Studi pengelolaan tanaman pada produksi benih jagung hibrida di PT Dupont Indonesia, Malang

iii

STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI
BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA,
MALANG

ARDI PRATAMA OKTAVIANTO
A24063486

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

iv

RINGKASAN

ARDI PRATAMA OKTAVIANTO. Studi Pengelolaan Tanaman Pada
Produksi Benih Jagung Hibrida di PT Dupont Indonesia, Malang.
(Dibimbing oleh TATIEK KARTIKA SUHARSI).

Jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk
kepentingan industri pangan, pakan dan biofuel. Produktivitas jagung nasional
untuk varietas lokal masih sangat rendah, yaitu 2 - 3 ton/ha, jagung hibrida 7 10 ton/ha, dan jagung komposit kurang dari 5 ton/ha. Keunggulan menggunakan
benih jagung hibrida adalah tahan terhadap penyakit tertentu, masa panennya
lebih cepat dengan kualitas dan kuantitas produksi lebih tinggi. Selain untuk
pangan, jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia.
Magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman lapangan mahasiswa. Tujuan khusus magang adalah mempelajari
pengelolaan tanaman pada produksi benih jagung hibrida. Kegiatan magang
dilakukan di PT Dupont Indonesia, Malang, Jawa Timur selama lima bulan
mulai dari bulan Februari hingga Juli 2010.
Pertemuan antara perusahaan dan petani dilakukan untuk memaparkan
sistem produksi benih serta kerjasama yang ditawarkan PT Dupont Indonesia
serta penandatanganan kontrak kerjasama. Pemeriksaan lapangan yang
dilakukan perusahaan sebelum penanaman dilakukan untuk mengetahui
kelayakan lahan penanaman jagung, kegiatan meliputi pemetaan dan
pengumpulan informasi wilayah. Pemetaan lahan dilakukan dengan alat Global
Positioning System (GPS), sedangkan informasi lapangan diperoleh melalui
wawancara.
Penggunaan bedengan meningkatkan daya berkecambah benih di lapang

hingga 100 % sehingga tanaman tumbuh serasi serta meningkatkan produksi
tanaman. Penggunaan bedengan meningkatkan hasil panen tongkol lebih hingga
2 ton/ha. Penggunaan bedengan memberikan pengaruh nyata terhadap hasil
panen tongkol jagung pada uji-t dengan taraf 5 %.

v

Kerapatan tanam yang tinggi mengurangi produksi tanaman karena
terdapat persaingan penguasaan sarana tumbuh. Total penggunaan benih tetua
tiap hektar di wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli 2010 berdasarkan uji
nilai tengah pada taraf 5 %.
Berdasarkan uji nilai tengah pada taraf 5 %, penggunaan benih tetua per
hektar pada wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli 2010
Pemupukan N berlebih tidak baik bagi perkembangan tanaman yaitu
memperpanjang periode vegetatif tanaman yang dapat mengganggu proses
sinkronisasi tanaman yang dapat menurunkan daya hasil tanaman. Pemupukan N
berlebih juga dapat menurunkan daya tahan tanaman terhadap penyakit bulai.
Sinkronisasi antara tetua pada saat kegiatan magang berjalan kurang baik

saat umur tanaman 56 - 58 HST, karena pematangan antara tetua jantan dan
betina berbeda nyata bedasarkan analisis statistik. Pemanenan jagung untuk
benih dilakukan pada stadia 4 atau pada saat kadar air benih 30 %. Hasil panen
dipisahkan berdasarkan panen yang bermutu baik dan kurang baik untuk
menghindari rusaknya benih akibat tercampur serta memudahkan pengolahan
benih di pabrik pengolahan.

vi

STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI
BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA,
MALANG

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ARDI PRATAMA OKTAVIANTO
A24063486


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

vii

Judul : STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI BENIH
JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA, MALANG
Nama : ARDI PRATAMA OKTAVIANTO
NIM

: A24063486

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS.
NIP. 19550324 198203 2 001


Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

viii

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Oktober 1987 di Wonogiri, Jawa
Tengah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan
Suwondo, SH dan Siti Sumardiyatmi, SE.
Pendidikan sekolah dasar penulis selesaikan pada tahun 2000 di SD Negeri
Ardimulyo 1 Singosari, Malang. Sekolah Menengah Pertama di SLTP Negeri 1
Singosari, lulus pada tahun 2003. Pendidikan Sekolah Menengah Umum dilalui
di SMA Negeri 1 Lawang dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.
Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga mengikuti kegiatan
kampus, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (2007 - 2008),
Himpunan Mahasiswa Agronomi (2007 – 2009). Penulis juga aktif dalam
kepanitiaan yang diselenggarakan di lingkungan Kampus IPB, seperti Temu
Alumni Agronomi pada tahun 2009, Festival Tanaman XXIX dan XXX pada
tahun 2008 dan 2009, Masa Perkenalan Fakultas Pertanian pada tahun 2008,
Masa Perkenalan Departemen Agronomi dan Hortikultura pada tahun yang
sama.

ix

KATA PENGANTAR
Puji syukur

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan,

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Studi Pengelolaan Tanaman pada Produksi Benih Jagung Hibrida di

PT Dupont Indonesia, Malang”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir strata S1
pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Dukungan dan bantuan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak
sangatlah berarti bagi penulis. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu dan bapak (alm) serta adik (kaka-kiki) tercinta terima kasih atas doa,
kasih sayang, perhatian, pengertian, dukungan, semangat dan kepercayaan
kepada penulis.
2. Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama pelaksanaan magang dan
penyusunan skripsi.
3. Dr. Ir Ahmad Junaedi, MSi dan Ir. Heni Punamawati, MSc. Agr selaku dosen
penguji.
4. Prof. Dr Ir Slamet Susanto, MSc. selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjalani studi.
5. Pegawai dan staff kantor PT Dupont dan lahan produksi Sumber Pucung.
Bapak Jajang Mulyana, Mulyo Haryono dan tim yang bersedia membimbing,
memberikan pengarahan dan membantu penulis selama kegiatan magang.
6. Ana Yunita yang telah memberikan warna hidup kepada penulis serta teman–

teman Agronomi dan Hortikultura 43, serta semua pihak yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak
dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bogor, Maret 2011

