BAB II KESEPAKATAN BERSAMA MENGENAI PENYELESAIAN PINJAMAN
ANTARA PT. BANK CIMB NIAGA TBK DENGAN PT MESTIKA SAWIT INTIJAYA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
A.  Pengertian  Tentang  Kesepakatan  Bersama  Mengenai  Penyelesaian Pinjaman Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
1. Pengaturan  Perjanjian  Bernama  dan  Perjanjian  Tidak  Bernama  pada  Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Pasal  1313 KUH P
erdata mengemukakan “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang  lain  atau  lebih ”.  KUH  Perdata  mengatur  beberapa  jenis  perjanjian  yang
dikenal dengan Perjanjian Bernama benoemd overeenkomst. Perjanjian tersebut diberi nama oleh pembuat undang-undang dan merupakan perjanjian yang sering
di temui di masyarakat. Secara garis besar, perjanjian yang diaturdikenal di dalam KUHPer  adalah  sebagai  berikut:  Perjanjian  jual  beli,  tukar-menukar,  sewa-
menyewa,  kerja,  persekutuan  perdata,  perkumpulan,  hibah,  penitipan  barang, pinjam  pakai,  bunga  tetap  dan  abadi,  untung-untungan,  pemberian  kuasa,
penanggung  utang  dan  perdamaian.  Dalam  teori  ilmu  hukum,  perjanjian- perjanjian  diatas  disebut  dengan  perjanjian  nominaat.  Dasar  hukum  perjanjian
bernama  terdapat  dalam  Bab  V  sampai  Bab  XVIII  Buku  Ke  Tiga  KUHPerdata sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1457 KUHPerdata “Jual  beli  adalah  suatu  persetujuan  dengan  mana  pihak  yang  satu
mengikatkan  dirinya  untuk  menyerahkan  suatu  barang,  dan  pihak  yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan.”
Pasal 1541 KUHPerdata “Tukar menukar ialah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak
mengikatkan  diri  untuk  saling  memberikan  suatu  barang  secara  timbal balik sebagai ganti suatu ba
rang lain.”
Pasal 1548 KUHPerdata “Sewa menyewa adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan  diri  untuk  memberikan  kenikmatan  suatu  barang  kepada pihak  yang  lain  selama  waktu  tertentu,  dengan  pembayaran  suatu  harga
yang  disanggupi  oleh  pihak  tersebut  terakhir  itu.  Orang  dapat menyewakan  pelbagai  jenis  barang,  baik  yang  tetap  maupun  yang
bergerak.”
Pasal 1601 KUHPerdata
“Selain persetujuan untuk menyelenggarakan beberapa jasa yang diatur oleh  ketentuanketentuan  khusus  untuk  itu  dan  oleh  syarat-syarat  yang
diperjanjikan,  dan  bila  ketentuanketentuan  yang  syarat-syarat  ini  tidak ada,  persetujuan  yang  diatur  menurut  kebiasaan,  ada  dua  macam
persetujuan,  dengan  mana  pihak  kesatu  mengikatkan  diri  untuk mengerjakan  suatu  pekerjaan  bagi  pihak  lain  dengan  menerima  upah,
yakni: perjanjian kerja dan perjanjian pemborongan kerja.
Pasal 1618 KUHPerdata “Persekutuan adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan  diri  untuk  memasukkan  sesuatu  dalam  persekutuan,  dengan maksud u
ntuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya”
Pasal 1653 KUHPerdata “Selain  persekutuan  perdata  sejati,  perhimpunan  orang-orang  sebagai
badan  hukum  juga  diakui  undang-undang,  entah  badan  hukum  itu diadakan  oleh  kekuasaan  umum  atau  diakuinya  sebagai  demikian,  entah
pula  badan  hukum  itu  diterima  sebagai  yang  diperkenankan  atau  telah didirikan  untuk  suatu  maksud  tertentu  yang  tidak  bertentangan  dengan
undang-undang atau kesusilaan
”
Pasal 1666 KUHPerdata “Penghibahan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang penghibah
menyerahkan  suatu  barang  secara  cuma-cuma,  tanpa  dapat  menariknya kembali, untuk kepentingan seseorang yang menerima penyerahan barang
Universitas Sumatera Utara
itu.  Undang-undang  hanya  mengakui  penghibahanpenghibahan  antara orang-orang yang masih hidup
.”
Pasal 1694 KUHPerdata “Penitipan  adalah  terjadi  apabila  seseorang  menerima  sesuatu  barang
dari  orang  lain  dengan  syarat  bahwa  ia  akan  menyimpannya  dan mengembalikannya dalam ujud asalnya”
Pasal 1740 KUHPerdata “Pinjam  pakai  adalah  suatu  perjanjian  dalam  mana  pihak  yang  satu
menyerahkan  suatu  barang  untuk  dipakai  dengan  cuma-cuma  kepada pihak lain, dengan syarat bahwa pihak yang menerima barang itu setelah
memakainya  atau  setelah  lewat  waktu  yang  ditentukan,  akan
mengembalikan barang itu.”
Pasal 1754 KUHPerdata “Pinjam  meminjam  adalah  suatu  perjanjian,  yang  menentukan  pihak
pertama menyerahkansejumlah barang yang dapat habis terpakai kepada pihak  kedua  dengan  syarat  bahwa  pihak  kedua  itu  akan  mengembalikan
barang  sejenis  kepada  pihak  pertama  dalam  jumlah  dan  keadaan  yang
sama.”
