Deterjen Sintetis Surfaktan Anionik Deterjen

2.4.1. Deterjen Sintetis

Deterjen sintetis mempunyai sifat pembersih yang baik dan tidak membentuk endapan dengan ion-ion seperti kalsium dan magnesium di dalam air sadah. Deterjen termasuk garam yang berasal dari asam kuat sehingga tidak akan membentuk endapan di dalam larutan asam Situmorang, 2007. Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan, yang beraksi dalam menjadikan air menjadi lebih basah wetter dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik Achmad, 2004. Deterjen sintetis mempunyai bahan aktif yang disebut sebagai surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan kekerasan air. Bahan surfaktan yang paling banyak digunakan adalah alkil benzene sulfonat ABS yang merupakan turunan benzene Situmorang, 2007. Gambar 1. Rumus bangun dari Alkil Benzene Sulfonat ABS Sifat surfaktan bergantung pada suatu molekul yang memiliki sifat lipofilik dan hidrofilik. Pada batas antarfase misalnya, lemak dan air, molekul surfaktan bergabung menyebabkan turunnya tegangan permukaan. Pada batas antarfase ini, keberadaan busa menyebabkan terbentuknya perluasan daerah antarfase dan dengan demikian terjadi akumulasi surfaktan dalam air busa dan mengakibatkan penurunan kepekatan surfaktan dalam massa air. Dengan surfaktan ABS, batas ambang untuk pembentukan busa permanen adalah sekitar 0,3-0,4 mgL. Suhu, pH, adanya zat-zat lainnya semuanya dapat mempengaruhi kepekatan pada busa permanen terjadi Connell, 1995. ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai oleh bakteri penngurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada strukturnya. Dengan tidak terurainya secara biologi deterjen ABS, lambat laun perairan yang terkontaminasi oleh ABS akan dipenuhi oleh busa Achmad, 2004. ABS sangat sukar didegradasi oleh mikrorganisme karena ikatan dalam strukturnya, sehingga mencemari air, surfaktan lain yang tergolong biogradable adalah alkil linear sulfonat atau α-dodecanebenzene sulfonat LAS : H 3 C-CH-CH 2 -CH 2 - CH 2 - CH 2 - CH 2 - CH 2 -CH-C-CH-CH 3 O=S=O O-Na + Gambar 2. Rumus bangun dari LAS α-dodecanebenzene sulfonat LAS lebih mudah didegradasi oleh mikroorganisme dibanding dengan ABS karena gugus alkil dalam LAS tidak bercabang dan tidak memiliki atom karbon tersier. Penggunaan LAS dapat mengurangi pencemaran air Situmorang, 2007. Sejak LAS menggantikan penggunaan ABS dalam deterjen, masalah- masalah yang timbul seperti penutupan permukaan air oleh gumpalan busa dapat dihilangkan dan toksisitasnya terhadap ikan di perairan telah banyak dikurangi Achmad, 2004. Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut : a. Surfaktan Surface active agent Zat aktif permukaan mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile suka air dan hydrophobe suka lemak. Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Berupa anionik Alkyl Benzene SulfonateABS, Linier Alkyl Benzene SulfonateLAS, Alpha Olein SulfonateAOS, kationik Garam Ammonium, Nonionik Nonyl Phenol Polyethoxyle, Amfoterik Acyl Ethylenediamines. b. Builder Pembentuk Zat yang berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Berupa phosphates Sodium Tri Poly PhosphateSTTP. Asetat Nitril Tri AcetateNTA, Ethylene Diamine Tertra AcetateEDTA dan Sitrat asam sitrat. c. Filler Pengisi Bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh: Sodium sulfate. d. Additivies Zat Tambahan Bahan suplementambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additivies ditambahkan untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose CMC dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh deterjen ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci. Wangi-wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pelarut Admin, 2010. 2..4.2. Toksisitas Deterjen Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi. Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya Admin, 2010. Deterjen ada yang bersifat kationik, anionik maupun nonionik. Kesemuanya membuat zat yang lipofilik mudah larut dan menyebar di perairan. Selain itu, ukuran zat lipofilik menjadi lebih halus sehingga mempertinggi toksisitas racun. Deterjen juga mempermudah absorpsi racun melalui insang. Ada pula yang persisten sehingga terjadi akumulasi Slamet, 1994. Umumnyanya pada deterjen anionik ditambahkan zat aditif lain builder seperti golongan ammonium kuartener. Golongan ammonium kuartener ini dapat membentuk senyawa nitrosamine. Senyawa nitrosamine diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker Admin, 2010. Kadar surfaktan 1 mgliter dapat mengakibatkan terbentuknya busa diperairan. Meskipun tidak bersifat toksik, keberadaan surfaktan dapat menimbulkan rasa pada air dan dapat menurunkan absorpsi oksigen di perairan Effendi, 2003. Pengaruh lingkungan yang paling jelas adalah adanya busa pada aliran sungai. Hynes dan Roberts 1962, dalam studi aliran sungai di Inggris yang menerima limbah air mengandung surfaktan 2-4 ppm tidak dapat mendeteksi perubahan apa pun dalam struktur komunitas biota air karena surfaktan Connell, 1995. Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Keberadaan busa-busa dipermukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian Admin, 2010. Deterjen keras berbahaya bagi ikan biarpun konsentrasinya kecil, misalnya natrium dodesil benzene sulfonat dapat merusak insang ikan, biarpun hanya 5 ppm. Tanaman air juga dapat menderita jika kadar deterjen tinggi. Kemampuan fotosintetis dapat terhenti Sastrawijaya, 1991. Menurut Wardhana 1995, Bahan buangan berupa deterjen di dalam air lingkungan akan mengganggu karena alasan berikut ini : a. Deterjen yang menggunakan bahan non-fosfat akan menaikkan pH air sampai sekitar 10,5-11. b. Bahan antiseptik yang ditambahkan ke dalam deterjen juga mengganggu kehidupan mikroorganisme di dalam air bahkan dapat mematikan. c. Ada sebagian bahan deterjen yang tidak dapat dipecah didegradasi oleh mikroorganisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah tentu akan merugikan lingkungan. Permasalahan juga ditimbulkan oleh deterjen yang mengandung banyak polifosfat yang merupakan penyusun deterjen yang masuk ke badan air. Poliposfat dari deterjen ini diperkirakan memberikan kontribusi sekitar 50 dari seluruh fosfat yang terdapat diperairan. Keberadaan fosfat yang berlebihan menstimulir terjadinya eutrofikasi pengkayaan perairan Effendi, 2003. Fosfat tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan makhluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, fosfat dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara eutrofikasi yang berlebihan di badan air sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae phytoplankton yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri Admin, 2010. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terlarut dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan makhluk air dan sekitarnya. Di beberapa Negara penggunaan fosfat dalam deterjen telah dilarang. Sebagai alternatif telah dikembangkan zeolite dan citrate sebagi builder dalam deterjen Admin, 2010.

2.5. Spektrofotometer menggunakan metode MBAS Methylene Blue Anionic Surfaktan