Post 6dc44e39377d0a7c
KORELASI PARTISIPASI SHALAT TAHAJUD
DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI
PUTERI DI PONDOK PESANTREN SALAFI
AL MUJAHIDIN AMBARAWA TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
NUR RAHMAWATI
NIM 12108011
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
MOTTO
-¨b Î) y ì tB ÎŽô£ ãèø9$# #ZŽô£ ç„
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
$ygyJ ol ù;r'sù $yd u‘ qègéú
$yg1uqø) s?ur ÇÑÈ
ô ‰s% y x n=øùr& ` tB $yg8©. y— ÇÒÈ ô ‰s%ur z
> %s{ ` tB $yg9¢™yŠ ÇÊÉÈ
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.
“Selalu percaya, bahwa Allah akan memberikan jalan kepada hamba yang
bersungguh-sungguh, “Man Jadda WaJada.”
(7)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapakku (Kasiro) dan yang telah mencurahkan segala daya dan upayanya,
demi kesuksesan putrinya. Terima Kasih atas cinta dan kasih yang telah
diberikan selama ini, juga setiap do’a yang dengan tulus diberikan, semoga
Allah meridhoi.
2. Almarhumah Ibuku tercinta (Sri Suyati), yang telah meninggalkan penulis
sejak duduk di bangku SLTA kelas XI, semoga Allah memberikan tempat
terbaik untuk beliau, yaitu Surga. Aamiin
3. Kakakku tersayang semuanya (Ali Shodiqin, Daryani, Alfiati, Purwiyoto, dan
Amir) yang telah memberikan dukungan moral dan juga materi selama kuliah
di STAIN Salatiga. Tetaplah menjadi kakak yang selalu sayang kepada
adiknya.
4. Nenek serta kakekku yang tiada hentinya mendo’akan cucunya.
5. Kakanda Imam Taufiq yang tiada hentinya mendukung dan memberikan
motivasi. Teruslah menjadi pembimbingku.
6. Seluruh Mahasiswa STAIN Salatiga, khususnya PAI kelas A tahun 2008...
SEMANGAT!
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang Maha
Mengetahui segala apa yang tampak maupun yang tersembunyi, atas segala
rahmat, taufiq serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar.
Shalawat beriring salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan
Nabi Agung Muhammad SAW, beliaulah teladan yang sempurna bagi umat
manusia terutama umat islam. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan
untuk memenuhi gelar kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah STAIN Salatiga. Dengan
terselesaikannya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga yang telah
banyak berjasa dan berkenan memberikan persetujuan/pengesahan terhadap
skripsi ini.
2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku ketua Program Studi PAI yang telah
memberikan banyak bimbingan serta motivasi dalam pengambilan judul skripsi
ini.
3. Bapak M. Gufron, M.Ag. sebagai dosen pembimbing yang telah dengan ikhlas
mencurahkan pikiran dan tenaganya serta telah berkenan meluangkan
(9)
4. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi
yang telah banyak membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.
5. Bapak K.H. Hasyim Hadi, selaku Pengasuh Pondok Pesantren Salafi Al
Mujahidin Kota Ambarawa beserta ustadzah-ustadzah, yang telah memberikan
pondasi ilmu agama islam serta dukungan moral, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sabar.
6. Seluruh pengurus puteri Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Kota
Ambarawa yang telah membantu penulis baik dalam bentuk materi maupun
non-materi.
7. Bapak, ibu, kakak, dan seluruh keluargaku di rumah yang telah mendo’akan
dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam
menyelesaikan studi di STAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan
kesabaran.
8. Seluruh santri puteri Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Kota Ambarawa
yang dengan ikhlas menjadi responden dan memberikan jawaban dari angket
yang penulis ajukan.
9. Untuk Kakanda tercinta (Imam Taufiq) yang telah memberikan dukungan,
(10)
Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan
balasan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan
ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah khasanah
keilmuannya serta dapat mengambil hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari.
Salatiga, 08 April 2013
Penulis
(11)
ABSTRAK
Rahmawati, Nur. 2013. Korelasi Partisipasi Shalat Tahajud Dengan Pendidikan Karakter Pada Santri Puteri di Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M. Ghufron, M.Ag.
Kata kunci: Partisipasi shalat tahajud dan pendidikan karakter
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui korelasi partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan karakter pada santri puteri Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Ambarawa. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah partisipasi shalat tahajud pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa pada tahun 2013?, (2) Bagaimanakah pendidikan karakter pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin pada tahun 2013?, (3) Adakah korelasi partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan karakter pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa pada tahun 2013?. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui partisipasi shalat tahajud pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa pada tahun 2013, (2) Untuk mengetahui pendidikan karakter pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin pada tahun 2013, (3) Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan karakter pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa pada tahun 2013.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional sebab akibat dengan metode angket, observasi dan dokumentasi. Sedangkan instrumennya adalah angket. Angket bersifat tertutup.
Hasil penelitian ini adalah (1) partisipasi shalat tahajud santri puteri tergolong tingkat sedang dengan persentase 60,87% (2) pendidikan karakter pada santri puteri tergolong tingkat sedang dengan persentase 47,82%, (3) Ada korelasi yang sedang antara partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan karakter pada santri puteri. Analisis data yang didapat dari rumus product moment menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Hal ini terbukti karena rxylebih besar dari pada r tabel r (product moment) yaitu 0,991 yang mana dengan N = 46 diperoleh nilai r pada taraf signifikan 5% sebesar 0.291 dan nilai r pada taraf signifikan 1% sebesar 0,376, sehingga hipotesis dapat diterima kebenarannya.
(12)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Hipotesis Penelitian ... 6
E. Kegunaan Penelitian ... 6
F. Definisi Operasional ... 7
G. Metode Penelitian ... 11
H. Analisis Data ... 16
(13)
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Shalat Tahajud ... 20
1. Pengertian Shalat Tahajud ... 20
2. Ruang Lingkup Shalat Tahajud ... 23
a. Landasan Hukum Shalat Tahajud... 23
b. Keutamaan Shalat Tahajud ... 24
c. Waktu Shalat Tahajud ... 27
d. Bilangan Rakaat Shalat Tahajud... 28
e. Variasi Bobot Bacaan Ayat ... 29
f. Etika Shalat Tahajud ... 29
B. Pendidikan Karakter ... 31
1. Definisi Pendidikan Karakter ... 31
a. Pengertian Pendidikan ... 31
b. Pengertian Karakter ... 32
c. Pengertian Pendidikan Karakter ... 36
d. Dasar Pendidikan Karakter ... 36
e. Dasar Pembentukan Karakter ... 42
f. Pentingnya Pendidikan Karakter ... 44
g. Pendekatan Pendidikan Karakter ... 45
(14)
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin
Ambarawa ... 51
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren ... 51
2. Letak Geografis Pondok Pesantren ... 52
3. Nilai Plus Pondok Pesantren ... 53
4. Asas dan Tujuan Pondok Pesantren ... 53
5. Susunan Organisasi Pondok Pesantren ... 54
6. Program Pendidikan dan Pengajaran ... 56
7. Tata Tertib Santri ... 60
8. Bangunan Pondok Pesantren ... 62
B. Persiapan Penelitian ... 62
1. Data responden ... 62
2. Penyajian Data Penelitian... 64
a. Data jawaban angket tentang partisipasi shalat tahajud ... 64
b. Data jawaban angket tentang pendidikan karakter ... 66
BAB IV ANALISIS DATA A. Partisipasi Shalat Tahajud ... 69
B. Pendidikan Karakter Pada Santri Puteri ... 74
C. Korelasi Partisipasi Shalat Tahajud Dengan Pendidikan Karakter Pada Santri Puteri ... 83
(15)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 86
B. Saran ... 87
1. Santri ... 87
2. Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin ... 87
C. Penutup... 88
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
(16)
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 DAFTER USTADZAH PERIODE 2013 PONDOK
