Pengertian Pendidikan Karakter KAJIAN PUSTAKA

¢ Óo _ç 6»tƒ É OÏr n o4 qn =¢ Á 9 ö  ã Bù u r Å r 㠍 ÷ èy J ø 9 Î tm÷ R u r Ç ` tã Ì  s 3 Zß J ø 9 ÷ ŽÉ 9ô ¹ u r 4 ’ n ?tã tB y 7 t|¹ r ¨b Î y 7 Ï9ºs Œ ô ` ÏB Ç P÷ “tã Í‘ qã BW { ÇÊ Ð È Ÿ w u r ö  Ïiè|Á è ? š ‚ £ ‰s { Ä ¨ ¨Z=Ï9 Ÿ w u r Ä · ô J s ? ’ Îû Ç Ú ö ‘ F { ·m t  tB ¨b Î © Ÿ w  = Ïtä † ¨ä . 5 A tFø ƒè C 9 ‘ qã ‚ s ù ÇÊ Ñ È Artinya: “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. VII : 392-393 Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan karakter mulia yang harus diteladani agar manusia yang hidup sesuai dengan tuntunan syari’at, yang bertujuan untuk kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. sesungguhnya Rasulullah adalah contoh serta teladan bagi umat manusia yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai karakter yang mulia kepada umatnya. Sebaik- baik manusia adalah yang baik karakter atau akhlaknya dan manusia yang sempurna adalah yang memiliki akhlak al-karimah, karena ia merupakan cerminan iman yang sempurna. Dalam sebuah hadis dinyatakan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: ﺎَﮭْﯿَﻠَﻋ ْﻢُھﻮُﺑِﺮْﺿاَ َﻦﯿِﻨِﺳ ِﻊْﺒَﺳ ُءﺎَﻨْﺑَأ ْﻢُھَو ِةﺎَﻠﱠﺼﻟﺎِﺑ ْﻢُﻛَدﺎَﻟْوَأ اوُﺮُﻣ َﺑ اﻮُﻗﱢﺮَﻓَو ٍﺮْﺸَﻋ ُءﺎَﻨْﺑَأ ْﻢُھَو ِﻊِﺟﺎَﻀَﻤْﻟا ﻲِﻓ ْﻢُﮭَﻨْﯿ Artinya: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah mereka apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” HR. Abu Daud no. 464:325 Dari hadis di atas, dapat di pahami bahwa, Memerintahkan anak lelaki dan wanita untuk mengerjakan shalat, yang mana perintah ini dimulai dari mereka berusia 7 tahun. Jika mereka tidak menaatinya maka Islam belum mengizinkan untuk memukul mereka, akan tetapi cukup dengan teguran yang bersifat menekan tapi bukan ancaman. Jika mereka mentaatinya maka alhamdulillah. Akan tetapi jika sampai usia 10 tahun mereka belum juga mau mengerjakan shalat, maka Islam memerintahkan untuk memukul anak tersebut dengan pukulan yang mendidik dan bukan pukulan yang mencederai. Karenanya, sebelum pukulan tersebut dilakukan, harus didahului oleh peringatan atau ancaman atau janji yang tentunya akan dipenuhi. Yang jelas pukulan merupakan jalan terakhir. Di sini dapat dipahami bahwa, menurut teori psikologi, pada rentangan usia 0-8 tahun merupakan usia emas atau yang sering kita dengar dengan istilah golden age, yang mana pada usia ini individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age usia emas yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya, dan usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik dalam diri individu. Pada usia golden age, di sadari atau tidak, perilaku imitatif pada anak sangat kuat sekali. Oleh karena itu, selaku orang tua seharusnya memberikan teladan yang baik dan terbaik bagi anaknya, karena jika orang tua salah mendidik pada usia tersebut, maka akan berakibat fatal kelak setelah ia dewasa, ia akan menjadi sosok yang tidak mempunyai karakter akibat dari pola asuh yang salah tadi. Ritonga: 2012