Penulis

v

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Latar Belakang .................................................................................................. 1
Tujuan ............................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3
Botani Jagung .................................................................................................... 3

Syarat Tumbuh .................................................................................................. 4
Benih ................................................................................................................. 5
Produksi Benih Hibrida Jagung ........................................................................ 7
METODE MAGANG ......................................................................................... 12
Tempat dan Waktu .......................................................................................... 12
Metode Pelaksanaan ........................................................................................ 12
Pengumpulan Data .......................................................................................... 12
KEADAAN UMUM ........................................................................................... 14
Profil Perusahaan ............................................................................................ 14
Visi dan Misi Perusahaan ................................................................................ 15
Lokasi Perusahaan dan Lahan Produksi.......................................................... 15
Struktur Organisasi Perusahaan ...................................................................... 16
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG....................................................... 18
Aspek Teknis................................................................................................... 18
Aspek Manajerial ............................................................................................ 36
PEMBAHASAN ................................................................................................. 42
Pemeriksaan Lapangan.................................................................................... 42
Pertemuan dengan Petani ................................................................................ 43
Produksi Benih Jagung Hibrida ...................................................................... 44
Alur Benih Tetua ............................................................................................. 59

Analisis Usaha Tani ........................................................................................ 60
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 62
Kesimpulan ..................................................................................................... 62
Saran................................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 64
LAMPIRAN ........................................................................................................ 67

vi

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi Benih ...... 19
2. Identitas Benih Tetua dan Rekomendasi Penanaman ............................. 21
3. Stadia Kemasakan Benih Berdasarkan Stadia Panen di PT Dupont

Indonesia ................................................................................................. 31
4. Hasil Uji-T Pengaruh Bedengan Terhadap Daya Tumbuh Benih ........... 45

5. Hasil Uji-T Pengaruh Penggunaan Bedengan Terhadap Hasil Panen

Tongkol Jagung. ...................................................................................... 47
6. Kebutuhan Benih Tetua Varietas W45 Per Hektar di PT Dupont .......... 49
7. Luas Area Tanam dan Jumlah Penggunaan Benih Tetua di Lahan

Produksi Sumber Pucung PT Dupont ..................................................... 50
8. Hasil Uji-T Perbandingan Produktivitas Rata-Rata Antar Wilayah

Produksi Benih ........................................................................................ 51
9. Hasil Uji-T Pengaruh Penggunaan Benih Terhadap Hasil Panen

Tongkol Jagung di PT Dupont Indonesia................................................ 52
10. Hasil Panen Tongkol Jagung Berdasarkan Rekomendasi Peraturan

Tanam di PT Dupont ............................................................................... 53
11. Curah Hujan dan Hari Hujan di Lahan Produksi Sumber Pucung .......... 55
12. Hasil Uji F Jumlah Bunga Betina dan Jantan pada Pengamatan

Sinkronisasi ............................................................................................. 57
 

vii

DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.

Halaman
Pembentukan Hibrida Silang Tunggal dan Silang Ganda ........................ 6

2. Sketsa Petak Penanaman Jagung Rasio Penanaman 4:1 dan 4:2 ............ 7
3. Bunga Jantan Dari Tetua Jantan dan Tetua Betina ................................ 20
4. Sketsa Sistem Bedengan dengan Rasio Penanaman 5 : 1 ....................... 22
5. Tanaman Kerdil Akibat Persaingan Tanaman ........................................ 23
6. Pengawasan Penanaman 7 HST .............................................................. 24
7. Rekomendasi Cara Pemupukan Tanaman Jagung .................................. 25
8. Pengendalian Gulma Secara Kimia dan Manual .................................... 26
9. Serangan Hama Tikus Pada Tetua Betina dan Jantan ............................. 27
10. Tanaman Tipe Simpang .......................................................................... 27
11. Sketsa Kontrol Detasseling Secara Sejajar dan Saling Silang ................ 28
12. Lahan Produksi Setelah Pembabatan Tetua Jantan ................................. 29
13. Sinkronisasi Tetua Jantan dan Tetua Betina .......................................... 30
14. Tongkol Jagung yang Terisi Sempurna .................................................. 31
15. Stadia Panen 2 dan Stadia Panen 4 ....................................................... 32
16. Hasil Panen dan Pengarungan Hasil Panen............................................. 33
17. Daya Tumbuh Benih pada Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan ........ 45
18. Hasil Panen Pertanaman dengan Lahan Bedengan dan Tanpa

Bedengan ................................................................................................. 46
19. Hasil Panen Tongkol Jagung di Lahan Produksi Sumber Pucung .......... 51

 

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Jurnal Kegiatan Sebagai Mandor Pabrik di Pabrik Pengolahan Benih,
PT Dupont Indonesia ............................................................................... 68

2.

Jurnal Kegiatan Sebagai Pendamping Koordinator Wilayah di Lahan
Produksi Sumber Pucung, PT Dupont Indonesia .................................... 69

3.

Peta Lahan Produksi Sumber Pucung Berdasarkan GPS Beserta
Keterangan Wilayah ................................................................................ 73

4.

Formulir Daftar Kesiapan Lahan Petani .................................................. 75

5.

Formulir Jadwal Perawatan Tanam ......................................................... 76

6.

Bukti Pembayaran Hasil Panen Petani .................................................... 77

7.

Alur Pengolahan Benih di Pabrik Pengolahan Benih PT Dupont
Indonesia .................................................................................................. 78

8.

Struktur Organisasi PT Dupont Indonesia - Malang ............................... 79

9.