PESANTREN SALAFI AL MUJAHIDIN ... 56
TABEL 3.2 DAFTAR SANTRI PUTERI PERIODE 2013 PONDOK
PESANTREN SALAFI AL MUJAHIDIN ... 57
TABEL 3.3 PROGRAM PENGAJARAN PONDOK PESANTREN
PUTERI AL MUJAHIDIN TAHUN PELAJARAN 2013 ... 59
TABEL 3.4 GAMBARAN BANGUNAN PONDOK PESANTREN
SALAFI AL MUJAHIDIN AMBARAWA ... 62
TABEL 3.5 DAFTER NAMA RESPONDEN ... 63
TABEL 3.6 JAWABAN ANGKET TENTANG PARTISIPASI SHALAT
TAHAJUD ... 64
TABEL 3.7 JAWABAN ANGKET PENDIDIKAN KARAKTER
PADA SANTRI PUTERI ... 66
TABEL 4.1 NILAI ANGKET TENTANG PARTISIPASI SHALAT
TAHAJUD ... 69
TABEL 4.2 INTERVAL PARTISIPASI SHALAT TAHAJUD ... 72
TABEL 4.3 TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL X ... 74
TABEL 4.4 NILAI ANGKET TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER
PADA SANTRI PUTERI ... 75
TABEL 4.5 INTERVAL PENDIDIKAN KARAKTER PADA
(17)
TABEL 4.6 TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEK Y ... 80
TABEL 4.7 TABEL KERJA KOEFISIEN VARIABEL X DAN
VARIABEL Y ... 80
(18)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam kehidupan kita banyak mengalami berbagai macam rintangan, hambatan dan cobaan, sebagai manusia biasa terkadang tak sedikit dari kita yang mencari jalan keluarnya mulai dari meminta bantuan dan nasehat orang lain, berdoa, meminta sesuatu pada Allah dan lain sebagainya. Hakikatnya bahwa manusia tidak lepas dari berbagai masalah yang mereka mencari jalan keluarnya agar mereka percaya diri dan dapat mengendalikan diri ketika menghadapi suatu masalah. Banyak cara yang dilakukan diantaranya adalah shalat. Shalat Tahajud merupakan ibadah mahdah (sunnah) yang pertama diperintahkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. sebelum diperintahkan ibadah yang lain. Firman Allah dalam QS. Al-isra’: 79 yang berbunyi:
z
` ÏBu
r
È
@ø
‹ ©
9$
#
ô
‰¤
f y
gtFs
ù
¾ÏmÎ/
\'s
#Ïù$tR
y
7 ©
9
#
Ó|¤ tã
b r&
y
7 s
W
y
èö
7tƒ
y
7 •/u
‘
$Y
B$s
) tB
#Y
Šqß
J ø
t¤
C
ÇÐ
Ò
È
Artinya: “Dan pada sebagian malam bertahajjudlah dengannya sebagai tambahan bagimu mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” ( Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. V : 372)
(19)
Dengan shalat tahajud yang dilakukan secara rutin, ikhlas dan khusyu’ akan mampu menciptakan karakter baru serta tangguh bagi pelaksananya, sehingga kita akan memiliki persepsi dan motivasi yang positif yang nantinya akan terhindar dari stres. Itulah maksud firman Allah pada surah Al-Isra’, ayat 79 di atas tentang diangkatnya para pelaksana shalat tahajud ke tempat yang terpuji.
Pondok Pesantren mempunyai peran sentral dalam pendidikan santri untuk menjadi agen perubahan (agen of change) yang dapat berperan aktif di lingkungannya. Karakter muslim yang ideal diharapkan dapat terbentuk dari proses pendidikan tersebut. Mengingat bahwa pondok pesantren dapat dikatakan kawah candradimuka bagi para santri, karena di sanalah santri berproses untuk menjadi lebih baik dan berkarakter.
Maka kesadaran dari semua pihak untuk senantiasa memperbaiki diri dan meningkatkan kepedulian sosial. Salah satunya adalah melalui dunia pendidikan, terutama pendidikan yang berkualitas bagi perempuan. Karena pada saatnya nanti, perempuan akan menjadi ibu. Sedangkan ibu adalah madrasah pertama dan utama (al ummu madrasatul ula) yang mendidik anaknya sebagai generasi penerus bangsa.
(20)
Hadirnya Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Ambarawa, diharapkan dapat berkontribusi dalam memperbaiki keadaan yang terjadi saat ini. Terutama dari segi moral, tingkah laku dan karakter islami. Diperlukan adanya pemahaman dan disiplin dalam pembentukan karakter. Karena jika pemahamannya benar dan berdasarkan kepada dasar yang shahih akan mempermudah dalam pencapaian tujuan dan diharapkan dapat sesuai dengan keinginan serta kebutuhan, dan santri mempunyai karakter dan kepribadian yang kuat. Pondok Pesantren ini menerapkan program qiyamul lail yang dilaksanakan setiap hari pada sepertiga malam terakhir, yang bertujuan agar para santri lebih mendekatkan diri kepada Allah dan selalu mengingat Allah serta mendapat energi positif dari shalat tahajud. Dengan begitu, santri akan selalu mengingat Allah dalam setiap tindakan yang akan dilakukan dan berpotensi untuk melakukan hal-hal yang positif yang pada akhirnya akan mempengaruhi karakter positif pada santri.
Pondok pesantren tersebut juga mengajarkan kesederhanaan dalam hidup dan tidak bersifat hedonis, salah satu contohnya dalam berpakaian yang mana santri diberikan batasan jumlah pakaian di pondok pesantren. Pendidikan yang diselenggarakan diharapkan dapat menjadi bekal bagi santri agar lebih siap dalam menjalani kehidupannya, mengetahui, dan memaksimalkan bakat serta potensinya baik selama menjadi santri maupun setelah terjun di masyarakat.
(21)
Bertitik tolak dari hal tersebut, perlu kiranya dikaji secara mendalam untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan objektif tentang kegiatan pengembangan diri santri yang ada di Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Ambarawa dengan menggunakan metode ilmiah. Untuk itu penulis mengkaji persoalan tersebut di atas secara kritis dan analitis, melalui penelitian yang berjudul: “KORELASI PARTISIPASI SHALAT TAHAJUD DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI PUTERI DI PONDOK PESANTREN SALAFI AL MUJAHIDIN AMBARAWA TAHUN 2013.
(22)
B. Rumusan Masalah
Pokok masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana partisipasi shalat tahajud pada santri puteri di pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa tahun 2013?
2. Bagaimana pendidikan karakter pada santri puteri di pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa tahun 2013?
3. Bagaimana korelasi partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan karakter pada santri puteri di pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui partisipasi shalat tahajud pada santri puteri di pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa tahun 2013.
2. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter santri puteri di pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa tahun 2013.
3. Untuk mengetahui bagaimana korelasi partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan karakter pada santri puteri di pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa tahun 2013.
(23)
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Hadi (1981:63), “Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta membenarkan”. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis, “Korelasi partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan karakter pada santri puteri di pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa tahun 2013”.
E. Kegunaan penelitian
Penelitian ini bukan hanya sebagai informasi yang diberikan kepada para pembacanya, akan tetapi diharapkan agar dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis, yaitu;
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan yang senantiasa mengalami kemajuan dan perubahan dari waktu ke waktu, khususnya dalam konteks kepribadian santri.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti
Sebagai tambahan wawasan dan pengalaman dalam mengembangkan ide ilmiah.
(24)
b. Bagi santri
1. Sebagai bekal santri dalam proses pengembangan diri
2. Meningkatkan motivasi santri dalam aktivitas shalat tahajud.
3. Membantu santri dalam pembentukan karakter.
c. Bagi Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Ambarawa
1. Sebagai acuan dalam pengembangan strategi dan pengelolaan kegiatan
2. Sebagai acuan dalam peningkatan kreativitas pelaksanaan kegiatan
3. Sebagai acuan dalam pola pengembangan program kerja kegiatan
F. Definisi Operasional
Sebagai gambaran dan arahan dari judul yang dipilih, berikut akan dipaparkan beberapa definisi istilah agar tidak terjadi salah persepsi saat memahaminya, yaitu;
1. Partisipasi shalat tahajud
Partisipasi adalah keikutsertaan dalam melaksanakan shalat tahajud
(25)
Shalat tahajud adalah shalat yang dilaksanakan pada malam hari setelah tidur. Shalat ini memiliki urutan tiga waktu, waktu awal, waktu kedua, dan waktu akhir. Waktu awal dikerjakan mulai setelah isya’ sampai pukul 22.00 WIB, waktu kedua dikerjakan mulai pukul 22.00 - 01.00 WIB, waktu ketiga dikerjakan mulai pukul 01.00 WIB sampai menjelang subuh dan waktu ini adalah waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat tahajud.