3. Dasar Pembentukan Karakter

Dalam berbagai literatur, kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang yang didahului oleh kesadaran dan pemahaman akan menjadi karakter seseorang. Gen hanya merupakan salah satu faktor penentu saja. Namun, jangan lupa meremehkan faktor genetis ini. Meskipun ia bukan satu-satunya penentu, ia adalah penentu pertama yang melekat pada diri anak. Jika tidak ada proses berikutnya yang memiliki pengaruh kuat, boleh jadi faktor genetis inilah yang akan menjadi karakter anak. Dalam islam faktor genetis ini juga diakui keberadaannya. salah satu contohnya adalah pengakuan Islam tentang alasan memilih calon istri atas dasar faktor keturunan. Rasul pernah bersabda yang intinya menyebutkan bahwa kebanyakan orang menikahi seorang wanita karena faktor rupa, harta, keturunan, dan agama. Meskipun Islam mengatakan bahwa yang terbaik adalah menikahi wanita karena pertimbangan agamanya, namun tetap saja bahwa Islam mengakui adanya kecenderungan bahwa orang menikah karena tiga faktor selain agama itu. Salah satunya adalah keturunan. Boleh jadi orang yang menikahi wanita karena pertimbangan keturunan disebabkan oleh adanya keinginan memperoleh kedudukan dan kehormatan sebagaimana orang tua si perempuan. Atau bisa juga karena ingin memiliki keturunan yang mewarisi sifat-sifat khas orang tua istrinya. Dahulu, ada kebiasaan di masyarakat Arab yang memungkinkan seorang suami bisa menyuruh istrinya berhubungan intim dengan lelaki lain yang ditokohkan hanya demi ingin memiliki anak yang berpotensi menjadi tokoh besar. Seorang bapak juga bisa menyuruh anak gadisnya melakukan hal demikian untuk tujuan serupa. Di Jawa, orang-orang zaman dahulu sangat bangga jika ada anaknya yang dijadikan selir oleh raja. Persoalan ini pula menyuburkan tradisi perempuan melamar laki- laki di daerah Minang. Laki-laki bangsawan dan terkenal akan paling banyak dilamar oleh para orang tua yang memiliki anak gadis. Tentu, tujuan utamanya adalah mendapatkan garis keturunan atau gen para bangsawan, di samping ketokohan dan popularitasnya. Ketika ditanya tentang siapakah manusia yang paling mulia di dunia ini, Rasulullah menjawab Nabi Yusuf a.s. para sahabat kemudian bertanya tentang apa yang menyebabkan Rasulullah menganggap bahwa Nabi Yusuf adalah orang yang paling mulia. Ternyata jawaban beliau adalah faktor keturunan. Ayah, kakek, dan buyut Nabi Yusuf adalah para nabi, yakni Ya’qub, Ishaq, dan Ibrahim a.s. karena ayah, kakek, dan buyutnya adalah orang-orang mulia, dan Yusuf juga mewarisi kemuliaan mereka itu, beliau dianggap sebagai orang yang paling mulia oleh Rasulullah SAW. Namun kita jangan berputus asa dulu dengan mengatakan, “Kalau demikian halnya, tidak perlu lagi kita melakukan pendidikan karakter pada anak. Toh penentu kemuliaan dan kehebatan seseorang adalah keturunan alias gen yang mengalir dalam dirinya.” Tidak demikian. Mengapa? Sebab, Yusuf adalah orang mulia. Beliau sendiri seorang nabi. Nabi adalah orang yang mulia bukan disebabkan garis keturunannya. Tetapi, karena kemuliaan pribadi yang dimilikinya sendiri. Kini telah ditemukan hal-hal yang paling berdampak pada karakter seseorang. Dari penelitian yang dilakukan, hal-hal seperti gen, makanan, teman, orang tua, dan tujuan, merupakan faktor-faktor terkuat dalam mewarnai karakter seseorang Munir, 2010: 7-9

4. Pentingnya Pendidikan Karakter

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilimu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Bung Karno dalam amanatnya kepada para olahragawan di “Sasana Gembira” Bandung pada tanggal 9 April 1961 antara lain mengemukakan tentang pembinaan “Dedication of life” para olahragawan da pembina olahraga, agar dapat melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat sesuai kerangka segi-segi cita-cita bangsa kita yang termasuk dalam “Nation and Character Building” Indonesia Hidayatullah, 2009: 12.