Pengamatan Jumlah Bunga Betina dan Jantan di Lahan Produksi
Sumber Pucung di PT Dupont ................................................................. 80

10. Analisis Usaha Tani Pembenihan Jagung PT Dupont ............................. 81
11. Analisis Usaha Tani Budidaya Jagung Konvensional Petani .................. 82 

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung adalah komoditas penting untuk pangan dan pakan. Pengusahaan
jagung di dunia lebih dari 120 juta ha lahan kering dan Indonesia merupakan salah
satu tempat pengusahaan jagung utama di dunia. Selain pada lahan kering, jagung
diusahakan pada lahan sawah setelah panen padi dengan produktivitas mencapai
sekitar 7 ton/ha (Puslitbangtan, 2006).
Jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk
kepentingan industri pangan, pakan dan biofuel. Selain untuk konsumsi manusia,
jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia. Di negara
maju, sari pati jagung diolah menjadi gula rendah kalori dan ampasnya diproses
kembali untuk menghasilkan alkohol dan monosodium glutamat (Agromedia,
2007). Produksi jagung hingga tahun 2014 diharapkan meningkat minimal 10 %.
Tingkat petani didorong untuk memenuhi kebutuhan benih jagung sendiri.
Ditargetkan benih produksi petani dapat mencapai 80 000 ton dari kebutuhan
nasional sebesar 350 000 ton (Pioneer, 2009). Potensi areal untuk pengembangan
jagung tersedia cukup luas, yaitu sekitar 20.5 juta hektar, sedangkan luas
pertanaman jagung pada akhir tahun 2009 luas pertanaman jagung baru mencapai
4.09 juta hektar (BPS, 2010).
Benih varietas unggul yang bermutu merupakan penentu batas atas
produktivitas usaha tani. Ketersediaan benih bermutu tepat waktu dan tepat lokasi
akan mendorong percepatan pengembangan inovasi teknologi baru guna
meningkatkan pendapatan dan produksi jagung nasional. Saat ini, industri benih
jagung nasional dan swasta belum bersinergis, sehingga pengembangan inovasi
baru masih lambat antara lain terlihat dari pengembangan varietas jagung hibrida
yang baru mencapai 28 %, selebihnya didominasi oleh jagung lokal dan komposit
(Nugraha et al., 2003).
Produktivitas jagung nasional untuk varietas lokal masih sangat rendah,
yaitu 2 - 3 ton/ha, jagung hibrida 7 - 10 ton/ha, dan jagung komposit kurang dari
5 ton/ha. Keunggulan menggunakan benih jagung hibrida adalah tahan terhadap

2

penyakit tertentu, masa panennya lebih cepat dengan kualitas dan kuantitas
produksi lebih tinggi (Agromedia, 2007).
Usaha peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat dilakukan
dengan pengelolaan tanaman seperti penggunaan varietas unggul, pengolahan
tanah, pemupukan, pengaturan jarak tanam yang baik serta kegiatan panen yang
tepat. Pengolahan tanah, Pengaturan jarak tanam, rouging, detasseling dan
pembabatan tetua jantan pada areal produksi benih merupakan cara yang
berpengaruh terhadap hasil tanaman. Pengaturan jarak tanam mempengaruhi
persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan
mempengaruhi hasil. Semakin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak
tanaman yang tidak berbuah. (Harjadi, 2002).
Pengolahan tanah dilakukan untuk melihara dan memperbaiki kesuburan
tanah sehingga hasil tanaman dapat meningkat. Perbaikan kesuburan juga dapat
dilakukan dengan cara, antara lain pemberian pupuk nitrogen. Pemberian pupuk
urea dengan dosis yang tepat dapat meningkatan produktivitas jagung hibrida
(Sutejo, 1992).
Pengelolaan tanaman pada kegiatan produksi benih jagung berbeda dengan
kegiatan budidaya tanaman jagung secara umum. Untuk mendapatkan kemurnian
benih yang tinggi diperlukan kegiatan rouging, detasseling dan pembabatan tetua
jantan. Rouging merupakan kegiatan membuang tanaman yang menyimpang dari
tipe rata-rata dan yang tertular penyakit berdasarkan hasil pengamatan secara
visual. Detasseling merupakan kegiatan membuang bunga jantan pada tetua betina
untuk mencegah penyerbukan sendiri (selfing) (Saenong et al., 2007). Pembabatan
tetua jantan dilakukan untuk menghindari tongkol terpanen karena biji pada
tongkol tetua jantan merupakan hasil selfing.

Tujuan
Magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman lapangan mahasiswa. Kegiatan magang ini secara khusus bertujuan
untuk mempelajari kegiatan pengelolaan tanaman pada produksi benih jagung
hibrida.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Jagung
Taksonomi jagung yang dikutip dari Rubatzky dan Yamaguchi (1998)
adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Monocotyledone

Ordo

: Poates

Famili

: Gramineae

Sub famili

: Myadeae

Genus

: Zea

Spesies
: Zea mays L.
Jagung merupakan tanaman monokotil semusim iklim panas dengan
bunga jantan dan bunga betina terletak dalam satu pohon (monoecius), tetapi
terletak terpisah satu sama lain (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Bunga jantan
(tassel) tumbuh di ujung batang utama (titik tumbuh apikal), sedangkan bunga
betina (cob) tumbuh dari titik tumbuh lateral (Paliwal, 2000).
Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak
lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan
sekeliling pembuluh vaskular (Paliwal, 2000). Jumlah daun umumnya berkisar
antara 10 - 18 helai. Waktu munculnya daun hingga daun terbuka sempurna
berkisar 3 - 4 hari setiap daun.Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai
jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang (Paliwal,
2000).
Akar jagung berfungsi sebagai penunjang struktur batang, menyerap air
dan unsur hara dari dalam tanah. Sistem perakaran jagung merupakan sistem
perakaran serabut yang terdiri atas akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau
penyangga. Akar seminal merupakan akar yang berkembang dari radikula embrio.
Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan
tanah. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung
mesokotil yang kemudian berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus

4

ke atas antara 7 - 10 buku. Akar adventif tunbuh di bawah permukaan tanah dan
berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar adventif berperan dalam
pengambilan air dan hara. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang
muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar
adventif adalah menjaga tanaman agar tetap tegak membantu penyerapan hara dan
air (Subekti et al., 2007).
Tanaman jagung merupakan tanaman protandry, dimana pada sebagian
besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1 - 3 hari sebelum rambut
bunga betina muncul (silking). Serbuk sari (polen) terlepas mulai dari spikelet
yang terletak pada spika bagian tengah, 2 - 3 cm dari ujung malai kemudian turun
ke bawah. Satu bulir anthera melepas 15 - 30 juta serbuk sari.
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada
bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang
terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10 - 16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap sampai masak fisiologis (Subekti et al., 2007).
Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (1) pericarp, berupa lapisan
luar yang tipis, berfungsi melindungi embrio dari organisme pengganggu dan
kehilangan air, (2) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari
bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan
lainnya, dan (3) embrio, sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plumula, akar
radikal, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).

