BAB III TRADISI BAU NYALE DI LOMBOK
3.1 Pengertian Bau Nyale
Menurut ahli Biologi, Nyale adalah sejenis binatang laut, termasuk jenis cacing anelida. Binatang ini hidup di dalam lubang-lubang batu karang di bawah
permukaan laut. Karena itu binatang ini hanya terdapat dilaut yang berpantai batu karang seperti Lombok selatan. Nyale berkembang biak dengan bertelur, pembuahan
telur melalui perkawinan antara nyale betina dengan jantan. Masa perkawinan terjadi sekali dalam setahun yaitu bulan Februari dan Maret. Nyale disebut juga cacing
hujan, karena mereka menganggap cacing tersebut jatuh bersama-sama dengan hujan. Menurut pendapat ahli, yang sebenarnya mengambang dipermukaan laut adalah
sebahagian tubuh binatang tersebut. Binatang jantan melepaskan sepotong dari badannya, begitu juga dengan betina, masing-masing sepanjang 10-15 cm. Bagian
yang terlepas tersebut mengambang kepermukaan air untuk mengadakan perkawinan. Induknya sendiri tetap berada didalam lubangnya dibawah permukaan laut. Namun
suku sasak mempunyai kepercayaan lain, bahwa nyale merupakan jelmaan putri Eberu yang sangat cantik. Menurut dongeng putri tersebut bernama putri Mandalika,
karena parasnya yang sangat cantik putri tersebut banyak dipinang oleh putra-putra raja. Kalau salah satu pinangan diterima maka akan menimbulkan perkelahian. Maka
agar adil, putri menceburkan diri kelaut dan menjelma menjadi nyale. Agar dapat dinikmati semua orang, dia berjanji akan muncul setiap tanggal 20 bulan kesepuluh.
Universitas Sumatera Utara
Bau nyale Bahasa Indonesia; menangkap nyale merupakan suatu tradisi yang sudah berkembang sejak berabad-abad lamanya. Bau nyale merupakan tradisi
yang dilakukan oleh suku Sasak setiap tahun. Menangkap nyale ini dilakukan dua kali dalam setahun, yakni pada bulan kesepuluh dan bulan kesebelas menurut
perhitungan tahun sasak sekitar bulan maret dan april. Awal tahun sasak ditandai dengan terbitnya bintang “Rowot” setiap tahun. Menurut perhitungan suku Sasak
umur bulan dihitung 30 hari. Sehingga kalau dibandingkan dengan tahun nasionaltahun masehi perbedaan siklusnya hanya berbeda sedikit. Pada perhitungan
tahun sasak bulan kesepuluh selalu berkisar antara bulan Februari dan bulan Maret setiap tahun.
Bila musim normal, pada bulan-bulan itu curahan hujan pada umumnya lebat. Pekerjaan disawah sudah selesai.
Masyarakat di Lombok sebahagian besar masih meneruskan tradisi tersebut. Namun sekarang tradisi tersebut juga menjadi sarana rekreasi di daerah Lombok.
Sejak kapan tradisi menangkap nyale ini mulai berkembang belum pernah diteliti. Tetapi mengingat bahwa kebiasaan menangkap ikan sebagai sumber
pencaharian telah dikenal sejak masa prasejarah, dapat dipastikan mulainya sebelum Islam masuk kedaerah ini.
Kemudian setelah agama Islam masuk, agama ini tidak mengharamkan tradisi menangkap dan memakan nyale. Karena tradisi ini sudah membudaya dikalangan
penduduk.
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan mereka, ziarah kekubur dan menancapkan bekas bungkusan nyale disudut-sudut sawah atau ditengah sawah, menunjukkan kebiasaan praislam. Setelah
menangkap nyale mereka ziarah ke kubur. Hal ini dimaksudkan untuk memberitahukan kepada roh leluhur dan kerabatnya bahwa nyale sudah di tangkap.
Juga untuk mengadakan upacara makan bersama dengan para arwah kerabat dan leluhur mereka, gulai nyale sebagai lauk pauk yang utama.
Menurut kepercayaan suku Sasak, bagi mereka yang tidak sempat ikut menangkap nyale dapat mendatangkan musibah. Maka untuk menghindarinya,
anggota keluarga yang tidak ikut menangkap nyale “disembe” pada antara kedua alisnya dan di ulu hatinya. Di sembe artinya dicoreng dengan sembe sirih pada dahi
dan hulu hati. Dengan maksud supaya mereka tidak “diketemuq” ditimpa suatu penyakit.
Alat yang digunakan untuk menangkap nyale adalah alat penangkapjaring dan wadah. Untuk menangkap nyale dapat juga menggunakan tangan. Untuk
mendapatkan nyale yang lebih banyak dapat juga menggunakan sampan. Dengan sampan maka dapat menangkap nyale sampai jauh ketengah. Bagi mereka yang
datang dari jauh harus membawa bekal, karena menangkap nyale membutuhkan waktu sekurang-kurangnya satu malam.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Penyelenggaraan Bau Nyale