29
kepadatan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Timur.
Mayoritas penduduk kota Medan sekarang adalah suku Jawa dan Batak, tetapi di kota ini juga banyak tinggal pula orang keturunan India dan Tionghoa. Komunitas
Tionghoa di Medan cukup besar, sekitar 25 jumlah total. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah mesjid, gereja, dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar
di seluruh kota. Daerah sekitaran jalan Zainun Arifin bahkan di kenal sebagai kampung Madras kampung India. Secara historis, pada tahun 1918 tercatat Medan
di huni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang keturunan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 berasal dari ras
Timur Lainnya.
4.1.3 Geografi Kota Medan
Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar 265,10 Km² atau 3,6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan
kotakabupaten lainya, kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak
pada 3 ᴼ 30′- 3ᴼ 43′ Lintang Utara dan 98ᴼ 44′ Bujur Timur. Untuk itu topografi kota
Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.
Secara administratif, wilayah kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan, dan
Universitas Sumatera Utara
30
Timur. Sepanjang wilayah Utara berbatasaan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli
Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam SDA, khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota
Medan di dukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing
Natal, Karo, Binjai, dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerja sama dan kemitraan yang sejajar,
saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat
Malaka, maka kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang pintu masuk kegiataan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar
negeri ekspor-impor. Posisi geografis kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutup pertumbuhan fisik, yaitu daerah terbangun
Belawan dan pusat kota Medan hari ini. Tengku Luckman, 19:2011
Universitas Sumatera Utara
31
4.2. Single Father di Kota Medan Adapun lokasi penelitian ini atau lokasi tempat tinggal ayah tunggal terletak
pada lima kecamatan di Kota Medan, yaitu:
4.2.1 Medan Area
Kecamatan Medan Area merupakan salah satu dari 21 kecamatan di kota
Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Area bersempadan dengan Medan Kota di sebelah barat, Medan Denai di timur, Medan Kota di selatan, dan
Medan Perjuangan dan Medan Tembung di utara.
4.2.2 Medan Amplas
Kecamatan Medan Amplas adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota
Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Amplas berbatasan dengan Medan Johor di sebelah barat, Kabupaten Deli Serdang di timur, Kabupaten Deli
Serdang di selatan, dan Medan Kota dan Medan Denai di utara.
4.2.3 Medan Denai
Kecamatan Medan Denai adalah salah satu dari 21
kecamatan di kota
Medan ,
Sumatera Utara ,
Indonesia . Kecamatan Medan Denai berbatasan dengan
Universitas Sumatera Utara
32
Medan Kota dan
Medan Area di sebelah barat,
Kabupaten Deli Serdang di timur,
Medan Amplas di selatan, dan
Medan Tembung di utara.
4.2.4 Medan Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota
Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Helvetia berbatasan dengan Medan Sunggal di sebelah barat, Medan Barat di timur, Medan Petisah di selatan, dan
Medan Marelan di utara.
4.2.5 Medan Marelan
Kecamatan Medan Marelan adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota
Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Marelan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, Medan Labuhan di timur, Medan Helvetia
di selatan, dan Medan Belawan di utara.
Universitas Sumatera Utara
33
4.3 Mengenal Informan Ayah Tunggal Single Father
4.3.1 Pak Budi Seorang Ayah Tunggal Karena Istrinya Meninggal Dunia. Seorang suami atau ayah yang ditinggal mati meninggal dunia oleh
istrinya akan disebut sebagai seorang duda atau single father. Seperti yang terjadi pada keluarga bapak Budi beralamat di Jalan Veteran Pasar IV
Helvetia, ia ditinggal wafat oleh istrinya yang bernama Ibu Dwi, dikarenakan istrinya mengalami kecelakaan, yaitu terpeleset atau tergelincir di kamar
mandi. Sebelum kejadian ini terjadi, istri Pak Budi memang memiliki riwayat penyakit darah rendah menyebabkan istrinya sering mengalami pusing dan
daya tahan tubuhnya lemah jika sudah terlambat untuk makan, baik itu untuk sarapan, makan siang ataupun makan malam. Setelah diberi kabar oleh
tetangganya, bahwa istrinya jatuh di kamar mandi Pak Budi sempat membawa istrinya ke Rumah Sakit Umum terdekat yaitu Martha Friska, yang mana
lokasi rumah sakit ini tidak begitu jauh dan akses yang mudah karena banyak transportasi umum untuk menuju rumah sakit tersebut. Setelah sampai di
rumah sakit tersebut istri Pak Budi langsung mendapatkan penanganan darurat dan masuk ke ruang ICU karena kondisinya yang sudah kritis, Pak Budi dan
keluarga hanya bisa berdoa dan menunggu dengan ketiga anaknya yang pertama anak laki-laki Pak Budi yang bernama Jono yang pada saat itu telah
berusia 25 tahun, anak laki-laki yang kedua bernama Mantri yang pada saat itu telah berusia 23 tahun, dan yang terakhir anak perempuan Pak Budi yang
bernama Sella masih berusia 19 tahun. Setelah menunggu dan tidak ada tanda-
Universitas Sumatera Utara
34
tanda ibu mereka akan siuman atau sadar, mereka hanya bisa pasrah dan berdoa untuk kesembuhan ibunya. Namun, sudah semalaman berlalu ibu
mereka tidak sadar juga dari masa kritisnya. Akhirnya pada malam kedua ibu mereka berada di Rumah Sakit tersebut, ia menghembuskan nafas terakhirnya
tanpa adanya pesan ataupun kata-kata terakhir yang terucap untuk suami dan anak-anaknya.
“Yang menyebabkan saya menjadi seorang ayah tunggal atau duda dikarenakan istri saya mengalami
kecelakaan yang tiba-tiba terjadi tanpa disangka dan tidak pernah terfikirkan oleh saya sama sekali. Ia
berada dirumah sendirian dan kami semua sedang beraktivitas seperti biasanya di luar, anak-anak sekolah
dan saya bekerja. Ia terjatuh di kamar mandi, memang istri saya memiiki riwayat darah rendah dan kami
masih sempat membawanya ke rumah sakit Martha Friska, dua harian juga disana dan tidak sadarkan diri
lalu sampai Allah SWT menjemputnya.”
Begitu melihat ibu mereka telah tiada, anak-anak Pak Budi merasa sangat terpukul dan tidak percaya akan meninggalnya ibu mereka dengan
waktu yang begitu singkat. Kasih sayang yang diperoleh dari seorang ayah bagi anak-anak sebenarnya tidaklah mencukupi jika dibandingkan dengan
kasih sayang dari seorang ibu, namun semua ini tetap harus dijalani. Sebagai seorang ayah tunggal single father atau duda haruslah
memiliki pekerjaan yang menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, apalagi ayah tunggal yang telah memiliki anak, selain ia harus
Universitas Sumatera Utara
35
menafkahi dirinya sendiri ia juga harus bertanggung jawab untuk menafkahi anak-anaknya yang tinggal dan melanjutkan kehidupan dengan dirinya.
Seperti pada keluarga Pak Budi, seorang ayah tunggal yang harus berjuang dan mencari nafkah untuknya dan anak-anaknya dalam melanjutkan
kehidupan ini. Pak Budi yang kesehariannya bekerja sebagai pedagang wiraswasta yang berusaha sendiri berjualan makanan ringan atau snack di
depan Sekolah Dasar SD swasta yang berlokasi di daerah Brayan.
“Saya hanyalah wiraswasta, saya membuka kios untuk berjualan jajanan anak-anak di dekat sekolah
dasar SD swasta di daerah Brayan. Ya sehari-hari saya mendapatkan uang sekitar Rp. 100.000 – Rp.
250.000hari, terkadang ya tergantung juga sama anak sekolah kalau sekolah seperti biasa penghasilan
saya dapat segitu tapi kalau musim ujian agak sepi paling hanya dapat Rp.75.000 – Rp. 100.000 saja,
karena mereka cepat pulang dan lebih banyak yang memilih pulang langsung ke rumah atau pulang ujian
langsung di jemput orang tua mereka.”
Dalam sehari Pak Budi dapat menghasilkan uang berkisar Rp.100.000 – Rp. 250.000hari jika anak sekolah belajar seperti biasa masuk di pagi hari
dan pulang di sore harinya. Namun, penghasilan yang diperoleh Pak Budi dapat menurun drastis hanya bekisar Rp. 75.000-Rp.100.000 saja perhari,
pendapatan yang menurun ini akan terjadi ketika suasana ujian telah tiba, banyak anak-anak yang jarang sekali membeli dagangannya karena selain
mereka hanya memiliki waktu yang lebih sedikit dibandingkan belajar seperti
Universitas Sumatera Utara
36
biasa juga mereka setelah pulang ujian langsung dijemput orang tuanya masing-masing yang telah menunggu mereka.
