Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pelabuhan Perikanan

fungsi dari kapal perikanan, yang berarti bahwa pelabuhan perikanan harus bisa mengantisipasi perkembangan perikanan tangkap baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dikatakan bahwa pelabuhan mempunyai daya dukung baik, apabila fasilitas- fasilitas yang ada di pelabuhan perikanan mampu melayani satu siklus kegiatan, baik kegiatan operasionil di lautsungai maupun kegiatan operasionil di darat Syahril, 2000.

2.1.3. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Sesuai dengan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomer : Kep.10MEN2004, pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi empat kelas, atas dasar bobot dan beban pelayanan, jangkauan operasi kapal serta orientasi pasar sebagai berikut: 1 Pelabuhan Perikanan Samudera Kelas A dengan kriteria : • Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah laut teritorial, ZEEI dan perairan internasional • Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang- kurangnya 60 GT • Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m • Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6000 GT kapal perikanan sekaligus • Jumlah ikan yang didaratkan rata-rata 60 tonhari • Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor • Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 30 Ha • Memiliki laboratorium pengujian mutu hasil perikanan • Terdapat industri perikanan. 2 Pelabuhan Perikanan Nusantara Kelas B dengan kriteria : • Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah teritorial dan wilayah ZEEI • Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang- kurangnya 30 GT • Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m • Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus • Jumlah ikan yang didaratkan rata-rata 30 tonhari • Ikan yang didaratkan sebagian untuk ekspor • Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 15 Ha • Memiliki laboratorium pengujian mutu hasil perikanan • Terdapat industri perikanan. 3 Pelabuhan Perikanan Pantai Kelas C dengan kriteria : • Melayani kapal perikanan yang mencakup kegiatan perikanan di wilayah perairan pedalaman, kepulauan, laut teritorial dan wilayah ZEEI • Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang- kurangnya 10 GT • Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m • Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus • Memiliki lahan sekuang-kurangnya seluas 5 Ha. 4 Pangkalan Pendaratan Ikan Kelas D dengan kriteria : • Melayani kapal perikanan yang mencakup kegiatan perikanan di wilayah pedalaman dan kepulauan • Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang- kurangnya 3 GT • Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam sekurang- kurangnya minus 2 m • Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 90 GT kapal perikanan sekaligus • Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 2 Ha. Sedangkan menurut Kramadibrata 1985, berdasarkan lokasinya pelabuhan perikanan dapat dibedakan atas : 1 Pelabuhan teluk, adalah tempat berlabuhnya kapal yang dilindungi oleh pulau agar dapat digunakan sebagai tempat untuk berlabuh, diperlukan dasar perairan yang dapat menahan jangkar kapal. Dasar perairan yang memenuhi syarat ini adalah lumpur padat, tanah liat dan pasir, sedangkan lumpur lembek dan batu masif yang licin tidak memenuhi syarat; 2 Pelabuhan muara, adalah pelabuhan yang letaknya di muara sungai yang merupakan gerbang keluar masuk kapal dan muara tersebut cukup besar sehingga kapal dapat bersilang dengan aman; 3 Pelabuhan luar, adalah jenis pelabuhan yang langsung berhadapan dengan perairan bebas. Pelabuhan tersebut akan mengalami hempasan gelombang secara langsung; 4 Pelabuhan dalam, adalah pelabuhan yang letaknya tidak berhadapan langsung dengan perairan bebas; 5 Pelabuhan pantai pasir, adalah pelabuhan yang dasar perairannya terdiri dari pasir dan pecahan batu karang. Bahan ini berasal dari erosi pantai atau dibawa arus pantai; 6 Pelabuhan pantai berlumpur, adalah pelabuhan yang dasar perairannya terdiri dari lumpur. Dasar periran landai, sehingga untuk mencapai kedalaman air yang diperlukan harus membuat kanal yang panjang; 7 Pelabuhan sungai, dibagi menjadi dua macam : a Pelabuhan sungai daerah hilir, adalah pelabuhan yang batasnya berada ditempat pengaruh gerakan pasang surut; b Pelabuan sungai daerah hulu, adalah pelabuhan yang letaknya di sungai yang dalam dan lebar sehingga kapal bisa masuk sampai ke hulu.

2.1.4. Fungsi Pelabuhan Perikanan