Syarat Tumbuh
Tinggi tanaman jagung dapat mencapai 1.5 – 3.5 meter dalam beberapa
minggu. Jagung dapat tumbuh baik pada suhu 30 – 47 oC dengan kelembaban
sedang (40 – 50 %) dan pH sekitar 5.5 - 7.0. Jagung baik dibudidayakan pada
daerah tropis (latitude 0 – 55 o) dengan altitude 0 - 12 000 meter di atas
permukaan laut (dpl). Jagung dapat tumbuh selama 42 hingga 150 hari (White
and Johnson, 2003).

5

Lingkungan

tumbuh

tanaman

jagung

perlu

diperhatikan

untuk

mendapatkan produksi maksimal. Untuk menghasilkan benih jagung dengan mutu
yang tinggi diusahakan agar tanaman dapat dipanen pada kondisi tidak ada hujan,
sehingga pola curah hujan di wilayah pengembangan produksi benih perlu
diidentifikasi. Hasil penelitian Arief dan Saenong. (2003) di Bone, Sulawesi
Selatan, menunjukkan bahwa benih jagung yang dipanen lebih awal atau lambat
mempunyai viabilitas yang menurun dengan cepat.

Benih
Struktur benih dan biji sama, yaitu kulit benih, cadangan makanan dan
embrio, secara fungsional benih dan biji berbeda. Benih adalah sarana produksi
untuk menghasilkan pertanaman sehingga benih harus hidup. Benih yang bermutu
harus melalui kegiatan pengolahan seperti pengeringan, pembersihan, pemilahan
dan penyimpanan, sedangkan biji merupakan bahan tanam dari suatu tanaman dan
tidak ditujukan untuk menghasilkan pertanaman. Biji digunakan dalam industri,
seperti industri makanan dan pakan ternak (Sadjad, 2006).

Mutu Benih
Sadjad (1992) menyatakan bahwa benih yang memiliki mutu fisik tinggi
merupakan benih yang bersih dari kotoran, serta seragam dalam bentuk, ukuran,
warna dan berat jumlah per volume. Benih bermutu fisik tinggi harus bebas dari
hama penyakit sehingga benih perlu diberikan perlakuan dengan bahan kimia
(pestisida). Untuk mempertinggi mutu fisik benih diberikan pewarna, aroma serta
mengemas benih dengan kemasan yang cantik.
Viabilitas adalah mutu fisiologis benih yang ditujukkan oleh kemampuan
berkecambah dan vigor benih. Daya berkecambah mencerminkan kemampuan
benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi
lingkungan yang optimum. Vigor benih mencerminkan kemampuan benih untuk
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan
suboptimum atau berkembang di atas normal pada kondisi lingkungan optimum
(Sadjad, 1992).

6

Mutu genetik benih menunjukkan keragaman benih dalam sifat genetik.
Campuran kotoran pada benih mengakibatkan turunnya mutu genetik benih
karena benih yang tercampur kotoran tumbuh tidak seragam apabila ditanam di
lapangan akibat kontaminasi kotoran (Sadjad, 1992). Pemilihan varietas sangat
mempengaruhi mutu genetik benih karena karakteristik tertentu dari tetua dapat

diturunkan melalui perkawinan silang balik (Justice dan Bass, 2002).

Benih Inbrida dan Benih Hibrida Jagung
Benih

inbrida

merupakan

benih

tetua

yang

memiliki

tingkat

homozigositas sangat tinggi. Benih inbrida jagung diperoleh melalui penyerbukan
sendiri (selfing) atau melalui persilangan antar saudara. Inbrida jagung dapat
dibentuk

menggunakan

bahan dasar varietas bersari bebas atau komposit

dan inbrida lain. Pembentukan benih inbrida dari varietas bersari bebas atau
hibrida dilakukan melalui seleksi tanaman (Takdir et al., 2007).
Varietas hibrida merupakan generasi pertama (F1) hasil persilangan antara
tetua berupa galur inbrida atau varietas bersari bebas yang berbeda genotipe. Hal
yang perlu dilakukan dalam pemuliaan varietas hibrida adalah pembuatan galur
inbrida, yakni galur tetua yang homozigot melalui silang dalam (inbreeding) pada
tanaman menyerbuk silang. Dalam pembuatan varietas hibrida dua galur yang
homozigot disilangkan dan diperoleh generasi F1 yang heterozigot, kemudian
ditanam sebagai varietas hibrida (Takdir et al., 2007). Bagan persilangan untuk
mendapatkan tanaman hibrida secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 1
Inbrida A

x

Inbrida B

Inbrida C

x

Inbrida D

Hibrida
Silang tunggal
CxD

Hibrida
Silang tunggal
AxB
Hibrida
Silang ganda
(A x B) x (C x D)

Gambar 1. Pembentukan Hibrida Silang Tunggal dan Silang Ganda

7

Disamping memiliki hasil yang tinggi, hibrida silang tunggal lebih
seragam dan produksi benihnya relatif lebih mudah dibandingkan dengan hibrida
silang tiga dan silang ganda. Namun demikian, hibrida silang tunggal memiliki
stabilitas penampilan yang lebih rendah dibandingkan dengan hibrida silang ganda
(Sprague dan Dudley, 1988). Berdasarkan hasil penelitian Idris (2005),
penanaman generasi kedua (F2) hibrida silang tunggal akan menurunkan hasil
pertanaman 15 – 20 %, kemudian silang puncak (top cross) dan silang tiga jalur
(three way cross) akan berkurang hingga 10 %.
Produksi Benih Hibrida Jagung
Produksi benih membutuhkan perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan
terdapat perbedaan hasil benih hibrida pada daerah penanaman yang berbeda.
Dalam produksi benih, dilakukan isolasi jarak minimal 201 m dan pemotongan
bunga jantan pada tetua betina (detasseling) untuk mendapatkan kemurnian benih
hingga 99 % atau lebih (White dan Johnson, 2002).
Rasio tanaman tetua inbrida untuk produksi hibrida umumnya berada
dalam pengawasan pemulia. Saran untuk rasio penanaman baris tetua betina dan
jantan harus berasal dari pemulia. Hal tersebut bertujuan untuk menjamin serbuk
sari tetua jantan cukup membuahi tetua betina. Rasio yang digunakan untuk tetua
betina dan jantan pada produksi benih beberapa varietas jagung hibrida adalah 4 :
2 atau 4 : 1 (Gambar 2).
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂

♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂

♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂

♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂

♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂

♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂

♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂

(a)

(b)

Keterangan : ♂ : Tanaman Induk Jantan
♀ : Tanaman Induk Betina

Gambar 2. Sketsa Petak Penanaman Jagung Rasio Penanaman 4:1 (a) dan 4:2 (b)

8

Gambar 2 menunjukkan posisi baris tetua jagung pada lahan produksi.
Penanaman rasio 4 : 1 berati setiap empat baris tanaman tetua betina diselingi
satu baris tanaman tetua jantan. Rasio 4 : 2 berati setiap empat baris tanaman tetua
betina diselingi 2 baris tetua jantan. Rasio penanaman 4 : 2 lebih menguntungkan
dalam produksi polen karena jumlah tanaman induk jantan lebih banyak sehingga
tongkol jagung yang dihasilkan lebih rapat dibandingkan penanaman rasio 4 : 1,
tetapi jumlah tongkol yang dihasilkan pada penanaman rasio 4 : 2 lebih rendah
dibandingkan rasio 4 : 1 (White dan Johnson, 2003).

Sistem Bedengan
Penggunaan sistem bedengan dapat mengurangi penggenangan air dilahan
pada musim hujan. Kondisi ini dapat membantu fase perkecambahan tanaman,
khususnya pada tanaman serealia yang sangat sensitif terhadap genangan air
(Bakker et al., 2005). Dalam penelitian Bakker et al (2007) menambahkan
mengenai sistem bedengan, bahwa 11 dari 28 eksperimennya pada tanaman
serealia memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman
kontrol tanpa menggunakan bedengan.
Pengolahan lahan dapat meningkatkan produksi jagung dan menurunkan
penggunaan material kimia pada pertanaman jagung (Tawainga et al., 2000).
Ortega et al. (2000) menyatakan bahwa penggunaan bedengan dapat
meningkatkan efisiensi nitrogen sebanyak 3 % dan penyerapan nitrogen sebanyak
10 %. Sharma (2003), menambahkan bahwa penggunaan bedengan dapat
meningkatkan aerasi pada zona perakaran, menjaga kelembaban tanah dan dapat
menurunkan aliran permukaan (run off) saat musim hujan dan mencegah
terjadinya genangan air yang menyebabkan kelembaban terlalu tinggi.

Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu tindakan pemeliharaan tanaman yang
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Dalam
pemupukan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tanaman yang
akan dipupuk, jenis tanah yang akan dipupuk, jenis pupuk yang akan digunakan,

9

dosis pupuk yang diberikan, cara aplikasi, dan waktu pemupukan (Hardjowigeno,
2003). Pengelolaan aplikasi pemupukan merupakan hal yang paling penting
karena merupakan kunci utama tercapainya target produksi yang diharapkan.
Pemupukan pada tanaman jagung perlu dilakukan untuk mendapatkan
pertumbuhan dan hasil panen yang optimal. Pupuk diberikan sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Pemupukan yang berlebihan akan berpengaruh negatif
terhadap lingkungan, produksi, dan pendapatan. Oleh karena itu, pemupukan perlu
memperhatikan aspek efisiensinya (Subandi et al., 1998). Permadi et al (2005)
menambahkan bahwa pemberian pupuk N, P dan K dapat meningkatkan
pertumbuhan dan komponen daya hasil.
Daya kecambah benih yang tanaman induknya tidak dipupuk unsur P turun
menjadi 79.3 %, sedangkan benih dari tanaman induk yang dipupuk 90 - 135 kg
P2O5/ha, daya berkecambahnya berkisar antara 88.0 - 90.7 % setelah benih
disimpan selama 6 bulan. Tanpa pemupukan K pada tanaman induk, terjadi
penurunan daya berkecambah benih hingga 70.3 %. Pemberian K dua kali, yaitu
pada saat tanam dan 4 minggu setelah tanam, ketahanan simpan benih lebih tinggi
dibanding kalau K diberikan seluruhnya pada saat tanam atau seluruhnya pada 4
minggu setelah tanam. Pemberian 45 kg K2O/ha dengan dua kali aplikasi untuk
mempertahankan mutu benih selama 6 bulan dengan daya berkecambah benih
hingga 96 % (Arief dan Saenong, 2003).
Penggunaan pupuk N, P, dan K lengkap berpengaruh positif terhadap daya
berkecambah benih yaitu di atas 80 %, tanaman yang dipupuk N dan P atau N dan
K daya tumbuhnya 60 % dan tanaman yang tidak dipupuk daya tumbuhnya 40 %
setelah periode simpanan 16 bulan (Syarifudin dan Saenong, 2005).
Pemupukan P dapat meningkatkan kandungan protein dan bobot biji yang
selanjutnya meningkatkan vigor dan ketahanan simpan benih. Unsur K selain
untuk pertumbuhan tanaman juga berperan sebagai mineral fitin dan memperbaiki
integeritas membran sel dan kulit biji sehingga viabilitas benih tinggi dan tahan
terhadap serangan jamur pada saat penyimpanan (Saenong et al., 2007).

10

Sinkronisasi Tanaman
Interval antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan (anthesis silking
interval, ASI) adalah hal yang sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan bunga
jantan dan bunga betina sinkron, yang berarti peluang terjadinya penyerbukan
sempurna sangat besar. Semakin besar nilai ASI maka sinkronisasi pembungaan
dan penyerbukan semakin terhambat sehingga menurunkan hasil tanaman.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel
pada rambut tongkol.
Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas,
suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari
masih tetap hidup dalam 4 - 16 jam sesudah terlepas. Penyerbukan selesai dalam
24 - 36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10 - 15 hari. Setelah penyerbukan,
warna rambut tongkol berubah menjadi cokelat dan kemudian kering (Subekti et
al., 2007).

