Jurnal Ilmiah, Makalah, Penelitian. Perubahan Jatuh Tempo Pembayaran Utang Perubahan Jaminan Dalam Perjanjian

Mariam Liliawati Moejono, Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dalam Kaitannya dengan Pemberian Kredit oleh Perbankan, Bandung: Harvavindo, 2003 Subekti, Jaminan – Jaminan untuk Pemberian Kredit menurut Hukum Indonesia, Bandung : Alumni, 1982 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjajian Kredit Bank, Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993 Syarizl Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum Nasional Prenada Media Group: Jakarta, 2009.

B. Jurnal Ilmiah, Makalah, Penelitian.

Renniwaty Siringoringo, Karateristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan di Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2012, Jakarta: Bank Indonesia, 2012. Sry Kartika, Analisis Hukum Upaya Bank Dalam Mencegah Dan Menyelesaikan Kredit Macet Studi Pada PT. Bank Sumut, Tesis, USU, 2012.

C. Peraturan Perundang-undangan.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31150KEPDIR tanggal 12 Nopember 1998 Peraturan Bank Indonesia No. 72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 30267KEPDIR tentang Kualitas Aktiva Produktif Akta Perjanjian Kredit Nomor 200 tertanggal 31 Juli 2008 yang dibuat dihadapan Notaris Jhon Langsung, S.H. beserta seluruh addendum. Kesepakatan Bersama Mengenai Penyelesaian Pinjaman tertanggal 22 Desember 2009. Universitas Sumatera Utara

