Makna Kata dan Makna Istilah

Dari penjelasan mengenai makna denotasi dan konotasi menurut para ahli di atas, maka peneliti cenderung memilih teori denotasi dan konotasi Slametmulyana dalam penelitian ini. Hal ini dipilih karena menurut peneliti teori tersebut lebih relevan dengan permasalahan yang akan dikaji.

2.2.3 Makna Kata dan Makna Istilah

Chaer 2002:71 mengatakan bahwa adanya makan kata dan istilah berdasarkan ketepatan makna kata dalam penggunaannya dilakukan dari umum ke khusus. Dalam penggunaan bahasa secara umum acapkali kata-kata itu digunakan secara tidak cermat sehingga makna bersifat umum. Tetapi dalam penggunaan secara khusus, dalam bidang kegiatan tertentu, kata-kata itu digunakan secara cermat sehingga maknanya pun menjadi tepat. Makna sebuah kata, walupun secara sinkronis tidak berubah tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan, dapat berubah menjadi umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Kalau lepas dari konteks kalimat, makna kata itu berubah menjadi umum dan kabur. Misalnya kata tahanan. Kata tahanan bisa saja bermakna ’orang yang ditahan’, tetapi bisa juga ’hasil perbuatan menahan’. Berbeda dengan kata yang maknanya masih bersifat umum, makna sebuah istilah bersifat tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya dilakukan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Jadi, tanpa konteks kalimatnya pun makna istilah itu sudah pasti. Misalnya kata tahanan. Sebagai makna kata, tahanan masih bersifat umum, tetapi sebagai istilah misalnya istilah bidang hukum, makna kata tahanan itu sudah pasti, yaitu Universitas Sumatera Utara orang yang ditahan sehubungan dengan suatu perkara. Sebagai istilah dalam bidang kelistrikan, kata tahanan itu bermakna daya yang menahan arus listrik. Soedjito 1990:127 mengatakan bahwa suatu kata itu dapat bersifat polisemantis, terikat konteks dan terikat oleh konotasi sosial. Sedangkan istilah itu bersifat monosemantis, bersifat bebas konteks, bersifat bebas dari konotasi sosial dan bersifat internasional. Sumber istilah itu sendiripun ada tiga bahasa, yaitu: 1 Bahasa Indonesia 2 Bahasa daerah serumpun, dan 3 Bahasa asing. Sumber 1 dan 2 dapat disebut sebagai sumber dalam, sedangkan sumber 3 sebagai sumber luar. Istilah dapat dibentuk dengan tiga cara, yaitu : 1 Mengambil kata gabungan kata umum dan memberinya makna atau defenisi yang tetap dan tertentu. 2 Meminjam menyerap istilah dari bahasa daerah, dan 3 Menyerap istilah dari bahasa asing dengan cara mengadopsi, mengadaptasi, dan terjemahan pinjaman terjemahan. Dari penjelasan-penjelasan mengenai kata dan istilah di atas, maka peneliti cenderung memilih teori makna kata dan makna istilah Chaer dalam penelitian ini. Hal ini dipilih karena menurut peneliti, teori tersebut lebih relevan dengan permasalahan yang akan dikaji. Universitas Sumatera Utara

2.3 Tinjauan Pustaka