Dengan penghasilan yang tidak tetap atau konsisten tersebut tetap saya Pak Budi harus dapat bertanggung jawab atas dirinya dan anak-anaknya.
Adanya bantuan dari segi ekonomi oleh anak pertama dan kedua Pak Budi yang telah bekerja dan mendapatkan penghasilan tentunya sangat membantu
kehidupan keluarganya. Namun walaupun mendapatkan bantuan Pak Budi tidak mau tergantung ataupun hanya menunggu untuk diberikan uang setiap
bulan oleh kedua anaknya. Sebagai seorang ayah tunggal ia merasakan sangat sulit mengatur keuangan di dalam rumah tangga tanpa kehadiran seorang istri.
4.3.2 Pak Akib Seorang Ayah Tunggal Dari Dua Orang Anak Lelaki Remaja. Tidak berbeda jauh dengan yang dialami oleh keluarga Pak
Muhammad Akib yang telah ditinggal wafat oleh sang istri dan sekarang menjadi seorang ayah tunggal atau duda dengan merawat ke dua orang
anaknya, anak laki-laki pertama dari Pak Akib bernama Muhammad Agung Irvandy yang sekarang berusia 21 tahun sedang menjalani pendidikan di
bangku kuliah, dan anak kedua laki-laki Pak Akib yang paling kecil adalah Lutfi Ramadhan yang sekarang berusia 16 tahun yang sudah duduk di
bangku kelas 1 SMA. Almarhumah istri dari Pak Akib sebelumnya diketahui telah lama
mengidap penyakit darah tinggi, pada suatu pagi ketika Pak Akib seperti
Universitas Sumatera Utara
37
rutinitas hari-hari sebelumnya yaitu berangkat kerja dengan mengendarai sepeda motor dan kedua anaknya juga melakukan aktivitas sehari-hari yaitu
pergi menimbah ilmu, bedanya yang anak pertama telah diberikan izin untuk membawa kendaraan sendiri yaitu sepeda motor untuk berangkat menuju
sekolahnya SMA, dan sang adik yang masih mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar SD harus diantar oleh ayahnya Pak Akib.
Sedangkan istrinya berada di rumah dan beraktivitas seperti biasa menjalani pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga biasa. Lalu tidak tahu bagaimana istri
dari Pak Akib tiba-tiba mengalami kejang-kejang dan jatuh dari tempat tidur saat hendak membereskan kamar tidur, disaat istri Pak Akib terjatuh seketika
itu juga kepalanya terbentur ke lantai hingga ia menjadi tidak sadarkan diri lagi, dan beberapa saat adik perempuan Pak Akib atau adik ipar istri Pak
Akib mendengar suara dari kamar tidur tersebut dan langsung lari lalu menemukan kakak iparnya sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri atau
pingsan. Lalu pada saat itu juga adik Pak Akib menghubungi dan mengabari
tentang hal ini kepada abangnya yatu Pak Akib dan segera ia langsung membawanya ke Rumah Sakit terdekat yaitu Permata Bunda dengan harapan
masih sempat dapatkan pertolonga dan perawatan namun takdir mengatakan hal yang lain istri Pak Akib sudah menghembuskan nafas terakhirnya
sebelum suami dan anak-anaknya tiba di sana. Sampai sekarang anak-anak Pak Akib mengatakan bahwa sosok ibu mereka tidak akan pernah
tergantikan.
Universitas Sumatera Utara
38
”Penyebabnya dari awalnya istri saya sakit dan juga istri saya memiliki darah tinggi, pada pagi hari ketika
kami semua pergi beraktivitas, lalu istri saya membereskan kamar dan ia mengalami collapse jatuh
dari tempat tidur di kamar lalu kepalanya terbentur lantai hingga tidak sadarkan diri, dan adik saya yang
perempuan menemukannya lalu dibawa kerumah sakit dan sudah tidak tertolong lagi.” Jelas Pak Akib.
Setelah semuanya telah sampai dan hadir di RS. Permata Bunda dan melihat istri dan ibu mereka telah meninggalkan mereka semua seketika
suasana duka menyelimuti ruangan tersebut, air mata dan isak tangis tidak dapat dibendung lagi mengingat kejadian yang menimpa ibu mereka ini tidak
dapat diterima karena begitu mendadak meninggalkan mereka semua untuk selamanya.
Pengalaman yang dialami oleh keluarga Pak Muhammad Akib yang menjadi ayah tunggal yang memiliki dua orang anak laki-laki yang masih
membutuhkan dana untuk sekolah mereka, dengan bekerja sebagai karyawan swasta di PT. Siantar Top yang bertempat di Tanjung Morawa ia dapat
menghasilkan pendapatan tetap Rp.5.000.000 – Rp. 7.000.000 bulan. Dengan penghasilan tetap yang di peroleh Pak Akib sudah sangat
cukup untuk membiayai sekolah anak-anaknya dan juga memenuhi kebutuhan hidup untuk dirinya sendiri dan anak-anaknya. Pekerjaan yang digeluti sehari-
hari oleh Pak Akib menurutya tidak terlalu banyak menyita waktu untuk membaginya dengan anak-anaknya, terkadang semua itu tergantung pada
banyak atau sedikitnya perkerjaan yang ia lakukan pada satu hari.
Universitas Sumatera Utara
39
Pekerjaan yang menjadi rutinitas sehari-hari Pak Akib dimulai pada pukul 08.00 WIB dan berakhir pada pukul 17.00 WIB, namun tidak
sepenuhnya Pak Akib menghabiskan waktu hanya di tempat kerjanya, bahkan tidak jarang ia sering pulang ke rumahnya jika jam makan siang berlangsung
hanya untuk melihat keadaan rumah sembari memantau rumah juga karena ia tidak dapat sepenuhnya memberikan beban tersebut kepada anak pertama laki-
lakinya yang juga masih harus sembari berkuliah maka ia harus meminta tolong kepada adik perempuannya yang juga bertempat tinggal tidak jauh dari
rumah Pak Akib, namun ada saalah satu hal yang paling sering dilakukan Pak Akib yaitu menyuapi atau menyulangi anaknya yang paling kecil, padahal
sudah dapat makan sendiri. Namun, itulah salah satu bentuk pengaplikasian kasih sayang dari seorang Pak Akib yang mana ia harus membagi waktunya
untuk tetap dapat bekerja secara optimal juga harus terus memantau dan memberikan cukup kasih sayang kepada anak-anaknya.
“Ya seperti biasa, kalau untuk sarapan saya beli sendiri diluar sekaligus untuk anak-anak saya, dan
segala keperluan saya siapkan sendiri. Saya bekerja masuk pukul 8 pagi dan pulang pukul 5 sore. Namun
keseringan saya pulang pada jam makan siang untuk melihat kondisi rumah dan sekalian menkontrol
anak-anak sudah pada makan belum begitu.” tutur Pak Akib.
Universitas Sumatera Utara
40
4.3.3 Pak Mulyo Ayah Tunggal Dari Seorang Putera dan Puteri Remaja. Peristiwa yang dialami oleh dua keluarga di atas ternyata di alami juga
oleh keluarga Pak Mulyo yang juga telah menjadi duda atau ayah tunggal yang bertempat tinggal Jl. Menteng VII Gg. Garuda Medan Denai.
Pak Mulyo telah ditinggal wafat oleh almarhumah istrinya sejak bulan oktober pada tahun 2012 yang dapat dihitung sudah hampir 4 tahun ia dan
kedua anak-anaknya melalui rutinitas keseharian mereka tanpa sosok seorang istri dan ibu
Pak Mulyo menjadi seorang ayah tunggal atau duda dikarenakan istrinya meninggal akibat penyakit yang telah lama diderita oleh almarhumah
istri Pak Mulyo yaitu mengidap penyakit gula basah, dimana pada awal tahun 2009 penyakit yang dideritanya semakin bertambah parah dan mengharuskan
untuk rutin melakukan chek kesehatan di RSU Rumah Sakit Umum Pringadi Medan.