BAB III DASAR HUKUM KESEPAKATAN BERSAMA TENTANG

PENYELESAIAN PINJAMAN ANTARA CIMB NIAGA DENGAN MESTIKASAWIT INTIJAYA A. Dasar Hukum Para Pihak Dalam Kesepakatan Bersama Mengenai Penyelesaian Pinjaman Antara CIMB Niaga dengan Mestikasawit Intijaya Kredit merupakan masalah klasik yang melibatkan nasabah sebagai peminjam dana dan bank sebagai pemberi pinjaman. Bagi bank, begitu kredit diputuskan maka langsung timbul resiko yaitu kemungkinan kredit tidak dapat dikembalikan oleh peminjam atau debitor tepat pada waktunya dan pada akhirnya menjadi kredit bermasalah atau macet. Bagi nasabah timbulnya masalah terhadap kredit yangditerima tidak terlepas dari resiko kegagalan bisnis yang dijalani. Kredit yang diberikan oleh setiap bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitor untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, Bank harus melakukan penilaian seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitor. Mengingat bahwa agunan menjadi salah satu unsur jaminan pemberian kredit maka apabila Universitas Sumatera Utara berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan debitor mengembalikan utangnya, agunan hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai kredit dengan yang bersangkutan. 32 Menurut Ridwan Julianto, program restrukturisasi perbankan pada dasarnya dapat dipilah dalam dua besaran pokok, yaitu program pemulihan perbankan recovery program dan pemantapan ketahanan sistem perbankan strengthen the banking system. Recovery program diarahkan pada upaya mengatasi dampak krisis, karena secara factual pekerjaan rumah yang sudah di depan mata memang bagaimana pemulihan tersebut dapat segera dilakukan sekurang-kurangnya untuk meminimalisasikan timbulnya resiko sistemik yang lebih parah. Adapun program pemantapan ketahanan sistem perbankan diperlukan atau diarahkan agar perbankan nasional tidak terperosok lagi dalam segala bentuk krisis serta lebih kuat dan sehat dibanding sebelumnya. 33 Restrukturisasi dan penghapusan kredit macet telah lazim dilakukan di dunia perbankan. Akan tetapi, dalam praktiknya masih ada diskriminasi karena fasilitas semacam ini lebih banyak diberikan kepada debitor besar. Dalam penjelasan Pasal 8 Ayat 2 huruf e UU 10 1998 tentang Perbankan, secara jelas diatur tentang larangan diskriminasi dalam pemberian kredit perbankan. Restrukturisasi kredit sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 7 2005 Pasal 1 angka 25 merupakan upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitor yang mengalami kesulitan untuk memenuhi 32 Hutang Kreditur terdiri dari hutang kredit sebesar Rp. 37.736045.297,- dan Kewajiban Transaksi Valuta Asing sebesar Rp. 214.536.000.000,-. 33 Ridwan Julianto merupakan Corporate Banking Group I Head Bank CIMB Niaga. Wawancara dilakukan pada tanggal 17 Juni 2013. Universitas Sumatera Utara kewajibannya. Restrukturisasi kredit umumnya diarahkan untuk menyelamatkan kredit bermasalah kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Kebanyakan nasabah debitor, khususnya debitor mikro dan debitor kecil, tidak tahu tentang seluk beluk pemberian fasilitas restrukturisasi dan penghapusan kredit macet di perbankan.Akibatnya mereka memiliki kedudukan yang lebih lemah dan sering kali kesulitan mengakses fasilitas tersebut. Padahal, kedua fasilitas tersebut telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia atau PBI 7 2005. Restrukturisasi dan penghapusan kredit macet merupakan tindakan yan sudah lazim dilakukan di kalangan perbankan untuk menurunkan rasio kredit bermasalah non- performing loan agar tingkat kesehatan bank tetap terjaga dengan baik. Meskipun demikian, program restrukturisasi dan penghapusan kredit macet harus dilaksanakan secara benar sesuai aturan hukum yang berlaku agar tidak sampai menimbulkan moral hazard yang dapat merugikan pihak bank, debitor, dan masyarakat. 34 Di masa kini, restrukturisasi dan penghapusan kredit macet secara umum telah diatur secara jelas dalam UU Perbankan UU 101998, Peraturan Bank Indonesia PBI 72005, dan dalam pedoman perkreditan di masing-masing bank. Penghapusan write-off terhadap kredit macet adalah bagian tak terpisahkan dari manajemen risiko penyaluran kredit perbankan. 35 Menurut Ridwan Julianto, restrukturisasi kredit yang dilakukan terhadap Mestikasawit Intijaya melalui Perjanjian Penyelesaian Kredit dilakukan dengan 34 Hasil wawancara dengan Ridwan Julianto pada tanggal 17 Juni 2013. 35 Achmad Anwari, Praktek Perbankan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, hal.71. Universitas Sumatera Utara memperhatikan asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1319 KUH Perdata dan Pasal 52 Peraturan Bank Indonesia Nomor 14 15 PBI2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Pasal 1319 KUH Perdata ”Semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lain ”. Pasal 52 Peraturan Bank Indonesia Nomor 14 15 PBI2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum. “Bank hanya dapat melakukan Restrukturisasi Kredit terhadap debitur yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok danatau bunga Kredit; dan b. debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan dinilai mampu memenuhi kewajiban setelah Kredit direstrukturisasi ”. Salah satu indikasi atau gejala bahwa kredit sudah mulai kurang sehat atau mengarah kepada kredit bermasalah problem loan adalah debitor tersebut mulai sulit atau tidak mampu untuk memnuhi syarat-syarat kredit yang telah ditetapkan dan disepakati bersama dengan pihak bank, apalagi jika debitornasabah tersebut juga sudah menunjukkan gejala-gejala mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada pihak ketiga selain bank misalnya para pemasok, langganan dan sebagainya. 