Kerapatan tanam
Faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur hara selain morfologi
tumbuhan adalah keberadaan tumbuhan lain yang ikut membutuhkan hara.
Persaingan dalam mendapatkan hara yang dibutuhkan berkaitan dengan
kecukupan hara sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Kompetisi antar tanaman mengakibatkan hambatan pertumbuhan
terhadap tanaman jagung. Hambatan dapat berupa berkurangnya intensitas cahaya
karena naungan, atau menipisnya ketersedian hara dan air karena dekatnya
perakaran dua tanaman yang berdampingan (Hairiah et al., 2000). Hasil penelitian
Nuruzuman (2008) menunjukkan pertumbuhan tanaman dalam polibag yang
berisi satu benih lebih baik dibandingkan dengan tanaman dalam polibag yang
berisi tiga atau lima benih berdasarkan parameter pertumbuhan jumlah daun,
diameter batang dan tinggi tanaman.

11

Pemanenan
Panen dilakukan setelah memasuki fase masak fisiologis yakni ditandai
dengan lapisan warna hitam (black layer) pada pangkal biji jagung. Pada kondisi
ini kadar air berkisar 21 – 28 %. Apabila pemanenan dilakukan terlalu awal maka
biji yang dihasilkan mempunyai kadar air tinggi sehingga menurunkan vigor
benih karena komposisi kimia dalam benih belum seimbang (Kuswanto, 2003).
Kadar air jagung saat panen mempengaruhi volume dan mutu hasil.
Pemanenan pada kadar air rendah (17 – 20 %) menyebabkan terjadinya susut hasil
akibat tercecer sebesar 1.2 – 4.7 % dan susut mutu 5 – 9 %. Apabila panen
dilakukan pada kadar air tinggi, susut hasil akibat tercecer mencapai 1.7 – 5.2 %
dan susut mutu 6 – 10 % (Subandi et al., 1998).
Jagung yang dipanen pada kadar air tinggi dapat merusak biji baik dari
segi fisik, mekanis maupun fisiologis. Kerusakan tersebut menyebabkan
menurunya vigor benih sebelum disimpan (Saenong et al., 2007).

12

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilakukan di PT Dupont Indonesia, Malang, Jawa Timur
selama lima bulan mulai dari bulan Februari hingga Juli 2010.

Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan magang yang dilakukan adalah: mengikuti secara
langsung aktivitas di lapangan produksi benih jagung hibrida, mendampingi
mandor pabrik unit pengolahan benih, wawancara dan pencarian data sekunder.
Wawancara dilakukan terhadap pegawai perusahaan serta petani. Wawancara
bertujuan untuk memperdalam dan menambah informasi tentang perusahaan serta
memperdalam pengetahuan mengenai data sekunder yang telah didapatkan.
Bulan pertama kegiatan yang dilakukan adalah sebagai pendamping
mandor pabrik. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor pabrik
meliputi pengawasan terhadap bagian pengeringan benih, pembersihan dan
pemilahan benih, perlakuan serta pengepakan benih. Pengawasan pada bagian
penerimaan dan pemipilan benih tidak dilakukan karena pada saat kegiatan
magang perusahaan tidak melaksanakan kegiatan tersebut.
Bulan kedua hingga bulan kelima aktivitas yang dilakukan adalah kegiatan
lapang produksi benih hibrida. Kegiatan yang diikuti adalah sebagai berikut: (1)
pemeriksaan lapang, (2) mengikuti pertemuan dengan petani, (3) penentuan tetua
jantan dan tetua betina, (4) persiapan lahan, (5) penanaman, (6) pemeliharaan
tanaman, (7) pengamatan sinkronisasi tanaman tetua, dan (8) pemanenan.

Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan selama pelaksanaan magang terdiri atas data primer
dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui aktivitas secara
langsung di lapangan yang meliputi pengamatan daya tumbuh benih tetua dan
produktivitas tanaman secara langsung dan melakukan wawancara terhadap
pegawai dan staff perusahaan serta petani.

13

Data primer yang dikumpulkan meliputi daya tumbuh benih tetua dan hasil
panen pada sistem bedengan dan tanpa bedengan, dosis pemupukan dan
sinkronisasi tanaman tetua. Pengamatan sinkronisasi tanaman tetua dilakukan
pada tetua betina, tetua jantan I dan II sebanyak tiga ulangan dengan 50 tanaman
contoh untuk tiap ulangan.
Data sekunder adalah data yang telah tersedia di perusahaan yang
menunjang kegiatan magang, seperti sejarah dan profil perusahaan, sarana dan
prasarana yang tersedia, peta lahan produksi dan potensi wilayah, identitas benih
tetua, perhitungan kebutuhan benih tetua, formulir pemeliharaan tanam, data
kriteria panen, formulir pembayaran panen, luas areal tanam dan penggunaan
benih tetua, data serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), data
rekomendasi hasil panen, data hasil panen serta aspek manajerial perusahaan
(perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan
yang dilakukan). Data sekunder curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMG) Malang.
Data sekunder yang digunakan untuk kepentingan analisis terdiri atas data
perhitungan benih tetua, data luas areal tanam, data penggunaan benih tetua, data
serangan OPT, data panen, data curah hujan bulan Januari hingga Mei 2010. Data
yang digunakan merupakan data selama magang berlangsung di lahan produksi
Sumber Pucung pada bulan Februari hingga Juli 2010.

Analisis Data dan Informasi
Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Seluruh
data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata, persentase,
dan perhitungan statistik sederhana lainnya. Dalam pengamatan sinkronisasi
bunga jantan dan bunga betina, pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-F
dan uji lanjut DMRT pada taraf 5 %. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
alat bantu SAS 9.1.

14

KEADAAN UMUM
Sejarah Perusahaan
PT Dupont Indonesia dahulu bernama PT Pioneer Hibrida Indonesia yang
merupakan perusahaan multinasional yang berpusat di Iowa, Amerika Serikat
dengan nama Pioneer Hi-Bred International Inc. Perusahaan ini berdiri sejak
tahun 1985 dengan nama PT Gunung Sewu Agrotama dan mulai tahun 1987
berganti nama menjadi PT Pioneer Hibrida Indonesia yang bergerak di bidang
pertanian dengan memproduksi benih jagung.