5. Pendekatan Pendidikan Karakter

Lima tipologi pendidikan karakter: 1. Pendekatan Penanaman Nilai Pendekatan penanaman nilai inculcation approach adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai- nilai sosial dalam diri siswa. Tujuan pendekatan nilai ini adalah diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa dan berubahnya nilai- nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diinginkan. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran antara lain keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain. 2. Pendekatan Perkembangan Kognitif Pendekatan ini memiliki karakteristik penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Menurut pendekatan ini, perkembangan moral dilihat dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih tinggi. Ada tujuan utama yang ingin dicapai dalam pendekatan ini. Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral. 3. Pendekatan Analisis Nilai Pendekatan analisis nilai values analysis approach memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Ada tujuan utama pendidikan moral menurut pendekatan ini. Pertama, membantu siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah sosial, yeng berhubungan dengan nilai moral tertentu. Kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir rasional dan analitik, dalam menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai-nilai mereka. 4. Pendekatan Klarifikasi Nilai Pendekatan karifikasi nilai values clarification approach memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-niai mereka sendiri. Menurut pendekatan ini tujuan pendidikan karakter ada tiga. Pertama, membantu siswa agar menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai- nilai orang lain. Kedua, membantu siswa agar mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan nilai- nilainya sendiri. Ketiga, membantu siswa agar mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional, mampu memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri. Dam proses pengajaran metode ini menggunakan ketode dialog, menulis, diskusi, dalam kelompok besar atau kecil, dan lain-lain. 5. Pendekatan Pembelajaran Berbuat Pendekatan pembelajaran berbuat action learning approach menekankan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Terdapat dua tujuan utama dalam pendekatan ini. Pertama, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral, baik secara perseorangan ataupun secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai mereka sendiri. Kedua, mendorong siswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam pergauan dengan seksama, yang tidak memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan sebagai warga dari suatu masyarakat, yang harus mengambil bagian dalam suatu proses demokrasi. Muslich, 2011: 108-119

