Disleksia Dyslexia Sistem Pakar Diagnosa Disleksia Pada Anak Menggunakan Metode Naive Bayesian Berbasis Android

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2.3. Keuntungan Kelemahan Sistem Pakar

a. Keuntungan sistem pakar: 1 Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli. 2 Bisa melakukan proses secara berulang secara otomatis. 3 Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar. 4 Meningkatkan output dan produktivitas 5 Meningktkan kualitas. 6 Mampu mengambil dan melestarikan keahlian para pakar. 7 Mampu beroperasinya dalam lingkungan yang berbahaya 8 Memiliki kemampuan untuk mengakses pengetahuan 9 Memiliki reabilitas 10 Meningkatkan kapabilitas sistem komputer 11 Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan informasi yang tidak lengkap dan mengandung ketidakpastian 12 Sebagai media pelengkap dalam pelatihan. 13 Meningkatkan kapabilitas dalam penyelesaian masalah. 14 Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan. b. Kelemahan sistem pakar: 1 Biaya yang diperlukan untuk membuat dan memeliharanya sangat mahal 2 Sulit dikembangkan. Hal itu tentu saja erat kaitannya dengan ketersediaan pakar di bidangnya. 3 Sistem pakar tidak 100 bernilai pasar.

2.3. Disleksia Dyslexia

Dyslexia atau dalam bahasa Indonesia disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan atau gangguan dan kata “lexis atau lexia” yang berarti kata kata. Definisi sederhana dari disleksia adalah kesulitan dalam mengolah kata-kata. Disleksia merupakan dasar kelainan neurobiologist dan ditandai dengan kesulitan Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dalam mengenali kata dengan tepat cepat, dan akurat dalam pengejaan dan lemah dalam kemampuan mengidentifikasi simbol bahasa. Disleksia merupakan bentuk gangguan atau hambatan yang dialami oleh seseorang dalam memahami kegiatan membaca atau leksikal, masalah yang muncul dari gangguan ini adalah kesulitan dalam membaca, mengeja, menulis, mendengar dan berbicara Sheila Devaraj dan Samsilah Roslan, 2006. Seseorang anak yang mengalami gangguan disleksia, tergolong anak berkebutuhan khusus ABK yang secara langsung menghambat penderitanya untuk mencapai prestasi optimal dalam bidang akademis maupun profesional. Disleksia merupakan kondisi genetik dan dapat diturunkan dalam keluarga. Penderita disleksia bakal mengalami kesulitan linguistik sepanjang hidupnya karena memang hingga saat ini kondisi ini belum dapat disembuhkan. Anak-anak penderita disleksia jarang terdeteksi dan sering dianggap sebagai anak nakal ataupun anak yang berlebel malas dan bodoh. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan disleksia. Panji Akbarul Mukmin, 2013 Konsultan Neuropediatri dari Asosiasi Disleksia Indonesia, dr. Purboyo Solek, Sp A K mengatakan, terlambat mengenali tanda-tanda disleksia pada anak berakibat pada pelabelan yang melekat pada si anak. Berdasarkan hasil definisi yang telah dipaparkan, anak-anak yang mengalami gangguan disleksia tidak dapat dikategorikan sebagai anak keterbelakagan mental. Sebelum menandai seorang anak merupakan kelompok resiko disleksia, harus dapat dipastikan bahwa level kognisi anak tersebut berada dalam rentang normal atau diatas rata-rata Purboyo Solek dan Kristiatini Dewi, 2013 Bagi guru atau orang yang tidak mengetahui mengenai disleksia, mereka akan memberi cap kepada anak tersebut sebagai anak yang bodoh. Padahal, penyandang disleksia inteligen dalam tingkat yang normal atau bahkan di atas normal. Mereka hanya mengalami kesulitan berbahasa, baik itu menulis, mengeja, membaca, maupun menghitung. Kalau IQ anak di bawah normal maka anak tersebut bukan disleksia. Menurut dr. Purboyo, beberapa tanda bisa dikenali sebagai gejala awal disleksia pada anak diantaranya adalah: Inggried Dwi Wedhaswary, 2010 Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA a. Kesulitan membedakan sisi kanan dan kiri yang dialami saat anak berusia 3 tahun. b. Bisa juga dari cara si anak bertutur atau menceritakan pengalaman. Coba ditanya, bagaimana tadi di sekolah? Kalau jawabnya ya, pokoknya gitu deh maka orang tua perlu waspada. Ketua Harian Asosiasi Disleksia Indonesia dr. Kristiantini Dewi, SpA menambahkan beberapa gejala disleksia yang bisa dikenali pada anak sesuai tahapan usia perkembangannya. Beberapa gejala yang dimaksud adalah sebagai berikut. prasekolah: a. Kidal atau tidak terampil jika hanya menggunakan 1 tangan saja b. Bingung membedakan sisi kanan dan kiri c. Grusa-grusu atau tidak melakukan sesuatu tanpa terorganisir d. Miskin kosa kata, banyak menggunakan kata ganti ini-itu e. Kesulitan memilih kosa kata yang tepat, misalnya kolam yang tebal padahal maksudnya kolam yang dalam. Sedangkan beberapa gejala disleksia yang bisa dikenali pada anak usia antara 5-8 tahun yaitu: a. Kesulitan mempelajari huruf bentuk dan bunyinya b. Kesulitan menggabungkan huruf menjadi sebuah kata c. Kesulitan membaca d. Kesulitan memegang alat tulis. Berikut ini panduan bagi para orangtua dan guru dalam membaca perkembangan anak dan melakukan deteksi dini atas tanda-tanda disleksia: a. Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya b. Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya esai c. Huruf tertukar tukar, misal ’b’ tertukar ’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’ tertukar ’w’, dan ’s’ tertukar ’z’ Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA d. Daya ingat jangka pendek yang buruk e. Kesulitan memahami kalimat yang dibaca ataupun yang didengar. f. Tulisan tangan yang buruk. g. Mengalami kesulitan mempelajari tulisan sambung h. Ketika mendengarkan sesuatu, rentang perhatiannya pendek i. Kesulitan dalam mengingat kata-kata j. Kesulitan dalam diskriminasi visual k. Kesulitan dalam persepsi spatial l. Kesulitan mengingat nama-nama m. Kesulitanlambat mengerjakan PR n. Kesulitan memahami konsep waktu o. Kesulitan membedakan huruf vokal dengan konsonan p. Kebingungan atas konsep alfabet dan symbol q. Kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari-hari r. Kesulitan membedakan kanan-kiri s. Membaca lambat lambat dan terputus-putus serta tidak tepat misalnya: 1 Menghilangkan atau salah baca kata penghubung “di”, “ke”, “pada”. 2 Mengabaikan kata awalan pada waktu membaca ”menulis” dibaca sebagai ”tulis” 3 Tidak dapat membaca ataupun membunyikan perkataan yang tidak pernah dijumpai 4 Tertukar-tukar kata misalnya: dia-ada, sama-masa, lagu-gula, batu-buta, tanam taman, dapat-padat, mana-nama. Anak penderita disleksia memiliki kemampuan menulis yang buruk, contoh tulisan tangan seorang anak yang berusia 9 tahun ke atas mengidap disleksia dapat dilihat seperti pada Gambar 2.3 berikut. Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 2.3. Contoh Tulisan Tangan Penderita Disleksia Maheraini dan Norazlina. 2010 Meski tidak bisa diobati, gangguan ini bisa datasi dengan penanganan yang tepat. Dokter Purboyo mengatakan ada 2 jenis penanganan untuk disleksia yakni: a. Remedial berarti mengulang-ulang materi belajar sampai benar-benar paham. Kadang-kadang pengulangan dilakukan untuk mempelajari kebutuhan penyandang disleksia, terkait cara yang bersangkutan dalam memahami suatu hal. Kalau anak normal mudah memahami huruf A dari bentuknya yang demikian, penyandang disleksia belum tentu seperti itu. Cara otak memahami sesuatu bisa berbeda, misalnya A dipahami sebagai sebuah bangun dengan sudut-sudut tertentu, ungkap dr Purboyo. b. Penanganan akomodasi, yakni memenuhi kebutuhan khusus penyandang disleksia. Dokter Purboyo mencontohkan, ujian untuk penyandang disleksia bisa diberikan dengan waktu yang lebih longgar dan soalnya dicetak dengan huruf yang tidak terlalu rapat. Beberapa gejala yang diuraikan diatas merupakan point-point penting yang harus diperhatikan para oaring tua dan guru. Bantuan ahli psikologi sangat diperlukan untuk menemukan pemecahan yang tepat. Sebagai gambaran, para ahli akan membantu mereka dengan menggunakan berbagai metode berikut: a Metode multi-sensory. Dengan metode yang terintegrasi, memanfaatkan kemampuan memori visual penglihatan serta taktil sentuhan. Dalam prakteknya, mereka diminta menuliskan huruf-huruf di udara dan di lantai, membentuk huruf dengan lilin Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA plastisin, atau dengan menuliskannya besar-besar di lembaran kertas. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan dan sentuhan sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf. b Membangun rasa percaya diri. Gangguan disleksia pada anak-anak sering tidak dipahami atau diketahui lingkungannya, termasuk orang tuanya sendiri. Akibatnya, mereka cenderung dianggap bodoh dan lamban dalam belajar karena tidak bisa membaca dan menulis dengan benar seperti kebanyakan anak-anak lain dan mereka sering dilecehkan, diejek atau pun mendapatkan perlakuan negatif, sementara kesulitan itu bukan disebabkan kemalasan. Alangkah baiknya, jika orang tua dan guru peka terhadap kesulitan anak. Dari situ dapat dilakukan deteksi dini untuk mencari tahu faktor penghambat proses belajarnya. Setelah ditemukan, tentu bisa diputuskan strategi yang efektif untuk mengatasinya. c Terapi. Menurut Kevin, saat anak diketahui mengalami gangguan disleksia, patut diberikan terapi sedini mungkin, seperti terapi mengulang dengan penuh kesabaran dan ketekunan untuk membantu si anak mengatasi kesulitannya. Anak-anak yang mengalami disleksia sering merasakan tidak dapat melakukan atau menghasilkan yang terbaik seperti yang mereka inginkan. Oleh karena itu mereka tidak bisa diberikan porsi yang sama dengan anak-anak lainnya.

2.4. Metode Naïve Bayesian NB