Adapun indikator partisipasi santri dalam melaksanakan Shalat Tahajud dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek, yaitu:
a. Istiqomah sholat tahajjud
b. Melaksanakan sholat tanpa ada paksaan c. Melaksanakan 1/3 malam
d. Tidak tergesa-gesa dalam ucapan dan amalan shalat e. Menundukkan muka ke tempat sujud
f. Tempat sholat tidak bising g. Ruku dan sujud dengan tenang h. Jumlah reka’at shalat tahajud
(26)
2. Pendidikan karakter
Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan ( Ihsan, 1996 : 2-3).
Karakter adalah sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan (Munir, 2010 : 3).
Adapun indikator pendidikan karakter dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek, yaitu:
1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
(27)
5. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri: Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
9. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.
10. Bersahabat (Komunikatif): Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
11. Cinta Damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
12. Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
(28)
13. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
14. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
15. Tanggung Jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. (Maroebeni: 2012).
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 1998: 151). Adapun langkah dan metode yang digunakan dalam penelitian meliputi;
1. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber secara langsung. Adapun data primer dalam penelitian ini adalah data dari responden yang berupa jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan menggunakan angket sebagai instrumennya. Sedangkan data sekunder merupakan data
(29)
yang telah tersedia, berupa data-data kepustakaan, dokumen kelembagaan dan profil organisasi yang diteliti.
2. Pendekatan dan rancangan penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan prosentase tanggapan mereka. Adapun rancangan penelitiannya sebagai berikut:
a. Melakukan observasi awal terhadap kondisi riil obyek penelitian
b. Menyiapkan fasilitas pendukung berupa angket c. Melaksanakan penelitian
d. Melakukan analisa dan membuat laporan hasil penelitian 3. Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Ambarawa pada tahun 2013.
(30)
4. Populasi a. Populasi
Menurut Mardalis (2004:53), “Populasi adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.” Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota santri puteri Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin yang sejumlah 46 orang.
5. Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a. Metode observasi
Observasi atau yang disebut juga dengan pengamatan dalam pengertian psikologik merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 1998:146). Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk melaksanakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diteliti, baik untuk mengumpulkan monografi, historis dan sebagainya. Observasi yang penulis ambil adalah observasi partisipan yaitu observasi yang dilakukan dengan cara keterlibatan observer dalam kegiatan penelitian.
(31)
b. Metode angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang dikirimkan oleh seseorang peneliti kepada responden tentang data pribadi sendiri atau orang lain (Hadi, 1981:158). Model angket yang penulis gunakan adalah angket tertutup, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh peneliti.
Metode ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data tentang intensitas shalat tahajud dan korelasinnya terhadap karakter.
c. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236).
Metode ini digunakan untuk mencari informasi mengenai gambaran umum lokasi penelitian.
(32)
6. Instrumen penelitian
Arikunto (1998: 151) mendefinisikan instrumen penelitian sebagai berikut:
“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan mudah dan hasilnya lebih baik; dalam arti lebih cermat, lengkap sistematis sehingga lebih mudah diolah.”
Dua karakteristik instrumen yang menentukan tinggi-rendahnya mutu adalah reliabilitas dan validitas instrumen (Suryabrata, 2003:52). Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa satu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Sedangkan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesohihan suatu instrumen (Arikunto,1998:160-170). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Adapun prosedur yang ditempuh dalam pengadaannya adalah:
a. Perencanaan b. Penulisan butir soal c. Penyuntingan
(33)
d. Uji coba instrumen e. Penganalisaan hasil
f. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji coba.
H. Analisis data
Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya yang harus ditempuh yaitu analisis data. Analisis data ini dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan dalam penelitian yang kemudian dapat diinformasikan lebih lanjut sebagai hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau kevaliditasinya.
Dalam menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Analisis pendahuluan
Data yang terkumpul mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis pendahuluan. Dalam hal ini penulis menggunakan berbagai macam metode untuk mendapatkan semua data yang dibutuhkan, selanjutnya mengklasifikasikan dan menganalisis, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas situasi objek yang penulis teliti. Setelah data terkumpul, maka diberi kriteria dan diberi tabulasi dalam bentuk tabel prosentasi. Untuk menganalisis ini digunakan rumus :
(34)
P = X 100%
Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi
N = Jumlah total sampel
b. Analisis lanjutan
Dari hasil pengumpulan data yang telah terkumpul selama
penelitian, penulis menggunakan analisis dan statistik product
moment. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
variabel partisipasi shalat tahajud dengan variabel pendidikan
karakter pada santri puteri. Analisis dan statistik product moment ini
menggunakan rumus:
2 2Y
X XY rxy
å
å
=Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
XY : Perkalian antara X dan Y
X : Variabel skor pertama (partisipasi shalat tahajud)
Y : Variabel skor kedua (pendidikan karakter pada santri
puteri)
(35)
a. Analisis Akhir
Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah
analisis data secara keseluruhan, untuk mendapatkan
kesimpulan dalam penelitian.
I. Sistematika Penulisan skripsi
Sebagai landasan dalam penyusunan dan mempermudah dalam pemahaman skripsi ini, maka akan dikemukakan sistematika penulisan skripsi yang secara garis besar dapat dilihat sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, analisis data dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini mengemukakan mengenai shalat tahajud dan pendidikan karakter.
BAB III HASIL PENELITIAN
Pada bab ini mengemukakan gambaran umum pondok pesantren Mujahidin, sejarah pondok pesantren Mujahidin, letak geografis, nilai plus pondok, asas dan tujuan, struktur organisasi, program pendidikan dan pengajaran, bangunan pondok pesantren Al mujahidin Ambarawa, dan persiapan penelitan.
(36)
BAB IV ANALISIS DATA
Bab ini mengemukakan tentang analisis data penelitian meliputi analisis pendahuluan, analisis lanjutan, dan uji hipotesis.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan, saran, dan rekomendasi. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, daftar riwayat hidup, dan lampiran-lampiran.
(37)
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Shalat Tahajud
1. Pengertian Shalat Tahajud
Shalat menurut bahasa adalah doa. Shalat dinamakan doa karena dalam shalat terkandung doa. Secara terminology shalat merupakan ibadah yang terdiri atas ucapan dan perbuatan yang di mulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang
sudah mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam
perjalanan.
Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat.
Shalat didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali,
berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat
maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat-shalat sunah.
Perintah tentang diwajibkannya mendirikan shalat tercantum dalam
QS. Al-Baqarah ayat 43:
(#qß
J ŠÏ%r&u
r
n
o4
qn
=¢
Á 9$
#
(#qè
?#u
äu
r
n
o4
qx
. ¨“ 9$
#
(#qã
èx
. ö
‘ $
#u
r
y
ì tB
tûüÏèÏ. º§
9$
#
ÇÍÌÈ
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku’.
(38)
Tujuan shalat adalah pengakuan hati bahwa Allah SWT. sebagai pencipta adalah Mahaagung, dan pernyataan patuh terhadap-Nya serta tunduk atas kebesaran dan kemuliaan-Nya, Tuhan Yang Mahakekal dan Mahaabadi. Bagi mereka yang melaksanakan shalat dengan khusyuk dan ikhlas , hubungan dengan Allah Swt akan semakin kukuh, kuat, dan mampu beristikamah dalam beribadah kepada Allah Swt. dan menjalankan ketentuan yang digariskan-Nya (Sholeh, 2006: 108-109).