“Saya menjadi seorang ayah tunggal atau duda karena istri saya meninggal dunia dikarenakan sakit. Ia
menderita penyakit gula basah, semenjak awal tahun 2009 penyakitnya semakin parah dan harus rutin
melakukan chek kesehatan di Rumah Sakit Umum Pringadi. Sempat sebulan penuh ia menjalani rawat
inap di rumah sakit namun pertengahan Oktober 2012 ia tidak kuat lagi untuk melawan penyakitnya.” Jelas
Pak Mulyo.
Universitas Sumatera Utara
41
Pihak keluarga selalu berdoa dan menginginkan istri Pak Mulyo dapat sembuh dan sehat kembali dari penyakit yang dideritanya namun Allah
berkata lain, sudah sebulan penuh ia menjalani rawat inap opname di rumah sakit tersebut, namun pada bulan Oktober 2012 istri Pak Mulyo sudah tidak
dapat bernafas lagi dan telah tiada, kepedihan mendalam pada saat itu tidak dapat disembunyikan lagi, pecah tangis yang kian bersuara mengisi kamar
rumah sakit yang merawat almarhumah istri Pak Mulyo. Kini hanya Pak Mulyo dan kedua anaknya yang paling besar adalah anak laki-laki bernama
Angga yang pada saat ditinggal ibunya berusia 16 tahun 2012 dan anak perempuan bernama Putri yang paling kecil berusia 12 tahun 2012. Pak
Mulyo sempat tidak tahu lagi bagaimana harus mengurus anak-anaknya yang masih kecil namun lambat laun semuanya jadi mulai terbiasa walaupun pada
awalnya masih sering membutuhkan bantuan dari saudara ataupun orang lain pembantu yang dibayar harian
Pak Mulyo yang saat ini sudah berjalan menuju 4 tahun menjalani kehidupan sebagai seorang ayah tunggal atau duda yang masih terus berusaha
untuk tetap melangsungkan kehidupan untuk dirinya dan dua orang anak- anaknya, tanpa bantuan seorang pendamping atau istri dan seorang ibu untuk
anak-anaknya. “Sebelum saya menjadi seorang single parent atau
duda yang mencari nafkah saya dan istri hanya seorang ibu rumah tangga. Dan sampai sekarang saya
tetap menjadi tulang punggung keluarga untuk
Universitas Sumatera Utara
42
menghidupi dan menyekolahkan anak-anak saya.” Jelas Pak Mulyo.
Pak Mulyo bekerja sebagai salah satu karyawan di sebuah Perusahaan Asuransi khususnya dibagian marketing untuk merekrut calon nasabah baru
yang akan masuk dan bergabung untuk membuat program asuransinya. Dengan mata pencaharian tersebut Pak Mulyo mendapatkan
penghasilan Rp. 2.000.000 per bulan. Dimana penghasilan tersebut menurutnya belum memadai atau mencukupi untuk kebutuhan dirinya dan
kedua orang anaknya yang masih membutuhkan biaya untuk melanjutkan pendidikannya, apalagi tidak adanya seorang istri yang seharusnya mengelola
pendapatan, pemasukkan dan pengeluaran per bulannya. Namun, tidak jarang pula Pak Mulyo mendapatkan dana insentif atau tambahan dari hasil membuat
orang join atau bergabung ke perusahaan asuransi tempat ia bekerja.
“Pekerjan saya sudah memiliki jadwal tetap atau rutinitas sehari-hari. Dalam seminggu, Senin sampai
jum’at saya masuk kantor pukul 08.30 WIB dan pulang kantor pukul 17.00 WIB. Pada hari Sabtu saya
hanya sampai setengah hari saja, dan pulang kembali berkumpul bersama anak-anak saya.” Jelas Pak
Mulyo.
Pak Mulyo melakukan rutinitas pekerjaannya pada hari Senin-Jumat saja,yang mana ia harus masuk pada pukul 08.30 WIB – 17.00 WIB,
Universitas Sumatera Utara
43
sedangkan di hari Sabtu Pak Mulyo hanya bekerja sampai setengah hari saja yaitu sampai pukul 12.00 WIB, dan pada hari Minggu ataupun hari-hari besar
Nasional ia mendapatkan hari libur seperti karyawan pada umumnya. Di waktu ia tidak bekerja inilah ia memanfaatkan waktu untuk menghabiskan
waktu tetap menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anaknya juga keluarga atau sanak saudara yang lainnya.
4.3.4 Pak Slamet Ayah Tunggal Karena Perceraian Dengan Alasan Ekonomi. Perceraian adalah sebuah hal yang sangat dihindari dan tidak
diinginkan oleh setiap pasangan, namun adakalanya perceraian atau perpisahan dalam hubungan pernikahan dapat terjadi, seperti yang dialami
oleh Pak Slamet yang beralamat di Marelan Pasar V Terjun. Ia mengakhiri pernikahannya dengan perpisahan atau perceraian yang juga disetujui oleh ke
dua pihak yaitu istri dan suami dirinya, bukan keputusan dari salah satu pihak, keluarga yang telah dikaruniai 4 orang anak ini yang dapat dibilang
sudah memasuki masa usia dewasa, anak pertama Pak Slamet ialah bernama Suci Rahmadani seorang anak perempuan yang usianya sudah 28 tahun, lalu
yang kedua anak Pak Slamet yaitu Bagus Prasetyo yang telah berumur 25 tahun, selanjutnya anak ketiga dari Pak Slamet yaitu Putra Rizkiansyah yang
telah berumur 15 tahun dan masih melanjutkan pedidikannya di bangku SMP Sekolah Menengah Pertama dan yang paling kecil anak perempuan Pak
Universitas Sumatera Utara
44
Slamet masih duduk di bangku SD Sekolah Dasar yang telah berusia 11 tahun.
Perpisahan ataupun perceraian yang terjadi ini sudah setahun belakangan ini sudah sering sekali akan terjadi tapi karena mengingat anak-
anak maka mereka selalu mengurungkan niat itu, rumah tangga yang sudah tidak harmonis ini sebelumnya pun sudah kerap kali mengalami konflik
rumah tangga antara lain sering bertengkar mulut atau cekcok bahkan sudah tidak lagi saling memahami satu dengan yang lainnya, Pak Slamet
beranggapan bahwa pemicu konflik tersebut ialah dikarenakan istrinya mulai bekerja di pabrik dan pendapatan yang didapat lebih besar dari pada dirinya,
sehingga menurutnya sudah tidak ada waktu lagi untuk berada di rumah dan predikat sebagai ibu rumah tangga pun sudah tidak lagi dilakukannya.
“Ya yang menyebabkan saya menjadi ayah tunggal atau duda ya karena saya dan mantan istri saya
memilih untuk berpisah atau bercerai sudah menjadi keputusan bersama. Karena menurut saya sudah tidak
ada lagi keinginan untuk saling bersama dan menhargai saya selaku seorang suami, semenjak istri
saya bekerja di pabrik semua menjadi berubah dari sisi tingkah lakunya dan tanggung jawabnya sebagai
seorang istri dan ibu dari anak-anak kami.”
Maka pada pertengahan Januari 2016 Pak Slamet dengan istrinya pun telah resmi bercerai dan menjalani kehidupan masing-masing yang telah
disepakati bersama.
Universitas Sumatera Utara
45
Pak Slamet yang telah menjadi single father atau duda sejak awal pertengahan Januari 2016, yang jika dihitung sudah 7 bulan dan apabila
dibandingkan dengan yang dijalani 3 single father atau duda yang lain yang tentunya sudah lebih lama menjalani kehidupan sendiri dengan anak-anaknya
karena telah ditinggal oleh istri mereka. Pak Slamet memiliki mata pencaharian sebagai buruh pabrik di
sebuah pabrik yang bergerak dalam memproduksi tali yang tepatnya berada di daerah KIM Kawasan Industri Medan. Dengan bekerja sebagai buruh Pak
Slamet memiliki penghasilan Rp. 2.000.000 per bulan dan jika ada waktu lembur dalam seminggu ia mendapatkan Rp. 2.500.000 per bulannya.
“ Setelah saya berpisah dengan mantan istri saya, ya saya sendiri yang mencari nafkah ntuk diri saya dan
saya juga masih bertanggung jawab untuk menafkahi kebutuhan hidup anak-anak saya, kecuali yang nomer
satu dan dua mereka sudah menikah, kalau untuk istri saya dia bekerja sendiri punya pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.”