6. Strategi Pendidikan Karakter Rasulullah

Dalam kacamata kaum muslimin, gejala yang merusak di masyarakat akibat hilangnya karakter dan kepribadian Islami. Kita kecanduan produk Barat yang hedonistik, serba bebas dan berkiblat kesenangan duniawi. Konsep permissif itu berdampak rusaknya tatanan kehidupan sosial, kacaunya moralitas dan mengendurnya nilai kebersamaan antar individu. Jelas, ini konsepsi yang bertentangan dengan nilai Islam yang mengatur tawazun keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat. Rasulullah SAW dalam membentuk generasi pilihan sangat mengintensifkan tiga kecerdasan yaitu emosional, spritual dan intelektual. Hasilnya dapat dirasakan dimana banyak dilahirkan pejuang Islam hebat seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan sahabat lainnya. Ada beberapa prinsip strategis pembentukan karakter Rasulullah kepada para sahabat sebagai generasi penerusnya. Pertama, Rasulullah SAW sangat fokus kepada pembinaan dan penyiapan kader. Fakta itu dapat dilihat sejak beliau mulai mendapatkan amanah dakwah. Tugas menyebarkan Islam dijalankan dengan mencari bibit kepemimpinan unggul berhati bersih. Dakwah beliau fokus tidak menyentuh segi kehidupan politik Makkah. Selain faktor instabilitas dan kekuatan politik, perjuangan dakwah memang difokuskan nilai pembinaan. Dirinya berusaha menanamkan karakter kenabian yaitu siddiq jujur, amanah dapat dipercaya, tabligh menyampaikan dan fatonah cerdas. Rumah Arqam bin Abil Arqam menjadi saksi bagaimana ahirnya kepemimpinan Islam dilahirkan. Point penting pertama pendidikan karakter adalah fokus, bertahap dan konsisten terhadap pembinaan sejak dini. Kedua, mengutamakan bahasa perbuatan lebih baik dari perkataan. Aisyah menyebut Rasulullah SAW sebagai Al-Qur’an yang berjalan. Sebutan itu tidak salah, mencermati Sirah Nabawiyah menjadikan kita menuai kesadaran rekonstruksi pemikiran dan tindakan Rasulullah SAW. Beliau berbuat dulu, baru menyerukan kepada kaumnya untuk mengikutinya. Kesalehan individu berhasil membentuk kesalehan kolektif di masyarakat Makkah dan Madinah. Dalam QS. Ayat: 21 yang berbunyi: ô ‰s © 9 tb x . ö Nä 3 s 9 ’ Îû É A qß ™u ‘ « îou qó ™é × pu Z|¡ y m ` y J Ïj9 tb x . qã _ ö  tƒ © tPö qu ‹ø 9 u r t  Å z F y t  x . s Œu r © Z Ž  ÏVx . ÇË Ê È “Sesungguhnya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah” Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. VII : 450 Ketiga, menanamkan keyakinan bersifat ideologis sehingga menghasilkan nilai moral dan etika dalam mengubah masyarakatnya. Beliau meluruskan kemusyrikan mereka dengan mengajarkan kalimat tauhid yakni meyakini Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karakter tauhid menghasilkan pergerakan manusia yang dilandasi syariat Islam dalam menjalankan kehidupan. Pendidikan karakter yang terpenting adalah pendidikan moral dan etika. Mengingat bahwa Nabi kita Muhammad SAW. diutus di muka bumi hanya untuk menyempurnakan akhlaq. Akhirnya karakter itu harus memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Rasulullah SAW sudah memberikan teladan itu dengan membangun pendidikan berbasis moral dan etik. Pembangunan pendidikan dapat dimulai dari Pesantren, Kampus dan Sekolah sebagai tempat subur pembinaan sekaligus pemberdayaan karakter generasi muda. Karena dengan moral yang baik dan etika yang berlandaskan ideologi yang benar akan membentuk komunitas masyarakat bangsa yang rahmatan lil alamin. Ma’ruf, 2012: 55

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Ambarawa.

Pondok pesantren Al Mujahidin merupakan salah satu pondok pesantren salafi yang terletak di wilayah kabupaten semarang, tepatnya di ambarawa. Pengasuh pondok pesantren sekarang ini adalah Bp. K.H Hasyim Hadi, K.H Abdul Qodir Al Khafizd dan Ibu Hj. Umi Maesaroh.

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin.

Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin adalah salah satu lembaga pendidikan Islam non formal berupa pondok pesantren salaf yang berdiri sejak tahun 1992 pada tanah seluas 550 m2. Lokasi Pondok Pesantren Al Mujahidin terletak di Jl. Dr. Cipto Mangun Kusumo N0. 50 Kauman, Kranggan, Kecamatan Ambarawa Kab. Semarang. Pondok Pesantren resmi berdiri pada tanggal 11 juli 1992 di bawah asuhan Al Mukarom Bapak KH. Hasyim Hadi dan Al Mukarom Bapak KH. Abdul Qodir Al Khafidz. Pondok Pesantren ini berdiri sebagai lembaga pendidikan Islam non formal yang muncul sebagai satu-satunya pondok pesantren di Kota Ambarawa dengan kegiatan pendidikan semata-mata berdasarkan pada pola-pola pengajaran klasik atau konservatif yakni berupa pengajian kitab kuning dan Takhfidzul Al-Qur’an dengan metode pembelajaran tradisional serta belum dikombinasikan dengan pola pendidikan modern. Pondok Pesantren ini juga mempunyai karakteristik berbeda dengan pondok lainnya yaitu pendalaman ilmu riyadhoh dan mujahadah bagi para santri.

