Latar Belakang Latar Belakang dan Masalah

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Untuk menyusun kalimat yang dapat dimengerti, sebagian pemakai bahasa dituntut agar menaati kaidah gramatikal, sebagian lagi tunduk pada kaidah pilihan kata menurut sistem leksikal yang berlaku di dalam suatu bahasa. Hidayat dalam Sobur, 2004:274 mengatakan bahwa pengertian bahasa adalah percakapan, yaitu alat untuk melukiskan sesuatu pikiran, perasaan, atau pengalaman, alat ini terdiri dari kata- kata yang merupakan penghubung bahasa dengan dunia luar, sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling dimengerti. Selanjutnya Wallace dalam Aminuddin, 1985:7 mengungkapkan berpikir tentang bahasa, sebenarnya, sekaligus juga telah melibatkan makna. Palmer dan Lyons dalam Fatimah, 1993:5 mengatakan bahwa makna sense dibedakan dari arti meaning di dalam semantik. Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama pada kata-kata. Makna hanya menyangkut intrabahasa. Sejalan dengan pendapat tersebut bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata Universitas Sumatera Utara tersebut berbeda dari kata-kata lain. Arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri, yang cenderung terdapat di dalam kamus, sebagai leksem. Samsuri dalam Fatimah, 1993:5 mengungkapkan adanya garis hubungan antara makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Makna memiliki tiga tingkat keberadaan, yakni pada tingkat pertama, makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan, pada tingkat kedua, makna menjadi isi dari suatu kebahasaan, dan pada tingkat ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu sehingga pada tingkat pertama dan kedua dilihat dari segi hubungannya dengan penutur, kemudian yang ketiga lebih ditekankan pada makna di dalam komunikasi. Sehubungan dengan tiga tingkat keberadaan tersebut, makna juga memiliki pengaruh yang sangat besar pada keberhasilan suatu slogan, karena slogan selalu dipakai pada konteks politik, komersial, agama, dan lainnya, sebagai ekspresi sebuah ide atau tujuan. Menurut Waspada Online dalam Multiply.com, 10 Mei 2008. Slogan adalah bahasa kampanye yang sangat berpotensi mempengaruhi persepsi dan perilaku targetnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003:1080 slogan adalah perkataan atau kalimat pendek yang menarik atau mencolok dan mudah diingat untuk memberitahukan sesuatu, perkataan atau kalimat pendek yang menarik atau mencolok dan mudah diingat untuk menjelaskan suatu ideologi golongan, organisasi dan partai politik. Slogan yang bermutu memerlukan kreativitas yang tingggi, karena slogan yang bermutu memerlukan pilihan kata yang tepat dan dapat menarik hati sehingga dengan mudah dapat diingat oleh orang yang melihat. Tujuan slogan adalah memacu semangat suatu kelompok Universitas Sumatera Utara individu atau menjadi cita-cita suatu lembagaorganisasi kemudian fungsi slogan harus memahami khalayak yang dituju. Fungsi itu sendiri adalah untuk pendidikan masyarakat, memacu semangat, cita-cita, iklan komersial, atau propaganda politik. Selain itu, merupakan suatu ekspresi, gagasan atau tujuan yang diulang-ulang agar dapat dengan mudah diingat oleh setiap orang. Telepon selular merupakan salah satu alat komunikasi yang dalam penyampaiannya bersifat verbal dan nonverbal. Telepon selular disingkat ponsel atau lebih sering kita sebut handphone disingkat HP atau disebut pula sebagai telepon genggam adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line konvensional, namun dapat dibawa ke mana-mana portabel, mobile dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon yang menggunakan kabel nirkabel; wireless Berbagai merek telepon seluler semakin banyak diperkenalkan dan beredar di pasaran seperti : Nokia, Sony Ericsson, Samsung, Siemens, Motorola, BlackBerry, O2, Dopod, LG, Philips, dan sebagainya. Dari berbagai merek telepon seluler yang ada dipasaran, salah satunya adalah telepon seluler merek Sony Ericsson. Enam tahun sudah Sony Ericsson, merek yang lahir dari hasil merger antara Divisi Mobile Communication Sony Corporation dan Telefonaktiebolaget LM Ericsson, terus berupaya meramaikan industri telepon selular ponsel. Sony Ericsson yang merger pada Oktober 2001 dan masuk Indonesia secara resmi Februari 2002 itu terbukti mampu mempertahankan keberadaannya di pasar global maupun Tanah Air. Dalam pasar global, pangsa pasar Sony Ericsson terus merangkak naik. Variasi produknya juga sangat banyak dan tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Merek ponsel ini menyadari Universitas Sumatera Utara bila varian yang banyak merupakan kunci untuk mengenalkan produknya ke pasar Lesmana, 2008: 2. Peneliti memilih meneliti masalah slogan pada telepon selular Sony Ericsson karena menurut peneliti telepon selular Sony Ericsson memiliki keunggulan-keunggulan yang lebih jika dibandingkan dengan telepon selular bermerek lain. Baik itu dari segi bentuk, kejernihan suara, memori, resolusi kamera, pengatur medianya, speaker maupun harga yang ditawarkannya. Dan menurut sepengetahuan peneliti, di Departemen Bahasa Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, belum ada yang meneliti tentang makna slogan pada telepon selular Sony Ericsson, yang penulis anggap sebagai bentuk komunikasi dari para pemberi makna yang disampaikan kepada publik para pengguna telepon selular. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk menelitinya lebih lanjut.

1.1.2 Rumusan Masalah