BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT LOMBOK
2.1 Letak Geografis
Menangkap Nyale adalah tradisi suku bangsa Sasak yang tinggal di Lombok selatan sepanjang pantai selatan pulau Lombok. Pulau ini terletak pada posisi 82
7
’
- 8
30
’
Lintang Selatan dan 116 10
’
-116 30
’
Bujur Timur. Batas dan Luas Wilayah
Luas wilayah Lombok selatan adalah 1.208,39 km
2
dengan batas-batas sebagai berikut:
:
Sebelah Utara : Gunung Rinjani kabupaten Lombok Barat dan Lombok
Timur Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Timur
Sebelah Barat : Kabupaten Lombok Barat.
2.2 Penduduk
Penduduk asli pulau Lombok adalah suku Sasak. Menurut “Lalu Wacana”, nama sasak diambil dari nama kerajaan pertama yang berkuasa di Lombok. Sehingga
dikalangan suku bangsa sasak, pulau ini lebih dikenal dengan nama Gumi sasak. Bahasa sasak, gumi berarti tanah atau pulau. Kata sasak itu sendiri berasal dari bahasa
sanskerta, sahsaka. Sah artinya pergi, saka artinya asal. Sahsaka artinya pergi
Universitas Sumatera Utara
meninggalkan tanah asal, dan mengumpul di pulau Lombok dengan memakai rakit bambu sebagai kendaraan.
Sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk di Lombok Selatan adalah 754.433 jiwa Laki-laki 350.734, perempuan 349.699 jiwa. Laju pertumbuhan
sebesar 0,97 . Tingkat kepadatan mencapai 617 jiwakm
2
.
2.3 Agama
Pada awalnya suku Sasak menganut agama Hindu dan Budha. Sejak kapan mereka menganut agama tersebut kurang jelas. Namun dari penemuan 4 arca
perunggu di Batu Pandang, Lombok Timur sekitar tahun 1960 menunjukan bahwa sekitar abad kedelapan dan kesembilan, di Lombok sudah terdapat penganut agama
Budha Mahayama. Selanjutnya babad Lombok menguraikan, karena pergantian agama dari
Budha ke Wratsani, suku bangsa Sasak dikutuk oleh Yang Maha Kuasa. Ladang, humasebelum mereka mengenal persawahan, dan kampung halaman mereka hancur
berantakan tertimbun lahar yang dimuntahkan oleh gunung Rinjani. Sehingga mereka terpencar keseluruh wilayah pulau Lombok.
Setelah beberapa waktu kemudian, yaitu pada abad ke-17 1604. Agama Islam masuk kedaerah ini. Agama ini dibawa oleh Sunan Prapen. Sunan Prapen
ditugaskan untuk mengislamkan Bali, Lombok, dan Sumbawa. Namun setelah Sunan Prapen meninggalkan Lombok untuk mengislamkan Sumbawa, keadaan agama di
Lombok menjadi menyedihkan. Karena mereka tidak mau memeluk agama baru tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya untuk membina pertumbuhan dan perkembangan agama Islam, Sunan prapen kembali ke Lombok dan menugaskan beberapa orang kyai. Mereka
masing-masing dibekali Qur’an dan Hadist. Namun Agama Islam tetap mengalami hambatan, hal ini disebabkan
perkembangan politik dan nilai-nilai sosial. Runtuhnya kerajaan-kerajaan Islam pada akhir abad ke-17 juga mengakibatkan agama Islam menjadi terbengkalai.
Akibatnya pada akhir abad ke-19 timbul istilah golongan Islam “Waktu Telu” dan Islam “Waktu Lima”. Penganut Islam Waktu Lima adalah mereka yang secara
konsekuen melaksanakan ibadah menurut syariat agama Islam. Penganut Islam Waktu Telu adalah mereka yang menyerahkan urusan ibadah
kepada “kyai” pemuka agama. Bagi mereka yang bukan kyai, tidak ada keharusan untuk mengerjakan shalat, puasa, zakat, dan naik haji.
Pada saat ini masyarakat Lombok sudah banyak beralih pada agama Islam Waktu Lima, namun masih ada yang menganut agama islam Waktu Telu, dan sisanya
menganut agama Hindu dan Budha.
2.4 Mata Pencaharian