Makna Denotatif dan Konotatif

Telepon selular Sony Ericsson telah lahir selama enam tahun dari hasil merger antara Divisi Mobile Communication Sony Corporation dan Telefonaktiebolaget LM Ericsson, terus berupaya meramaikan industri telepon selular ponsel. Sony Ericsson yang merger pada Oktober 2001 dan masuk Indonesia secara resmi februari 2002 itu terbukti mampu mempertahankan keberadaannya di pasar global maupun tanah air. Dalam pasar global, pangsa pasar Sony Ericsson terus merangkak naik. Variasi produknya juga sangat banyak dan tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Lesmana, 2008: 2. Guna meningkatkan kesadaran masyarakat brand awareness terhadap merek Sony Ericsson di Indonesia, pabrikan Jepang dan Swedia itu agresif memasarkan berbagai model barunya ke pasar. Jika semula hanya menawarkan delapan varian dalam waktu lebih dari setahun, kini minimal 12 model baru hadir setiap tahunnya. Pengalaman yang kaya dari Ericsson dalam bidang telekomunikasi menemukan pasangan yang jitu lewat ketangguhan Sony dalam dua bidang : kamera ingat Sony Cybershot dan audio ingat Walkman. Kekuatan Sony ini benar-benar dieksploitasi guna menghasilkan aneka produk ponsel yang memukau. Sony Ericsson mengategorikan produknya menjadi empat, yaitu ponsel berkamera imaging, gaya hidup lifestyle, musik walkman phone, dan ponsel bisnis web communication.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Makna Denotatif dan Konotatif

Slametmulyana dalam Chaer, 2002:65 mengatakan bahwa teori makna denotatif dan konotatif didasarkan pada ada atau tidak adanya ”nilai rasa” pada sebuah kata. Makna denotatif sering juga disebut makna denotasional, makna konseptual, atau makna kognitif dilihat dari Universitas Sumatera Utara sudut yang lain pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual yang terjadi secara objektif. Misalnya : kata perempuan dan wanita mempunyai makna denotasi yang sama yaitu ”manusia dewasa bukan laki-laki”. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai ”nilai rasa” baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa, maka dikatakan tidak memiliki makna konotasi. Tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Positif atau negatifnya nilai rasa sebuah kata sering juga terjadi akibat digunakannya referen kata itu sebagai sebuah perlambang. Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang positif, maka ia akan memiliki nilai rasa yang positif. Misalnya : Burung garuda. Karena dijadikan lambang negara Republik Indonesia, maka menjadi bernilai rasa positif. Tarigan 1995:56 mengatakan bahwa denotasi suatu kata merupakan makna-maknayang bersifat umum, tradisional dan presedensial. Denotasi-denotasi tersebut merupakan hasil penggunaan atau hasil pemakaian kata-kata selama berabad-abad; semua itu termuat dalam kamus dan berubah dengan cara yang sangat lambat. Makna denotasi suatu kata merupakan makna yang ditambahkan atau suatu makna tambahan yang dinyatakan secara tidak langsung oleh kata tersebut. Universitas Sumatera Utara Sebaliknya, konotasi merupakan responsi-responsi emosional yang seringkali bersifat perorangan serta timbul dalam kebanyakan kata-kata leksikal pada kebanyakan para pemakainya. Makna konotasi suatu kata merupakan lingkaran gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan yang mengelilingi kata tersebut, dan juga emosi-emosi yang ditimbulkan oleh kata tersebut. Konotasi itu sendiri terdiri atas 11 ragam, yaitu: 1. Konotasi tinggi Contoh : kalbu, relung jiwa, cakrawala, ikhtiar 2. Konotasi ramah Contoh : besuk, omong, kecele, longok 3. Konotasi berbahaya Contoh : nenek harimau, hantu, tali ular 4. Konotasi tidak pantas Contoh : bunting, pelacur, mampus 5. Konotasi tidak enak Contoh : koyok, cing-cong,jalang, keparat 6. Konotasi kasar berasal dari satu dialek Contoh : gue, ngaku, jongos, babu Universitas Sumatera Utara 7. Konotasi keras Contoh : setengah mati, 1001 upaya, samudera raya kehidupan 8. Konotasi bentukan sekolah Contoh : nilainya 100 9. Konotasi kanak-kanak Contoh : bobok, mimik, mamam 10. Konotasi Hipokoristik, Contoh : aa, oi, lala 11. Konotasi bentukan nonsens Contoh : tralala, na-na-na Parera 2004: 99 mengatakan bahwa konotasi itu bersifat merangsang dan menggugah pancaindra, perasaan, sikap, dan keyakinan dan keperluan tertentu. Rangsangan-rangsangan ini dapat bersifat individual dan kolektif. Arah rangsangan pun dapat ke arah positif dan negatif. Klasifikasi rangsangan ini bersifat tumpang tindih dan bergantian berdasarkan pengalaman dan asosiasi yang muncul dan hidup pada individu dan masyarakat pemakai bahasa dan pemanfaatan makna. Jadi tidak ada konotasi yang baku dan tetap. Ada makna konotasi yang pada suatu saat bersifat positif. Universitas Sumatera Utara Dari penjelasan mengenai makna denotasi dan konotasi menurut para ahli di atas, maka peneliti cenderung memilih teori denotasi dan konotasi Slametmulyana dalam penelitian ini. Hal ini dipilih karena menurut peneliti teori tersebut lebih relevan dengan permasalahan yang akan dikaji.

2.2.3 Makna Kata dan Makna Istilah