2. Letak Geografis Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin.

Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin terletak di Jl. Dr. Cipto Mangun Kusumo N0. 50 Kauman, Kranggan, Kecamatan Ambarawa Kab. Semarang ini berada di tengah-tengah pemukiman penduduk dengan gambaran sebagai berikut: Sebelah Barat : Pemukiman dan Persawahan Penduduk Sebelah Timur : Kampung Jagalan Sebelah Utara : Kampung Bodean Sebelah Selatan : Kampung Patoman Lokasi Pondok Pesantren sangat strategis atau cocok untuk kegiatan belajar mengajar ilmu agama bagi para santrinya walaupun berada di areal perkotaan namun pondok pesantren tetap mendapat dukungan dan simpati baik dari masyarakat sekitar maupun para tokoh masyarakat. Hal ini muncul karena pondok pesantren Al Mujahidin merupakan satu-satunya pondok pesantren yang berada di lingkungan tersebut dan eksistensi pondok sangat diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Ambarawa dalam syi’ar agama Islam.

3. Nilai Plus Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin.

1. Penekanan pendidikan akhlaqul karimah bagi santri. 2. Pendalaman pengajian kitab kuning dan Takhfidzul Al-Qur’an dalam satu naungan pondok pesantren. 3. Pendalaman ilmu riyadhoh, istighosah, dan mujahadah bagi para santrinya. 4. Bimbingan secara khusus dari pengasuh tentang metode dakwah sebagai upaya mempersiapkan mubaligh dan mubalighoh untuk mengembangkan ajaran Agama Islam bagi santrinya. 5. Pengembangan bakat dan minat santri dalam bidang seni dan pencak silat berupa Jamiyah Hadroh Akhbabul Al-Mustofa dan pencak silat karomahan.

4. Asas dan Tujuan Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin.

Pondok pesantren Salafi Al Mujahidin berasaskan pancasila dan ber akidah Islam serta bertujuan menegakkan Agama Islam yang berhaluan “Ahlussunah Wal Jama’ah” dan mengikuti salah satu madzhab empat di tengah-tengah kehidupan di dalam wadah Negara Kesatuan Repuplik Indonesia yang membina manusia agar memiliki kepribadian yang luhur, berjiwa patriotik, berilmu dan beramal shaleh.

5. Susunan Organisasi Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin.

Dalam suatu lembaga sangat dibutuhkan adanya struktur organisasi, hal ini dimaksudkan agar keterlibatan dan kerapian organisasi dapat terkoordinasi dengan baik. Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren Al-Mujahidin Tahun 20122013 adalah sebagai berikut: A. Pengasuh Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin 1 Al Mukarom KH. Hasyim Hadi 2 Al Mukarom KH. Abdul Qodir Al Khafidz 3 Al Mukaromah Hj. Umi Maesaroh B. Dewan Asatidz 1 Ust. Kasmuri 2 Ust. Mustofa 3 Ust. Marzuqi 4 Ust. Ya’qub Arsyadi 5 Ust. Mukhlis C. Susunan Organisasi Pondok Pesantren Putra 1 Ketua : Solikhan S.Pd.I. 2 Wakil : Saeful Bahrizen 3 Sekretaris : Saefudin 4 Bendahara : M. Anas 5 Seksi-seksi : - Seksi Madrasah Diniyah : Rahmad Sahid S.Pd.I - Seksi Kegiatan : M. Rohman - Seksi Perlengkapan : Amin Purnomo - Seksi Humas : Ali Masduki - Seksi Kebersihan : Khanafi - Seksi Keamanan : Fa’izin D. Susunan Organisasi Pondok Pesantren Putri 1 Ketua : Ulfatu Laila 2 Wakil : Azizatul Munawaroh 3 Sekretaris : Sri Ulfa 4 Bendahara : Puji Lestari 5 Seksi-seksi : - Seksi Madrasah Diniyah : Faridhotul Mubarokah - Seksi Kegiatan : Siti Khodijah - Seksi Perlengkapan : Saidatus Z. - Seksi Humas : Khusnul Khafidhoh - Seksi Kebersihan : Mu’asaroh - Seksi Keamanan : Hikmatul Ilmiyah