36 Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, maka dalam rangka pengelolaan kredit yang baik bank harus dengan tertib melakukan hal-hal sebagai berikut: 36 Hasil wawancara dengan Ridwan Julianto pada tanggal 17 Juni 2013. Universitas Sumatera Utara 1. Memonitor dengan baik pemenuhan oleh nasabah atas semua persyaratan- persyaratan pemberian kredit yang telah disepakati bersama antara debitor dengan bank. 2. Memonitor pemenuhan dengan baik oleh nasabahdebitor terutama pembayaran bunga dan angsuran dengan tertib dan tepat waktu sesuai dengan yang diperjanjikan. 3. Memonitor perkembangan usaha dan keuangan nasabah termasuk kemampuan likuiditas dan pemenuhan kewajiban debitor kepada pihak lain, selain bank misalnya supplier, langganan dan sebagainya. 37 Memonitoring atas pemberian kredit tersebut harus dilakukan dengan baik, karena: 1. Dapat memberikan peringatan dini early warning, apabila nasabah mulai menunjukkan gejala-gejala mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban- kewajibannya kepada bank maupun pihak ketiga lainnya. 2. Dapat dilakukan tindakan untuk mencegah timbulnya kredit bermasalah problem loan pada waktu yang cepat dan tepat. Selalu dapat diketahui akan timbulnya kredit yang bermasalah terutama apabila monitoring atas kredit tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dalam hal demikian maka pejabat kredit bank harus segera menyadari penurunan kualitas kredit yang ditandatanganinya dan segera melakukan tindakan-tindakan pengamanan. 38 Menurut Ridwan, kredit bermasalah diawali dengan tanda-tanda seperti: 1. Mulai terjadinya tunggakan baik atas bunga maupun pokok pinjaman. 37 Solusi Hukum dalam Menyelesaikan Kredit bermasalah Jakarta: InfoBank, 1997, hal.40-41. 38 Hasil wawancara dengan Ridwan Julianto pada tanggal 17 Juni 2013. Universitas Sumatera Utara 2. Memburuknya adverse trends neraca rugi laba financial statement debitor dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. 3. Adanya pemberian keterangan yang tidak benar fraudulent information oleh debitor. 4. Hilangnya kerjasama yang baik dengan debitor. 5. Tidak terpeliharanya dengan baik barang-barang jaminan Sebelum dilakukan restrukturisasi kredit, maka CIMB Niaga harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. 39 1. Tingkat kelayakan restrukturisasi Feasible layak atau tidaknya rencana restrukturisasi kredit debitor sebagai pedoman bagi pihak bank dalam mengambil keputusan. Hal ini tergantung pada hasil analisa pihak bank terhadap kondisi aktiva dan passiva perusahaan debitor yang termuat dalam neraca perusahaan atau laporan keuangan debitor. Utang debitor akan dianggap layak untuk direstrukturisasi apabila : a. Perusahaan debitor masih memiliki prospek usaha yang baik untuk mampu melunasi utang-utang tersebut dalam jangka waktu tertentu. b. Utang Debitor dianggap layak untuk direstrukturisasi apabila para kreditor akan memperoleh pelunasan utang-utang mereka yang jumlahnya lebih besar melalui restrukturisasi daripada apabila perusahaan dinyatakan pailit. c. Apabila syarat-syarat utang berdasarkan kesepakatan restrukturisasi menjadi lebih menguntungkan bagi kreditor daripada apabila tidak dilakukan restrukturisasi. 39 Hasil wawancara dengan Ridwan Julianto pada tanggal 17 Juni 2013. Universitas Sumatera Utara 2. Seberapa besar nilai kredit yang akan direstrukturisasi. 3. Apakah debitor akan menjalankan usaha yang lain atau memperbaiki usaha yang ada untuk memenuhi kewajiban kepada bank. 4. Apakah niat baik dari debitor sebelum dilakukan restrukturisasi kredit. CIMB Niaga menangani kredit bermasalah secara terencana melalui tahap- tahap sebagai berikut: 40 1. Melakukan identifikasi kredit bermasalah melalui penetapan penggolongan kolektibilitas kredit 2. Melakukan evaluasi dan klasifikasi kredit-kredit yang masih dapat diselamatkan dan yang sudah tidak dapat diselamatkan lagi. 3. Melakukan tindak lanjut penyelesaian dengan memperhitungkan target dan hasil penyelesaian. 4. Mengevaluasi hasil penyelesaian kredit bermasalah. Walaupun tahapan penanganan kredit bermasalah telah disusun dengan baik, namun tidak berarti bahwa proses restrukturisasi kredit tidak mengalami kendala. Beberapa kendala yang dihadapi dalam proses restrukturisasi kredit seperti tidak adanya keterbukaan antara kreditor dan debitor. Hal demikian tidak lepas dari sifat hubungan yang antagonistik antara keduanya. Pihak kreditor, dalam hal ini bank, dalam prakteknya menetapkan persyaratan lebih mencerminkan besarnya kerugian yang dapat ditolerirnya serta kepastian pembayaran sesegera mungkin tanpa memperhatikan kondisi bisnis dan keuangan 40 Hasil wawancara dengan Ridwan Julianto pada tanggal 17 Juni 2013. Universitas Sumatera Utara debitornya. Pada sisi yang lain pihak debitor selalu berupaya memperoleh keringanan yang maksimal dengan menyerahkan agunan seminimal mungkin. B. Sahnya Perjanjian Tentang Kesepakatan Pinjaman Antara PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan PT. Mestikasawit Intijaya Perjanjian KBPP merupakan salah satu bentuk perjanjian yang harus memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata sebagai berikut: Pasal 1320 KUH Perdata Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat; 1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; 2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. suatu pokok persoalan tertentu; 4. suatu sebab yang tidak terlarang. Untuk mengetahui apakah Perjanjian KBPP telah memenuhi syarat sahnya perjanjian maka diberikan penjelasan masing-masing sebagai berikut: 1. Kesepakatan Para Pihak yang mengikatkan dirinya Para pihak yang terlibat dalam Perjanjian KBPP terdiri dari 3 pihak, yaitu: a. CIMB Niaga yang merupakan kreditur diwakili oleh Ridwan W Julianto sebagai kuasa Direksi CIMB Niaga; b. PT. Mestikasawit Intijaya diwakili oleh Wijayanto sebagai direktur PT. Mestikasawit Intijaya; dan c. Wijayanto dan Selly Kustamin sebagai Penjamin Universitas Sumatera Utara Sesuai Pasal 1321 KUH Perdata, kesepakatan para pihak harus lepas dari unsur-unsur kekhilafan 41 , paksaan 42 atau penipuan 43 yang berbunyi sebagai berikut “Tiada suatu persetujuan pun mempunyai kekuatan jika diberikan karena kekhilafan atau di peroleh dengan paksaan atau penipuan”. Kesepakatan PKBPP dapat dilihat dari masing-masing pihak telah menandatangani PKBPP halaman 12 sehingga para pihak tersebut menyatakan kesepakatan untuk mengikatkan diri dalam PKBPP, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. 2. Para Pihak Cakap Melakukan Perbuatan Hukum 41 Pasal 1322 KUH Perdata Kekhilafan tidak mengakibatkan batalnya suatu persetujuan, kecuali jika kekhilafan itu terjadi mengenai hakikat barang yang menjadi pokok persetujuan. Kekhilafan tidak mengakibatkan kebatalan, jika kekhilafan itu hanya terjadi mengenai diri orang yang dengannya seseorang bermaksud untuk mengadakan persetujuan, kecuali jika persetujuan itu diberikan terutama karena diri orang yang bersangkutan. 42 Pasal 1323 KUH Perdata Paksaan yang diakukan terhadap orang yang mengadakan suatu persetujuan mengakibatkanbatalnya persetujuan yang bersangkutan, juga bila paksaan itu dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak berkepentingan dalam persetujuan yang dibuat itu. Pasal 1324 KUH Perdata Paksaan terjadi, bila tindakan itu sedemikian rupa sehingga memberi kesan dan dapat menimbulkan ketakutan pada orang yang berakal sehat, bahwa dirinya, orang-orangnya, atau kekayaannya, terancam rugi besar dalam waktu dekat. Dalam pertimbangan hal tersebut, harus diperhatikan usia, jenis kelamin dan kedudukan orang yang bersangkutan. Pasal 1325 KUH Perdata Paksaan menjadikan suatu persetujuan batal, bukan hanya bila dilakukan terhadap salah satu pihak yang membuat persetujuan, melainkan juga bila dilakukan terhadap suami atau istri atau keluarganya dalam garis ke atas maupun ke bawah. Pasal 1326 KUH Perdata Rasa takut karena hormat kepada bapak, ibu atau keluarga lain dalam garis ke atas, tanpa disertai kekerasan, tidak cukup untuk membatalkan persetujuan. Pasal 1327 KUH Perdata Pembatalan suatu persetujuan berdasarkan paksaan tidak dapat dituntut lagi, bila setelah paksaan berhenti persetujuan itu dibenarkan, baik secara tegas maupun secara diam- diam, atau jika telah dibiarkan lewat waktu yang ditetapkan oleh undang-undang untuk dapat dipulihkan seluruhnya ke keadaan sebelumnya. 43 Pasal 1328 KUH Perdata Penipuan merupakan suatu alasan untuk membatalkan suatu persetujuan, bila penipuan yang dipakai oleh salah satu pihak adalah sedemikian rupa, sehingga nyata bahwa pihak yang lain tidak akan mengadakan perjanjian itu tanpa adanya tipu muslihat. Penipuan tidak dapat hanya dikira-kira, melainkan harus dibuktikan. . Universitas Sumatera Utara PKBPP melibatkan tiga pihak, yaitu: a. CIMB Niaga sebagai kreditur yang diwakili oleh Ridwan W Julianto berdasarkan Surat Kuasa Direksi tertanggal 16 Desember 2009. CIMB Niaga merupakan sebuah badan hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas, sehingga dalam melakukan perbuatan hukum diwakili oleh Direksi sesuai Pasal 1 butir 5 jo Pasal 103 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagai berikut: Pasal1 butir 5 UU Perseroan Terbatas “Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar”. Pasal 103 UU Perseroan Terbatas “Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada 1 satu orang karyawan Perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama Perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa”. Berdasarkan Pasal 1 butir 5 jo Pasal 103 UU Perseroan Terbatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ridwan W Julianto merupakan pihak yang cakap melakukan perbuatan hukum untuk mewakili CIMB Niaga dalam melakukan Perjanjian KBPP. b. PT. Mestikasawit Intijaya sebagai Debitur yang diwakili oleh Wijayanto yang bertindak sebagai Direktur PT. Mestikasawit Intijaya. Sesuai dengan Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas maka Wijayanto adalah pihak yang cakap Universitas Sumatera Utara untuk melakukan mewakili PT. Mestikasawit Intijaya untuk melakukan PKBPP. Pasal1 butir 5 UU Perseroan Terbatas “Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar”. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa Wijayanto yang bertindak sebagai Direktur PT. Mestikasawit Intijaya merupakan pihak yang cakap melakukan perbuatan hukum untuk mewakili PT. Mestikasawit Intijaya dalam melakukan Perjanjian KBPP. c. Wijayanto dan Selly Kustamin sebagai penjamin dalam Perjanjian KBPP. Dalam perjanjian ini, jaminan kebendaan yang dijaminkan berupa gadai atas saham sejumlah 23.390 dua puluh tiga ribu tiga ratus Sembilan puluh lembar saham PT. Mustikasawit Intijaya atas nama Wijayanto dan Selly Kustamin. Sesuai dengan ……, Wijayanto yang memiliki 23.390 lembar saham PT. Mustikasawit Intijaya merupakan pihak yang cakap untuk melakukan perjanjian PKBPP 2013. Berdasarkan hal tersebut, maka pada pihak cakap untuk melakukan PKBPP. 3. Suatu pokok persoalan tertentu Universitas Sumatera Utara Perjanjian KBPP mengatur tentang suatu hal tertentu, yaitu restrukturisasi piniaman Debitur kepada Kreditur dimana penyelesaian kewajiban Debitur dengan cara penyerahan asset yang dimiliki Kreditur dan Pemilik Aset berupa saham, tanah dan bangunan, mesin dan barang dagangan sebagaimana telah disebutkan di atas. Aset yang diserahkan tersebut selanjutnya menjadi hak sepenuhnya Kreditur yang akan dijual kepada Pihak Ketiga. Hasil penjualan asset tersebut akan diperhitungkan sebagai pelunasan seluruh kewajiban Debitur kepada Kreditur. Pasal 2 Perjanjian PKBB menyatakan sebagai berikut: 2.1. Debitur dan Pemilik Aset setuju dan sepakat bahwa penyelesaian hutang debitur kepada kreditur akan diselesaikan dengan cara penyerahan kepada kreditur, berupa: a. Saham sebagaimana disebutkan di atas b. Tanah dan Bangunan sebagaimana disebutkan di atas c. Mesin dan Barang Dagangan sebagaimana disebutkan di atas Keseluruhan saham, tanah, bangunan, mesin dan barang dagangan disebut sebagai Aset 2.2. Aset yang diserahkan sebagaimana ditetapkan dalam ayat 2.1 Pasal ini, kaan dijual kreditur kepada Pihak Ketiga dan uang hasil penjualan tersebut diserahkan oleh Debitur dan Pemilik Aset kepada Kreditur dan karenanya menjadi hak sepenuhnya kreditur, yang akan diperhitungkan sebagai pelunasan seluruh kewajiban debitur terhadap kreditur; 2.3. debitur dan Pemilik Aset diwajibkan untuk menyerahkan kepada Kreditur jika belum berada di Kredituor berupa: a. Saham-saham tersebut atau resipis sebagai pemgganti saham-saham; b. Dokumen-dokumen asli kepemilikan atas jaminan, berikut fisik jaminan tersebut di atas kepada Kreditur, dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari terhitung sejak tanggal ditandanganinya Akta ini 2.3. Seluruh hutang Debitur terhadap Kreditur yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 1.1. di atas akan dinyatakan lunas setelah asset terjual seluruhnya dan harga penjualannya telah diterima oleh Kreditur. Selama hasil pembayaran penjualan Universitas Sumatera Utara Aset belum diterima oleh Kreditur maka hutang Debitur masih terhutang dan dinyatakan belum terbayarkan. 4. Suatu sebab yang tidak dilarang Maksudnya adalah bahwa suatu perjanjian harus dibuat dengan maksud alasan yang sesuai hukum yang berlaku. Jadi tidak boleh dibuat kontrak untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan isi perjanjian tidak dilarang oleh undang-undang atau tidak bertentangan dengan kesusilaan ketertiban umum. Selain itu pasal 1335 KUH Perdata juga menentukan bahwa suatu perjanjian yang dibuat tanpa sebab atau dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang adalah tidak mempunyai kekuatan hukum. Pasal 1335 KUH Perdata Suatu persetujuan tanpa sebab, atau dibuat berdasarkan suatu sebab yang palsu atau yang terlarang, tidaklah mempunyai kekuatan. Pasal 1336 KUH Perdata Jika tidak dinyatakan suatu sebab, tetapi memang ada sebab yang tidak terlarang, atau jika ada sebab lain yang tidak terlarang selain dan yang dinyatakan itu, persetujuan itu adalah sah. Pasal 1337 KUH Perdata Suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh undang- undang atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau dengan ketertiban umum. Perjanjian KBPP memenuhi syarat tersebut mengingat bahwa Perjanjian KBPP dilakukan dengan memiliki tujuan yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan dan ketertiban umum. Perjanjian KBPP tersebut merupakan bentuk restrukturisasi kredit yang bertujuan untuk membantu Universitas Sumatera Utara penyelesaian utang debitur kepada kreditur dengan menyerahkan aset milik kreditur dan penjamin untuk melunasi hutang debitur. Universitas Sumatera Utara

BAB IV AKIBAT HUKUM PERJANJIAN TENTANG KESEPAKATAN BERSAMA

ANTARA PT. BANK CIMB NIAGA TBK DENGAN PT. MESTIKASAWIT INTIJAYA Sebagaimana telah disampaikan pada bab sebelumnya bahwa KBPP merupakan salah salah satu bentuk restrukturisasi yang menyebabkan perubahan berbagai ketentuan pemberian kredit yang telah disepakati sebelumnya, yaitu: 1. Perubahan jatuh tempo pembayaran Utang 2. Perubahan jaminan yang akan dieksekusi 3. Perubahan hak dan kewajiban pembayaran hutang

A. Perubahan Jatuh Tempo Pembayaran Utang

Kesepakatan Bersama Mengenai Penyelesaian Pinjaman telah menyepakati perubahan jatuh tempo pembayaran utang. Melalui Perjanjian Kredit Nomor 200 tanggal 31 Juli 2008 memberikan batas waktu pembayaran utang, yaitu: 1. Pinjaman Rekening Koran sebesar Rp. 5.000.000.000,- lima miliyar Rupiah dengan jatuh tempo pembayaran pada tangal 31 Juli 2009. 2. Pinjaman Tetap Angsuran sebesar Rp. 40.000.000.000,- empat puluh milyar Rupiah yang jatuh tempo pada 31 Juli 2012. Pinjaman tersebut kemudian diperbaharui melalui Addendum Perjanjian Kredit Nomor 0344AddendumPKMDPIX2008 tertanggal 5 September 2008 Universitas Sumatera Utara yang menambah fasilitas kredit berupa Treasury Pre Settlement LineBaru sebesar Rp. 2.432.000.000,- dengan jangka waktu sampai dengan 31 Juli 2013 Selain itu, perjanjian tersebut juga mengubah jangka waktu pinjaman tetap angsuran menjadi 31 Juli 2013. Dengan demikian, maka perubahan jatuh tempo kredit adalah sebagai berikut: 1. Pinjaman Rekening Koran dengan jatuh tempo pembayaran pada tangal 31 Juli 2009. 2. Pinjaman Tetap Angsuran yang jatuh tempo pada 31 Juli 2012. 3. Treasury Pre Settlement Line jangka waktu sampai dengan 31 Juli 2013. Jatuh tempo pembayaran utang tersebut kembali mengalami perubahan melalui KBPP dimana jatuh tempo pada KBPP adalah pada saat seluruh Aset terjual kepada Pihak Ketiga dan hasil penjualan seluruh asset tersebut diterima oleh CIMB Niaga.

B. Perubahan Jaminan Dalam Perjanjian

Mestikasawit Intijaya mengikatkan dirinya dengan Bank CIMB Niaga 44 sejak tanggal 31 Juli 2008 melalui Perjanjian Kredit No. 200 yang dibuat di hadapan Notaris Jhon Lansung, S.H. yang kemudian dilakukan 2 dua kali addendum, yaitu Nomor 0344AddendemPKMDPIX2008 tertanggal 5 September 2008 dan Nomor 339AddendumPKMDPVII2009 tertanggal 24 Juli 2009. 44 PT. Bank Lippo, Tbk. bergabung dengan PT. Bank CIMB Niaga Tbk pada November 2008. Universitas Sumatera Utara Sebelum dilakukan KBPP, jaminan yang diberikan Mestikasawit Intijaya yang diatur dalam Addendum Perjanjian Kredit Nomor 339AddendumPKMDPVII2009 tertanggal 24 Juli 2009 berupa: 1. Sertifikat Hak Milik SHM Nomor 65Pematang Seleng seluas 146.923 m2 terletak di Desa Pematang Seleng, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara 2. Sertifikat Hak Milik SHM Nomor 246Pematang Seleng seluas 19.978 m2 terletak di Desa Pematang Seleng, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara 3. Sertifikat Hak Milik SHM Nomor 342Pematang Seleng seluas 5.541 m2 terletak di Desa Pematang Seleng, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara 4. Satu Lembar Perincian Stock PT. Mestikasawit Intijaya tanggal 21 Juli 2008 senilai Rp. 18.045.537.022,-; 5. Satu Lembar Daftar Mesin-mesin PT. Mestikasawit Intijaya tanggal 31 Juli 2008 senilai Rp. 51.096.086.000,- 6. Asuransi atas Bangunan Pabrik Kelapa Sawit, Mesin-mesin dan stock berupa bahan baku pada PT. Asuransi Central Asia senilai USD 4.000.000.000,- Jaminan dalam perjanjian tersebut mengalami perubahan dimana KBPP memberikan jaminan berupa: 1. Sertifikat Hak Milik SHM Nomor 65Pematang Seleng seluas 146.923 m2 terletak di Desa Pematang Seleng, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2. Sertifikat Hak Milik SHM Nomor 246Pematang Seleng seluas 19.978 m2 terletak di Desa Pematang Seleng, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara 3. Sertifikat Hak Milik SHM Nomor 342Pematang Seleng seluas 5.541 m2 terletak di Desa Pematang Seleng, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara 4. Satu Lembar Perincian Stock PT. Mestikasawit Intijaya tanggal 21 Juli 2008 senilai Rp. 18.045.537.022,-; 5. Satu Lembar Daftar Mesin-mesin PT. Mestikasawit Intijaya tanggal 31 Juli 2008 senilai Rp. 51.096.086.000,- 6. Gadai atas saham sejumlah 23.390 dua puluh tiga ribu tiga ratus Sembilan puluh lembar saham dalam PT. Mustikasawit Intijaya. Jaminan dalam KBPP mengalami perubahan dimana terdapat jaminan yang bertambah, yaitu gadai atas saham sejumlah 23.390 dua puluh tiga ribu tiga ratus Sembilan puluh lembar saham dalam PT. Mustikasawit Intijaya yang terdiri dari saham milik Wijayanto sebanyak 23.330 dua puluh tiga ribu tiga ratus tiga puluh lembar saham dan milik Shelly Kustamin sebanyak 60 enam puluh lembar saham. Persetujuan untuk penambahan jaminan tersebut telah disetujui oleh Wijayanto dan Shelly Kustamin dimana dalam KBPP bertindak sebagai pemilik asset yang setuju untuk menyerahkan asset tersebut sebagai bagian dari penyelesaian hutang debitur kepada kreditur. Universitas Sumatera Utara

C. Penyelesaian Permasalahan Yang Timbul Dalam Perjanjian