Pasal 1770 KUHPerdata “Perjanjian  bunga  abadi  ialah  suatu  persetujuan  bahwa  pihak  yang
memberikan  pinjaman  uang  akan  menerima  pembayaran  bunga  atas sejumlah uang pokok yang tidak akan dimintanya kembali.”
Pasal 1774 KUHPerdata “Suatu  persetujuan  untung-untungan  ialah  suatu  perbuatan  yang
hasilnya,  yaitu  mengenaiuntung  ruginya,  baik  bagi  semua  pihak  maupun bagi sementara pihak, tergantung pada suatu kejadian yang belum pasti.
Selain  perjanjian  bernama  tersebut,  KUH  Perdata  juga  mengenai Perjanjian  Tidak  Bernama,  adalah  perjanjian-perjanjian  yang  belum  ada
pengaturannya secara khusus di dalam Undang-Undang, karena tidak diatur dalam KUHPerdata  dan  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Dagang  KUHD.  Lahirnya
perjanjian ini didalam prakteknya adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak, mengadakan perjanjian.
Universitas Sumatera Utara
Tentang  perjanjian  tidak  bernama  diatur  dalam  Pasal  1319  KUHPerdata, yaitu  yang  berbunyi:  ”Semua  perjanjian,  baik  yang  mempunyai  nama  khusus
maupun  yang  tidak  dikenal  dengan  suatu  nama  tertentu,  tunduk  pada  peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lain
”.
2. Perjanjian Kredit Menurut Beberapa Ahli Hukum Perdata
Dari  perumusan  Pasal  1313  KUH  Perdata,  dapat  disimpulkan  bahwa perjanjian  atau  persetujuan  dalam  pasal  tersebut  adalah  perjanjian  yang
menimbulkan  perikatan.  Dengan  demikian,  hubungan  antara  perikatan  dan perjanjian  adalah  bahwa  perjanjian  melahirkan  perikatan.  Perjanjian  adalah
sumber perikatan, disamping sumber lainnya, yaitu undang-undang. Terhadap perjanjian kredit terdapat beberapa pandangan, yaitu:
a. Pandangan  yang  menyatakan  perjanjian  pemberian  kredit  dan  perjanjian
pinjam  meminjam  adalah  sama.  Subekti  mengatakan  bahwa,  dalam  bentuk apapun  juga  pemberian  kredit  itu  diadakan,  pada  hakekatnya  yang  terjadi
adalah  suatu  perjanjian  pinjam  meminjam.  Sebagaimana  diatur  oleh  KUH Perdata  Pasal  1754  sampai  dengan  Pasal  1769.
19
Marhais  Abdul  Hay  juga berpendapat  bahwa  perjanjian  kredit  identik  dengan  perjanjian  pinjam
meminjam, dan dikuasai oleh ketentuan bab XIII dari buku III KUH Perdata.
20
19
Subekti,  Jaminan –  Jaminan  untuk  Pemberian  Kredit  menurut  Hukum  Indonesia,
Bandung : Alumni, 1982, hal 3.
20
Marhais  Abdul  Hay,  Hukum  Perbankan  di  Indonesia,  Bandung  :  Pradnya  Paramita, 1975, hal 673.
Universitas Sumatera Utara
b. Pandangan  yang  menyatakan  perjanjian  pemberian  kredit  dan  perjanjian
pinjam  meminjam  adalah  berbeda.  Mariam  Darus  Badrulzaman  tidak sependapat  dengan  Subekti  dan  Marhais  Abdul  Hay,  karena  berdasarkan
kenyataan perjanjian kredit itu memiliki identitas sendiri yang berbeda dengan perjanjian  pinjam  uang.
21
Hal  yang  serupa  juga  diungkapkan  oleh Djuhaendah  Hasan  yang  menyatakan  perjanjian  kredit  tidak  tepat  dikuasai
oleh ketentuan bab XIII buku III KUH Perdata, sebab antara perjanjian pinjam meminjam dengan perjanjian kredit terdapat beberapa perbedaan.
22
Perbedaan  antara  perjanjian  pinjam  meminjam  dengan  perjanjian  kredit terletak pada beberapa hal, antara lain:
1 Perjanjian  kredit  selalu  bertujuan,  dan  tujuan  tersebut  biasanya  berkaitan
dengan  program  pembangunan.  Biasanya  dalam  pemberian  kredit  sudah ditentukan  tujuan  penggunaan  uang  yang  akan  diterima  tersebut,
sedangkan  dalam  perjanjian  pinjam  meminjam  tidak  ada  ketentuan tersebut, dan debitur dapat menggunakan uangnya secara bebas.
2 Dalam  perjanjian  kredit,  sudah  ditentukan  bahwa  pemberi  kredit  adalah
bank  atau  lembaga  pembiayaan  dan  tidak  dimungkinkan  diberikan  oleh individu.  Sedangkan  dalam  perjanjian  pinjam  meminjam,  pemberian
pinjaman dapat oleh individu. 3
Pengaturan yang berlaku bagi perjanjian kredit berbeda dengan perjanjian pinjam  meminjam.  Bagi  perjanjian  pinjam  meminjam,  berlaku  ketentuan
21
Mariam  Darus  Badrulzama,  Perjanjian  Kredit  Bank,  Bandung  :  Alumni  1983,  hal 11.
22
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang melekat  pada  Tanah  dalam  Konsepsi  Penerapan  Asas  Pemisahan  Horizontal,  Bandung  :  Citra
Aditya Bakti, 1996, hal. 174.
Universitas Sumatera Utara
umum  dari  buku  III  bab  XIII  KUH  Perdata.  Sedangkan  bagi  perjanjian kredit,  akan  berlaku  ketentuan  dalam  UU  Nomor  10  Tahun  1998  tentang
Perbankan, Paket Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Ekonomi terutama Bidang Perbankan, Surat Edaran Bank Indonesia  SEBI  dan sebagainya.
4 Pada  perjanjian  kredit,  telah  ditentukan  bahwa  pengembalian  uang
pinjaman harus disertai bunga, imbalan, atau pembagian hasil. Sedangkan dalam  perjanjian  pinjam  meminjam,  hanya  berupa  bunga  saja  dan  bunga
ini pun baru ada jika diperjanjikan. 5
Pada  perjanjian  kredit,  bank  harus  mempunyai  keyakinan  akan kemampuan  debitur  untuk  melakukan  pengembalian  kredit  yang
diformulasikan  dalam  bentuk  jaminan,  baik  materiil,  maupun  immateriil. Sedangkan  dalam  perjanjian  pinjam  meminjam,  jaminan  merupakan
pengamanan  bagi  kepastian  perlunasan  hutang,  dan  ini  pun  ada  apabila diperjanjikan, juga jaminan itu hanya merupakan jaminan secara fisik atau
materiil saja.
23
Pendapat  lain  dikemukakan  oleh  Sutan  Remy  Sjahdeini,  yaitu  bahwa perjanjian  kredit  bukanlah  perjanjian  riil  seperti  halnya  perjanjian  pinjam
meminjam.  Perjanjian  kredit  mempunyai  ciri-ciri  yang  berbeda  dengan perjanjian pinjam meminjam.
24
Ciri-ciri pembeda itu adalah : 1
Sifat  konsensual  dari  suatu  perjajian  kredit  merupakan  ciri  pertama  yang membedakannya dari perjanjian pinjam meminjam uang yang bersifat riil.
23
Ibid, hal 174.
24
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para  Pihak  dalam  Perjajian  Kredit  Bank,  Jakarta  :  Institut  Bankir  Indonesia,  1993,  hal  158
– 160.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian kredit adalah perjanjian  loan of money menurut hukum  Inggris yang  dapat  bersifat  riil  maupun  konsensual,  tetapi  bukan  perjanjian
peminjaman  uang  menurut  hukum  Indonesia  yang  bersifat  riil.  Bagi perjanjian  kredit,  yang  jelas-jelas  mencantumkan  syarat-syarat  tangguh,
tidak dapat dibantah lagi bahwa perjanjian itu merupakan perjanjian yang konsensual  sifatnya.  Setelah  perjanjian  kredit  ditandatangani  oleh  bank
dan  nasabah  debitur,  nasabah  debitur  belum  berhak  menggunakan  atau melakukan  penarikan  kredit.  Atau  sebaliknya,  setelah  ditandatangani
kredit  oleh  kedua  belah  pihak,  belumlah  menimbulkan  kewajiban  bagi bank  untuk  menyediakan  kredit  sebagaimana  yang  diperjanjikan.  Hak
nasabah  debitur  untuk  dapat  menarik  atau  kewajiban  bank  untuk menyediakan  kredit,  masih  bergantung  pada  terpenuhinya  semua  syarat
yang ditentukan di dalam perjanjian kredit.
25
2 Kredit  yang  diberikan  oleh  bank  kepada  nasabah  debitur  tidak  dapat
digunakan secara leluasa untuk keperluan atau tujuan tertentu oleh nasabah debitur,  seperti  yang  dilakukan  oleh  peminjam  uang  atau  debitur  pada
perjanjian  peminjaman  uang  biasa.  Pada  perjanjian  kredit,  kredit  harus digunakan sesuai  dengan tujuan  yang ditetapkan  di  dalam perjanjian, dan
pemakaian  yang  menyimpang  dari  tujuan  itu  dapat  menimbulkan  hak kepada bank untuk mengakhiri perjanjian kredit secara sepihak dan untuk
seketika dan sekaligus menagih seluruh baki debet atau outstanding kredit. Hal  ini  berarti,  nasabah  debitur  bukan  merupakan  pemilik  mutlak  dari
25
Ibid, hal 14.
Universitas Sumatera Utara
kredit  yang  diperolehnya  berdasarkan  perjanjian  kredit  itu,  sebagaimana bila  seandainya  perjanjian  kredit  itu  adalah  perjanjian  peminjaman  uang.
Dengan kata lain, perjanjian kredit bank tidak mempunyai ciri  yang sama dengan  perjanjianpinjam  meminjam  atau  perjanjian  pinjam  mengganti.
Oleh  karena  itu,  pada  perjanjian  kredit  bank,  tidak  berlaku  ketentuan- ketentuan ke XIII buku III KUH Perdata.
26
3 Yang  membedakan  perjanjian  kredit  bank  dari  perjanjian  peminjaman
uang adalah mengenai syarat cara penggunaanya. Kredit bank hanya dapat digunakan  menurut  cara  tertentu,  yaitu  dengan  menggunakan  Cek  atau
perintah pemindahbukuan. Cara lai hampir dapat dikatakan tidak mungkin atau  tidak  diperbolehkan.  Pada  perjanjian  peminjaman  uang  biasa,  uang
yang  dipinjamkan  diserahkan  seluruhnya  oleh  kreditur  ke  dalam kekuasaan  mutlak  nasabah  debitur.  Kredit  selalu  diberikan  dalam  bentuk
rekening  koran  yang  penarikan  dan  penggunaannya  selalu  berada  dalam pengawasan bank.
27
Selanjutnya,  Remy  Sjahdeini  menyimpulkan  bahwa  perjanjian  kredit memiliki  pengertian  secara  khusus,  yakni  :  “perjanjian  antara  bank  sebagai
kreditur dengan nasabah sebagai debitur mengenai penyediaan uang atau tagihan yang  dapat  dipersamakan  dengan  itu,  yang  mewajibkan  nasabah-nasabah  debitur
untuk  melunasi  hutangnya  setelah  jangka  waktu  tertentu  dengan  jumlah  bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.”
28
26
Ibid.
27
Ibid.
28
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Dari  pengertian  perjanjian  kredit  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa perjanjian kredit merupakan kesepakatan yang dibuat antara bank selaku kreditur
dengan  nasabah  selaku  debitur  mengenai  pinjaman  dana  untuk  dijadikan  modal dalam  suatu  usaha  yang  akan  dijalankan  debitur,  dengan  pengembalian  dana
tersebut pada waktunya yang ditentukan disertai bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha debitur.
Dalam  praktiknya,  perjanjian  kredit  ini  disetujui  oleh  bank  hanya berdasarkan  kepercayaan  bahwa  debitur  akan  segera  melunasi  utangnya  pada
waktunya  tertentu  yang  telah  ditentukan.  Oleh  karena  itu,  bank  sebelum menyepakati  suatu  perjanjian  kredit  harus  memiliki  keyakinan  mengenai
kesanggupan, kemampuan, dan kemauan debitur untuk melunasi utangnya. untuk memperoleh  keyakinan  tersebut,  bank  harus  melakukan  penilaian  yang  seksama
terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha debitur.  Namun sekalipun  bank  telah  melakukan  penilaian  yang  ketat  terhadap  para  calon
debiturnya, kredit yang diberikan selalu mengandung risiko. Risiko  yang  mungkin  akan  dihadapi,  terutama  oleh  pihak  perbankan
selaku kreditur adalah apa yang biasa sdikenal dengan istilah kredit macet. Yakni suatu keadaan dimana seorang nasabah atau debitur tidak mampu membayar lunas
kredit  bank  pada  waktunya.
29
Keadaan  yang  demikian  dalam  hukum  perdata disebut  wanprestasi  atau  ingkar  janji.  Sebagaimana  telah  diketahui  bahwa  kredit
merupakan  perjanjian  pinjam  uang,  maka  debitur  yang  tidak  dapat  membayar lunas utangnya setelah jangka waktunya habis, adalah wanprestasi.
29
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta : Djambatan, 1995, hal. 92.
Universitas Sumatera Utara
Kredit  macet  mempunyai  dampak  negatif  bagi  kedua  belah  pihak.  Bagi nasabah,  dalam  hal  ini  nasabah  yang  masih  beritikad  baik,  artinya  kredit  macet
terjadi  bukan  disengaja,  kredit  macet  berarti  ia  harus  menanggung  beban kewajiban  yang  cukup  berat  terhadap  bank.  Karena  bunga  tetap  dihitung  terus
selama  kredit  belum  dilunasi.  Mengingat  setiap  pinjaman  dari  bank konvensional  mengandung  bunga,  maka  jumlah  kewajiban  nasabah  semakin
lama  akan  semakin  bertambah  besar.  Sedangkan  bagi  bank,  dampaknya  lebih serius  karena  selain  dana  yang  disalurkan  untuk  kredit  berasal  dari  masyarakat,
kredit macet juga mengakibatkan bank kekurangan dana sehingga mempengaruhi kegiatan  usaha  bank.  Bank  yang  terganggu  kesehatannya,  akan  sulit  melayani
permintaan  nasabah,  seperti  permohonan  kredit,  penarikan  tebungan,  dan deposito.  Keadaan  yang  demikian  akan  mempengaruhi  kepercayaan  masyarakat
terhadap  bank  hingga  manjadi  berkurang.  Bahkan  bukannya  tidak  mungkin  izin usaha bank dicabut pemerintah dan dilikuidasi.
3. Kesepakatan  Bersama  Mengenai  Penyelesaian  Pinjaman  Sebagai  Perjanjian
Tidak Bernama dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kesepakatan  Bersama  Mengenai  Penyelesaian  Pinjaman  selanjutnya
disebut  KBPP  merupakan  perjanjian  yang  dibuat  antara  Kreditur,  Debitur  dan Penjamin  untuk  menyelesaikan  pijamanhutang  Debitur  kepada  Kreditur.
Perjanjian ini dibuat antara 3 tiga pihak, yaitu: a.
CIMB Niaga yang berkedudukan sebagai Kreditur; b.
Mestikasawit Intijaya yang berkedudukan sebagai Debitur
Universitas Sumatera Utara
c. Pemilik Aset yang berkedudukan sebagai Penjamin.
KBPP  merupakan  sebuah  perjanjian  yang  tidak  lepas  dari  perjanjian sebelumnya, yaitu Perjanjian Kredit yang dibuat oleh Notaris Jhon Langsung, SH
Nomor  200  tanggal  31  Juli  2008  antara  CIMB  Niaga  sebagai  Kreditur  dan Mestikasawit  Intijaya  sebagai  Debitur.  Dalam  perjanjian  tersebut,  Pemilik  Aset
tidak  terlibat  langsung  dalam  perjanjian  kredit  tersebut  karena  jaminan  yang diberikan  Mestikasawit  Intijaya  kepada  CIMB  Niaga  adalah  jaminan  kebendaan
yang merupakan asset dari Mestikasawit Intijaya. Perjanjian  tersebut  selanjutnya  mengalami  2  dua  kali  addendum,  yaitu
Addendum Perjanjian
Kredit Nomor
0344AddendumPKMDPIX2008 tertanggal  5  September  2008  yang  berkaitan  dengan  penambahan  fasilitas  atas
tujuan  ppenggunaan  untuk  transaksi  callable  forward  dan  Addendum  Perjanjian Kredit  Nomor  339AddendumPKMDPVII2009  tanggal  24  Juli  2009  untuk
penarikan salah satu jaminan yang diberikan. Addendum ketiga merupakan KBPP yang  merupakan  addendum  perjanjian  yang  tidak  terlepaskan  dari  3  tiga
perjanjian sebelumnya yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. KUH  Perdata  tidak  mengatur  tentang  Kesepakatan  Bersama  Mengenai
Penyelesaian  Pinjaman,  namun  perjanjian  ini  timbul  karena  adanya  kebutuhan dari  praktisi  untuk  mengikatkan  diri  dalam  berntuk  perjanjian  tersebut.
Kesepakatan  Bersama  Mengenai  Penyelesaian  Pinjaman  merupakan  perjanjian yang  sah  apabila  memenuhi  syarat  sahnya  perjanjian  pada  Pasal  1320  KUH
Perdata.
Universitas Sumatera Utara
B.  Perjanjian  Tentang  Kesepakatan  Penyelesaian  Pinjaman  Antara  PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan PT. Mestika Sawit Intijaya
1. Dasar Hukum Perjanjian Tentang Kesepakatan Penyelesaian Pinjaman Antara
PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan PT. Mestikasawit Intijaya Penyelamatan dan penyelesaian kredit macet apabila sampai terjadi kredit
bermasalah,  maka  harus  melakukan  upaya-upaya  dalam  mengatasi  kredit bermasalah  sampai  tidak  ada  alternatif  lainnya,  serta  melakukan  penghapusan
kredit dan pengelolaan kredit yang telah dihapus bukukan. Restrukturisasi Kredit Bank merupakan upaya yang dilakukan oleh Bank dalam rangka perbaikan dalam
kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.
30
Akan  tetapi  tidak  semua  kredit  bermasalah  dapat direstrukturisasi,  bank  dilarang  melakukan  Restrukturisasi  Kredit  apabila
bertujuan hanya untuk menghindari: a.
Penurunan Kualitas Produktif; b.
Peningkatan Pembentukan PPAP; danatau c.
Penghentian  pengakuan  pendapatan  bunga  yang  belum  diterima  akan  tetapi sudah dibukuan sebagai pendapatan bank atau sering disebut dengan bungana
accrual. Peraturan Bank Indonesia, Nomor: 819PBI2006 tentang Kualitas Aktiva
Produktif  menyatakan  bahwa  upaya  penyelamatan  terhadap  kredit  bermasalah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
30
Mariam  Liliawati  Moejono.,Tinjauan  Yuridis  Undang-Undang  Nomor  4  tahun  1996 tentang  Hak  Tanggungan  dalam  Kaitannya  dengan  Pemberian  Kredit  oleh  Perbankan,
Harvavindo, 2003, hal 18.
Universitas Sumatera Utara
a.   Rescheduling penjadwalan kembali Memperpanjang jangka waktu kredit sehingga debitur mempunyai waktu lebih
longgar untuk mencari penyelesaian  yang lebih menguntungkan, atau dengan cara memperpanjang jangka waktu angsuran sehingga jangka waktu angsuran
menjadi lebih ringan sesuai dengan kemampuannya. b.   Reconditioning mengubah persyaratan
1 Kapitalisasi bunga yakni dengan cara bunga dijadikan hutang pokok.
2 Penundaan  pembayaran  bunga  sampai  waktu  tertentu  maksudnya  bunga
yang  dapat  ditunda  pembayarannya,  sedangkan  pokok  pinjaman  tetap harus membayar.
3 Penurunan suku bunga agar meringankan beban debitur.
4 Pembebasan  bunga  diberikan  kepada  debitur  yang  tidak  mampu  lagi
membayar  kredit,  akan  tetapi  wajib  bagi  debitur  membayar  pokok pinjaman sampai lunas.
c.   Restructuring penataan kembali Tindakan menambah fasilitas kredit bagi debitur atau dengan cara menambah
equity  modal  sendiri  yaitu  dengan  menyetor  fresh  money,  akan  tetapi  ini biasanya  gagal  karena  banyak  pemilik  perusahaan  yang  tidak  mampu.  Bank
Indonesia  telah  mengeluarkan  peraturan  khusus,  yakni  Surat  Keputusan Direksi  Bank  Indonesia  No.31150KEPDIR  tanggal  12  November  1998
tentang  Restrukturisasi  Kredit  yakni  upaya  yang  dilakukan  bank  dalam kegiatan  usaha  perkreditan  agar  debitur  dapat  memenuhi  kewajibannya  ini
dilakukan melalui tindakan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 Penurunan suku bunga kredit.
2 Pengurangan tunggakan bunga kredit.
3 Pengurangan tunggakan pokok kredit.
4 Perpanjangan jangka waktu kredit.
5 Penambahan fasilitas kredit.
6 Pengambilalihan aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7 Konversi  kredit  menjadi  penyertaan  modal  sementara  pada  perusahaan
debitur. Hal  tersebut  yang  mendasari  CIMB  Niaga  dan  Mestikasawit  Intijaya
membuat  KBPP.  KBPP  merupakan  upaya  penyelamatan  kredit  macet  dengan tindakan  pengambilalihan  asset  debitur  Mestikasawit  Intijaya  sesuai  dengan
ketentuan  berlaku.  Hal  tersebut  secara  eksplisit  dinyatakan  dalam  Pasal  2  KBPP yang berbunyi:
1.1.Debitur  dan Pemilik Aset  setuju dan sepakat  bahwa penyelesaian  hutang debitur  kepada  kreditur  akan  diselesaikan  dengan  cara  penyerahan
kepada kreditur berupa: a.