Menurutnya dengan penghasilan yang di dapatkannya per bulan tersebut ia masih bisa bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan anak-
anaknya, memang Pak Slamet memiliki 4 orang anak namun 2 orang sudah berkeluarga yaitu Suci dan Putra sudah tidak lagi tinggal serumah dengan Pak
Slamet jadi hanya tinggal 2 orang anak lagi yang dia biayai yaitu anak ketiga yang bernama Bagus yang memang masih tinggal bersama Pak Slamet,
sedangkan anak terakhir yang perempuan bernama Rika masih tinggal
Universitas Sumatera Utara
46
bersama ibunya namun Pak Slamet masih sering memberikan kebutuhan sekolahnya juga uang jajannya setiap bulan melalui anak ketiganya yang
terkadang sekaligus berkunjung ke rumah neneknya yang juga menjadi rumah ibu dan adiknya.
4.3.5 Pak Samsudin Ayah Tunggal Karena Perceraian yang Isterinya Bekerja sebagai TKW.
Begitu pula dengan keluarga yang telah bercerai pada bulan 10 Oktober 2015 ini, Pak Samsudin namanya yang beralamat di
Jl.Sisingamangaraja Medan Amplas ini yang telah ditinggal istrinya atau sekarang lebih tepatnya disebut mantan istri dikarenkan bekerja di luar negri
dan menjadi seorang TKW Tenaga Kerja Wanita sejak tahun 2014 bulan Januari. Mereka sudah memiliki dua orang anak dari hasil pernikahan yang
pertama anak perempuan Pak Samsudin yang telah berusia 20 tahun yang sudah lulus dari SMA Sekolah Menengah Akhir dan belum melanjutkan ke
jenjang perguruan tinggi kuliah dikarenakan faktor biaya yang belum memadai dan yang terakhir atau kedua adalah anak laki-laki Pak Slamet yaitu
Fikri yang masih berusia 14 tahun dan masih melanjutkan pendidikannya di bangku SMP Sekolah Menengah Pertama yang ikut merasakan dampak dari
perpisahan dengan ibunya dan juga dampak dari perpisahan yang kandas ditengah jalan karena bercerai.
Universitas Sumatera Utara
47
Lagi-lagi faktor ekonomi adalah salah satu alasan penyebab perceraian ini terjadi yang mana seorang istri juga harus ikut andil bekerja
atau mencari tambahan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga biaya atau keperluan anak-anaknya, maka dengan berharap bisa mendapatkan
uang yang cukup dengan gaji yang nominalnya diatas rata-rata PRT Pembantu Rumah Tangga di Indonesia, ia istri Pak Samsudin harus pergi
dan menjadi TKW di negeri orang yaitu Malaysia. Awalnya tidak ada perselisihan ataupun pertengkaran yang terjadi di
dalam keluarga Pak Samsudin, semuanya masih berjalan seperti biasanya yang hanya saja figur atau sosok seorang ibuistri sudah tidak lagi terasa
berada di dalam rumah. Namun setelah setahun telah berlalu dan semuanya menjadi berantakan dikarenakan Pak Samsudin menginginkan istrinya
pulang kembali ke Indonesia dan berhenti menjadi TKW mendapat penolakkan dari sang istri yang mengatakan bahwa kontrak bekerjanya akan
diperpanjang dengan kenaikan gaji yang lumayan signifikan, Pak Samsudin tidak bisa mentoleransi lagi jika istrinya akan bekerja lebih lama lagi di
Malaysia sebagai TKW. “Ya saya menjadi ayah tunggal atau duda disebabkan
karena ya saya memilih hidup terpisah dengan istri saya yang sudah bercerai dengan saya karena ia telah
memilih untuk meneruskan hidupnya dengan bekerja sebagai PRT Pembantu Rumah Tangga di luar negeri
Malaysia yang seperti kita ketahui sebagai TKW Tenaga Kerja Wanita. Memang sudah dari tahun
2012 mantan istri saya bekerja di sana Malaysia namun puncaknya pada tahun 2015 kami mengalami
Universitas Sumatera Utara
48
pertengkaran hebat sehingga kami lebih memilih jalan masing-masing.”
Selanjutnya hari-hari berlalu dengan rasa hampa dan tidak ada lagi rasa ingin melanjutkan kehidupan rumah tangga yang seharusnya ia lalui
dengan istrinya kini hanya menjalani kehidupannya dengan kedua anaknya saja. Kesulitan yang dialami tanpa kehadiran sosok seorang istri merupakan
konsekuensi yang harus dirasakan dan dilalui disetiap harinya. Pak Samsudin yang telah menjadi single father atau seorang duda
selama lebih kurang 8 bulan, yang belum terlalu lama jika dibandingkan pengalaman 3 orang single father lainnya.
“ Saya hanya bekerja sebagai tukang ojek saja, semenjak tahun lalu saya sudah tidak bekerja sebagai
buruh bangunan lagi karena saya sudah tidak sanggup lagi dengan beban pekerjaan bangunan yang begitu
berat.”
Pak Samsudin bermata pencaharian sebagai seorang tukang ojek pangkalan yang penghasilannya juga tidak tetap dan tergantung banyak
tidaknya sewa atau orang yang menggunakan jasa ojek Pak Samsudin. Dengan mata pencaharian sebagai tukang ojek Pak Samsudin memperoleh
penghasilan Rp. 50.000 – Rp. 100.000 per hari jika ia mulai bekerja dari pukul 08.00 pagi sampai pukul 12.00 siang lalu dilanjutkan lagi pukul 16.00
sore samapai 21.00 malam dapat dikatakan Pak Samsudin dalam sehari menggunakan dua shift. Sedangkan jika Pak Samsudin hanya bekerja satu
Universitas Sumatera Utara
49
shift dari pagi sampai siang atau dari sore sampai malam saja ia hanya mendapatkan penghasilan Rp. 20.000 – Rp. 50.000 per harinya. Pak Samsudin
lebih bersyukur apabila di hari biasa atau hari sekolah karena banyak anak sekolah yang menggunakan jasa ojeknya. Namun jika hari libur hanya sedikit
orang yang melakukan aktivitas sehari-hari dan jarang sekali ada penumpang, kecuali kalau di malam hari saja terkadang masih ada penumpang yang baru
pulang dan menggunakan jasa ojek Pak Samsudin. Namun menurut penuturan diatas Pak Samsudin sebelum ia bekerja
sebagai seorang tukang ojek, ia bekerja sebagai buruh bangunan yang gajinya atau penghasilannya lebih relatif banyak dibandingkan sebagai tukang ojek.
Hanya saja Pak Samsudin merasa sudah tidak sanggup lagi untuk bekerja sebagai buruh bangunan yang pekerjaannya memiliki beban yang lebih berat
dibandingkan sebagai tukang ojek. Dengan pendapaatan yang dapat dikatakan dibawah rata-rata untuk
memenuhi kebutuhan dirinya dan anak-anaknya Pak Samsudin tetap bertanggung jawab untuk tetap memiliki penghasilan walaupun sering mantan
istri Pak Samsudin yang menjadi TKW di Malaysia sering mengirim uang atau biaya untuk ke dua anaknya.
Universitas Sumatera Utara
50
Tabel 2 Data Tentang Lima Ayah Tunggal di Kota Medan No
Nama Ayah Tunggal
disebabkan oleh Anak usia sekarang
Lama menjadi ayah tunggal
Pekerjaan Pendapatanbulan
1
Pak Budi Kematian istri
Jono 26 thn anak lelaki pertama dan telah bekerja.
Mantri 24 thn anak kedua dan juga sudah bekerja.
Sella 20 thn anak pr terakhir dan masih berkuliah.
2laki-laki dan 1perempuan.
1 tahun 6 bulan Wiraswasta
berjualan dan membuka kios di
depan SD swasta. Rp.2juta-Rp.3juta
bulan
2
Pak Akib Kematian istri
Agung 21 thn anak lelaki pertama dan baru saja lulus D3 di
Perguruan Tinggi. Lutfi 16 thn anak lelaki kedua dan
masih duduk di kelas 1 SMA. 2laki-laki.
5 tahun 5 bulan Karyawan Swasta
di PT.Siantar TOP
Rp.5juta-Rp.7juta
Bulan
3 Pak Mulyo
Kematian istri Angga 20 thn anak lelaki pertama
dan masih melanjutkan kuliahnya. Putri 16 thn anak pr terakhir dan
masih duduk dibangku SMP. 1laki-laki dan 1perempuan.
4 tahun Karyawan
Asuransi dibagian Marketing
Pemasaran Rp. 2juta-Rp.3juta
bulan
Universitas Sumatera Utara
51
4
Pak Slamet Perceraian, karena
masalah ekonomi Suci 28 thn anak pertama pr dan
sudah menikah. Putra 25 thn anak kedua lelaki
sudah bekerja dan telah menikah. Bagus 15 thn anak ketiga lelaki
masih bersekolah di bangku SMP. Rika 11 thn anak keempat pr dan
masih duduk di bangku SD. 2orang laki-laki dan 2 orang
perempuan.