Profil Perusahaan
PT Dupont Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
perbenihan jagung, khususnya benih jagung hibrida. PT Dupont memiliki satu
pabrik yang berada di Jl. Raya Krebet, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang,
Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan kapasitas produksi 7 500 ton/tahun.
Kantor pusat PT Dupont terletak di Beltway Office Park Building A, 5th Floor Jl.
Ampera Raya No. 9 - 10 Jakarta 12550.
Sistem yang dijalankan pusat produksi benih PT Dupont Indonesia di
Malang adalah inti plasma atau kemitraan dengan kelompok tani. Jumlah petani
yang sudah menjalankan sistem kemitraan tersebut kurang lebih 10 000 petani.
Keuntungan petani yang bekerjasama dengan PT Dupont adalah (a) mendapatkan
benih gratis, (b) mendapatkan fasilitas pinjaman untuk pengolahan lahan serta
sarana produksi (saprodi), (c) adanya jaminan pembelian hasil panen dengan
harga dasar, (d) mendapatkan penyuluhan tentang tata cara perawatan tanaman
dari Petugas Lapang PT Dupont, serta (e) mendapatkan insentif bagi kelompok
tani.
Pemasaran perusahaan mayoritas dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan
domestik ke seluruh dealer maupun kios pertanian hampir di seluruh wilayah
Jawa, Sumatera (Lampung dan Medan), serta Sulawesi Selatan. Benih produksi
PT Dupont jika di ekspor jika ada permintaan dari negara lain seperti Philipina,
Pakistan, Vietnam, dan Jepang.

15

Visi dan Misi Perusahaan
Visi PT Dupont Indonesia adalah sebagai berikut: (1) berusaha
menghasilkan produk yang terbaik di pasaran, (2) perusahaan menjalankan bisnis
secara jujur dan adil
asosiasi

bisnis,

serta

dengan pelanggan, petani, karyawan, tim pemasaran,
pemegang

saham

perusahaan,

(3)

perusahaan

mempublikasikan serta menjual produk perusahaan dengan sebaik-baiknya, serta
(4) perusahaan memberikan bantuan saran ke manajemen untuk

membantu

pelanggan perusahaan dalam meraih keuntungan yang memungkinkan

dari

produk perusahaan.
Misi perusahaan adalah (1) menyediakan produk dan pelayanan dengan
meningkatkan efisiensi serta keuntungan dari petani sedunia, (2) bisnis inti
perusahaan adalah mengimplementasikan ilmu pengetahuan secara genetik, dan
(3) perusahaan akan meyakinkan pertumbuhan bisnis inti perusahaan dan
mengembangkan peluang baru dengan meningkatkan bisnis inti.
Lokasi Perusahaan dan Lahan Produksi
Pabrik pengolahan benih PT Dupont berada di Kecamatan Bululawang,
Kabupaten Malang. Pabrik berada pada elevasi 391 m dpl. Pabrik berbatasan
dengan Kecamatan Gondang Legi. Dari arah utara pabrik pengolahan benih ini
berdekatan dengan pabrik penggilingan tebu Krebet. Di sebelah barat pabrik
terdapat pemukiman warga dan sebelah utara pabrik terdapat lahan yang tidak
digunaan untuk kepentingan pertanian ataupun pemukiman.
Lahan produksi benih selama kegiatan magang berlangsung termasuk ke
dalam wilayah produksi Sumber Pucung tepatnya di Kecamatan Kromengan
antara lain di Desa Jatikerto, Tenggong, Jatikerto Selatan, Trenyang, Ngebruk,
Senggreng dan Slorok dengan luas areal penanaman total 233 ha. Lahan produksi
merupakan lahan petani yang bermitra dengan perusahaan. Lahan produksi
Sumber Pucung terletak di daerah dataran rendah dengan rata-rata ketinggian
lahan produksi adalah 400 m dpl. Setiap desa mempunyai kelompok tani dan
gabungan kelompok tani (Gapoktan) berada di Desa Senggreng.

16

Struktur Organisasi Perusahaan
PT Dupont Indonesia dipimpin oleh seorang manajer produksi yang
bertanggung jawab langsung kepada manajer Asia Pasifik. Manajer produksi
dibantu oleh koordinator keselamatan dan kesehatan kerja (K3), asisten
administrasi, koordinator black belt dan ISO, manajer lapangan, manajer
operasional pabrik, spesialis logistik, dan teknisi pabrik.
Manajer produksi bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan
mengatur seluruh kegiatan proses produksi agar dapat terlaksana sesuai dengan
prosedur perusahaan. Koordinator K3 bertugas untuk memastikan sistem
keselamatan dan kesehatan kerja agar berjalan sesuai dengan prosedur perusahaan
serta melaksanakan internal audit K3. Tugas dan tanggung jawab asisten
administrasi adalah mendukung seluruh kegiatan administrasi manajer produksi,
manajer lapangan, manajer operasional pabrik, dan staff lainnya. Koordinator
black belt dan ISO bertugas melakukan kegiatan perbaikan terhadap semua bidang
maupun sistem yang ada disemua operasional pabrik.
Tugas dan tanggung jawab manajer lapangan adalah mengidentifikasi dan
merencanakan areal tanam, melakukan pengawasan kegiatan penanaman sampai
dengan pengiriman hasil panen ke pabrik, serta melakukan koordinasi dari
kelompok tani ke instansi terkait. Dalam melaksanakan tugasnya manajer
lapangan dibantu oleh penyelia agronomi dan koordinator desa.
Manajer operasional pabrik bertugas mengawasi proses pengolahan benih
dari penerimaan sampai pengepakan, mengawasi dan mengkordinasi tenaga kerja
pengolahan benih, serta membuat laporan proses pengolahan benih secara
periodik. Dalam menjalankan tugasnya manajer operasional pabrik dibantu oleh
penyelia pengolahan produksi.
Tugas dan tanggung jawab spesialis logistik adalah mengelola dan
menangani stok benih dan administrasi, melakukan pengiriman benih kepada
dealer atau kios sesuai sesuai order pembelian, mengelola dan menjaga gudang
penyimpanan benih, serta membuat laporan stok benih dan barang-barang secara
berkala. Petugas gudang merupakan karyawan yang bertugas membantu pekerjaan
spesialis logistik.