Shalat mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan, yakni shalat dapat mencegah kita dalam melaksanakan perbuatan keji dan munkar. Seperti dalam firman Allah Q.S. Al-‘ankabut : 45 yang berbunyi:
ã
@ø
?$
#
!$tB
z
ÓÇ
r r é
&
y
7 ø
‹s
9Î)
š
Æ ÏB
É
= »tGÅ
3 ø
9$
#
É
OÏ%
r&u
r
n
o4
qn
=¢
Á 9$
#
(
ž
c
Î)
n
o4
qn
=¢
Á 9$
#
4
‘ s
S÷
Zs
?
Ç
Æ tã
Ïä!$t± ó
s x
ÿ ø
9$
#
Ì
s
3 Zß
J ø
9$
#u
r
3
ã
ø
. Ï%s
!u
r
«
! $
#
ç
Žt9ò
2
r&
3
ª! $
#u
r
Þ
On
=÷
ètƒ
$tB
tb qã
èo
Yó
Á s
?
ÇÍÎÈ
Artinya: “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. VII: 312)
(39)
Shalat dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu shalat: (1) Shalat fardhu ‘ain, yaitu shalat yang diwajibkan untuk setiap individu, seperti shalat lima waktu; (2) Shalat fardhu kifayah, yaitu shalat yang wajib untuk umum, dan kewajiban itu gugur ketika salah satu orang ada yang mengerjakannya; (3) Shalat sunnah. Shalat sunnah ada dua macam, yaitu: (a) Shalat sunnah rawatib, yaitu shalat sunnah sebelum dan sesudah shalat fardhu, dan (b) Shalat sunnah bukan rawatib, yang tidak berhubun gan dengan shalat fardhu. Dan shalat tahajud merupakan salah satu shalat sunnah yang bukan rawatib.
Tahajud artinya bangun dari tidur. Shalat tahajud adalah shalat sunnah pada malam hari setelah tidur. Bilangan reka’atnya paling sedikit dua reka’at dan banyaknya tidak terbatas. Waktunya mulai setelah melaksanakan shalat isya’ sampai terbit fajar. Mengerjakan shalat tahajud di rumah lebih utama daripada di masjid. Bagi orang yang akan mengerjakan shalat tahajud disunnahkan tidur qailulah (tidur pada waktu siang hari sebelum zawal) (Masykuri, 2006: 206).
Shalat tahajud memang merupakan shalat sunnah (boleh memilih). Akan tetapi ia dianggap sebagai shalat yang paling efektif untuk meningkatkan ketaatan religius yang sesungguhnya dan kecintaan kepada Allah. Ketika ia dilakukan secara pribadi di ujung malam, ketika kebanyakan manusia terlelap dalam tidurnya, ia bisa mengangkat jiwa seseorang dan mengantarkannya untuk dekat kepada Allah. Orang tersebut akan mengalami “kehadiran ilahiyyah” (Divine Presence) di
(40)
kedalaman hatinya dan di dalam ceruk jiwanya yang paling dalam. Selanjutnya hal itu akan menciptakan “kesadaran” yang agung dan terpercaya dari kehadiran Allah yang hidup di dalam diriya (Imran: 2005: 43-44).
2. Ruang Lingkup Shalat Tahajud
a. Landasan Hukum Shalat Tahajud
Shalat tahajud berdasarkan pada dasar hukum dari Al-Qur’an dan Al-hadis, sehingga perlu dikaji secara dalam supaya lebih jelas dan tepat. Beberapa dasar hukum shalat tahajud berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, antara lain:
1. Perintah Allah SWT. untuk shalat tahajud di sebagian malam. a). Q.S. Al – Israa’[17]: 79
z
` ÏBu
r
È
@ø
‹©
9$
#
ô
‰¤
f y
gtFs
ù
¾ÏmÎ/
\' s
#Ïù$tR
y
7 ©
9
#
Ó|¤ tã
b r&
y
7 s
W
y
èö
7tƒ
y
7 •/u
‘
$Y
B$s
) tB
#Y
Šqß
J ø
t¤
C
ÇÐ
Ò
È
Artinya: Dan pada sebahagian malam hari
bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji. (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. V : 372)
(41)
b). Q.S. Al – Muzammil [73]: 2
É
Oè
%
Ÿ
@ø
‹©
9$
#
ž
w Î)
W
x ‹Î=s
%
ÇËÈ
Artinya: Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. X : 262)
c). Q.S. Al – Muzammil [73]: 6-7
¨b Î)
s
py
¥Ï©$tR
È
@ø
‹©
9$
#
}‘ Ïd
‘‰x
©r&
$\«ô
Ûu
r
ã
Pu
qø
%r&u
r
¸x ‹Ï%
ÇÏÈ
¨b Î)
y
7 s
9
’ Îû
Í‘ $p
k¨]9$
#
$[s ö
7y
™
W
x ƒÈ
qs
Û
ÇÐÈ
Artinya: Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. X : 263)
b. Keutamaan Shalat Tahajud
(Fikra, 2009: 94-98) menyatakan beberapa ayat dan hadits yang menjelaskan keutamaan shalat tahajud.
1. Sebagai shalat yang paling utama setelah shalat fardhu
Shalat tahajud merupakan shalat yang paling utama untuk diterapkan oleh umat islam. Penegasan hal itu dinyatakan dalam hadis. Rasulullah saw. bersabda:
(42)
ُﻞَﻀْﻓَأَو ُمَّﺮَﺤُﻤْﻟا ِﮫَّﻠﻟا ُﺮْﮭَﺷ َنﺎَﻀَﻣَر َﺪْﻌَﺑ ِمﺎَﯿِّﺼﻟا ُﻞَﻀْﻓَأ
ِﺔَﻀﯾِﺮَﻔْﻟا َﺪْﻌَﺑ ِةَﻼَّﺼﻟا
ِﻞْﯿٌﻠَﻟَا ُةَﻼَﺻ
“Sebaik-baik puasa sesudah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, yaitu muharram, dan sebaik-baik shalat sesudah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Abi Daud no. 2319 : 243)
2. Shalat tahajud dapat mengangkat ke tempat yang terpuji
Sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-Israa’:79 yang berbunyi:
z
` ÏBu
r
È
@ø
‹ ©
9$
#
ô
‰¤
f y
gtFs
ù
¾ÏmÎ/
\' s
#Ïù$tR
y
7 ©
9
#
Ó|¤ tã
b r&
y
7 s
W
y
èö
7tƒ
y
7 •/u
‘
$Y
B$s
) tB
#Y
Šqß
J ø
t¤
C
ÇÐ
Ò
È
Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari
bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.” (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. V : 372)
3. Akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang berbakti Orang yang melakukan shalat tahajud akan mendapatkan pujian dari Allah SWT dan akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang berbakti. Itulah keutamaan shalat tahajud. Begitu besarnya perhatian Allah terhadap hamba-Nya yang taat dan bersujud di tengah malam. Hal ini ditegaskan di dalam surat Al-Furqon: 63-64 yang berbunyi:
(43)
ß
Š$t7Ïã u
r
Ç
` »u
H÷
q §
9$
#
š
ú
ïÏ%©
!$
#
tb qà
± ô
J tƒ
’ n
?tã
Ç
Ú ö
‘ F
{ $
#
$Z
Rö
qy
d
#s
ŒÎ)u
r
ã
Nß
gt6s
Û%
s
{
š
c
qè
=Îg»y
f ø
9$
#
(#qä
9$s
%
$V
J »n
=y
™
ÇÏÌÈ
z
` ƒÏ%©
!$
#u
r
š
c
qç
G‹Î6tƒ
ó
OÎgÎn
/t
Ï9
#Y
‰¤
f ß
™
$V
J »u
ŠÏ%u
r
ÇÏÍÈ
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. VII : 29-30) 4. Sebagai bentuk ketakwaan dan akan diberikan jaminan surga
Shalat tahajud akan memantapkan identitas diri seorang muslim dengan ketakwaannya. Dengan shalat tahajud pula, muslim yang bertakwa ini akan mendapat rahmat, ampunan, dan surga dari Allah SWT. Hal itu dinyatakan secara tegas di dalam surat Adz-Dzariyat ayat 15-18 yang berbunyi:
¨b Î)
tûüÉ
)
Gß
J ø
9$
#
’ Îû
;M ȬZy
_
A
b qã
‹ã
ã u
r
ÇÊ
ÎÈ
tûïÉ
‹ Ï{ #u
ä
!$tB
ö
Nß
g9s
?#u
ä
ö
Nå
k›5u
‘
4
ö
Nå
k¨XÎ)
(#qç
R%
x
.
