Landasan Teori Analisis Finansial dan Kontribusi Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir

ditingkat distributor mencapai 80,000 hingga 100,000 rupiah per kilogramnya sesuai dengan kualitas biji kopi. Hal ini menyebabkan petani menggunakan pupuk yang lebih murah dan sekedarnya sehingga produksi tanaman tidak maksimal. Penurunan produksi tanaman kopi di Desa Paraduan juga sangat dipengaruhi perubahan cuaca yang berakibat buruk terhadap petani kopi. Selain biaya pemeliharaan dan biaya saprodi yang tinggi, pengalaman bertani juga mengakibatkan petani kopi cenderung kurang memperhatikan tanaman yang terserang hama maupun penyakit. Dengan berkurangnya jumlah produksi tanaman kopi, yang akhirnya mengurangi penerimaan petani mengakibatkan petani mencari sumber pendapatan lain seperti menanam cengkeh , jagung, cabai rawit sebagai tanaman tumpang sari dan beternak. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis kelayakan finansial untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dihasilkan petani kopi dalam membudidayakan usahatani kopi.

2.2 Landasan Teori

Kopi merupakan salah satu diantara 3 minuman non alkohol kopi, teh dan cokelat yang tersebar luas. Perkopian juga merupakan bidang usaha yang banyak menyerap tenaga kerja, baik sebagai tenaga buruh tetap maupun musiman. Walaupun sebagian besar produksi kopi dihasilkan petani rakyat dan kegiatan bidang perkopian sangat penting artinya bagi perekonomian berbagai daerah, tetapi perkopian rakyat hingga saat ini belum dapat dikatakan baik. Rendahnya pendapatan petani kopi akibat rendahnya harga dan rendahnya produksi kebun- kebun kopi serta adanya perbedaan mutu, sehingga kiranya akan tetap Universitas Sumatera Utara mempengaruhi perkembangan perkopian Indonesia untuk masa-masa mendatang Sastraatmadja, 1991. Untuk mendapatkan hasil produksi kopi yang optimal maka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi kopi tersebut. Faktor produksi tersebut adalah lahan, modal, tenaga kerja, dan faktor lingkungan. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan dengan baik, Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi proses produksi seperti iklim, kondisi lingkungan, kondisi tanah Daniel, 2002. Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usaha tani. Suatu usaha tani sebagai bisnis menjadi lebih efisien dan menguntungkan seringkali disebabkan oleh perubahan - perubahan yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan usaha tani. Suatu usaha tani dikatakan berhasil apabila usaha tani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat - alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi dan dapat menjaga kelestarian usahanya Suratiyah, 2008. Proses produksi diartikan sebagai kaidah-kaidah atau asumsi yang dapat dipakai dalam menggunakan sumber daya yang terbatas dalam proses produksi agar tercapai hasil yang maksimum. Kemampuan tanaman memberikan suatu hasil produksi ditentukan oleh bibit, iklim dan lahan. Terjadinya peningkatan produksi hasil-hasil petanian dibutuhkan peningkatan areal tanaman atau kapasitas produksi dan peningkatan produktivitas tanaman dan lahan. Universitas Sumatera Utara Produktivitas tanaman adalah totalitas hasil yang diperoleh tanaman dalam satu kali berproduksi. Produktivitas ditentukan oleh keunggulan bibit, metode budidaya seperti pemupukan, pemberantasa hama dan penyakit, sistem pemasaran dan sistem panen Simanjuntak, 2004. Menurut Prawirokusumo 1990, biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam dalam suatu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk dalam biaya adalah:  Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, ppuk Pestisida, bahan bakar, bunga modal dalam penanaman lain.  Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang atau natura, pajak, iuran pengairan, taksiran biaya penggunaan jika yang digunakan ialah tanah milik sendiri  Biaya dari alat - alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat dan perkakas yang berupa penyusutan  Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap  Biaya - biaya lain Menurut Mubyarto 1986 dan Soekartawi 1987, biaya usaha tani dibedakan menjadi: Biaya tetap fixed cost: biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Yang termasuk biaya tetap adalah sewa tanah, pajak, dan penyusutan alat pertanian. Biaya tidak tetap variable cost: biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara produksi yang diperoleh, seperti biaya saprodi tenaga kerja, pupuk, Pestisida, dan bibit. Biaya yang dibutuhkan dalam usahatani kopi berupa biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan petani pada awal penanaman kopi sampai tanaman kopi belum menghasilkan, terdiri dari biaya untuk mendapatkan lahan dan pembukaan lahan, biaya memperoleh peralatan, bibit tanaman kopi, naungan, dan pencampur, serta biaya untuk pemeliharaan tanaman kopi sebelum menghasilkan seperti pupuk, obat - obatan, dan tenaga kerja Witjaksono, 2006. Menurut Prasmatiwi et al. 2010, pada tahun ke - 1 petani mengeluarkan biaya lahan dan peralatan yang tinggi, dan tahun ke - 2, biaya usahatani kopi adalah paling kecil dan kemudian naik lagi pada tahun ke - 3 dan ke -4. Setelah tanaman kopi menghasilkan, umumnya biaya yang dikeluarkan petani untuk pengelolaan usahatani kopi sama setiap tahunnya. Perbedaan biaya akan terjadi pada kegiatan panen dan penggilingan hasil, dimana kebutuhan tenaga kerja pada kegiatan ini bergantung pada produksi kopi yang dihasilkan. Biaya untuk pengelolaan tanaman kopi menghasilkan terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi. Biaya tenaga kerja diperlukan untuk kegiatan pemupukan, pemangkasan, panen, dan pengolahan, sedangkan biaya sarana produksi,seperti biaya pembelian pupuk,obat - obatan, dan karung. Menurut Soekartawi 2002, pendapatan suatu usaha merupakan selisih penerimaan dengan total biaya usaha. Penerimaan diperoleh dengan menekan Universitas Sumatera Utara adanya harga jual. Harga penjualan yang dapat diperoleh petani ditentukan oleh berbagai faktor yaitu : mutu hasil, pengolahan hasil, dan sistem pemasaran serta struktur pasar yang dihadapi. Produksi yang diperoleh petani dijual ke pasar sehingga akan mendapatkan penerimaan. Pendapatan bersih suatu usaha dinyatakan dalam bentuk jutaan rupiah. Tujuan petani dalam berusahatani pada masyarakat yang telah memasuki sistem pasar adalah memperoleh pendapatan bersih yang sebesar-besarnya. Dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah Simanjuntak, 2004. Analisis finansial lebih menekankan pada aspek input dan output pada penerimaan dan pengeluaran yang sebenarnya. Dengan demikian pada analisis ini, variabel yang dipakai adalah data harga real, tenaga kerja dalam keluarga yang terlibat tidak diperhitungkan tetapi pajak serta biaya bea masuk tetap diperhitungkan. Begitu pula dengan besarnya bunga pinjaman juga dihitung pada analisis finansial ini Soekartawi, 1991. Penggunaan analisis finansial disebabkan oleh penelitian yang menganalisa biaya dan manfaat dari usahatani kopi arabika di daerah penelitian. Komoditi kopi arabika di daerah penelitian merupakan salah satu komoditas ekspor, tingkat permintaan terhadap komoditi yang cenderung stabil, harga yang komoditi yang kompetitif dan sedang dalam tahap pengembangan untuk melihat kelayakan investasi dari komoditi tersebut sehingga dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi masyarakat setempat untuk mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki untuk mengembangkan kopi arabika yang memiliki kualitas dan kuantitas Universitas Sumatera Utara yang sesuai dengan standar internasional traded good sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dapat tercapai dengan baik. Menurut Gray 1999, dalam penelitian digunakan berbagai kriteria aspek finansial yang dikenal dengan kriteria investasi Investment Criteria yang digunakan untuk menentukan kelayakan usahatani tersebut tanpa melihat pengaruhnya terhadap perekonomian secara luas. Kriteria investasi yang umum dikenal ada 6 yaitu : 1 Net Present Value dari arus benefit dan biaya NPV ; 2 Internal Rate of Return IRR ; 3 Net Bebefit- Cost Ratio Net BC ; 4 Gross Benefit-Cost Ratio Gross BC ; 5 Profitability Ratio PVC ; 6 Return on Investment ROI. Setiap kriteria ini mempergunakan perhitungan nilai sekarang atas arus benefit dan biaya selama umur proyek. Net Present Value NPV adalah finansial yang memperhitungkan selisih antara penerimaan dan biaya terhadap besarnya suku bunga atau lebih dikenal dengan istilah analisis yang sudah mempetimbangkan faktor diskonto pada waktu -waktu tertentu. Tingkat pengembalian internal IRR, merupakan parameter yang dipakai untuk melihat apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak bagi suatu usaha adalah bila IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku saat usaha itu dilaksanakan dengan meminjam uang biaya dari Bank pada saat netto sekarang Net Present Value, NPV = 0, oleh karena itu untuk menghitung IRR diperlukan NPV terlebih dahulu Soekartawi, 1995. Universitas Sumatera Utara Benefit Cost ratio BC yaitu tingkat perbandingan antara penerimaan dengan biaya yaitu antara semua nilai-nilai positif dan arus keuntungan bersih setiap tahun bulan setelah didiskontokan dengan jumlah nilai negative. Kelayakan dari suatu usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila kegiatan usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial Kasmir dan Jakfar, 2003. Pendapatan petani Farmers Income adalah pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga modal milik sendiri dan sewa tanah milik sendiri. Pendapatan keluarga petani Family’s Income merupakan pendapatan tenaga kerja keluarga petani ditambah bunga modal sendiri Prawirokusumo, 1990. Pendapatan rumah tangga petani tidak hanya berasal dari usaha pertanian, tetapi juga dari usaha –usaha di luar sektor petanian seperti perdagangan, industri pengolahan, pengangkutan dan lainnya. Pada sebagian rumahtangga pertanian, usaha pertanian masih merupakan usaha utama dan menjadi sumber pendapatan utama, tetapi bagi sebagian rumahtangga pertanian lainnya, usaha non pertanian merupakan usaha yang utama. Mubyanto 1994 menyatakan bahwa struktur pendapatan rumahtangga di perdesaan antara lain dipengaruhi oleh potensi desa. Pada potensi desa yang relatif sama, maka keragaman pendapatan rumahtangga juga relatif sama, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya variasi pendapatan akibat keterampilan yang berbeda antar anggota rumahtangga. Selain itu, besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap tingkat pendapatan rumahtangga, tergantung dari sumberdaya Universitas Sumatera Utara atau potensi desa tersebut. Pendapatan total keluarga petani diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan usahatani dan pendapatan non usahatani baik yang berasal dari sektor pertanian maupun sektor non pertanian. Pada dasarnya setiap rumah tangga tani bertujuan untuk meningkatkan produksi usahatani kopinya agar pendapatannya meningkat. Oleh karena itu petani sebagai pengelola usahatani harus memahami dan mengerti cara mengalokasikan input atau faktor produksinya sehingga tujuan peningkatan pendapatan dapat tercapai. Pertanamana kopi yang ada di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir umumnya adalah perkebunan rakyat. Pola perkebunan rakyat pada dasarnya mempunyai pengelolaan yang masih bersifat sederhana, penggunaan teknologi yang masih rendah, seperti pohon pelindung yang kurang terawat, kurangnya pemeliharaan pada tanaman kopi seperti tidak dilakukannya pemangkasan pada tanaman kopi. Hal-hal tersebut yang menyebabkan produksi rendah, rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan, terlambatnya panen bukan gagal panen. Selain masalah teknis tersebut, masalah lain yang ditemukan menjadi kendala usahatani kopi, yaitu : kurangnya modal, tingginya upah tenaga kerja harian, iklim, hama dan penyakit, dan kebijakan pemerintah setempat.

2.3 Penelitian Terdahulu