17

Teknisi pabrik bertanggung jawab untuk menjaga, memelihara dan
memperbaiki peralatan, serta memastikan peralatan yang digunakan dalam proses
memenuhi standar kalibrasi yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan tugasnya
teknisi pabrik dibantu oleh teknisi pemeliharaan mekanik dan elektrik.

18

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis
Kegiatan magang di PT Dupont Indonesia adalah sebagai pendamping
mandor pabrik dan pendamping koordinator wilayah. Kegiatan yang dilakukan
sebagai pendamping mandor pabrik dan pendamping koordinator wilyah produksi
Sumber Pucung terlampir pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Pemeriksaan Lapang
Jagung memerlukan ruang hidup yang sesuai dengan kelas kesesuaian
lahan agar dapat menunjang pertumbuhan tanaman jagung. Guna mendapatkan
ruang hidup yang sesuai maka diperlukan pemeriksaan lapang, sehingga tanaman
jagung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Pemeriksaan lapang dilakukan dengan cara membuat peta kesesuaian
lahan yang dilaksanakan oleh koordinator desa. Pemeriksaan dilaksanakan selama
4 – 6 hari kerja yang disesuaikan dengan luas areal. Pembuatan peta dilakukan
dengan mengambil titik-titik koordinat lahan yang menggunakan global
potitioning system (GPS). Peta kesesuaian lahan tersebut digunakan untuk
memudahkan pengeblokkan serta memudahkan penyusunan jadwal pemeliharaan
tanaman dan pemanenan. Peta lahan produksi Sumber Pucung berdasarkan GPS
serta kondisi wilayah dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pertemuan dengan Petani (Grower Meeting)
Sistem produksi benih jagung hibrida di PT Dupont adalah sistem kerjasama
dengan petani sehingga sebelum penanaman diadakan pertemuan dengan petani.
Pertemuan dengan petani adalah kegiatan yang mempertemukan perwakilan
perusahaan dengan petani dan dinas terkait untuk mendapatkan kesepakatan
bermitra kerja dalam produksi benih jagung.
Petani yang dapat mengikuti kegiatan produksi benih di PT Dupont, yaitu
(1) petani harus tergabung dalam kelompok tani, (2) lahan petani sedang tidak

19

ditanam komoditas lain, (3) lahan petani bukan lahan tadah hujan, serta (4) lahan
terletak pada area yang dapat dijangkau. Tidak ada ketentuan khusus mengenai
luas lahan jika petani ingin bermitra dengan perusahaan.
Pertemuan dilakukan oleh koordinator wilayah dengan cara memaparkan
tata cara produksi benih yang tepat sesuai dengan peraturan PT Dupont, dimulai
dari persiapan lahan, cara penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan.
Selain memaparkan tata cara produksi benih, grower meeting juga menjelaskan
hak dan kewajiban petani beserta perusahaan (Tabel 1).
Tabel 1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi
Benih
No
1

Petani

2
3
4
5
Perusahaan

1
2

3
4
5
6

Kewajiban
Melaksanakan peraturan tanam
perusahaan
Memenuhi administrasi lapangan
Melaksanakan pemeliharaan tanam
Tidak menanam jagung lain pada
radius 200 meter (isolasi)
Menjual seluruh hasil panen
kepada perusahaan
Menyediakan benih tetua
Memberikan
petunjuk
dan
informasi waktu dan tata cara
penanaman
Melaksanakan kontrol penanaman
Menanggung biaya detasseling
Membayar
kompensasi
babat
jantan
Membeli hasil panen petani

Hak
Mendapatkan pinjaman modal dengan
bunga 0%
Mandapatkan benih tetua
Mendapatkan
kompensasi
babat
tanaman jantan
Hasil panen dibeli oleh perusahaan
sesuai perjanjuan

Menseleksi tanaman (rouging)
Mengatur administrasi yang dipenuhi
petani
Memusnahkan jagung varietas lain
pada radius 200 meter
Menerima seluruh hasil panen

Pinjaman modal tanpa bunga yang diberikan perusahaan kepada petani
untuk kegiatan produksi benih sebesar Rp 3 500 000,- per hektar untuk satu orang
petani. Hasil panen petani dibeli perusahaan dengan harga Rp 3 000,- per
kilogram gelondong. Petani juga mendapatkan kompensasi sebesar Rp 400 000,per hektar untuk pembabatan tetua jantan (male cutting). Kegiatan male cutting
bertujuan untuk menghindari tongkol terpanen karena biji pada tongkol tetua
jantan merupakan hasil dari selfing. Petani berkewajiban mengikuti seluruh
peraturan tanam yang disusun oleh perusahaan, yaitu penggunaan satu benih per
lubang, menggunakan sistem bedengan dan waktu serta rasio penanaman tetua

20

sesuai perraturan. Petaani diwajibkkan untuk tidak
t
menannam jagung pada radiu
us 200
meter.
PT Dupont berrkewajiban membimbiing petani dalam mem
mproduksi benih
b
jagung hibbrida, sehinngga perusaahaan haruss memberikkan petunjuuk dan inforrmasi
tentang waaktu dan tatta cara penaanaman yan
ng tepat. Perrusahaan meenanggung biaya
kegiatan detasseling,
d
, dimana keegiatan terssebut dilakuukan oleh ppihak yang telah
ditunjuk oleh
o
perusahhaan. Pembbayaran kepada petani harus
h
dilakuukan perusaahaan
tepat padaa waktunyaa sebesar ketentuan
k
yaang berlakuu sesuai deengan perjan
njian.
Perusahaaan berhak dalam
d
mensseleksi tanam
man petanii dan berhaak memusnaahkan
tanaman jagung
j
lainn diluar varietas yan
ng ditanam
m. Perusahaaan juga berhak
mengatur administrassi yang wajiib dipenuhi oleh petanii.

Produksi Benih Jagu
ung Hibrid
da

Tanaman
n tetua
Teet