Ÿ
@ö
6s
%
y
7 Ï9ºs
Œ
tûüÏYÅ
¡ ø
tè
C
ÇÊ
ÏÈ
(#qç
R%
x
.
W
x ‹Î=s
%
z
` ÏiB
È
@ø
‹ ©
9$
#
$tB
tb qã
èy
f ö
ku
‰
ÇÊ
ÐÈ
Í‘ $p
tô
ž F
{ $
$Î/ u
r
ö
Lè
e
tb r ã
Ïÿø
ótGó
¡ o
„
ÇÊ
Ñ
È
(44)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.” (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. IX : 308-309)
Sungguh, shalat tahajud merupakan aset yang amat besar. Di samping membuat Allah senang, ia juga bisa memberikan jaminan keselamatan dari segala malapetaka atau bencana dalam kehidupan ini dan memberikan ketenangan dan kedamaian pikiran pada kita (Imran: 2005: 61-62).
c. Waktu Shalat Tahajud
Malam hari terbagi dalam tiga bagian. Pembagian ini terkait dengan Al-Qur’an surat Al-Muzammil [73] ayat 3 dan 4, yang berbunyi:
ÿ
¼ç
mx
ÿ ó
Á Ïo
R
Ír r&
ó
È à
) R$
#
ç
m÷
ZÏB
¸x ‹Î=s
%
ÇÌÈ
÷
r r&
÷
ŠÎ—
Ïmø
‹n
=tã
È
@Ïo
?u
‘ u
r
tb #u
äö
à
) ø
9$
#
¸x ‹Ï?ö
s
?
ÇÍÈ
Artinya: (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. X : 262)
Merujuk pada penjelasan Departemen Agama RI, apabila diinterpretasikan menurut waktu indonesia, sepertiga malam pertama kira pukul 22.00-23.00 WIB. Sepedua malam diperkirakan
(45)
kira-kira pukul 00.00-01.00 WIB. Sedangkan dua pertiga malam terakhir adalah sekitar pukul 02.00 WIB, atau pukul 03.00 WIB, sampai sebelum fajar atau masuk waktu shalat subuh. Di antara ketiga waktu ini, sebaik-baiknya adalah sepertiga malam terakhir (Ramadhani, 2007:58).
d. Bilangan Rakaat Shalat Tahajud
Adapun jumlah maksimal reka’at shalat malam adalah seperti yang diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi Muhammad saw. mengerjakan shalat malam sebanyak tiga belas reka’at. Ada yang meriwayatkan sembilan atau tujuh reka’at. Sementara banyak riwayat menyebutkan bahwa jumlah reka’at shalat malam yang dikerjakan oleh Nabi adalah sebelas reka’at (Rahman, 2007:7).
e. Variasi Bobot Bacaan Ayat dalam Shalat Tahajud
Rasulullah saw. ketika mengerjakan shalat tahajud tidak menetapkan bacaan tertentu. Tetapi ada baiknya apabila kita membacanya secara tertib dari awal surah. Sedikit demi sedikit setiap kali bangun malam sampai dapat mengkhatamkam Al-Qur’an secara keseluruhan dalam waktu tertentu. Kemudian setelah itu kita memulainya lagi dari awal hingga ketiga puluh juz Al-Qur’an kita khatamkan lagi, dan begitu seterusnya (Rahman, 2007:7).
(46)
f. Etika Shalat Tahajud
Terdapat beberapa etika yang perlu diperhatikan oleh orang yang hendak menjalankan shalat tahajud. Etika itu adalah sebagai berikut:
1. Berniat akan melakukan shalat tahajud ketika akan tidur. Ini sesuai dengan sabda Nabi saw sebagai berikut:
ْﻦَﻣ
ﻰَﺗَأ
،ُﮫَﺷاَﺮِﻓ
َﻮُھَو
يِﻮْﻨَﯾ
ْنَأ
َمْﻮُﻘَﯾ
ﻲﱢﻠَﺼُﯾ
َﻦِﻣ
،ِﻞْﯿﱠﻠﻟا
ُﮫَﺒَﻠَﻐَﻓ
ُمْﻮﱠﻨﻟا
ﻰﱠﺘَﺣ
،َﺢِﺒْﺼُﯾ
َﺐِﺘُﻛ
ُﮫَﻟ
ﺎَﻣ
،ىَﻮَﻧ
َنﺎَﻛَو
ُﮫُﻣْﻮَﻧ
ًﺔَﻗَﺪَﺻ
ْﻦِﻣ
ِﮫﱢﺑَر
ﱠﺰَﻋ
ﱠﻞَﺟَو
“Barang siapa yang mau tidur dan berniat akan bangun melakukan shalat malam, tapi tertidur sampai pagi, mereka dituliskan apa yang diniatkan itu merupakan sedekah untuk Tuhan”. (HR. An-Nasa’iy No. 1759: 346)
2. Membersihkan bekas tidur dari wajahnya, kemudian bersuci dan memandang ke langit sambil berdo’a membaca akhir dari surat Al-Imran, yang berbunyi:
$y
g•ƒr'¯»tƒ
š
ú
ïÏ%©
!$
#
(#qã
YtB#u
ä
(#r ç
ŽÉ
9ô
¹ $
#
(#r ã
Î/ $|¹ u
r
(#qä
ÜÎ/ #u
‘ u
r
(#qà
) ¨?$
#u
r
©
! $
#
ö
Nä
3 ª=y
ès
9
š
c
qß
s Î=ø
ÿè
?
ÇË
É
É
È
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. II : 110)
(47)
3. Membuka shalat tahajud dengan shalat Iftitah.
4. Hendaknya membangunkan keluarganya untuk bersama-sama shalat tahajud.
5. Jika mengantuk sebaiknya shalatnya dihentikan saja sampai kantuknya hilang.
6. Jangan memaksakan diri dan hendaklah shalat tahajud dijalankan sesuai dengan kesanggupannya. Karena itu mengkondisikan diri adalah cara yang baik. Karena bila sudah terbiasa bangun di tengah malam rasa dan kantuk akan tidak ada (Sholeh: 2006: 117-118).
I. Pendidikan Karakter
1. Definisi Pendidikan Karakter A.Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan berlangsung di segala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup, yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada di dalam diri individu. Dan kegiatan pembelajaran seperti itu, individu mampu mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa, cerdas, dan matang. Bisa disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sistem proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan diri. Dewasa dalam hal perkembangan badan, cerdas dalam hal
(48)
perkembangan jiwa, dan matang dalam hal perilaku. Dalam langkah kegiatan pendidikan selanjutnya, ketiga sasaran ini menjadi kerangka pembudayaan kehidupan manusia.
Dalam arti luas, pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, karena menjadi dewasa, cerdas, dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya. Berarti pendidikan memang harus berlangsung di setiap jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan, mulai dari lingkungan individual, sosial keluarga, lingkungan masyarakat luas, dan berlangsung di sepanjang waktu. Jadi, kegiatan pendidikan berlangsung dengan memadati setiap jengkal ruang lingkup kehidupan (Suhartono, 2008: 79-80) .
B. Pengertian Karakter
Dalam kamus Inggris-Indonesia, John M. Echols dan Hassan Shadly menyebutkan bahwa karakter berasal dari bahsa Inggris yaitu character yang berarti watak, karakter atau sifat (Echols dan Shadly, 2006: 107).
