Prosedur Pelaksanaan Penagihan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

36 BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A. Prosedur Pelaksanaan Penagihan

Penagihan Pajak merupakan serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan ke luar negeri, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan mejual barang sita lelang. Dasar tindakan penagihan pajak adalah apabila pajak yang terutang sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding serta Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan pajak yang harus dibayar bertambah, tidak atau kurang bayar, setelah lewat jatuh tempo pembayaran pajak yang bersangkutan. Adapun Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, yaitu: Universitas Sumatera Utara jjja jatuh tempo 7 hari 21 hari STP SKPKB SKPKBT SK Pembetulan SK Keberatan 2x24 Jam Put Banding Put Peninjauan Kembali 14 hari 14 hari Keterangan: a. Diawali dengan penerbitan Surat Teguran setelah 7 hari jatuh tempo pembayaran b. Apabila utang pajak tidak dilunasi Penanggung Pajak setelah lewat 21 hari sejak terbitnya Surat Teguran, diterbitkan Surat Paksa c. Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak setelah lewat 2 x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan, maka diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP d. Apabila utang pajak dan biaya penagihan tidak dilunasi oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak setelah lewat 14 haru sejak tanggal penyitaan, dilaksanakan Pengumuman Lelang Surat Teguran Surat Paksa SPMP Pelaksan aan Lelang Pengum uman Lelang Universitas Sumatera Utara e. Bila utang pajak dan biaya penagihan tidak dilunasi oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak setelah lewat 14 hari terhitung sejak tanggal pengumuman lelang, maka dilaksanakan pelelangan penjualan barang sitaan Penanggung Pajak melalui kantor lelang.

1. Surat Teguran

Surat Teguran diterbitkan bila Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dasar hukum; a. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa b. Undang – Undang Nomor 16 tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir menjadi Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561KMK.042000 Tentang Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa Berdasarkan Pasal 1 ayat 10 Undang – Undang penagihan, surat teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan Penanggung Pajak untuk melunasi utang pajaknya, yang diterbitkan 7 tujuh hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran utang pajak. Universitas Sumatera Utara

2. Surat Paksa

Surat Paksa ialah surat perintah untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Dasar hukum: a. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir menjadi Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 b. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561KMK.042000 Tentang Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa d. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Surat Paksa diterbitkan apabila; a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau surat lain yang sejenis b. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus; atau c. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak Universitas Sumatera Utara Surat Paksa sekurang – kurangnya memuat: a. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak b. Dasar Penagihan c. Besarnya utang pajak; dan d. Perintah untuk membayar Pemberitahuan Surat Paksa dituangkan di dalam Berita Acara Penyampaian Surat Paksa BAPSP yang sekurang – kurangnya memuat: a. Hari dan tanggal pemberitahuan Surat Paksa b. Nama Jurusita Pajak c. Nama yang menerima d. Tempat pemberitahuan Surat Paksa Surat Paksa terhadap Badan diberitahukan Jurusita Pajak kepada: a. Pengurus, kantor perwakilan, kantor cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik ditempat kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka, maupun di tempat lain yang memungkinkan atau b. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan bila jurusita pajak tidak dapat menjumpai salah seorang dari pengurus, kantor perwakilan, kantor cabang, penanggung jawab, pemilik modal. Universitas Sumatera Utara

3. Penyitaan

Dasar hukum; a. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561KMK.042000 tentang Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa c. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggun Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku. Penyitaan dilakukan apabila utang pajak tidak dilunasi Penanggung Pajakdalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diterbitkan. Penyitaan dilaksanakan dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang saksi dengan syarat; a. Telah dewasa b. Penduduk Indonesia c. Dikenal Jurusita Pajak d. Dapat dipercaya Universitas Sumatera Utara Dalam setiap melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS yang ditandatangani Jurusita Pajak, Penanggung Pajak dan saksi-saksi. BAPS sekurang-kurangnya memuat; a. Hari, tanggal, nomor b. Nama Jurusita Pajak, Penanggung Pajak, para saksi c. Nama dan jenis barang yang disita d. Tempat penyitaan

4. Lelang

Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. Dasara hukum; a. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa b. Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan Yang Dikecualikan Dari Penjualan Secara Lelang Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Syarat pelaksanaan lelang yaitu; Universitas Sumatera Utara 1. Penjualan lelang dilakukan melalui Kantor Lelang dan dilaksanakan pelaing cepat setelah jangka waktu 14 hari terhitung sejak pengumpulan lelang 2. Pengumuman lelang dilaksanakan paling cepat setelah jangka waktu 14 hari terhitung sejak penyitaan 3. Pejabat bertindak sebagai penjual atas barang yang disita mengajukan permintaan lelang kepada Kantor Lelang sebelum lelang dilaksanakan 4. Pejabat atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang untuk menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang dan menandatangani asli risalah lelang 5. Lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang diajukan oelh Wajib Pajak belum memperoleh keputusan keberatan 6. Lelang tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri Penanggung Pajak 7. Bila hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang masih ada 8. Pejabat dan Jurusita Pajak termasuk istri, kelaurga sedarah dan semenda dalam keturunan garis lurus, dan anak angkatnya tidak diperbolehkan membeli barang sitaan yang dilelang 9. Hak Penanggung Pajak atas barang yang telah dilelang berpindah kepada pembeli dan kepadanya diberikan Risalah lelang yang merupakan bukti otentik sebagai dasar pendaftaran dan pengalihan hak Universitas Sumatera Utara Barang – barang yang dikecualikan dari penjualan secara lelang, yaitu; 1. Uang 2. Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan di Bank 3. Obligasi 4. Saham 5. Piutang 6. Penyertaan modal dan Surat Berharga lainnya 7. Barang yang mudah rusak atau cepat busuk Bila penjualan barang secara lelang biaya penagihan pajak ditambah 1 dari pokok lelang. Sisa barang dan kelebihan uang hasil lelang dikembalikan oleh Pejabat kepada Penanggung Pajak paling lambat 3 hari setelah pelaksanaan lelang.

5. Pemblokiran

Pemblokiran adalah tindakan pengamanan harta Wajib PajakPenanggung Pajak yang tersimpan di Bank dengan tujuan agar harta kekayaan dimaksud tidak terdapat perubahan apapun, selain penambahan jumlah atau nilai. Pimpinan Bank wajib memblokir setelah menerima permohonan pemblokiran dari pejabat membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinannya kepada Pejabat dan Penanggung Pajak. Setelah menerima Berita Acara Pemblokiran dari Bank, memerintahkan Penanggung Pajak untuk memberikan kuasa kepada Bank agar memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan di Bank tersebut kepada Universitas Sumatera Utara Jurusita Pajak. Bila Penanggung Pajak menolak memberitahukan saldo kekayaanya maka pejabat kemudian meminta Gubernur Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk memerintahkan Bank memberitahukan saldo kekayaan Penanggung Pajak. Setelah saldo kekayaan Penanggung Pajak diketahui, Jurusita Pajak melakukan penyitaan dengan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS, menandatangani bersama sanksi – sanksi dan pemimpin Bank. Bilamana Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan dalam jangka waktu 14 hari sejak penyitaan, Pejabat segera meminta kepada Pemimpin Bank untuk memindahbukukan harta kekayaan Penanggung Pajak ke kas negara sejumlah yang tercantum dalam BAPS, tembusannya disampaikan kepada Penanggung Pajak.

6. Penyanderaan

Dasar hukum; a. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa b. Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 tentang Tempat dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, dan Pemberian Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu. Penyanderaan dilakukan apabila: Universitas Sumatera Utara a. Penanggung Pajak mempunyai utang pajak sekurang- kurangnya Rp. 100.000.000 b. Penanggung Pajak diragukan itikad baik dalam melunasi utang pajak c. Apabila telah lewat 14 hari dari penerbitan Surat Paksa d. Telah mendapat izin Menteri Keuangan Penyanderaan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan yang diterbitkan oleh pejabat atau atasannya setelah mendapat izin Menteri Keuangan. Surat Perintah Penyanderaan sekurang – kurangnya memuat: 1. Identitas Penanggung Pajak 2. Alasan Penyanderaan 3. Izin Penyanderaan 4. Lama Penyanderaan 5. Temapat Penyanderaan Masa penyanderaan paling lama 6 bulan sejak Penanggung Pajak dimasukkan pada tempat penyanderaan dan dapat diperpanjang untuk selama-lamanya 6 bulan. Tempat Penyanderaan Penanggung Pajak dibentuk Departemen Keuangan dengan persyaratan: 1. Tertutup dan terasing dari masyarakat 2. Fasilitas terbatas, dan Universitas Sumatera Utara 3. Sistem pengawasanpengamanan memadai Sebelum ada tempat penyanderaan yang dibentuk Departemen Keuangan, Penanggung Pajak dititipkan di rumah tahanan negara yang terpisah dengan tahanan lain. Penyanderaan dilaksanakan Jurusita Pajak dengan menyampaikan Surat Perintah Penyanderaan kepada Penanggung Pajak dengan 2 orang saksi penduduk Indonesia yang telah dewasa, dikenal dan dapat dipercaya oleh Jurusita Pajak. Salinan Surat Perintah Penyanderaan disampaikan Jurusita Pajak kepada Kepala Rumah Tahanan Negara. Jurusita Pajak membuat Berita Acara Penyanderaan pada saat Penanggung Pajak ditempatkan di Rumah Tahanan Negara dengan menandatanganinya bersama Kepala Rumah Tahanan Negara dan saksi-saksi. 1. Berita Acara Penyanderaan sekurang-kurangnya memuat: 2. Nomor dan tanggal Surat Perintah Penyanderaan 3. Izin tertulis Menteri Keuangan 4. Identitas Jurusita Pajak, Identitas Penanggung Pajak, identitas para saksi 5. Tempat penyanderaan 6. Lama penyanderaan Universitas Sumatera Utara Salinan Berita Acara Penyanderaan disampaikan ke; 1. Kepala Rumah Tahanan Negara 2. Penanggung Pajak yang dikenakan penyanderaan 3. BupatiWalikota dimana Penanggung Pajak bertempat tinggal Penanggung Pajak yang disandera, dilepas bila: 1. Utang pajak dan biaya penagihan dilunasi 2. Jangka waktu penyanderaan terpenuhi 3. Putusan pengadilan 4. Pertimbangan tertentu Menteri Keuangan atau Gubernur Penanggung Pajak dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan penyanderaan hanya kepada Pengadilan Negeri. Bila gugatan Penanggung Pajak dikabulkan dan putusan pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, Penanggung Pajak dapat meminta rehabilitas nama baik dan ganti rugi atas masa penyanderaan yang telah dijalaninya.

B. Kendala Yang Dihadapi Dalam Melaksanakan Penagihan Pajak