7 bulan Buruh pabrik di
pabrik tali KIM Rp.2juta -
Rp.2,5jutabulan.
5
Pak Samsudin Perceraian, karena
istri bekerja sebagai TKW.
Dila 20 thn anak pr pertama dan sudah lulus SMA namun belum
bekerja atau melanjutkan ke Universitas.
Fikri 14 thn anak kedua lelaki dan masih bersekolah di SMP.
1perempuan dan 1laki-laki.
8 bulan Tukang ojek
pangkalan Rp.1juta-Rp.2juta
bulan.
Sumber: Hasil Wawancara Peneliti
Universitas Sumatera Utara
52
Keterangan dari tabel 2 yaitu masing-masing ayah tunggal memiliki latarbelakang masalah yang berbeda, penyebab, jumlah tanggungan anak, dan
pekerjaan serta pendapatan yang juga sudah pasti berbeda pula. Dengan lamanya jarak waktu, untuk menjalani hidup sebagai ayah tunggal dengan
tinggal bersama anak-anak justru lebih dapat menangani masalah-masalah dan kesulitan yang terjadi di dalam maupun di luar rumah, begitu pula kaitannya
dengan jumlah anak yang ditanggung dan usia anak dari ayah tunggal.
4.4 Sistem Pembagian Kerja di rumah pada Anak dibedakan atau tidak antara anak perempuan dan laki-laki.
Sebagai Ayah tunggal atau duda yang sudah memiliki tanggung jawab akan anak-anaknya yang tinggal bersama dengannya dan kewajiban untuk mencari
nafkah atau bekerja, pastilah tidak mudah untuk membagi waktu untuk di antara keduanya, yaitu bekerja di luar rumah publik dan mengurus anak-anaknya juga
membereskan rumah domestik, maka disini akan dipaparkan bagaimana seorang ayah tunggal dan anak-anaknya bekerjasama khusus dalam hal pekerjaan rumah
tangga dimana yang biasanya hal tersebut dikerjakan atau dilakukan oleh seorang ibu atau istri saja dan sekarang harus dilakukan dengan adanya kerjasama antara
seorang ayah dan anak-anaknya.
Universitas Sumatera Utara
53
4.4.1 Pak Budi dengan Tiga Orang Anak.
Pak Budi yang memiliki tiga orang anak yang mana terdiri atas 2 laki-laki dan 1 perempuan yang pada saat ditinggal sang ibu mereka juga sudah pada besar
dan dapat mengurus diri masing-masing.
“Sistemnya gimana ya saya bilang kalau untuk membereskan rumah ya paling anak saya yang
perempuan pas pulang kuliah dia tapi kalau untuk mencuci baju gitu kadang-kadang nyuci sendiri
terkadang juga minta panggilkan orang untuk nyuci harian.”
Dalam hal urusan membereskan rumah menurut Pak Budi anak-anaknya sudah mengerti porsi atau bagian masing-masing, karena selain sudah pada besar
juga sudah jarang sekali anak-anak ada di rumah apalagi anak laki-lakinya yang sudah bekerja. Masalah urusan rumah seperti menyapu atau hanya beres-beres
sudah dilakukan oleh anak perempuan Pak Budi, sedangkan mencuci baju mereka terkadang mencuci sendiri ataupun melaundry.
“Egga ada pembagian-pembagian kayak gitu memang tapi kalau ada yang perlu dibereskan ya
mereka sudah pada ngerti, paling saya sampai rumah ya saya beresin barang-barang saya sendiri. Jarang
juga rumah beserak karena juga ga ada anak-anak kecil lagi kan.” Jelas Pak Budi
Universitas Sumatera Utara
54
Menurut Pak Budi tidak harus ada pembagian peran ataupun perbedaan untuk urusan rumah semuanya sama saja kecuali memasak Pak
Budi sudah ambil langkah yaitu menggunakan jasa kettringan atau rantangan. Karena memang tidak ada yang sempat juga tidak terlalu pandai dalam hal
memasak. Memang di dalam rumah tidak dituntut untuk membeda-bedakan jenis
pekerjaan mau anak laki-laki atau perempuan ya sama saja selagi bisa dikerjakan, tetapi jika ada hal yang agak sulit dilakukan oleh anak perempuan
Pak Budi ia dapat meminta tolong kepada abang-abangnya juga, ya intinya saling tolong menolong sajalah sama-sama mengerti.
“Tidak ada alasan saya kan ga membedakan saya serahkan sama mereka saja itu kan sudah pada besar
asalkan jangan berantam saja.” Jelas Pak Budi.
Dari anak Pak Budi pun tidak ada merasa keberatan atau menganggap beban mengerjakan pekerjaan rumah, karena memang rumah yang
ditinggalkan juga tidak terlalu berantakan dan jarang juga anak-anak Pak Budi berada di rumah karena masing-masing sibuk dengan urusannya.
“ Ayah saya tidak membagi-bagi pekerjaan dan adik- adik saya juga tidak begitu repot dalam mengurus
rumah. Karena jarang juga ada orang di rumah.” Tutur Jono sebagai anak pertama Pak Budi.
Universitas Sumatera Utara
55
4.4.2 Pak Akib dengan Dua orang anak lelakinya.
Selanjutnya akan membahas ada tidaknya masalah pembagian kerja di keluarga Pak Akib. Pada keluarga Pak Akib anak pertamanya yang
bertanggung jawab untuk mengurus pekerjaan rumah yang ringan saja, seperti menyapu, membersihkan rumah dan mengontrol adik laki-lakinya setelah
pulang sekolah, sedangkan untuk pekerjaan rumah yang lumayan berat seperti mencuci dan menyetrika pakaian Pak Akib menggunakan jasa orang lain, dan
untuk makan pagi biasanya Pak Akib lebih sering membeli sarapan di warung-warung terdekat untuk dirinya sekaligus untuk anak-anaknya.
“Kalau pagi hari anak saya yang pertama kuliah dan anak kedua saya pergi sekolah jadi adik saya yang
membereskan rumah, kalau siang yang anak kedua saya pulang sekolah dan anak pertama saya juga
sudah pulang kuliah maka mereka yg mengurus rumah. Anak saya yang pertama yang mengontrol
adiknya, yang nyuruh makan adiknya, sorenya saat saya pulang dari aktivitas saya yang mengontrol anak
saya untuk belajar.” Jelas Pak Akib.
Pak Akib memiliki dua orang anak laki-laki, yang mana anak pertama lebih bertanggung jawab dan ikut membantu ayahnya mengurus rumah dan
mengawasi adik laki-lakinya, dan ia menganggap itu adalah sebuah hobinya dan bukan karena terpaksa. Agung sebagai anak pertama Pak Akib
beranggapan bahwa sudah seharusnya anak tertua ikut membantu ayahnya yang berperan sebagai orang tua tunggal. Di dalam keluarga Pak Akib tidak
Universitas Sumatera Utara
56
ada menerapkan pembedaan pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki dikarenakan anak Pak Akib keduanya adalah laki-laki.
4.4.3 Pak Mulyo dengan Dua Orang Anaknya. Selanjutnya akan dideskrikpsikan tentang pembedaan pembagian kerja
di keluarga Pak Mulyo. Pak Mulyo memiliki seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan, yang mana Pak Mulyo tidak mengharuskan mereka
untuk melakukan pekerjaan rumah jika mereka tidak sempat, namun Pak Mulyo menerapkan sistem tanggung jawab untuk masing-masing pekerjaan
pribadi atau urusan pribadi mereka yaitu misalnya membersihkan kamar sendiri.
“Oh pembagian kerja sih ada tapi ya saya tidak memaksakan apabila mereka tidak sempat tetapi
setidaknya mereka memiliki tanggungjawab atas masing-masing pekerjaan pribadi mereka seperti
kebersihan kamar mereka.” Jelas Pak Mulyo.
Pak Mulyo menerapkan sistem pembagian kerja seperti si abang anak pertama membersihkan rumah atau pekerjaan yang agak rumit seperti
mencuci pakaian ke mesin cuci dan menyetrika. Sedangkan si adek anak perempuan tidak terlalu dipaksa karena ia belum bisa menerima beban
tanggung jawab sepenuhnya, terkadang mau membantu terkadang tidak.