Karakter secara harfiah artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Menurut kamus lengkap bahasa indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabi’at, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian. Di dalam kamus psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang;
(49)
biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Furqon, 2009: 9).
Doni Koesoema A. Mengungkapkan bahwa istilah karakter sendiri sesungguhnya menimbulkan ambiguitas. Karakter secara etimoogis berasal dari bahasa Yunani “karasso” berarti “cetak biru”, “format dasar”, sidik seperti dalam sidik jari. Dalam tradisi Yunani misalnya, para tetua melihat alam, katakanlah laut, sebagai sebuah karakter yaitu sebagai sesuatu yang bebas, tidak dapat dikuasai manusia, yang mrucut seperti menangkap asap. Karakter adalah sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi manusiawi, seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angin menyertainya.
Tentang ambiguitas terminologi ‘karakter’ ini, Mournier, mengajukan dua cara interpretasi. Ia melihat karakter sebagai dua hal, yaitu pertama, sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja, atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita. Karakter demikian dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dari sononya (given). Kedua, karakter juga bisa dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui mana seorang individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter yang demikian sebagai sebuah proses yang dikehendaki (Koesoema, 2010: 90-91).
Menurut Simon Philips dalam Buku Refleksi Karakter Bangsa (2008:235), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sisitem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang
(50)
ditampilkan. Suyanto menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Imam Ghazali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.
Winnie menyampaikan bahwa istilah karakter diambil dari bahsa yunani yang berarti ‘to mark’ (menandai). Istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Ada dua pengertian tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seorang bertingkah laku. Apabila seseorang bertingkah laku tidak jujur, kejam, rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan ‘personality’. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral (Muslich, 2011: 70-71).
(51)
Karakter juga diartikan sebagai sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan kuat dan sulit dihilangkan (Munir, 2010: 3).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’ bukan netral. Jadi, ‘orang berkarakter’ adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif. Dengan demikian, pendidikan adalah membangun karakter, yang secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan yang negatif atau yang buruk (Muslich, 2011: 71).
Aa Gym mengemukakan bahwa karakter itu terdiri dari empat hal. Pertama, ada karakter lemah; misalnya penakut, tidak berani mengambil resiko, pemalas, cepat kalah, belum apa-apa sudah menyerah, dan sebagainya. Kedua, karakter kuat; contohnya tangguh, ulet, mempunyai daya juang tinggi, atau pantang menyerah. Ketiga, karakter jelek; misalnya licik, egois, serakah, sombong, pamer, dan sebagainya. Keempat, karakter baik; seperti jujur, terpercaya, rendah hati, dan sebagainya. Nilai-nilai utama yang menjadi pilar pendidik dalam membangun karakter kuat adalah amanah dan keteladanan (Hidayatullah, 2009:10).
(52)
Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Asy-Syams ayat 8-10, manusia adalah manusia dengan berbagai karakter. Dalam kerangka besar, manusia mempunyai dua karakter yang berlawanan, yaitu karakter baik dan buruk.
$y
gy
J o
l ù
;r's
ù
$y
d u
‘ qè
gé
ú
$y
g1u
qø
) s
?u
r
ÇÑ
È
ô
‰s
%
y
x n
=ø
ùr&
` tB
$y
g8©
. y
—
ÇÒ
È
ô
‰s
%u
r
z
> %
s
{
` tB
$y
g9¢
™y
Š
ÇÊ
É
È
Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. [Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Juz XXX : 125] (Azizah, 2010: 5-6)
C.Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah, masyarakat luas. Pembentukan dan pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan (Muslich, 2011:52).
(53)
2. Dasar Pendidikan Karakter
Dalam Islam, tidak ada disiplin ilmu yang terpisah dari etika-etika
Islam. Sebagai usaha yang identik dengan ajaran agama, pendidikan
karakter dalam Islam memiliki keunikan dan perbedaan dengan
pendidikan karakter di dunia barat. Perbedaan-perbedaan tersebut
mencakup penekanan terhadap prinsip-prinsip agama yang abadi, aturan
dan hukum dalam memperkuat moralitas, perbedaan pemahaman tentang
kebenaran, penolakan terhadap otonomi moral sebagai tujuan pendidikan
moral, dan penekanan pahala di akhirat sebagai motivasi perilaku
bermoral.
Inti dari perbedaaan-perbedaan ini adalah keberadaan wahyu ilahi
sebagai sumber dan rambu-rambu pendidikan karakter dalam islam.
Akibatnya, pendidikan karakter dalam Islam lebih sering dilakukan
dengan cara doktriner dan dogmatis, tidak secara demokratis dan logis.
Implementasi pendidikan karakter dalam Islam, tersimpul dalam
karakter pribadi Rasulullah SAW. Dalam pribadi Rasul, tersemai
nilai-nilai akhlak yang mulia dan agung. Al-Qur’an dalam surat Al-ahzab ayat
21 mengatakan:
ô
‰s
) ©
9
tb %
x
.
ö
Nä
3 s
9
’ Îû
É
A qß
™u
‘
«
! $
#
îou
qó
™é
&
×
pu
Z|¡ y
m
` y
J Ïj9
tb %
x
.
(#qã
_ ö
tƒ
©
! $
#
tPö
qu
‹ø
9$
#u
r
t
Å
z F
y $
#
t
x
. s
Œu
r
©
! $
#
#Z
Ž
ÏVx
.
ÇË
Ê
È
(54)
Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. VII : 450)
Karakter atau Akhlak tidak diragukan lagi memiliki peran besar
dalam kehidupan manusia. Menghadapi fenomena krisis moral, tuduhan
seringkali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Hal
ini dikarenakan pendidikan berada pada barisan terdepan dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan secara moral
memang harus berbuat demikian. Pembinaan karakter dimualai dari
individu, karena pada hakikatnya karakter itu memang individual,
meskipun ia dapat berlaku dalam konteks yang tidak individual.
Karenanya pembinaan karakter dimulai dari gerakan individual, yang
kemudian diproyeksikan menyebar ke individu-idividu lainnya, lalu
setelah jumlah individu yang tercerahkan secara karakter atau akhlak
menjadi banyak, maka dengan sendirinya akan mewarnai masyarakat.
Pembinaan karakter selanjutnya dilakukan dalam lingkungan keluarga
dan harus dilakukan sedini mungkin sehingga mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui pembinaan karakter pada
setiap individu dan keluarga akan tercipta peradaban masyarakat yang
tentram dan sejahtera.
Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting
(55)
masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-qur’an surat
An-nahl ayat 90 sebagai berikut:
*
¨b Î)
©
! $
#
ã
ã
Bù
' tƒ
É
A ô
‰y
èø
9$
$Î/
Ç
` »|¡ ô
m M
} $
#u
r
Ç
› !$tGƒÎ)u
r
“ ÏŒ
4
†
n
1ö
à
) ø
9$
#
4
‘ s
S÷
Ztƒu
r
Ç
` tã
Ïä!$t± ó
s x
ÿ ø
9$
#
Ì
x
6
Yß
J ø
9$
#u
r
Ä
Óø
öt7ø
9$
#u
r
4
ö
Nä
3 Ý
à Ïètƒ
ö
Nà
6
¯=y
ès
9
š
c
r ã
©
. x
‹ s
?
ÇÒ
É
È
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. V : 271)
Pendidikan karakter dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang
merindukan kebahagiaan dalam arti yang hakiki, bukan kebahagiaan
semu. Karakter Islam adalah karakter yang benar-benar memelihara
eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat sesuai dengan fitrahnya.
Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga tiap ajaran yang
ada dalam Islam memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan
pendidikan karakter. Adapun yang menjadi dasar pendidikan karakter
atau akhlak adalah Al-Qur’an dan Al-hadis, dengan kata lain dasar-dasar
yang lain senantiasa di kembalikan kepada Al-Qur’an dan Al-hadis. Di
antara ayat Al-Qur’an yang menjadi dasar pendidikan karakter adalah
(56)
¢
Óo
_ç
6»tƒ
É
OÏ%r&
n
o4
qn
=¢
Á 9$
#
ö
ã
Bù
&u
r
Å
$ r ã
÷
èy
J ø
9$
$Î/
tm÷
R$
#u
r
Ç
` tã
Ì
s
3 Zß
J ø
9$
#
÷
ŽÉ
9ô
¹ $
#u
r
4
’ n
?tã
!$tB
y
7 t/$|¹ r&
(
¨b Î)
y
7 Ï9ºs
Œ
ô
` ÏB
Ç
P÷
“tã
Í‘ qã
BW
{ $
#
ÇÊ
Ð
È
Ÿ
w u
r
ö
Ïiè|Á è
?
š
‚
£
‰s
{
Ä
¨ $¨Z=Ï9
Ÿ
w u
r
Ä
·
ô
J s
?
’ Îû
Ç
Ú ö
‘ F
{ $
#
$·m t
tB
(
¨b Î)
©
! $
#
Ÿ
w
= Ïtä
†
¨@ä
.
5
A $tFø
ď
C
9
‘ qã
‚ s
ù
ÇÊ
Ñ
È
Artinya: “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Tarjamah Al Fazil Qur’an Inayah, Jil. VII : 392-393)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta
pendidikan karakter mulia yang harus diteladani agar manusia yang
hidup sesuai dengan tuntunan syari’at, yang bertujuan untuk
kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. sesungguhnya Rasulullah
adalah contoh serta teladan bagi umat manusia yang mengajarkan serta
menanamkan nilai-nilai karakter yang mulia kepada umatnya.
Sebaik-baik manusia adalah yang Sebaik-baik karakter atau akhlaknya dan manusia
yang sempurna adalah yang memiliki akhlak al-karimah, karena ia
merupakan cerminan iman yang sempurna. Dalam sebuah hadis
(57)
ﺎَﮭْﯿَﻠَﻋ ْﻢُھﻮُﺑِﺮْﺿاَ َﻦﯿِﻨِﺳ ِﻊْﺒَﺳ ُءﺎَﻨْﺑَأ ْﻢُھَو ِةﺎَﻠﱠﺼﻟﺎِﺑ ْﻢُﻛَدﺎَﻟْوَأ اوُﺮُﻣ
َﺑ اﻮُﻗﱢﺮَﻓَو ٍﺮْﺸَﻋ ُءﺎَﻨْﺑَأ ْﻢُھَو
ِﻊِﺟﺎَﻀَﻤْﻟا ﻲِﻓ ْﻢُﮭَﻨْﯿ
Artinya: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah mereka apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud no. 464:325)
Dari hadis di atas, dapat di pahami bahwa, Memerintahkan anak
lelaki dan wanita untuk mengerjakan shalat, yang mana perintah ini
dimulai dari mereka berusia 7 tahun. Jika mereka tidak menaatinya maka
Islam belum mengizinkan untuk memukul mereka, akan tetapi cukup
dengan teguran yang bersifat menekan tapi bukan ancaman.
Jika mereka mentaatinya maka alhamdulillah. Akan tetapi jika
sampai usia 10 tahun mereka belum juga mau mengerjakan shalat, maka
Islam memerintahkan untuk memukul anak tersebut dengan pukulan
yang mendidik dan bukan pukulan yang mencederai. Karenanya,
sebelum pukulan tersebut dilakukan, harus didahului oleh peringatan atau
ancaman atau janji yang tentunya akan dipenuhi. Yang jelas pukulan
merupakan jalan terakhir. Di sini dapat dipahami bahwa, menurut teori
psikologi, pada rentangan usia 0-8 tahun merupakan usia emas atau yang
sering kita dengar dengan istilah golden age, yang mana pada usia ini
individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan
(58)
yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya, dan usia
tersebut merupakan fase kehidupan yang unik dalam diri individu.
Pada usia golden age, di sadari atau tidak, perilaku imitatif pada
anak sangat kuat sekali. Oleh karena itu, selaku orang tua seharusnya
memberikan teladan yang baik dan terbaik bagi anaknya, karena jika
orang tua salah mendidik pada usia tersebut, maka akan berakibat fatal
kelak setelah ia dewasa, ia akan menjadi sosok yang tidak mempunyai
karakter akibat dari pola asuh yang salah tadi. (Ritonga: 2012)
3. Dasar Pembentukan Karakter
Dalam berbagai literatur, kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang yang didahului oleh kesadaran dan pemahaman akan menjadi karakter seseorang. Gen hanya merupakan salah satu faktor penentu saja. Namun, jangan lupa meremehkan faktor genetis ini. Meskipun ia bukan satu-satunya penentu, ia adalah penentu pertama yang melekat pada diri anak. Jika tidak ada proses berikutnya yang memiliki pengaruh kuat, boleh jadi faktor genetis inilah yang akan menjadi karakter anak.
Dalam islam faktor genetis ini juga diakui keberadaannya. salah satu contohnya adalah pengakuan Islam tentang alasan memilih calon istri atas dasar faktor keturunan. Rasul pernah bersabda yang intinya menyebutkan bahwa kebanyakan orang menikahi seorang wanita karena faktor rupa, harta, keturunan, dan agama. Meskipun Islam mengatakan bahwa yang terbaik adalah menikahi wanita karena pertimbangan
(59)
agamanya, namun tetap saja bahwa Islam mengakui adanya kecenderungan bahwa orang menikah karena tiga faktor selain agama itu. Salah satunya adalah keturunan. Boleh jadi orang yang menikahi wanita karena pertimbangan keturunan disebabkan oleh adanya keinginan memperoleh kedudukan dan kehormatan sebagaimana orang tua si perempuan. Atau bisa juga karena ingin memiliki keturunan yang mewarisi sifat-sifat khas orang tua istrinya.
Dahulu, ada kebiasaan di masyarakat Arab yang memungkinkan seorang suami bisa menyuruh istrinya berhubungan intim dengan lelaki lain yang ditokohkan hanya demi ingin memiliki anak yang berpotensi menjadi tokoh besar. Seorang bapak juga bisa menyuruh anak gadisnya melakukan hal demikian untuk tujuan serupa. Di Jawa, orang-orang zaman dahulu sangat bangga jika ada anaknya yang dijadikan selir oleh raja. Persoalan ini pula menyuburkan tradisi perempuan melamar laki-laki di daerah Minang. Laki-laki-laki bangsawan dan terkenal akan paling banyak dilamar oleh para orang tua yang memiliki anak gadis. Tentu, tujuan utamanya adalah mendapatkan garis keturunan atau gen para bangsawan, di samping ketokohan dan popularitasnya.
Ketika ditanya tentang siapakah manusia yang paling mulia di dunia ini, Rasulullah menjawab Nabi Yusuf a.s. para sahabat kemudian bertanya tentang apa yang menyebabkan Rasulullah menganggap bahwa Nabi Yusuf adalah orang yang paling mulia. Ternyata jawaban beliau adalah faktor keturunan. Ayah, kakek, dan buyut Nabi Yusuf adalah para
(60)
nabi, yakni Ya’qub, Ishaq, dan Ibrahim a.s. karena ayah, kakek, dan buyutnya adalah orang-orang mulia, dan Yusuf juga mewarisi kemuliaan mereka itu, beliau dianggap sebagai orang yang paling mulia oleh Rasulullah SAW.
Namun kita jangan berputus asa dulu dengan mengatakan, “Kalau demikian halnya, tidak perlu lagi kita melakukan pendidikan karakter pada anak. Toh penentu kemuliaan dan kehebatan seseorang adalah keturunan alias gen yang mengalir dalam dirinya.” Tidak demikian. Mengapa? Sebab, Yusuf adalah orang mulia. Beliau sendiri seorang nabi. Nabi adalah orang yang mulia bukan disebabkan garis keturunannya. Tetapi, karena kemuliaan pribadi yang dimilikinya sendiri.
Kini telah ditemukan hal-hal yang paling berdampak pada karakter seseorang. Dari penelitian yang dilakukan, hal-hal seperti gen, makanan, teman, orang tua, dan tujuan, merupakan faktor-faktor terkuat dalam mewarnai karakter seseorang (Munir, 2010: 7-9)
4. Pentingnya Pendidikan Karakter
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(61)
berakhlak mulia, sehat, berilimu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Bung Karno dalam amanatnya kepada para olahragawan di “Sasana Gembira” Bandung pada tanggal 9 April 1961 antara lain mengemukakan tentang pembinaan “Dedication of life” para olahragawan da pembina olahraga, agar dapat melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat sesuai kerangka segi-segi cita-cita bangsa kita yang termasuk dalam “Nation and Character Building” Indonesia (Hidayatullah, 2009: 12).
5. Pendekatan Pendidikan Karakter
Lima tipologi pendidikan karakter: 1. Pendekatan Penanaman Nilai
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Tujuan pendekatan nilai-nilai ini adalah diterimanya nilai sosial tertentu oleh siswa dan berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai-nilai-nilai yang diinginkan. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran antara lain keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain.
2. Pendekatan Perkembangan Kognitif
Pendekatan ini memiliki karakteristik penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam
(62)
membuat keputusan-keputusan moral. Menurut pendekatan ini, perkembangan moral dilihat dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih tinggi.
Ada tujuan utama yang ingin dicapai dalam pendekatan ini. Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral.
3. Pendekatan Analisis Nilai
Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Ada tujuan utama pendidikan moral menurut pendekatan ini. Pertama, membantu siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah sosial, yeng berhubungan dengan nilai moral tertentu. Kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir rasional dan analitik, dalam menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai-nilai mereka.
(63)
4. Pendekatan Klarifikasi Nilai
Pendekatan karifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-niai mereka sendiri. Menurut pendekatan ini tujuan pendidikan karakter ada tiga. Pertama, membantu siswa agar menyadari dan mengidentifikasi nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain. Kedua, membantu siswa agar mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri. Ketiga, membantu siswa agar mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional, mampu memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri. Dam proses pengajaran metode ini menggunakan ketode dialog, menulis, diskusi, dalam kelompok besar atau kecil, dan lain-lain.
5. Pendekatan Pembelajaran Berbuat
Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) menekankan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Terdapat dua tujuan utama dalam pendekatan ini. Pertama, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral, baik secara perseorangan ataupun secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai
(1)
adalah 0,991, sedangkan pada tabel adalah 0,291 pada taraf signifikansi 5%. Jika melihat dari hasil tersebut di atas, maka koefisien korelasi lebih besar dari hasil pada tabel nilai-nilai r product moment (0,991 > 0,291). Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “ada korelasi yang signifikan antara partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan karakter pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa tahun 2013” dapat diterima atau dapat dibuktikan. Dengan demikian maka partisipasi shalat tahajud sangat berkorelasi dengan pendidikan karakter pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa. Ini berarti bahwa semakin tinggi partisipasi shalat tahajud, maka semakin tinggi pula pendidikan karakter pada santri puteri pondok pesantren salafi Al Mujahidin Ambarawa kabupaten Semarang.
(2)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari variabel partisipasi shalat tahajud dan variabel pendidikan karakter pada santri puteri, dapat diketahui hasil dari penelitian sebagai berikut :
1. Partisipasi Shalat Tahajud pada Santri Puteri Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2013 pada kategori sedang dalam partisipasi shalat tahajud. Dengan klasifikasi : a. 6,53% pada kategori tinggi.
b. 60,87% pada kategori sedang. c. 32,60% pada kategori rendah.
2. Pendidikan Karakter Pada Santri Puteri Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2013 dalam kategori sedang. Dengan klasifikasi :
a. 30,44% pada kategori tinggi. b. 47,82% pada kategori sedang. c. 21,74% pada kategori rendah.
3. Analisis data yang didapat dari rumus product moment menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y pada santri puteri Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2013. Artinya ada korelasi positif antara partisipasi shalat tahajud dengan pendidikan karakter pada santri
(3)
puteri Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Ambarawa. Hal ini terbukti karena rxylebih besar dari pada r tabel (r product moment) yaitu 0,991, yang mana dengan N = 46 diperoleh nilai r pada taraf signifikan 5% sebesar 0.291 dan nilai r pada taraf signifikan 1% sebesar 0,376, sehingga hipotesis dapat diterima kebenarannya.
B. Saran
1. Santri Puteri
a. Santri Puteri Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang hendaknya meningkatkan partisipasi shalat tahajud.
b. Santri Puteri Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang hendaknya lebih menanamkan dan mengembangkan karakter positif dalam diri dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pondok Pesantren Al Mujahidin
a. Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin hendaknya meningkatkan tali silatur rahim dengan masyarakat agar selalu terjalin hubungan kekeluargaan. Dengan demikian masyarakat tetap merasa memiliki Pondok Pesantren.
b. Pondok Pesantren Salafi Al Mujahidin hendaknya melibatkan santri dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan program-program pondok pesantren. Dengan demikian, santri menjadi tahu dan dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.
(4)
C. Penutup
Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq, hidayah, inayah, serta ridho-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Mengingat kemampuan penulis yang sangat terbatas tentunya skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu sumbangsih kritik maupun saran yang membangun sangat penulis harapkan demi lebih baiknya penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Aamin.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
A. RujukanBerupaBuku
Abdurrahman, M. Masykuri, dan Bakhri, Moh Syaiful, Kupas Tuntas Salat: Tata Cara dan Hikmahnya.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Arifin, Bey, dan Djamaludin, A. Syinqithy. 1992. Tarjamah Sunan Abi Daud. Semarang: CV. ASY SYIFA’. Jilid III.
Arifin, Bey, Yunus Ali Al Muhdhor dan UmmuMaslamah Rayes. 1992. Tarjamah Sunan An-Nasa’iy. Semarang: CV. ASY SYIFA’. Jilid II.
Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Fikra,Rausyan.2009. Di Balik ShalatSunnah.Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka.
Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakutas Psikologi UGM.
Hidayatullah, M. Furqon. 2009. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Penerbit Yuma Pustaka.
Ihsan, Fuad. 1996. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Koesoema A., Doni. 2010. Pendidikan Karakter (Strategi Mendidik Anak di
Zaman Global). Jakarta: Grasindo.
Mardalis. 2004. Metodologi Penelitian (Suatu Pendekatan Proposional). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Imran, Muhammad Maulana. 2005. Menggapai Cinta Allah Dengan Shalat Tahajud. Jakarta: Mitra Pustaka.
Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter (Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah). Yogyakarta: PT. Bumi Pustaka Insan Madani.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
(6)
Rahman,Fatkhur. 2007. Amalan Yang Dicintai Allah.Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani.
Sholeh, Moh. 2006. Terapi Shalat Tahajud: Menyembuhkan Berbagai Penyakit. Jakarta Selatan: Mizan Media Utama.
Suhartono, Suparlan. 2006. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruz Media. Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Usman, Muhammad Nurrudin. 2005. Panduan Shalat Lengkap.Solo: Media Insani Press.
Ramadhani, EghaZainur. 2007.SUPER HEALTH: Gaya Hidup Sehat Rasulullah.Yogyakarta: Pro-U Media.
Tarjamatu Al FazilQur’ani ‘InayatanLilMubtadiin. Jakarta: Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam Al-Hikmah.
B. Sumber yang tidakditerbitkan
- Disertasi, tesis, skripsidansejenisnya.
Nur Azizah, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits, skripsi tidak diterbitkan, Malang: Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2010.
C. Rujukanwebsite
_________,http://marufandsomewritings.wordpress.com/2012/12/03/strategi-pendidikan-karakter-rasulullah-saw/, diakses tanggal 15 Januari 2013.
___________,http://maroebeni.wordpress.com/2012/05/17/18-indikator-pendidikan-karakter-bangsa/, diakses pada tanggal 20 November 2012.
___________,http://dedyritonga17.blogspot.com/2012/09/pendidikan-karakter-dalam-perspektif.html, diakses pada tanggal 27 Desember 2012.