Saham sebagaimana disebut di atas b.
Tanah dan bangunan sebagaimana disebut di atas c.
Mesin dan barang dagangan sebagaimana disebut di atas Keseluruhan  saham,  tanah  bangunan,  mesin  dan  barang  dagangan
disebut sebagai “Asset”. 1.2.Aset  yang  diserahkan  sebagaimana  ditetapkan  dalam  ayat  2.1.  Pasal  ini
akan  dijual  oleh  kreditur  kepada  pihak  ketiga  dan  yang  hasil  penjualan tersebut  diserahkan  oleh  Debitur  dan  Pemilik  Aset  kepada  Kreditur  dan
karenanya  menjadi  hak  sepenuhnya  Kreditur,  yang  akan  diperhitungkan sebagai pelunasan seluruh kewajiban Debitur dan Kreditur.
1.3.Debitur dan Pemilik Aset diwajibkan untuk menyerahkan kepada Kreditur jika belum berada di Kreditor, berupa:
a. Saham-saham tersebut atau resipis sebagai pengganti saham-saham
b. Dokumen-dokumen  asli  kepemilikan  atas  jaminan,  berikut  fisik
jaminan  tersebut  di  atas  kepada  Kreditur  dalam  waktu  selambat- lambatnya 7 hari terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Akta ini
Universitas Sumatera Utara
1.4.Seluruh Hutang Debitur terhadap Kreditur yang tercantum dalam Pasal 1 ayat  1.1.  di  atas  akan  dinyatakan  lunas  seteah  asset  terjual  seluruhnya
dan  harga  penjualannya  telah  diterima  oleh  Kreditur.  Selama  hasil pembayaran  penjualan  asset  belum  diterima  oleh  kreditur  maka  hutang
debitur masih terhutang dan dinyatakan belum dibayar”.
Hak  dan  kewajiban  para  pihak  diatur  dalam  Pasal  3  KBPP  yang  pada intinya  menyatakan  bahwa  Mestika  Sawit  Intijaya  dan  Pemilik  Aset  wajib
menyerahkan  seluruh  asset  yang  dijaminkan  pada  KBPP  kepada  Kreditur  untuk dijual  kepada  Pihak  Ketiga  dimana  seluruh  hasil  penjualan  tersebut  diserahkan
kepada  Kreditur  untuk  selanjutnya  diperhitungkan  sebagai  pelunasan  utang debitur kepada kreditur. Dengan demikian,
a. Hak dan Kewajiban Kreditur
Hak Kreditur adalah sebagai berikut: 1
Menerima  asset  dari  Mestikasawit  Intijaya  dan  Pemilik  Asset  untuk selanjutnya dilakukan penjualan di bawah tangan oleh Kreditur atau Pihak
yang ditunjuk Kreditur. 2
Menerima  kuasa  dari  Mestikasawit  Intijaya  dan  Pemilik  Aset  untuk menjual  asset,  dimana  kuasa  tersebut  tidak  dapat  dicabut  kembali  atau
dibatalkandiakhiri  dengan  alasan  apapun  juga  termasuk  namun  tidak terbatas  pada  alasan-alasan  yang  dimaksud  dalam  Pasal  1813  KUH
Perdata. 3
Menerima  kuasa  dari  Mestikasawit  Intijaya  dan  Pemilik  Aset  untuk menawarkan,  menetapkan  harga,  syarat-syarat  pembayaran  syarat-syarat
lainnya  yang  dianggap  baik  tanpa  meminta  persetujuan  terlebih  dahulu
Universitas Sumatera Utara
ataupun  memberikan  pertanggungjawaban  kepada  Mestiksawit  Intijaya dan Pemilik Aset.
4 Menerima jaminan dari Mestikasawit Intijaya bahwa tidak ada tuntutan di
kemudian  hari  berupa  apapun  juga  terhadap  Mestikasawit  Intijaya, Pengurus lama mapun Karyawan Mestiksawit Intijaya yang masih menjadi
tanggung jawab Mestikasawit Intijaya 5
Menerima  Laporan  Keuangan  Mestikasaeit  Intijaya  untuk  buku  tahun 2008  dan  2009  yang  mencakup  hutang  piutang,  asset  dan  kewajiban-
kewajiban Mestikasaeit Intijaya dan menjamin bahwa tidak ada kewajiban lain di luar dari yang tercantum dalam Laporan Keuangan tersebut.
6 Kewajiban Kreditur adalah sebagai berikut:
7 Menjual  asset  milik  Mestikasawit  Intijaya  dan  Pemilik  Aset  sesuai
ketentuan  yang  berlaku  dan  menggunakan  hasil  penjualan  asset  tersebut sebagai  pelunasan  seluruh  hutangkewajiban  Mestikasawit  Intijaya  dan
Pemilik Aset.
b. Hak dan Kewajiban Debitur
Hak Kreditur adalah sebagai berikut: Seluruh  hutang  Mestikasawit  Intijaya  akan  lunas  apabila  seluruh  Aset  telah
terjual  kepada  Pihak  Ketiga  dan  hasil  penjualan  tersebut  diserahkan  kepada CIMB Niaga.
Kewajiban Kreditur adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 Menyerahkan  asset  Mestikasawit  Intijaya  kepada  CIMB  Niaga  untuk
selanjutnya  dijual  CIMB  Niaga  melalui  mekanisme  penjualan  di  bawah tangan.
2 Mengikatkan  diri  untuk menandatangani  akta-akta  yang  diperlukan  untuk
penjualan  asset  kepada  Pihak  Ketiga  yang  membeli  asset  Mestikasawit Intijaya.
3 Memberikan Kuasa kepada CIMB Niaga untuk menjual aset Mestikasawit
Intijaya,  dimana  kuasa  tersebut  yang  tidak  dapat  dicabut  kembali  atau dibatalkandiakhiri  dengan  alasan  apapun  juga  termasuk  namun  tidak
terbatas  pada  alasan-alasan  yang  dimaksud  dalam  Pasal  1813  KUH Perdata.
4 Memberikan  kuasa  kepada  CIMB  Niaga  untuk  menawarkan,  menetapkan
harga, syarat-syarat pembayaran syarat-syarat lainnya yang dianggap baik tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu.
5 Melaksanakan berbagai hal  yang berkaitan dengan proses penjualan asset
seperti  melaksanakan  penjualan  asset  penyerahan  kunci-kunci  tempat penyimpanan
jaminan, penyerahan
fisik asset,
mengurus dan
menyelesaikan ijin-ijin  yang diperlukan dengan menggunakan biaya dari Pemilik Aset.
6 Melaksanakan  Rapat  Umum  Pemegang  Saham  untuk  memberikan
persetujuan penyerahan saham kepada Pihak lain sesuai dengan ketentuan Anggran Dasar Mestikasawit Intijaya;
Universitas Sumatera Utara
7 Memberikan  jaminan  kepada  Kreditur  bahwa  tidak  ada  tuntutan  di
kemudian  hari  berupa  apapun  juga  terhadap  Mestikasawit  Intijaya, Pengurus lama mapun Karyawan Mestiksawit Intijaya yang masih menjadi
tanggung jawab Mestikasawit Intijaya. 8
Menyerahkan  Laporan  Keuangan  Perseroan  untuk  buku  tahun  2008  dan 2009  yang  mencakup  hutang  piutan,  asset  dan  kewajiban-kewajiban
Perseroan dan menjamin bahwa tidak ada kewajiban lain di luar dari yang tercantum dalam Laporan Keuangan tersebut.
9 Menanggung  risiko  yang  timbul  dari  penjualan  asset  dan  membebaskan
CIMB  Niaga  dari  segala  tuntutan  baik  mengenai  saham-saham  maupun mengenai jaminan tersebut.
c. Hak dan Kewajiban Pemilik Aset
Hak Pemilik Aset adalah sebagai berikut: Wijayanto  telah  memberikan  jaminan  pribadi  sebagaimana  dinyatakan  dalam
Lampiran Addendum
Perjanjian Kredit
Nomor 0344AddendumPKMDPIX2008  tertanggal  5  September  2008.  Apabila
seluruh  Asset  telah  dijual,  maka  jaminan  perorangan  atas  nama  Wijayanto menjadi berakhir.
Kewajiban Pemilik Aset adalah sebagai berikut: 1
Menyerahkan  asset  Pemilik  Aset  kepada  CIMB  Niaga  untuk  selanjutnya dijual CIMB Niaga melalui mekanisme penjualan di bawah tangan;
Universitas Sumatera Utara
2 Mengikatkan  diri  untuk menandatangani  akta-akta  yang  diperlukan  untuk
penjualan asset kepada Pihak Ketiga yang membeli asset Pemilik Aset. 3
Memberikan Kuasa kepada CIMB Niaga untuk menjual aset Pemilik Aset, dimana  kuasa  tersebut  yang  tidak  dapat  dicabut  kembali  atau
dibatalkandiakhiri  dengan  alasan  apapun  juga  termasuk  namun  tidak terbatas  pada  alasan-alasan  yang  dimaksud  dalam  Pasal  1813  KUH
Perdata. 4
Memberikan  kuasa  kepada  CIMB  Niaga  untuk  menawarkan,  menetapkan harga, syarat-syarat pembayaran syarat-syarat lainnya yang dianggap baik
tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu. 5
Melaksanakan berbagai hal  yang berkaitan dengan proses penjualan asset seperti  melaksanakan  penjualan  asset  penyerahan  kunci-kunci  tempat
penyimpanan jaminan,
penyerahan fisik
asset, mengurus
dan menyelesaikan ijin-ijin  yang diperlukan dengan menggunakan biaya dari
Pemilik Aset.
2.  Akibat  Hukum  Perjanjian  Kesepakatan  Penyelesaian  Pinjaman  Antara  PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan PT. Mestikasawit Intijaya
Dengan  terpenuhinya  syarat-syarat  perjanjian  sebagaimana  diuraikan  di atas  maka  mengakibatkan  timbulnya  perikatan  antara  kreditur,  debitur  dan
penjamin.  Perikatan  tersebut  timbul  karena  perjanjian.  Kesepakatan  Bersama Mengenai  Penyelesaian  Pinjaman  merupakan  Addendum  dari  perjanjian
sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Akibat perjanjian tersebut, Aset yang selama ini dijaminkan kepada CIMB Niaga dapat dijual CIMB Niaga melalui penjualan di bawah tangan dimana hasil
penjualan tersebut digunakan untuk pelunasan hasil hutang Mestikasawit Intijaya. Selain  itu,  Wijayanto  dan  Selly  Kustamin  yang  sebelumnya  tidak  terlibat
langsung  secara  pribadi  dalam  perjanjian  sebelumnya  menjadi  para  pihak  dalam KBPP  ini,  yaitu  sebagai  penjamin  yang  memberikan  jaminan  kebendaan  berupa
gadai atas saham sejumlah 23.390 dua puluh tiga ribu tiga ratus Sembilan puluh lembar saham Mestikasawit Intijaya kepada CIMB Niaga.
Jaminan  kebendaan  tersebut  diberikan  kepada  CIMB  Niaga  untuk dieksekusi  dengan  cara  dijual  kepada  Pihak  Ketiga  dimana  hasil  penjualan
tersebut diserahkan sepenuhnya kepada CIMB Niaga untuk diperhitungkan dalam pelunasan hutang Mestikasawit Intijaya.
3.  Berakhirnya Perjanjian Kesepakatan Penyelesaian Pinjaman Antara PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan PT. Mestikasawit Intijaya
Sebagai sebuah perikatan, sebuah perjanjian dapat berakhir karena beberapa hal sebagaimana diatur Pasal 1381 KUH Perdata yang berbunyi sebagai
berikut: “Perikatan hapus:
karena pembayaran; karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan
atau penitipan; karena pembaruan utang;
karena perjumpaan utang atau kompensasi; karena percampuran utang;
karena pembebasan utang; karena musnahnya barang yang terutang;
karena kebatalan atau pembatalan;
Universitas Sumatera Utara
karena  berlakunya  suatu  syarat  pembatalan,  yang  diatur  dalam Bab I buku ini;dan
karena lewat wakt u, yang akan diatur dalam suatu bab sendiri”.
Berdasarkan  Pasal  2.1  jo  Pasal  2.2.  Perjanjian  KBPP  menyatakan  bahwa perjanjian  KBPP  berakhir  apabila  seluruh  hutang  debitur  telah  dibayar  kepada
kreditur. Pembayaran dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut: 2.
Debitur  dan  Penjamin  menyerahkan  jaminan  kepada  Kreditur  untuk  dijual kepada Pihak Ketiga;
3. Hasil  penjualan  jaminan  tersebut  akan  diperhitungkan  sebagai  pelunasan
kewajiban kepada kreditur. Berdasarkan  Pasal  1.1  Perjanjian  KBPP  berakhir  apabila  terjadi
pembayaran  seluruh  utang  kepada  kreditur  sebesar  Rp.  252.272.045.297,-
31
. Pembayaran  utang  tersebut  dilakukan  dengan  melakukan  penjualan  jaminan  dan
hasil  penjualan  tersebut  digunakan  untuk  menyelesaikan  kewajiban  kepada Kreditur dan sisanya dikembalikan kepada debitur serta pemilik jaminan.
Apabila  kita  melihat  total  nilai  jaminan  dan  total  kewajiban  maka  dapat diketahui  terdapat  ketimpangan  antara  nilai  jaminan  dan  total  kewajiban.  Total
utang  sebesar  Rp.  252.272.045.297,- dua  ratus  lima  puluh  dua  miliyar  dua  ratus
tujuh  puluh  dua  juta  empat  puluh  lima  ribu  dua  ratus  Sembilan  puluh  tujuh Rupiah  sedangkan  nilai  jaminan  adalah  sebesar  Rp.  100.096.086.000,-  seratus
miliyar Sembilan puluh  yang enam juta delapan puluh enam ribu Rupiah terdiri dari:
31
Hutang Kreditur terdiri dari hutang kredit sebesar Rp. 37.736045.297,- dan Kewajiban Transaksi Valuta Asing sebesar Rp. 214.536.000.000,-.
Universitas Sumatera Utara
- Hak  Tanggungan  Peringkat  I  atas  Setifikat  Hak  Milik  Nomor  65Pematang
Seleng, Setifikat Hak Milik Nomor 246Pematang Seleng, Setifikat Hak Milik Nomor 342 sebesar Rp. 30.000.000.000,- tiga puluh miliyar Rupiah;
- Fidusia  atas  Mesin  sebesar  Rp.  51.096.086.000,-  lima  puluh  satu  miliyar
Sembilan puluh enam juta delapan puluh enam ribu Rupiah -
Fidusia  atas  Barang  Dagangan  sebesar  18.000.000.000,-  delapan  belas miliyar Rupiah;
- Gadai  atas  Saham  sejulan  23.390  dua  puluhtiga  rbu  tiga  ratus  Sembilan
puluh lembar. Besarnya  ketimpangan  tersebut  menyebabkan  bahwa  masih  terdapat  sisa
kewajiban apabila seluruh jaminan dijual sesuai dengan nilai jaminan. Dalam hal masih terdapat sisa kewajiban setelah seluruh asset dijual maka debitur tidak dapat
melepaskan  diri  dari  perikatan  dengan  kreditur  untuk  menyelesaikan  sisa kewajiban  tersebut.  Debitur  masih  memiliki  perikatan  untuk  menyelesaikan
kewajiban  termasuk  terhadap  seluruh  harta  yang  dimiliki  oleh  Debitur.  Hal tersebut  sesuai  dengan  Pasal  1131    KUH  Perdata  yang  menyatakan  “Segala
barang-barang  bergerak  dan  tak  bergerak  milik  debitur,  baik  yang  sudah  ada maupun  yang  akan  ada,  menjadi  jaminan  untuk perikatan-perikatan  perorangan
debitur  itu ”. Demikian juga sebaliknya, apabila seluruh kewajiban debitur dapat
diselesaikan  sebelum  seluruh  jaminan  dijual  maka  jaminan  yang  belum  dijual tersebut harus dikembalikan kepada debitur.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN