50
4.2 Prinsip Kerja
Prinsip kerja alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK  adalah  dimana  pompa  kalor  memberikan  panas  dengan  mengekstaksi
energi  dari  udara  sekitar.  Panas  kering  udara  diproses  memasuki  ruang pengering dan berinteraksi dengan bahan pertanian yang akan dikeringkan.
Udara  lembab  dan  hangat  dari  ruang  pengering  diteruskan  ke  APK untuk  menaikkan  temperatur  udara  yang  keluar  dari  evaporator  yang  akan
dialirkan ke kondensor dan kembali ke ruang pengering. Demikian seterusnya siklus udara pengering tersebut bersirkulasi.
4.3 Analisa Performansi Teknis 4.3.1 Data Hasil Pengukuran
Proses pengumpulan data dilakukan pada Senin, 2 Agustus 2015, Pukul 9.30 WIB sd selesai. Awal mula mesin pompa kalor dihidupkan
selama  ±  90  menit  atau  temperatur  ruang  pengering  mencapai  37,6 C
selama  ±  5  jam.  Adapun  data  yang  diperoleh  dari  hasil  pengukuran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.  Kecepatan Udara Udara  yang  mengalir  dalam  sistem  pengeringan  bervariasi
kecepatannya.  Pengukuran  kecepatan  dilakukan  pada  titik  dimana udara  akan  masuk  ke  kondensor  dengan  menggunakan  hot  wire
anemometer.  Adapun  data  hasil  pengukuran  kecepatan  udara  ini diperlihatkan  pada  tabel  4.1.  Dimana  data  yang  diperoleh  adalah
kecepatan udara dan temperatur rata-rata.
Universitas Sumatera Utara
51 Tabel 4.1 Kecepatan dan Temperatur Udara Menuju Kondensor
No. Jam ke
Kecepatan Udara ms
Temperatur C
1 I
0,39 35,6
2 II
0,15 39,8
3 III
0,30 41,0
4 IV
0,31 40,8
5 V
0,25 40,1
6 VI
0,22 41,8
Rata-rata 0,27
40,31
2.  Temperatur dan Kelembaban Udara Pengukuran temperatur dan kelembaban udara dilakukan dengan
menggunakan alat ukur Rh meter, dimana Rh meter diletakkan pada 2  titik  pengukuran,  yaitu  pada  saat  udara  keluar  kondensor  menuju
ruang pengering dan udara pada saat keluar ruang pengering menuju APK.  Adapun  data  temperatur  dan  kelembaban  terlihat  pada  tabel
4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Data Temperatur dan Kelembaban
No. Titik
Pengukuran Temperatur
C Kelembaban
Rata-rata Maks
Min Rata-rata
Maks Min
1 Titik 1
54,17 57,2
31,4 23,36
65,9 17,5
2 Titik 2
45,43 48,6
31,1 35,24
69,1 26,6
Keterangan: Titik 1  : Udara Masuk Ruang Pengering
Titik 2   : Udara Keluar Ruang Pengering
3.  Tekanan Refrigeran Pengukuran tekanan  refrigeran dilakukan dengan menggunakan
alat  ukur  Pressure  Gauge,  dimana  pengukuran  dilakukan  pada  saat
Universitas Sumatera Utara
52 refrigeran masuk ke kompresor titik A, keluar kompresor titik B
dan  keluar  kondensor  titik  C.  Hasil  pengukuran  untuk  masing- masing titik tersebut adalah:
  Titik A; P1
gage
= 40 Psi = 377,115 kPa, tekanan absolutnya adalah P1
abs
= 477,115 kPa = 0,477 MPa   Titik  B;  P2
gage
=  250  Psi  =  1825,01  kPa,  tekanan  absolutnya adalah P2
abs
= 1925,01 kPa = 1,925 MPa   Titik  C;  P3
gage
=  200  Psi  =  1480,27  kPa,  tekanan  absolutnya adalah P3
abs
= 1580,27 kPa = 1,580 MPa
4.3.2 Menghitung Coefficient of performance COPPompa Kalor
Coefficient  of  performance  COP  pompa  kalor  adalah perbandingan  antara  kalor  yang  dilepas  oleh  kondensor  dengan  kerja
energi  yang  di  konsumsi  dalam  siklus.  Dimana  energi  yang dikonsumsi pada siklus ini adalah :
1.  Energi menggerakkan kompressor; 2.  Energi menggerakkan kipas;
Coefficient of performance COP pompa kalor dihitung dari persamaan 2.5, yaitu:
Atau:
Dimana: Kalor  yang  dilepaskan  oleh  kondensor  dihitung  dengan  persamaan
2.6, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
53 Laju aliran massa udara:
Dimana: adalah density
berat jenis udara, ρ = 1,22 kgm
3
. A adalah luas penampang saluran udara, dimana:
Panjang,   = 0,6m dan Lebar,   = 0,5m
adalah kecepatan udara mengalir dalam saluran kondensor. Untuk kecepatan udara 0,27 ms diperoleh laju aliran massa udara
adalah:
Panas jenis spesifik udara: Suhu rata-rata udara keluar kondensor:
= 327,17 K Suhu rata-rata udara masuk kondensor:
= 313,31 K Kalor yang dilepaskan oleh kondensor adalah:
Energi menggerakkan kompresor dihitung dengan persamaan:
Universitas Sumatera Utara
54 Sedangkan  laju  aliran  refrigeran  dihitung  dengan  menggunakan
persamaan:
Dari  hasil  pengukuran  tekanan  refrigeran,  dengan  menggunakan tabel dan diagram refrigeran R22 DuPont Lampiran 1, diperoleh data
termodinamik refrigeran R22 seperti terlihat pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Data Termodinamik Refrigeran R22 DuPont
Titik T,
o
C p,
kPa h,
kJkg
1 -1,32
477 404,57
2 79,8
1925 446,966
3 41,23
1580 251,3
4
-1,32 477
251,3 Data pada tabel 4.3 diperoleh berdasarkan perhitungan dengan cara
interpolasi pada tabel R22 yang dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4.4 Interpolasi Nilai Entalpi
p, kPa
h, kJkg
466,4 404,3
477 X
482,0 404,7
Maka nilai h1 vapour pada tekanan 477 kPa adalah 404,57 kJkg.
Universitas Sumatera Utara
55 Dengan  cara  yang  sama  diperoleh  nilai  h2  superheated  pada
tekanan  1925  kPa  adalah  446,966  kJkg,  dan  h3  liquid  pada  tekanan 1580  kPa  adalah  251,3  kJkg.  berdasarkan  siklus  kompresi  uap  ideal
nilai  h4  sama  dengan  h3  yaitu    251,3  kJkg  dimana  tekanan  h4  sama dengan h1 yaitu 477 kPa.
Selanjutnya nilai laju aliran massa refrigeran diperoleh:
Maka energi daya kompresor adalah:
Kalor yang diserap oleh evaporator sebesar:
Daya menggerakkan kipas fan diperoleh sebesar 0,105kW Maka coefficient of performance COP dari pompa kalor dengan
kecepatan udara mengalir melalui kondensor sebesar 0,27ms diperoleh:
Universitas Sumatera Utara
56 Total Performance TP diperoleh:
4.3.3 Pengukuran Temperatur dan Relative Humidity RH
Pengambilan  data  temperatur  dan  relative  humidity    dilakukan pada  tanggal  2  Agustus  2015  dengan  menggunakan  alat  RHT  meter.
Dimana  pemasangan  RHT  meter  di  tempatkan  pada  2  titik  yaitu  pada saat udara masuk ruang pengering dan udara keluar ruang pengering.
Tabel 4.5 Temperatur dan RH Udara Masuk Ruang Pengering
No. Waktu
WIB Temperatur
◦C Relative Humidity
1 11:07:13
31.4 65.9
2 11:37:13
49.6 29.1
3 12:07:13
52.8 24.8
4 12:37:13
53.6 23.6
5 13:07:13
55.6 21.6
6 13:37:13
56.3 21.1
7 14:07:13
56.4 20.8
8 14:37:13
57 20.6
9 15:07:13
56.9 20
10 15:37:13
56.6 19.2
11 16:07:13
57 17.8
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 3
Universitas Sumatera Utara
57 Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat udara
masuk ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.11.
60 55
50 45
40 35
30
T emp
erat ur °C
12:00 13:00
14:00 15:00
16:00
Waktu WIB
70 60
50 40
30 20
Rel at
iv e Hu
mi di
ty
Temperatur Relative Humidity
Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Temperatur, Rh dan Waktu Pada Saat Udara Masuk Ruang Pengering
Kelembaban udara masuk ruang pengeringan rata-rata dari pompa kalor  ini  sebesar  23,36  dan  temperatur  rata-rata  54,17
C.  Dimana kelembaban  udara  maksimum  sebesar  65,9  pada  temperatur  31,4
C dan  kelembaban  udara  minimum  sebesar  17,5  pada  temperatur
56,6 C.
Tabel 4.6 Temperatur dan RH Udara Keluar Ruang Pengering
No. Waktu
WIB Temperatur
◦C Relative Humidity
1 11:07:14
31.1 69.1
2 11:37:14
41.1 43.6
3 12:07:14
43.6 38.5
4 12:37:14
45.3 35.4
5 13:07:14
46.2 33.9
6 13:37:14
46.3 33.9
7 14:07:14
47.3 32.2
8 14:37:14
47.9 31.7
9 15:07:14
48.2 30.5
10 15:37:14
47.9 29.2
11 16:07:14
47.6 28
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 4
Universitas Sumatera Utara
58 Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat udara
keluar ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.12.
48 44
40 36
32
T emp
erat u
r °C
12:00 13:00
14:00 15:00
16:00
Waktu WIB
70 65
60 55
50 45
40 35
30 25
Rel at
iv e Hu
mi d
ity
Temperatur Relative Humidity
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Temperatur, RH dan Waktu Pada Saat Udara Keluar Ruang Pengering
Setelah  udara  melewati  ruang  pengeringan  kelembaban  udara naik  menjadi  rata-rata  35,24  dan  temperatur  rata-rata  45,43
C. Dimana  kelembaban  udara  maksimum  sebesar  69,1  pada  temperatur
31,1 C dan kelembaban udara minimum sebesar 26,6 pada temperatur
48,1 C.
4.4 Proses Pembuatan Manufacturing Process
Dalam proses pembuatan alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor  dengan  APK  ini  perlu  diperhatikan  beberapa  hal  antara  lain  ketelitian
ukuran,  pemotongan  bahan,  penyambungan  dan  proses  pemasangan  serta Finishing. Hal ini perlu diperhatikan guna hasil yang diperoleh sesuai dengan
apa yang telah dirancang sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
59
4.4.1 Proses Pemotongan
Proses pemotongan dilakukan dengan menggunakan beberapa alat pemotong diantaranya gergaji besi, gerinda potong, gerinda tangan, bor
tangan, gunting seng dan cutter. 1.  Pemotongan bahan untuk rangka utama
Bahan  yang  digunakan  untuk  pembuatan  rangka  utama  adalah besi  hollow    dengan  ukuran  40mm  x  40mm  dengan  tebal  1,8mm.
Dimana  alat  yang  digunakan  untuk  memotong  bahan  untuk  rangka utama ini adalah mesin gerinda potong.
2.  Pemotongan bahan untuk rangka pintu Bahan yang digunakan untuk membuat rangka pintu adalah besi
hollow    dengan  ukuran  30mm  x  30mm  dengan  tebal  1,6mm.  Alat yang  digunakan  untuk  memotong  bahan  tersebut  adalah  mesin
gerinda potong. 3.  Pemotongan bahan untuk dinding penutup dan dinding pintu
Bahan yang digunakan untuk dinding penutup dan dinding pintu alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK ini
adalah  pelat  lembaran  jenis  aluminium  dengan  ukuran  1800mm  x 1000mm  dengan  ketebalan  0,8mm.  Dimana  alat  yang  digunakan
untuk memotong pelat aluminium ini adalah gerinda tangan. 4.  Pemotongan bahan untuk pembuatan bakiwadah
Bahan yang digunakan untuk pembuatan bakiwadah adalah besi hollow    stainless  steel  dengan  ukuran  20mm  x  20mm  dengan  tebal
1,5mm  dan  juga  kasa  stainless  steel  sebagai  wadah  produk  yang akan dikeringkan. Sedangkan alat  yang digunakan untuk memotong
besi hollow  stainless steel tersebut adalah mesin gerinda potong dan gunting seng digunakan untuk memotong kasa stainless steel.
5.  Pemotongan bahan untuk saluran udara Bahan yang digunakan untuk saluran udara pada alat pengering
bahan  pertanian  sistem  pompa  kalor  dengan  APK  ini  adalah  pipa
Universitas Sumatera Utara
60 PVC  dengan  diameter  3  inchi  dan  4  inchi.  Alat  yang  digunakan
untuk memotong pipa PVC ini adalah gergaji besi.
4.4.2 Proses Penyambungan
Proses  penyambungan  dalam  pembuatan  alat  pengering  bahan pertanian  sistem  pompa  kalor  dengan  APK  ini  adalah  dengan
menggunakan las listrik,  engsel, lem  silikon, baut-mur dan sambungan keling,
1.  Penyambungan rangka utama Proses penyambungan rangka utama dengan las listrik.
2.  Penyambungan dinding penutup dan dinding pintu Proses penyambungan dinding  penutup  alat pengering dan juga
dinding pintu menggunakan sambungan keling. 3.  Penyambungan rangka bakiwadah
Proses  penyambungan  bakiwadah  pada  alat  pengering menggunakan las listrik.
4.  Penyambungan pintu dengan rangka utama Proses  penyambungan  pintu  pada  rangka  utama  menggunakan
sambungan engsel kupu-kupu pada bagian depan dan engsel jantan- betina pada bagian pintu belakang.
5.  Penyambungan kaca pada bagian pintu Proses  penyambungan  kaca  pada  pintu  menggunakan  lem
silikon. 6.  Penyambungan komponen-komponen alat di dalam lemari pengering
Proses  penyambungan  komponen  alat  seperti  APK,  kondensor, kipas  dan  juga  evaporator  dengan  mengngunakan  sambungan  baut-
mur. 7.  Penyambungan roda dengan tempat dudukan lemari pengering
Proses  penyambungan  roda  dengan  tempat  dudukan  lemari pengering adalah dengan menggunakan las listrik.
Universitas Sumatera Utara
61
4.4.3 Proses Pemasanganperakitan
Dalam  proses  pemasanganperakitan  komponen-komponen  pada alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK adalah
dengan menggunakan paku keling dan baut-mur. 1.  Pemasangan dinding
Dalam  proses  pemasangan  keseluruhan  dinding  pada  alat pengering ini menggunakan paku keling dengan diameter 5mm.
2.  Pemasangan komponen-komponen di dalam lemari pengering Pemasangan  komponen-komponen  seperti  kondensor,  kipas,
APK dan juga evaporator dengan menggunakan baut-mur M10. 3.  Pemasangan isolator rockwool
Pemasangan  rockwool  pada  dinding  ruang  pengering  dan  juga ruang kondensor menggunakan paku keling dimameter 5mm.
4.4.4 Proses Finishing
Proses  finishing  dilakukan  pada  saat  selesai  proses  pengelasan dengan  las  listrik  dengan  cara  penggerindaan  dengan  gerinda  tangan.
Selanjutnya  proses  finishing  yang  dilakukan  adalah  pengecatan  rangka utama maupun dudukan lemari pengering yang telah selesai dibuat.
4.5  Prosedur  Pengoperasian  Kerja  Alat  Pengering  Bahan  Pertanian  Sistem Pompa Kalor dengan APK
Adapun  cara  pengoperasian    kerja  alat  pengering  bahan  pertanian adalah sebagai berikut:
1.  Cabai merah keriting dicuci bersih dan dibuang tangkainya 2.  Cabai  direndam  ke  dalam  waterbath  degan  temperatur  60
C  selama  10 menit guna mempertahankan warna pada cabai, selanjutnya ditiriskan
3.  Letakkan  cabai  pada  bakiwadah  yang  terdapat  pada  alat  pengering, kemudian tutup pintu ruang pengering
4.  Sambungkan stop kontak pada sumber listrik
Universitas Sumatera Utara
62 5.  Naikkan stutt yang ada di dalam kontrol panel
6.  Putar sakelar utama ke posisi ON 7.  Putar sakelar fan ke posisi ON
8.  Atur suhu maksimal thermostat sebesar 60 C
9.  Pengeringan dilakukan 8 jam setiap harinya atau sesuai kebutuhan 10. Seletah melakukan proses pengeringan putar sakelar fan ke posisi OFF dan
sakelar utama ke posisi OFF 11. Turunkan stutt yang ada ada di dalam kontrol panel
12. Cabutlah stop kontak dari sumber arus listrik.
4.6 Hasil Pengujian Cabai Merah Keriting 4.6.1 Cabai Merah Keriting Utuh
1. Hasil Pengujian Moisture Ratio MR Sebelumnya  cabai  merah  keriting  diuji  kadar  airnya  pada  3
September  2015  di  labolatorium  makanan  minumam  dan  bahan pertanian  milik  Balai  Riset  dan  Standarisasi  Industri  Medan  dan
diperoleh kadar airnya ±78,50 Lampiran 5. Sebelum dikeringkan cabai  merah  keriting  ini  dibuang  tangkainya  dan  dicuci  bersih,  lalu
cabai  direndam  ke  waterbath  dengan  temperatur  60 C  selama  10
menit.  Hal  ini  dilakukan  guna  mempertahankan  warna  pada  cabai merah keriting.
Berikut  adalah  data-data  yang  diambil  pada  saat  pengujian pengeringan cabai merah keriting utuh.
Berat awal : 200 gr
Kadar air : 157 gr 78,50
Berat akhir : 43 gr
Kadar air akhir masa : 10
Masa cabai kering : 63 gr
Universitas Sumatera Utara
63 Perhitungan  nilai  Moisture  Ratio  MR  hasil  pengujian
pengeringan pada cabai merah keriting adalah sebagai berikut: Nilai MR awal pengujian pada pukul 10.30 WIB adalah:
Nilai MR pengujian pada pukul 11.30 WIB adalah:
Dengan menggunakan cara yang sama nilai MR berikutnya pada pengeringan cabai merah keriting utuh dapat dilihat pada tabel 4.7 di
bawah ini: Tabel 4.7 Moisture Ratio Pada Pengeringan Cabai Merah Utuh
Tanggal Pukul
Masa Kadar air
kadar air MR
WIB gr
gr
3-Sep-15 10,30
200 68.5
137 1
11,30 194
65.5 131
0.956204 12,30
186 61.5
123 0.897811
13,30 177
57 114
0.832116 14,30
170 53.5
107 0.781022
15,30 160
48.5 97
0.708029 16,30
154 45.5
91 0.664233
4-Sep-15 09,30
136 36.5
73 0.532846
10,30 132
34.5 69
0.503649 11,30
127 32
64 0.467153
12,30 121
29 58
0.423357 13,30
118 27.5
55 0.401459
14,30 109
23 46
0.335766 15,30
102 19.5
39 0.284671
16,30 95
16 32
0.233576 5-Sep-15
10,00 81
9 18
0.131386 11,00
77 7
14 0.102189
12,00 70
3.5 7
0.051095 13,00
63
Universitas Sumatera Utara
64 Grafik perbandingan Moisture Ratio dengan waktu pengeringan
pada  pengeringan  cabai  merah  keriting  utuh  dapat  dilihat  pada gambar di bawah ini:
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Mo is
tu re Rati
o
20 18
16 14
12 10
8 6
4 2
Waktu Jam
Moisture Ratio
Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Moisture Ratio dengan Waktu Pengeringan  Pada  Pengeringan  Cabai  Merah
Keriting Utuh 2. Hasil Perhitungan SMER dan SEC
Dari  data  yang  didapat,  maka  dapat  dihitung  laju  pengeringan untuk cabai merah kering utuh sebagai berikut:
Laju pengeringan:
Dimana : W
o
= 200 gr   = 0,2 kg W
f
= 63 gr = 0,063 kg
t    = 18 jam
Universitas Sumatera Utara
65 Diperoleh SMER:
Sedangkan SEC diperoleh:
4.6.2 Cabai Merah Keriting Belah
1. Hasil Pengujian Moisture Ratio MR Perhitungan  nilai  Moisture  Ratio  dari  hasil  pengeringan  cabai
merah keriting belah adalah sebagai berikut: Berat awal
: 200 gr Kadar air
: 157 gr 78,50 Berat akhir
: 43 gr Kadar air akhir masa
: 10 Masa cabai kering
: 63 gr Dengan  menggunakan  cara  yang  sama  dengan  cabai  merah
keriting  utuh  untuk  mencari  nilai  MR  berikutnya  pada  pengeringan cabai merah keriting belah dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Universitas Sumatera Utara
66 Tabel 4.8 Moisture Ratio Pada Pengeringan Cabai Merah Belah
Tanggal Pukul
Masa Kadar air  kadar air
MR WIB
gr gr
3-Sep-15 10,30
200 68.5
137 1
11,30 175
56 112
0.817518 12,30
169 53
106 0.773723
13,30 152
44.5 89
0.649635 14,30
134 35.5
71 0.518248
15,30 119
28 56
0.408759 16,30
106 21.5
43 0.313868
4-Sep-15 09,30
81 9
18 0.131386
10,30 77
7 14
0.102189 11,30
71 4
8 0.058394
12,30 64
0.5 1
0.007299
Grafik  Moisture  Ratio  pada  pengeringan  cabai  merah  keriting utuh dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Mo is
tu re Rati
o
11 10
9 8
7 6
5 4
3 2
1
Waktu Jam
Moisture Ratio
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Moisture Ratio dengan Waktu Pengeringan  Pada  Pengeringan  Cabai  Merah
Keriting Belah
Universitas Sumatera Utara
67 2. Hasil Perhitungan SMER dan SEC
Dari  data  yang  didapat,  maka  dapat  dihitung  laju  pengeringan untuk cabai merah kering belah sebagai berikut:
Laju pengeringan:
Dimana : W
o
= 200 gr   = 0,2 kg W
f
= 63 gr = 0,063 kg
t    = 10 jam
Diperoleh SMER:
Sedangkan SECdiperoleh;
Universitas Sumatera Utara
68
4.6.3 Hasil Pengukuran Relative Humidity RH Pada Pengeringan Cabai Merah Keriting Utuh dan Cabai Merah Keriting Belah
Pengukuran RH pada pengeringan cabai merah keriting utuh dan belah  tidak  jauh  berbeda  dikarenakan  pengujiannya  dilakukan  secara
bersamaan  yang  membedakan  hanyalah  lama  waktu  pengeringannya saja.
Tabel  4.9  Temperatur  dan  RH    Saat  Udara  Masuk  Ruang  Pengering pada tanggal 3 September 2015
No. Waktu
WIB Temperatur
◦C Relative Humidity
1 10:28:45
31.5 67.4
2 11:28:45
49.9 28.8
3 12:28:45
54.5 23.8
4 13:28:45
55.7 23
5 14:28:45
56.4 20.9
6 15:28:45
57.3 19.8
7 16:28:45
57.5 18.7
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 10 Grafik  perbandingan  Temperatur,  RH  dan  Waktu  pada  saat
udara masuk ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.15.
60 55
50 45
40 35
30
T emp
erat u
r °C
11:00 12:00
13:00 14:00
15:00 16:00
Waktu WIB
70 60
50 40
30 20
Rel at
iv e Hu
mi d
ity
Temperatur Relative Humidity
Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Temperatur, RH dan Waktu Saat
Universitas Sumatera Utara
69 Udara Masuk Ruang Pengering Pada 3 September 2015
Kelembaban  udara  masuk  ruang  pengeringan  rata-rata  dari pompa  kalor  ini  pada  tanggal  3  september  2015  sebesar  25,35  dan
temperatur  rata-rata  sebesar  53,35 C.  Dimana  kelembaban  udara
maksimum  sebesar  67,4  dan  kelembaban  udara  minimum  sebesar 18,5  serta    temperatur  udara  maksimum  57,8
C  dan  temperatur udara minimum sebesar 31,5
C. Tabel  4.10  Temperatur  dan  RH  Saat  Udara  Masuk  Ruang  Pengering
pada tanggal 4 September 2015
No. Waktu
WIB Temperatur
◦C Relative Humidity
1 9:31:20
29.8 72.8
2 10:31:20
42.7 40.2
3 11:31:20
49.9 26.4
4 12:31:20
54.3 22.4
5 13:31:20
55.1 21.4
6 14:31:20
55.2 21.7
7 15:31:20
56.1 21.6
8 16:31:20
56.5 23.8
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 10 Grafik  perbandingan  Temperatur,  RH  dan  Waktu  pada  saat
udara masuk ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.16.
60 55
50 45
40 35
30
T emp
erat ur °C
10:00 11:00
12:00 13:00
14:00 15:00
16:00
Waktu WIB
70 60
50 40
30 20
Rel at
iv e Hu
mi di
ty
Temperatur Relative Humidity
Gambar 4.16 Grafik Perbandingan Temperatur, RH dan Waktu Saat
Universitas Sumatera Utara
70 Udara Masuk Ruang Pengering Pada 4 September 2015
Kelembaban udara masuk ruang pengeringan rata-rata dari pompa kalor ini pada tanggal 4 september 2015 sebesar 28,85 dan temperatur
rata-rata  sebesar  51,12 C.  Dimana  kelembaban  udara  maksimum
sebesar  72,8  dan  kelembaban  udara  minimum  sebesar  20,7  serta temperatur  udara  maksimum  57,5
C  dan  temperatur  udara  minimum sebesar 29,8
C. Tabel  4.11  Temperatur  dan  RH    Saat  Udara  Masuk  Ruang  Pengering
pada tanggal 5 September 2015
No. Waktu
WIB Temperatur
◦C Relative Humidity
1 9:59:36
29.9 74.8
2 10:59:36
52.3 27.4
3 11:59:36
57.3 21.6
4 12:59:36
60.1 18.5
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 10 Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat udara
masuk ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.17.
60 55
50 45
40 35
30
T emp
erat ur °C
10:00 10:30
11:00 11:30
12:00 12:30
13:00
Waktu WIB
70 60
50 40
30 20
Rel at
iv e Hu
mi di
ty
Temperatur Relative Humidity
Gambar 4.17 Grafik Perbandingan Temperatur, RH dan Waktu Saat Udara Masuk Ruang Pengering Pada 5 September 2015
Universitas Sumatera Utara
71 Kelembaban  udara  masuk  ruang  pengeringan  rata-rata  dari  pompa
kalor ini pada tanggal 5 september 2015 sebesar 27,44 dan temperatur rata-rata sebesar 53,04
C. Dimana kelembaban udara maksimum sebesar 74,8  dan  kelembaban  udara  minimum  sebesar  18  serta    temperatur
udara maksimum 60,1 C dan temperatur udara minimum sebesar 29,9
C. Tabel  4.12  Temperatur  dan  RH    Saat  Udara  Keluar  Ruang  Pengering
pada tanggal 3 September 2015
No. Waktu
WIB Temperatur
◦C Relative Humidity
1 10:28:59
31 70
2 11:28:59
41.7 43
3 12:28:59
44.3 38.5
4 13:28:59
45.9 36.4
5 14:28:59
46.6 33.2
6 15:28:59
47.2 32
7 16:28:59
47.8 29.6
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 11 Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat udara
keluar ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.18.
48 46
44 42
40 38
36 34
32
T emp
erat ur °C
11:00 12:00
13:00 14:00
15:00 16:00
Waktu WIB
70 65
60 55
50 45
40 35
30
Rel at
iv e Hu
mi dit
y
Temperatur Relative Humidity
Gambar 4.18 Grafik Perbandingan Temperatur, RH dan Waktu Saat Udara Keluar Ruang Pengering Pada 3 September 2015
Universitas Sumatera Utara
72 Kelembaban  udara  keluar  ruang  pengeringan  rata-rata  dari  pompa
kalor ini pada tanggal 3 september 2015 sebesar 38,94 dan temperatur rata-rata sebesar 43,97
C. Dimana kelembaban udara maksimum sebesar 70  dan  kelembaban  udara  minimum  sebesar  29,6  serta    temperatur
udara maksimum 47,9 C dan temperatur udara minimum sebesar 31
C. Tabel  4.13  Temperatur  dan  RH  Saat  Udara  Keluar    Ruang  Pengering
pada tanggal 4 September 2015
No. Waktu
WIB Temperatur
◦C Relative Humidity
1 9:31:24
29.3 75.8
2 10:31:24
35.3 57.6
3 11:31:24
41.6 39.3
4 12:31:24
44.4 36.1
5 13:31:24
45.2 33.8
6 14:31:24
45.6 33.9
7 15:31:24
47.6 32.8
8 16:31:24
46.3 42.1
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 11 Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat udara
keluar ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.19.
48 44
40 36
32 28
T emp
erat ur °C
10:00 11:00
12:00 13:00
14:00 15:00
16:00
Waktu WIB
80 70
60 50
40 30
Rel at
iv e Hu
mi dit
y
Temperatur Relative Humidity
Gambar 4.19 Grafik Perbandingan Temperatur, RH dan Waktu Saat Udara Keluar Ruang Pengering Pada 4 September 2015
Universitas Sumatera Utara
73 Kelembaban udara keluar ruang pengeringan rata-rata dari pompa
kalor ini pada tanggal 4 september 2015 sebesar 42,11 dan temperatur rata-rata  sebesar  42,49
C.  Dimana  kelembaban  udara  maksimum sebesar  75,8  dan  kelembaban  udara  minimum  sebesar  32,3  serta
temperatur  udara  maksimum  47,7 C  dan  temperatur  udara  minimum
sebesar 29,2 C.
Tabel  4.14  Temperatur  dan  RH    Saat  Udara  Keluar  Ruang  Pengering pada tanggal 5 September 2015
No. Waktu
WIB Temperatur
◦C Relative Humidity
1 9:59:39
28.8 77.3
2 10:59:39
41.7 45.1
3 11:59:39
46.1 36.5
4 12:59:39
48.5 31.8
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 11 Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat udara
keluar  ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.20.
48 44
40 36
32 28
T emp
erat u
r °C
10:00 10:30
11:00 11:30
12:00 12:30
13:00
Waktu WIB
80 70
60 50
40 30
Rel at
iv e Hu
mi d
ity
Temperatur Relative Humidity
Gambar 4.20 Grafik Perbandingan Temperatur, RH dan Waktu Saat Udara Keluar Ruang Pengering Pada 5 September 2015
Universitas Sumatera Utara
74 Kelembaban udara keluar ruang pengeringan rata-rata dari pompa
kalor ini pada tanggal 5 september 2015 sebesar 42,67 dan temperatur rata-rata  sebesar  43,85
C.  Dimana  kelembaban  udara  maksimum sebesar  77,4  dan  kelembaban  udara  minimum  sebesar  31,7  serta
temperatur  udara  maksimum  48,6 C  dan  temperatur  udara  minimum
sebesar 28,8 C.
4.7 Pembahasan 4.7.1 Kinerja Pompa Kalor
Pompa  kalor  yang  dimanfaatkan  untuk  proses  pengeringan mampu menghasilkan udara panas diruangan rata-rata sebesar 44,27
C dan  temperatur  udara  maksimum  adalah  52,5
C  dan  temperatur  udara minimum  sebesar  32,7
C,  dengan  temperatur  yang  tidak  terlalu  tinggi bahan pertanian yang dikeringkan tidak menjadi rusak baik kadar warna
maupun kadar vitamin yang terkandung di dalam bahan pertanian yang dikeringkan tersebut.
Kelembaban  udara  menuju  ruang  pengeringan  rata-rata  dari pompa  kalor  ini  sebesar  23,36  dan  temperatur  rata-rata  54,17
C. dimana  kelembaban  udara  maksimum  sebesar  65,9  pada  temperatur
31,4 C  dan  kelembaban  udara  minimum  sebesar  17,5    pada
temperatur 56,6 C.
Setelah  udara  melewati  ruang  pengeringan  kelembaban  udara naik menjadi rata-rata 35,24 dan temperatur rata-rata 45,43
C. dimana kelembaban  udara  maksimum  sebesar  69,1  pada  temperatur  31,1
C dan  kelembaban  udara  minimum  sebesar  26,6  pada  temperatur
48,6 C.
Kinerja  dari  pompa  kalor  yang  dinyatakan  coefficient  of performance  COP  dari  sistem  pompa  kalor  yang  dibangun  untuk
Universitas Sumatera Utara
75 pengeringan bahan pertanian ini bernilai sebesar 3,4 COP dipengaruhi
oleh  kecepatan  aliran  udara  yang  mengalir,  ini  berarti  bahwa  1  kWh listrik  yang  digunakan  untuk  menggerakkan  pompa  kalor  mampu
menghasilkan  panas  sebesar  3,4  kWh  yang  berguna  untuk mengeringkan  bahan  pertanian.  Sedangkan  kinerja  total  atau  total
performance TP dari sistem pompa kalor ini adalah 8,28 yang berarti bahwa  1  kW  untuk  menggerakkan  kompresor  mampu  menghasilkan
8,28  kW  energi  untuk  proses  pendinginan,  yaitu  menurunkan temperatur  dan  kelembaban  udara  serta  proses  pemanasan,  yaitu
menaikkan  temperatur  udara  dan  menurunkan  lagi  kelembaban  udara pada kondensor.
4.7.2 Karakiteristik Pengeringan
Dari  hasil  penelitian,  nilai  SEC  dan  SMER  dari  proses pengeringan  bahan  pertanian  dengan  sistem  pompa  kalor  dengan  APK
ini  berbeda-beda,  jika  bahan  uji  cabai  merah  keriting  utuh  dan  belah dilakukan  bersamaan  maka  nilai  SEC  berkisar  31,54  kWhkg
–  56,81 kWhkg. Hal ini berarti bahwa energi dikonsumsi untuk menghilangkan
1  kg  uap  air  dari  bahan  yang  dikeringkan  antara  31,54  kWh –  56,81
kWh. Nilai  SMER  untuk  pengeringan  bahan  secara  bersamaan  adalah
0,0176  kgkWh – 0,0317 kgkWh, yang artinya adalah jumlah uap air
yang  mampu  dihilangkan  dari  bahan  yang  dikeringkan  setiap  1  kWh adalah 0,0176 kg
– 0,0317 kg. Laju  pengeringan  dari  proses  pengeringan  bahan  pertanian
dengan  sistem  pompa  kalor  memperlihatkan  bahwa  laju  pengeringan meningkat  diawal  pengeringan  kemudian  konstan  dan  selanjutnya
semakin  menurun  seiring  berjalannya  waktu  dan  berkurangnya kandungan
air pada
bahan yang
dikeringkan.
Universitas Sumatera Utara
76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Dari  hasil  penelitian  dan  pembahasan  yang  dilakukan  dapat  diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.  Telah  dirancang  bangun  sebuah  alat  pengering  bahan  pertanian  sistem pompa  kalor  dengan  APK  dan  produk  yang  dikeringkan  adalah  cabai
merah  keriting  dengan  ukuran  alat  PxLxT  1800mm  x  1300mm  x 1600mm. Terdiri dari rangka utama, satu unit AC split 1PK, APK tipe flat
plate, exhaust fan, ruang pengering, bakiwadah, dudukkan alat pengering dan kontrol panel
2.  Temperatur  udara  rata-rata  masuk  ruang  pengering  adalah  54,17 C  dan
kelembaban udara rata-rata adalah 23,36 3.  Nilai  Coefficient  of  performance  COP  dari  sistem    pompa  kalor  adalah
3,4 dan Total Performance TP sistem  pompa kalor adalah 8,28 4.  Energi  yang dikonsumsi spesifik  atau  specific energy consumption  SEC
untuk cabai merah keriting baik utuh maupun belah adalah 31,54 kWhkg – 56,81 kWhkg
5.  Nilai  laju  ekstraksi  air  spesifik  atau  specific  moisture  extraction  rate SMER  untuk  cabai  merah  keriting  baik  utuh  maupun  belah  adalah
0,0176 kgkWh – 0,0317 kgkWh
6.  Keuntungan  penggunaan  alat  pengering  bahan  pertanian  ini  adalah  dapat digunakan  dalam  kondisi  cuaca  yang  mendung  dan  hujan.  Cocok
digunakan di daerah dataran tinggi.
Universitas Sumatera Utara
77
5.2  Saran
Dari  hasil  penelitian  dan  juga  kesimpulan  yang  diperoleh,  maka beberapa hal yang perlu disarankan antara lain:
1.  Adanya  modifikasi  dari  peralatan  yang  ada  untuk  mendapatkan  hasil yang lebih baik
2.  Perlu  pengujian  produk  hasil  pertanian  dan  perkebunan  yang  lain untuk  mendapatkan  nilai  difusivitasnya  menggunakan  alat  pengering
ini
3.
Perlu pengkajian penggunaan refrigeran yang ramah lingkungan MC- 22  untuk  melihat  performansi  dari  alat  pengering  bahan  pertanian
sistem pompa kalor ini.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeringan