissue

- Spektrofotometer portable DR/2010 - Medicool

3.2. Bahan

- Sampel air Sungai Deli

- Chroma ver 3 reagent powder pillow

3.3. Prosedur Percobaan

3.3.1. penyediaan sample

Sampel yang akan dianalisa berupa air sungai. Sampel tersebut diambil langsung dari Sungai Deli. Sampel diambil dengan cara memasukkan botol aqua kedalam sungai


(32)

sampai botol tersebut berisi penuh kemudian botol diangkat, ditutup dengan rapat. Setelah sample diambil, langsung dianalisa di laboratorium BLHDASU. Batas penyimpanan selama 24 jam.

3.3.2. Persiapan Reagent

Reagent yang dipakai pada penentuan kadar Kromium heksavalen(Cr6+) adalah dalam bentuk sachet yang langsung di beli oleh laboratorium BLHDASU.

3.3.3.Penentuan Kadar Cromium Hexavalent (Cr6+)

- Hidupkan alat spektrofotometer portable DR/2010 dengan cara menghubungkannya ke sumber arus.

- Masukkan nomor program untuk analisa Cr6+ yaitu tekan 90 kemudian enter (pada layar akan menunjukkan panjang gelombang 540 nm)

- Atur panjang gelombang sampai menunjukkan angka 540 nm (pada layar akan menunjukkan mg/l Cr6+)

- Masukkan 10 ml sampel kedalam kuvet 10ml

- Tambahkan satu sachet reagent chroma ver 3 lalu putar-putar kuvet untuk mengaduk

- Tekan shift timer pada alat spetrofotometer portable DR/2010 (reaksi akan dimulai selama 5 menit)

- Isi kuvet lain dengan sampel sebanyak 10 ml sebagai blanko

- Ketika reaksi selesai, alat akan berbunyi dan pada layar akan menunjukkan mg/l Cr6+, kemudian masukkan kuvet yang berisi blanko kedalam alat lalu tutup


(33)

- Tekan zero pada alat, dan pada layar akan menunjukkan “zeroing” kemudian 0,00 mg/l Cr6+

- Masukkan sampel yang telah dipreparasi tadi kedalam alat, lalu tutup. - Tekan read pada alat dan layar akan menunjukkan “reading”


(34)

BAB 4

DATA DAN PEMABAHASAN

4.1. Data Percobaan

Kadar Kromium heksavalen (Cr6+) pada air sungai deli ditunjukkan pada table 4.1.

Tabel 4.1 Data hasil analisa Sampel Air Sungai Deli untuk menentukan pengaruh waktu penyimpanan sampel terhadap kadar Kromium heksavalen (Cr6+)

No Tanggal analisa Kadar Cr6+ (mg/l)

1 01-02-2010 0,02

2 02-02-2010 0,01

3 03-020-2010 0,005


(35)

4.2. Pembahasan

Dari data yang diperoleh yaitu menunjukkan adanya pengaruh waktu penyimpanan terhadap kadar Kromium heksavalen (Cr6+). Pada hari pertama yaitu dimana sampel yang telah diambil langsung dinalisa menunjukkan kandungan Kromium heksavalen (Cr6+) 0,02 mg/l, pada hari kedua dimana batas maksimum penyimpanan/pengawetan sampel telah lewat dan menunjukkan penurunan kadar Kromium heksavalen (Cr6+) yaitu menjadi 0,01 mg/l dan pada hari ke tiga dan keempat waktu analisa kadar Kromium heksavalen (Cr6+) makin berkurang yaitu 0,005 mg/l dan 0 mg/l.

Perubahan yang terjadi biasanya dikarenakan adanya gangguan-gangguan yang dapat timbul selama penyimpanan dan pengangkutan sehingga dapat berubah sifat dari keadaan asli sampel (sampel menjadi tidak representative), adalah sebagai berikut :

1. Gas O2 dan CO2 dapat diserap air sampel atau dapat lenyap dari air sampel ke

udara.

2. Zat tersuspensi dan koloidal dapat memebentuk flok-flok sendiri dan mengendap, hingga terdapat sampel yang berbeda dengan keadaan asli, paling sedikit lumpur tersebut harus dijadikan suspensi lagi secara merata sebelum analisa, dengan mengocokan botol simpanan, sedangkan zat dan cairan yang ringan (lumpur, lemak, minyak dan seterusnya) dapat mengapung pada permukaan sampel.

3. Beberapa zat pelarut dapat dioksidasi oleh oksigen terlarut hingga senyawanya berubah.


(36)

4. Lumut, ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sample yang tidak disimpan pada tempat gelap dan dingin. (Alaert, 1984)

Selain hal-hal diatas, kemungkinan penurunan kadar Kromium heksavalen Cr6+ dapat juga disebabkan oleh:

1. Terdapatnya sidik jari, kotoran padat yang melakat pada kuvet yang digunakan sehingga dapat menyerap radiasi dari sinar yang dihasilkan.

2. Keadaan kuvet yang kurang baik, seperti retak ataupun buram. Ini juga dapat menyerap sinar yang dihasilkan


(37)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari analisa kadar Kromium heksavalen (Cr6+) yang dilakukan terhadap air Sungai Deli, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. Pada air Sungai Deli terkandung logam Kromium heksavalen (Cr6+) sebesar 0,02 mg/l. data ini menunjukkan bahwa air Sungai Deli telah memenuhi baku mutu air minum sesuai dengan Meskes RI No. 01/Birhukmas/I/1975. Dimana kadar maksimum yang diperbolehkan untuk Kromium yaitu 0,05 mg/l.

b. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa terdapat pengaruh lamanya waktu penyimpanan sampel terhadap kadar Kromium heksavalen (Cr6+) yaitu analisa hari pertama kadar Kromium heksavalen (Cr6+) = 0,02 mg/l dan pada hari kedua (batas maksimum penyimpanan/pengawetan sampel telah lewat) kadar Kromium heksavalen (Cr6+) menjadi 0,01 mg/l.

5.2. Saran

BLHDASU merupakan instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam melaksanakan pengendalian dampak lingkungan hidup. Dimana dalam pelaksanaannya dilakukan uji terhadap kualitas air ataupun limbah-limbah industri. Untuk itu disarankan


(38)

penyimpanan/pengawetan sampel. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh data yang lebih akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penentuan uji kelayakan sampel. Akhirnya dapat mencemari lingkungan dan juga merugikan masyarakat.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G & Sri Sumestri,S. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yokyakarta: Penerbit Kansius

Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Ceatakan Pertama. Jakarta. Penerbit Hipokrates

Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cetakan Keempat. Jakarta: Rineka Cipta

Ryadi, S. 1984. Pencemaran Air Dasar-Dasar dan Pokok-Pokok Penanggulangannya. Surabaya: Penerbit Karya Anda

Subagyo, J.K. 1999. Hukum Lingkungan Masalah dan Penanggulangannya. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta

Underwood, A.L & Day, R.A. 1998. Analisa kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga

Widowati, W. dkk. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yokyakarta : Penerbit Andi


(40)

Lampiran 1. Baku Mutu Air Minum menurut Meskes RI No. 01/Birhukmas/I/1975

No Unsur-Unsur Satuan

Syarat-Syarat Keterangan Minimal diperboleh kan Maks. dianjurkan Maks. diperboleh kan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Fisika Suhu Warna Bau Rasa Kekeruhan Kimia Derajat keasaman Zat padat/jumlah Zat organik sebagai KMnO4

Karbon oksida sebagai CO2 agresif

Kesadahan

Kalsium sebagai Ca Magnesium sebagai Mg Besi/jumlah Fe Mangan (Mn) Tembaga (Cu) Zink (Zn) o C Unit - - Unit - mg/l mg/l mg/l o D mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l - - - - - 6,5 - - - 5 - - - - - - - 5 - - 5 - 500 - - - 75 30 0,1 0,05 0.05 1,00 - 50 - - 25 9,2 1500 10 - 10 200 150 1 0.5 1,5 15 Skala PT-Co Tak berbau Tak berasa Skala sile - - - - - - - - - - -


(41)

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Chlorida (Cl) Sulfat (SO4)

Sulfida (H2S)

Flourida (F) Amonia (NH4)

Nitrat (NO3)

Nitrit (NO2)

Phenol Arsen (As) Timbal (Pb) Selenium (Se) Chrom (Cr) Cyanida (CN) Cadmium (Cd) Air raksa (Hg)

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/ mg/l mg/l mg/l mg/l - - - - - - - - - - - - - - - 200 200 - - - - - 0,001 - - - - - - - 600 400 0 2 0 20 0 0,002 0,05 0,1 0,1 0,05 0,05 0,01 0,001 - - - - - - - Zat kimia beracun - - - - - - -


(42)

Lampiran 2. Required Container, Preservation, Techniques and Holding Times

Parameter No./Name Container2 Preservation3,4 Maximum Holding Time5 Table 1A-Bacterial

Test

1-4. Coliform,fecal and total

5. Fecal stertococci

Table B-inorganic tests 1.Acidity 2.Alkalinity 4.Ammonia 9.BOD 10.Boron 11.Bromide 14.BOD carbonaceous 15.COD 16.Chloride 17.Chlorine, total residual 21.Colour 23-24.Cyanide, total and amenable to chlorination P,G P,G P,G P,G P,G P,G P,PFTE or quartz

P,G P,G P,G P,G P,G P,G P,G

Cool, 4oC, 0,008%Na2S2O36

Cool, 4oC, 0,008%Na2S2O36

Cool, 4oC Cool, 4oC

Cool, 4oC, H2SO4 to

pH<2 Cool, 4oC HNO3 to pH<2

None required Cool, 4oC

Cool, 4oC, H2SO4 to

pH<2

None required None required

Cool, 4oC

Cool, 4oC, NaOH to pH >12,06 g ascorbic acid6

6 hours 6 hours 14 days 14 days 28 days 48 hours 6 months 28 days 48 hours 28 days 28 days Analyze immediately 48 hours 14 days


(43)

25.Flouride 27.Hardness 28.pH 31,43.Kjeldahl and organic nitrogen Metals Chromium VI Mercury Nitrate Nitrite Organic carbon Phenols P P,G P,G P,G P,G P,G P,G P,G P,G G only None required

HNO3 to pH<2,H2SO4 to

pH<2

None required

Cool, 4oC, H2SO4 to

pH<2

Cool, 4oC HNO3 to pH<2

Cool, 4oC Cool, 4oC

Cool, 4oC, HCL or H2SO4 or H3PO4 to

pH<2

Cool, 4oC, H2SO4 to

pH<2 28 days 6 months Analyze immediately 28 days 24 hours 28 days 48 hours 48 hours 28 days 28 days


(1)

penyimpanan/pengawetan sampel. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh data yang lebih akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penentuan uji kelayakan sampel. Akhirnya dapat mencemari lingkungan dan juga merugikan masyarakat.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G & Sri Sumestri,S. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan

Perairan. Yokyakarta: Penerbit Kansius

Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Ceatakan Pertama. Jakarta. Penerbit Hipokrates Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cetakan Keempat. Jakarta:

Rineka Cipta

Ryadi, S. 1984. Pencemaran Air Dasar-Dasar dan Pokok-Pokok Penanggulangannya. Surabaya: Penerbit Karya Anda

Subagyo, J.K. 1999. Hukum Lingkungan Masalah dan Penanggulangannya. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta

Underwood, A.L & Day, R.A. 1998. Analisa kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga

Widowati, W. dkk. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan


(3)

Lampiran 1. Baku Mutu Air Minum menurut Meskes RI No. 01/Birhukmas/I/1975

No Unsur-Unsur Satuan

Syarat-Syarat Keterangan Minimal diperboleh kan Maks. dianjurkan Maks. diperboleh kan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Fisika Suhu Warna Bau Rasa Kekeruhan Kimia Derajat keasaman Zat padat/jumlah Zat organik sebagai KMnO4 Karbon oksida sebagai CO2 agresif Kesadahan

Kalsium sebagai Ca Magnesium sebagai Mg Besi/jumlah Fe Mangan (Mn) Tembaga (Cu) o C Unit - - Unit - mg/l mg/l mg/l o D mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l - - - - - 6,5 - - - 5 - - - - - - 5 - - 5 - 500 - - - 75 30 0,1 0,05 0.05 - 50 - - 25 9,2 1500 10 - 10 200 150 1 0.5 1,5 Skala PT-Co Tak berbau Tak berasa Skala sile - - - - - - - - - -


(4)

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Chlorida (Cl) Sulfat (SO4) Sulfida (H2S) Flourida (F) Amonia (NH4) Nitrat (NO3) Nitrit (NO2) Phenol Arsen (As) Timbal (Pb) Selenium (Se) Chrom (Cr) Cyanida (CN) Cadmium (Cd) Air raksa (Hg)

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/ mg/l mg/l mg/l mg/l - - - - - - - - - - - - - - - 200 200 - - - - - 0,001 - - - - - - - 600 400 0 2 0 20 0 0,002 0,05 0,1 0,1 0,05 0,05 0,01 0,001 - - - - - - - Zat kimia beracun - - - - - - -


(5)

Lampiran 2. Required Container, Preservation, Techniques and Holding Times

Parameter No./Name Container2 Preservation3,4 Maximum Holding Time5 Table 1A-Bacterial

Test

1-4. Coliform,fecal and total

5. Fecal stertococci

Table B-inorganic tests

1.Acidity 2.Alkalinity 4.Ammonia

9.BOD 10.Boron 11.Bromide

14.BOD carbonaceous 15.COD

16.Chloride 17.Chlorine, total residual

21.Colour

23-24.Cyanide, total and amenable to

P,G

P,G

P,G P,G P,G

P,G P,PFTE or quartz

P,G P,G P,G

P,G P,G

P,G P,G

Cool, 4oC, 0,008%Na2S2O36 Cool, 4oC, 0,008%Na2S2O36

Cool, 4oC Cool, 4oC

Cool, 4oC, H2SO4 to pH<2

Cool, 4oC HNO3 to pH<2 None required Cool, 4oC

Cool, 4oC, H2SO4 to pH<2

None required None required

Cool, 4oC

Cool, 4oC, NaOH to pH >12,06 g ascorbic acid6

6 hours

6 hours

14 days 14 days 28 days

48 hours 6 months 28 days 48 hours 28 days

28 days Analyze immediately 48 hours 14 days


(6)

25.Flouride 27.Hardness

28.pH

31,43.Kjeldahl and organic nitrogen Metals

Chromium VI Mercury Nitrate Nitrite

Organic carbon

Phenols

P P,G

P,G

P,G

P,G P,G P,G P,G P,G

G only

None required

HNO3 to pH<2,H2SO4 to pH<2

None required

Cool, 4oC, H2SO4 to pH<2

Cool, 4oC HNO3 to pH<2 Cool, 4oC Cool, 4oC

Cool, 4oC, HCL or H2SO4 or H3PO4 to pH<2

Cool, 4oC, H2SO4 to pH<2

28 days 6 months

Analyze immediately 28 days

24 hours 28 days 48 hours 48 hours 28 days