Universitas Sumatera Utara
57
selebihnya Pak Mulyo ikut turun tangan membantu jika ada waktu, kalau tidak sempat maka ia akan meminta bantuan dari orang lain.
“Sistemnya ya gitu kadang si abang beresi rumah atau hal yang agak rumit lah seperti mencuci
baju ke mesin atau menyetrika. Si adek paling sapu- sapu rumah ya selebihnya saya juga ikut turun tangan
atau kadang panggil orang juga untuk bantuin.” Kata Pak Mulyo.
Menurut tanggapan anak pertama Pak Mulyo yaitu Angga tentang adanya pembagian kerja di dalam rumah, yang telah diterapkan ayahnya tidak
merupakan suatu beban, karena menurutnya ia bisa sekaligus belajar dari sekarang untuk membiasakan diri melakukan pekerjaan rumah dan membantu
ayah juga adiknya. Angga dan Ayahnya tidak setuju tentang adanya pembedaan pembagian pekerjaan antara anak laki-laki dan perempuan, karena
menurut Angga jika pekerjaan dilakukan bersama maka akan terasa lebih ringan dan pastinya lebih cepat selesai, tidak menanggung sendiri, walaupun
awalnya Angga merasa sulit untuk melakukannya tapi lama kelamaan ia terbiasa.
“Tidak, saya juga bisa melakukannya ya awalnya susah tapi lama-lama jadi biasa dan mudah.” Jawab
Angga dengan singkat.
Universitas Sumatera Utara
58
4.4.4 Pak Samsudin dengan Dua Orang Anaknya.
Selanjutnya akan membahas ada tidaknya pembedaan pembagian kerja antara anak laki-laki dan perempuan pada keluarga Pak Samsudin. Di dalam
keluarga Pak Samsudin yang memiliki sepasang anak yaitu perempuan dan laki-laki. Dila yang saat ini berumur 20 tahun dan Fikri yang berumur 14
tahun telah menjalani kehidupan bersama ayahnya, tanpa didampingi oleh ibu mereka yang bekerja sebagai TKW dan memutuskan untuk berpisah dengan
Pak Samsudin. Di dalam keluarga Pak Samsudin pembagian kerja atau tanggung
jawab atas pekerjaan rumah seluruhnya dilakukan oleh Dila anak pertama Pak Samsudin yang pada dasarnya ia sudah tamat sekolah SMA dan ia
belum ada keinginan melanjutkan ke jenjang universitas atau memutuskan untuk kerja. Pekerjaan rumah ini diberikan kepada Dila karena Pak Samsudin
sendiri tidak terbiasa membersihkan menyapu, mencuci, dan menata rumah seperti yang dilakukan Dila. Sedangkan adiknya yang bernama Fikri tidak
dapat diharapkan bantuannya karena ia lebih sering bermain, jarang berada di rumah dan tidak mau membantu kakaknya.
“ Pembagian kerja untuk urusan rumah sih saya serahkan sama anak saya paling besar itu aja, kalau
adiknya disuruh kerja rumah mana mau bantu dia taunya main saja. Saya juga tidak begitu bisa beres-
beres rumah paling saya antar si kakak Dila pergi ke pajak sini abis itu ya ngojek lagi.” Jelas Pak
Samsudin.
Universitas Sumatera Utara
59
Jadi di keluarga Pak Samsudin yang menjadi tumpuan mengelola pekerjaan rumah atau yang bertanggung jawab sepenuhnya adalah Dila.
4.4.5 Pak Slamet dengan Empat Orang Anaknya. Dan yang terakhir akan dibahas mengenai keluarga Pak Slamet yang
memiliki 4 orang anak, dua orang sudah menikah dan tidak tinggal bersama Pak Slamet lagi dan dua orang lagi masih dalam pengawasan dan tanggung
jawab Pak Slamet karena masih berada di bangku sekolah. Anak ketiga Pak Slamet Bagus lebih memilih tinggal bersama
ayahnya sedangkan adiknya Rika masih tinggal bersama ibunya yang juga bertempat tinggal dirumah nenek mereka orangtua dari ibunya.
“Ya ga ada, paling cuma saya dan si Bagus aja di rumah, paling bagi kerjaan sama dia ajalah.” Singkat
Pak Slamet.
Menurut Bagus, pembagian kerja yang diterapkan oleh ayahnya terkadang merupakan suatu kesulitan baginya karena ia menganggap itu
adalah pekerjaan perempuan salah satunya mencuci pakaian, tapi karena Bagus takut jika ayahnya marah maka ia melakukannya walaupun
semampunya saja.
Universitas Sumatera Utara
60
“Iya kadang-kadang aku disuruh nyapu rumah sama nyuci baju malas kali rasanya ga pande aku trus pun
itu kerjaan perempuan, tapi karena takut aku kenak marah sama bapakku yaudah ku kerjakan kak tapi ga
bersih kali mungkin.” Kata Bagus.
Tidak ada pembagian kerja yang terlalu signifikan jadwal pasti pada keluarga Pak Slamet yang hanya tinggal dengan satu anak lelakinya. Ketika
Pak Slamet mendapat shift pagi dan Bagus pergi sekolah maka rumah ditinggalkan dalam keadaan belum dibersihkan, pada siang harinya setelah
Bagus pulang sekolah biasanya Bagus hanya dapat mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan seperti hanya menyapu dan merapikan rumah saja,
sedangkan untuk mencuci baju akan dilakukan Pak Slamet ketika sudah pulang kerja. Sedangkan untuk pekerjaan lainnya seperti memasak biasanya
Pak Slamet lebih sering membeli diluar saat mendapat shift pagi, dan ketika ia mendapatkan shift sore Pak Slamet hanya dapat memasak masakan yang
terlalu menyita waktu seperti menggoreng telur ataupun merebus sayur. “Tergantung kalau dapat shift pagi saya beli aja
sarapan dekat tempat kerja sana sudah ada langganan kalau anak saya mau pigi sekolah ya sekalian saya
belikan juga memang baru dia berangkat sekolah. Kalau saya masuk shift sore atau malam ya lebih
enak lagi masih ada waktu nyantai di pagi hari masak sendiri saya paling goreng telur saja.” Jelas Pak
Slamet.
Berdasarkan penjelasan dari anak Pak Slamet si Bagus beranggapan bahwa jenis pekerjaan rumah hanya dapat dilakukan oleh perempuan saja
Universitas Sumatera Utara
61
karena jika perempuan yang membersihkan rumah seperti kakak dan ibunya maka kondisi rumah lebih bersih dan rapi dari pada ketika ayahnya yang
mengurus rumah.
“ Iyalah kak kan kalau kakak ku yang ngerjain atau mamak ku yang beresin pas dia kak rapi gitu dari
pada bapak ku sendiri kayak sekarang di rumah jarang bersih kayak kakak sama mamak ku yang di
rumah.” Kritik Bagus.
Universitas Sumatera Utara
62
Tabel 3 Data Penerapan Pembagian Kerja oleh Ayah Tunggal dengan Anaknya. No
Nama Adatidak pembagian
kerja di dalam rumah Sistem pembagian kerja
dibedakan secara seksualtidak
Adatidak terjadi kesulitan Alasan adanya pembedaanprlk
dalam pembagian kerja
1 Pak Budi
Tidak ada, karena anak- anak sudah pada besar.
Tidak, namun lebih sering anak pr saya yang
membereskan rumah. Tidak ada kesulitan, hanya
sulit berkomunikasi karena kesibukan.
Tidak ada alasan apapun,hanya terkadang bila si adek lelah maka
abangnya juga ikut membantu.
2 Pak Akib
Ada,pembagian kerja
dipercayakan kepada anak lelaki pertama.
Tidak, karena dua- duanya anak lelaki.
Tidak ada kesulitan, karena yang paling besar sudah
mengerti akan peran dan tanggungjawabnya hanya
terkadang perlu juga bantuan orang lain.
Tidak ada alasan.
3 Pak Mulyo
Ada, hanya saja tidak terlalu diterapkan.
Tidak ada pembedaan karena si adek juga
belum mau sepenuhnya menanggung jawabi
tugasnya. Tidak ada, karena abangnya
juga sudah besar. Hanya adeknya saja yang agak
sulit diatur. Tidak ada alasan, karena siapa pun
bisa melakukan tugas rumah, apabila tidak sempat bisa meminta
bantuan.
4 Pak Slamet
Tidak ada, hanya tinggal dengan putra nya.
Tidak ada hanya terkadang anak lelakinya
diminta tolong untuk membantunya.
Tidak ada, hanya terkadang ada merasa lelah karena
semua sebagian besar dikerjakan sendiri.
Tidak ada yang harus dibagi, hanya Pak Slamet dan anak
lelakinya yang tinggal bersama.
5 Pak Samsudin
Ada, diserahkan kepada anak perempuan yang
paling besar. Harus dibedakan, karena
jenis pekerjaan untuk pr dan laki harus dibedakan
dalamluar rumah. Tidak ada, selama anak
perempuannya masih mau mengurus rumah.
Iya harus dibedakan, krna laki tidak pantas mengerjakan tugas
rumah sperti mencuci atau masak.
Sumber: Hasil wawancara peneliti.
Universitas Sumatera Utara
63
Keterangan tabel 3 yaitu pada masing-masing keluarga 5keluarga ayah tunggal, ada yang telah menerapkan sistem pembagian kerja di dalam
rumah yang dibagi dengan anak-anaknya dan ada pula yang tidak menerapkan sistem tersebut, yang pada akhirnya hanya ditanggung jawabi oleh seorang
anak dan biasanya anak pertama lah yang menanggungnya. Karena ada beberapa ayah tunggal yang merasa bahwa pekerjaan rumah hanya dapat
dilakukan oleh anak perempuan saja, dan ada pula yang berpendapat semua bisa melakuannya apalagi ada kerja sama.
4.5 Situasi Dan Kondisi Yang Dialami Single Father Dalam Membagi Pekerjaan Rumah dengan Anak.
Dalam sub bab ini akan membahas tentang situasi dan kondisi yang di alami oleh seorang ayah tunggal dalam membagi pekerjaan rumah dengan
anaknya, dimana setiap keluarga memiliki cara ataupun situasi yang berbeda- beda.
Pada keluarga Pak Budi, situasi dan kondisi dalam membagi pekerjaan dengan tiga orang anaknya tidak terlalu menyulitkannya selain dikarenakan
anaknya sudah pada dewasa, 2 orang sudah bekerja dan 1 orang lagi masih kuliah.
Universitas Sumatera Utara
64
“ Alhamdulillah anak-anak juga sudah pada bias mandiri kalau bisa dibilang tinggal si adek yang
kuliah ini saja yang menjadi tanggungan saya, ga ada sih kalo mengalami kendala paling kadang ada
kebutuhan ekonomi saja, pas pulak saya juga belum punya uang kalau ada keperluan di kampusnya. ”
jelas Pak Budi.
Pak Budi merasa dalam hal menerapkan sistem pembagian kerja dirumah dengan anaknya tidak terlalu mengalami kesulitan karena
mempunyai kesadaran masing -masing hanya saja Pak Budi merasa sulit berkomunikasi atau jarang bertatap muka disebabkan mereka memiliki
kesibukan masing-masing kecuali dihari libur. “ Tidak ada kesulitan kalau untuk membagi pekerjaan
rumah, hanya sulit berkomunikasi saja karena kesibukkan masing-masing.” Kata Pak Budi.
Menurut anak pertama Pak Budi yaitu Jono, interaksi dan komunikasi yang terjalin antara ia dan adik-adiknya tetap berjalan dengan baik, walaupun
pernah terjadi konflik hanya karena masalah kecil mengenai rumah yang berantakan dan saling melempar tanggung jawab, masalah tersebut akan
selesai dengan sendirinya dan tidak berlarut-larut. “ Komunikasi sih baik-baik saja cuma kalau sudah
sampai rumah kan capek jarang juga komunikasi, sudah pada masing-masing. Untung juga sekarang
media sosial sudah gampang saya untuk berkomunikasi dengan adik-adik saya. Ya namanya
juga satu rumah pasti pernah berantam atau salah paham ajasih yang paling sering dengan adik saya
Universitas Sumatera Utara
65
perempuan karena masalah rumah berantakan atau yang lain juga. Ya ga ada palingan selesai sendiri sih
karena adek saya juga sering ada apa-apa cerita ke saya, kalau adik laki-laki saya orangnya memang
pendiam dan tertutup dia.” Jelas Jono.
Berikut akan dijelaskan situasi dan kondisi dalam pembagian pekerjaan rumah yang dialami oleh Bapak Akib dan 2 orang anaknya. Dalam
mengerjakan rumah, Pak Akib terkadang dibantu oleh adik perempuanya yang juga tinggal tidak jauh dari rumahnya. Tidak ada kesulitan dalam
menerapkan sistem pembagian kerja kepada anaknya saat ini, karena mereka sudah mengerti dan memahami bahwa sudah seharusnya membantu Pak Akib.
“Tidak ada kesulitan karena anak saya sudah besar dan mengerti bahwa mereka lah yg seharusnya
membantu saya, dan mereka sudah mengerti ibu mereka sudah tiada dan mereka harus belajar
mandiri.” Kata Pak Akib
Menurut anak pertama Pak Akib yaitu Agung, pembagian kerja yang diterapkan oleh ayahnya tidak merupakan suatu beban dan tidak
menyulitkannya. dalam proses interaksi dan komunikasi satu sama lain berjalan dengan baik agar tidak terjadi perselisihan di dalam rumah.
Universitas Sumatera Utara
66
“ Ya, keluarga saya selalu menjaga komunikasi antara kami agar tidak adanya perselisihan. Ga
pernah karena adik saya juga tidak bandel dan selalu menurut jika saya menyuruhnya makan atau pun hal-
hal lain. Ya karena tidak ada masalah ya hanya menjaga komunikasi dan sama-sama saling mengerti
saja.” Kata Agung
Selanjutnya akan dibahas situasi dan kondisi dalam pembagian pekerjaan rumah yang dialami oleh Bapak Mulyo dan 2 orang anaknya. Pak
Mulyo tidak mengalami kesulitan dalam membagi pekerjaan rumah dengan anak-anaknya sekarang karena mereka sudah lebih mandiri dan memang
sudah diajarkan untuk melakukan semua pekerjaannya sendiri termasuk mengerjakan pekerjaan rumah.
“ Saya merasa merawat anak saya tidak terlalu sulit, mungkin karena ada bantuan dari abangannya kali ya,
jadi tidak terlalu terporsir sekali. Terkadang saya juga menanyakan dan membantu mengerjakan tugas dari
sekolah mereka apabila mereka tidak tahu. Biasanya rutinitas pekerjaan saya intensif dari pagi hari ke sore
sedangkan waktu kebersamaan saya dan anak-anak pada waktu malam hari jadi saya rasa tidak
mengganggu pekerjaan saya. Bagi saya merawat anak-anak tidak sesulit dulu, sekarang mereka sudah
lebih mandiri dan memang saya ajarkan untuk apa- apa sendiri termasuk mengerjakan pekerjaan rumah
tidak hanya saya yang berperan.” Jelas Pak Mulyo.
Universitas Sumatera Utara
67
Dan begitu pula menurut Angga pembagian kerja yang diterapkan oleh ayahnya tidak menyulitkannya, karena dapat sekaligus membantu Pak Mulyo
dan adiknya. Dalam proses interaksi dan komunikasi satu sama lain semua berjalan dengan baik, walaupun intensitas bertemu dengan ayahnya tidak
terlalu sering di pagi hari saat berangkat kerja, dan malam hari saat pulang kerja, adapun konflik yang pernah terjadi antara Pak Mulyo dengan anak-
anaknya hanya sebatas salah paham saja, dan menyelesaikannya dengan mencari solusi bersama.
“ Iya Alhamdulillah baik karena walaupun jarang jumpa di pagi hari dan sore kami selalu membiasakan
berkumpul pada makan malam atau malam hari sebelum tidur. Pernah saya dengan ayah ataupun saya
dengan adik saya, tetapi paling hanya salah paham saja sebentar juga udah selesai. Di saat malam lagi
kumpul biasanya ayah selalu bertanya dan berdiskusi dengan saya apa yang terjadi dan kenapa lalu kami
mencari solusi bersama.” Jelas Angga.
Pada keluarga Pak Samsudin, situasi dan kondisi dalam pembagian pekerjaan rumah dengan dua orang anaknya mengalami sedikit kesulitan
terutama pada anak laki-lakinya yang paling kecil, selain tidak mau menurut bandel ia juga jarang dirumah lebih sering bermain, sementara kakaknya
sudah mampu menerima tanggung jawab dalam mengurus rumah yang di berikan oleh Pak Samsudin.
Universitas Sumatera Utara
68
“ Adalah sikit itupun karena anak laki-laki saya itu saja, dan kalau saya menyerahkan tanggung jawab
sama kakaknya saya kurang yakin juga karena anak saya tidak mau nurut bandel dengan kakaknya jadi
saya lah yang harus turun tangan. Berbeda kalau mengurus kakaknya sudah agak lepas saya karena
lebih sering di rumah kecuali dia mau pergi selalu izin dengan saya jadi saya lebih percaya dengannya.”
Kata Pak Samsudin
Menurut Dila sebagai anak pertama Pak Samsudin, situasi dan kondisi dalam pembagian kerja yang diterapkan oleh ayahnya dapatkan dikatakan
suatu beban, namun ia harus tetap melakukannya karena tidak ada orang lain yang dapat membantunya.
“ Kalau saya sih sebagai anak paling besar perempuan ya berfikir saya harus melakukannya, kalau bukan
saya siapa lagi yang membereskan rumah tidak mungkin adik saya yang laki-laki karena dia sering
main sama temannya di luar rumah.” Jawab Dila.
Proses interaksi dan komunikasi antara Pak Samsudin dan anak- anaknya berjalan dengan baik, tetapi komunikasi yang terjalin hanya sekedar
dan sebatar keperluan saja. Konflik yang pernah terjadi dikarenakan Dila merasa jenuh untuk mengurus semua pekerjaan rumah dan ingin bekerja di
luar tapi tidak mendapat izin dari Pak Samsudin.
Universitas Sumatera Utara
69
“Masih baik-baik dan lancar saja tetapi sudah mulai terjadi komunikasi yang sekedar atau hanya sebatas
keperluan saja, kalau tidak ya masing-masing saja. Pernah, karena saya bosan terus mengurus urusan
rumah saya ingin bekerja juga tetapi tidak dikasih izin, kalau bertengkar dengan adik saya hanya
masalah kecil saja. Saya masih belum tahu bagaimana saya dibolehkan bekerja di luar karena
masuk pagi pulang malam.” Menurut Dila.
Dila ingin bekerja di luar dan mencari uang sendiri, namun Pak Samsudin belum mengizinkannya karena ia berfikir bagaimana dengan yang
mengurus rumah dan mengurus memasak ataupun mencuci dan lain-lain. Dan yang terakhir pada keluarga Pak Slamet, situasi dan kondisi
dalam pembagian pekerjaan rumah dengan satu orang anak laki-lakinya yang lebih memilih untuk tinggal bersama dengannya.
Menurut Pak Slamet ia tidak begitu sulit jika hanya mengurus anak perempuannya yang sekarang tinggal dengan ibunya, namun ia lebih
memberikan perhatian khusus dalam mengurus anak laki-lakinya yang ketiga ini dikarenakan selain Bagus lebih sedikit bandal ia juga agak sulit untuk
diajak kerjasama dalam hal pembagian pekerjaan rumah yang sekarang hanya dihuni oleh Pak Slamet dan Bagus sendiri.
“ Alhamdulillah ga gitu ada kendala yang cemana- cemana karena pun tinggal dua anak itulah yang
diperhatikan, paling yang perlu perhatian khusus itu si Bagus karena dia laki-laki bandal kali dia itu
makanya saya agak keras sama dia.” Tutur Pak Slamet
Universitas Sumatera Utara
70
Di dalam proses komunikasi yang terjalin antara Bagus dan Pak Slamet juga ibunya masih berjalan lancar walaupun hanya bertanya sebatas
bagaimana sekolahnya, namun ia sudah jarang berkomunikasi dengan abang dan kakaknya yang sudah menikah dan tinggal berpisah dengan mereka.
Menurut Bagus konflik yang terjadi di dalam rumah yang lebih sering terjadi karena Pak Slamet tidak mau memberinya uang disaat Bagus memintanya
untuk pergi keluar dan bermain dengan teman-temannya, karena itu terjadi maka ia terkadang pergi ke rumah neneknya untuk meminta uang. Bagus juga
ikut bekerja di doorsmer atau pencucian kereta yang ada di depan rumahnya walaupun tidak banyak tapi lumayan kalau hanya untuk mendpatkan Rp.
10.000 – Rp.20.000. lebih banyak jika pada hari sabtu atau malam minggu. “Baik-baik aja kok kak, kalau jumpa ya bapak ku
atau mamak ku nanya lah kekmana aku disekolah kaka tau mau main kemana aku gitu kak. Kalau
komunikasi sama abang juga kakak ku yang udah jarang kak, berantem pernah kak paling sama bapak
ku karena ga dikasih uang mau main-main aku kak sering kali kayak gitu jadi ya aku kerumah nenek ku
lah kak minta sama mamak ku. Cara biar dapat duit ya kek tadi kak pigi kerumah nenek ku minta uang
sama mamak ku atau kak aku ikut orang depan ini doorsmer kereta kak kan lumayan uangnya”. Jelas
Bagus.
Dengan demikian, berdasarkan penjelasan - penjelasan diatas terlihat bahwa seorang Single Father memiliki kesulitan dan tantangan yang berbeda-
beda menghadapi anak-anaknya dan sulit menjalankan pembagian pekerjaan rumah yang sudah diterapkan. .
Universitas Sumatera Utara
71
Tabel 4 Data mengenai tanggapan anak melihat sosok ayahnya dan tentang adanya pembagian kerja. No
Nama Anak Nama Ayah
Sosok ayah tunggal Cukuptidak akan kasih
sayang dari ayah tunggal Adanya pembagian kerja,
bebantidak Perlutidak pembedaan secara
seksual.
1 Jono anak lelaki
pertama Pak Budi
Sosok yang giat dalam bekerja.
Sudah lebih dari cukup, karena juga sudah pada
besar jadi tidak perlu perhatian khusus lagi.
Tidak merupakan beban, karena masing-masing sudah bisa
mengatur diri sendiri. Tidak perlu, karena siapa saja
bisa melakukannya jika sempat waktunya.
2 Agung anak
lelaki pertama Pak Akib
Pada awalnya ayahnya tidak bisa menerima
keadaan, namun sekarang sudah lebih
terbiasa. Jujur sih masih kurang dari
ibu, tapi dari ayah sudah lebih dari cukup.
Tidak, karena selain membantu mengerjakan tugas rumah adalah
hobi. Tidak, namun untuk pr yang
mengerjakan laki mungkin berat maka perlu adanya bantuan.
3 Angga anak lelaki
pertama Pak Mulyo
Tidak dapat tergantikn oleh apapun, ia
sanggup merawat dan membesarkan kami.
Pasti tidak cukup pada awalnya karena juga
membutuhkan sosok ibu, namun sekarang sudah
lebih dari cukup. Tidak, karena dapat turut
membantu ayah juga adiknya. Tidak, karena bekerja sama
lebih ringan dan saling bantu.
4 Bagus anak lelaki
yang no 3 Pak Slamet
Lebih merasa kasihan semenjak
ayahnya sendiri dan mengurus
diri sendiri tanpa ibunya.
Tidak, walaupun sekarang tinggal dan terkadang
masih sering jumpa dengan ibunya namun sudah tidak
seperti dulu. Iya,rasa malas dan tidak cocok
rasanya anak laki-laki membereskan rumah, tapi karena
terpaksa harus dikerjakan juga. Perlu, karena lelaki seharusnya
kerja diluar bukan di dalam rumah saja.
5 Dila anak
perempuan pertama
Pak Samsudin
Menjadi sosok yang lebih dekat dengan
anak-anaknya. Tidak cukup, karena pasti
beda dari ayah atau ibu. Tapi mau bagaimana lagi,
semua harus dijalani. Tidak, karena saya tau selain
saya siapa lagi yang akan menggantikan posisi saya
dirumah ini. Perlu, tapi jika hanya sekedar
membantu hal-hal kecil mungkin masih bisa.
Sumber : Hasil Wawancara Peneliti.
Universitas Sumatera Utara
lxxii
Keterangan tabel 4 yaitu masing-masing anak memiliki pendapat mengenai sosok ayah, yang kini telah berpisah dengan ibu mereka, bagaimana
sosok ayah mereka setelah tidak didampingi lagi oleh ibu mereka, karena bercerai atau karena kematian. Anak-anak para ayah tunggal juga dominan
merasa kasih sayang ayah sudah cukup, namun kasih sayang dari ibu sangat kurang bahkan sudah hilang. Dengan adanya sistem pembagian kerja yang di
terapkan pada keluarga ayah tunggal, dan dituntut untuk saling bekerjasama maka masing-masing anak memiliki alasan atau pendapat mengenai hal
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
lxxiii
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan