5.2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan data primer kuesioner di Puskesmas Padang Bulan Selayang II, diperoleh data mengenai
gambaran kehamilan remaja. Data-data tersebutlah yang akan digunakan sebagai dasar dari pembahasan hasil akhir penelitian ini, yang dapat dijabarkan sebagai
berikut.
Dari hasil penelitian, didapati jumlah kehamilan yang tercatat di Puskesmas Padang Bulan Selayang II adalah sebesar 61 kasus pada bulan September dan 57
kasus pada bulan Oktober. Jumlah kehamilan remaja yang tercatat pada bulan September adalah sebesar 18 orang dan pada bulan Oktober adalah sebesar 6
orang. Angka kejadian kehamilan remaja pada bulan September adalah 29,5 dan 10,53 pada bulan Oktober.
Dari hasil penelitian terhadap 24 sampel, didapatkan bahwa jumlah remaja yang hamil pada usia muda lebih banyak berusia diantara 17-19 tahun yaitu
sebanyak 17 orang 70,8 diikuti oleh kelompok remaja yang berusia 14-16 tahun yaitu sebanyak 7 orang 29,2 dan tidak ada remaja yang hamil dari
kelompok usia 10-13 tahun dengan rata rata usia remaja hamil 17,46. Frekuensi tertinggi pada kelompok usia 17-19 tahun sesuai dengan laporan Riskesdas yang
menyatakan bahwa kejadian kehamilan remaja pada umur 15-19 tahun sebesar 1,97 persen pada tahun 2013. Menurut WHO, 2014 sebanyak 11 dari semua
kelahiran di seluruh dunia masih terjadi pada perempuan berusia 15 sampai 19 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Omarsari dan Djuwita 2006 di
Kabupaten Sumedang yang menemukan usia remaja yang hamil berada pada kisaran 13-19 tahun dengan rata rata usia ketika hamil 17,38 tahun. Kemungkinan
bahwa kelompok usia 17-19 tahun lebih banyak remaja yang hamil karena pada tahap ini, dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual lebih tinggi. Hal
ini karena pada kelompok usia ini remaja bisa mengakses video-video porno di internet dengan menggunakan teknologi yang sedia ada serta membaca majalah-
Universitas Sumatera Utara
majalah yang mengandung unsur seksual dan melakukan hubungan seksual dengan pacar atau pasangannya untuk memenuhi keinginan mereka.
Dari hasil penelitian ini, dapat ditemukan bahwa remaja yang hamil masih berpendidikan rendah pada standar pendidikan tingkat SMP yaitu sebanyak 18
orang 75,0 dan sebagian lagi masih di tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 6 orang 25,0 manakala tidak ada remaja yang memiliki tingkat pendidikan SD
atau Perguruan tinggi sebagai pendidikan terakhir. Hal ini sesuai dengan penelitian Rosa 2012 yang menyatakan bahwa semakin rendah tingkat
pendidikan, makin mendorong cepatnya kehamilan usia muda. Kemungkinan bahwa tingkat pendidikan yang rendah sangat memainkan peranan dalam kejadian
kehamilan remaja karena pendidikan kesehatan reproduksi hanya dimulakan pada tingkat pendidikan SMA. Remaja yang tidak atau kurang mempunyai ilmu
tentang pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini bakalan melakukan hubungan seksual bersama pasangannya tanpa mengetahui efek samping atau risiko
kehamilan remaja yang akan terjadi akibat perbuatannya.
Dari hasil penelitian ini, frekuensi remaja yang tidak bekerja lebih tinggi yaitu sebesar 18 orang 75 dan remaja yang bekerja hanya 6 orang 25. Hal ini
karena remaja yang menjadi responden untuk penelitian ini kebanyakannya masih bersekolah.
Menarke merupakan tanda telah aktifnya hormon seksual. Wanita yang telah mengalami menstruasi dapat hamil karena fungsi reproduksi sudah berjalan, sel
telur sudah matang dan sudah bisa dibuahi meskipun kondisi anatomis dari panggulnya yang belum matang. Dari hasil penelitian ini, didapati bahwa
sebanyak 16 orang remaja 66,7 telah mengalami haid pertama pada usia kurang atau sama dengan 12 tahun dan 8 orang remaja 33,3 telah mengalami
haid pertama pada usia lebih dari 12 tahun. Penelitian Omarsari dan Djuwita 2006 menyatakan bahwa semakin dini usia pertama kali haid kemungkinan
terjadinya kehamilan usia muda juga semakin tinggi karena aktifnya hormon
Universitas Sumatera Utara
seksual secara psikologis menyebabkan aktifnya dorongan untuk menyalurkan kebutuhan seksual. Penelitian Purba 2014 menyatakan bahwa aktifnya hormon-
hormon di tubuh seseorang akan menyebabkan seseorang itu mudah tertarik pada pasangan lawan jenisnya dan dapat menjurus kepada praktek-praktek pacaran
resiko tinggi seperti ciuman, pelukan, meraba-raba organ seksual, petting dan sebagainya dan keinginan untuk melakukan hubungan seksual juga akan
meningkat akibat nafsu.
Dari hasil penelitian ini, didapati bahwa sebanyak 14 orang remaja yang hamil 58,3 berstatus belum menikah dan 10 orang remaja yang hamil 41,7
berstatus sudah menikah. Penelitian Rosa 2012 menyatakan bahwa segelintir remaja menyalahartikan konsep cinta, keintiman, dan tingkah laku seksual
sehingga remaja awal cenderung berfikir bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pasangan, sedangkan remaja akhir cenderung melakukan tingkah
laku seksual jika telah ada ikatan dan saling pengertian dengan pasangan. Seks sering dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan pasangan. Aktivitas seksual
yang mereka lakukan dimulai dari berpegangan tangan, berciuman sambil berpelukan, meraba tubuh pasangan dan akhirnya berhubungan seksual. Faktor
kesempatan melakukan hubungan seksual di luar nikah juga sangat penting untuk dipertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu
maka hubungan seks di luar nikah tidak akan terjadi.
Dari hasil penelitian ini, dapat ditemukan juga bahwa frekuensi remaja yang tinggal bersama orangtua lebih banyak yaitu sebesar 12 orang 50 diikuti
dengan remaja yang tinggal bersama suami sebesar 10 orang 41,7 dan remaja yang tinggal di kost sebanyak 2 orang 18,3. Berdasarkan hasil ini dapat
dikatakan bahwa kehamilan remaja masih berlaku walaupun kebanyakan remaja tinggal bersama orangtua mereka mungkin karena kesibukan orangtua dalam
mengejar kehidupan materialistik sehingga kurangnya perhatian pada anak-anak. Menurut Rosa 2012 dalam penelitiannya menyatakan bahwa orangtua yang
bekerja di luar rumah dan menghabiskan hari-harinya dengan kesibukan masing-
Universitas Sumatera Utara
masing menjadi salah satu faktor terjadinya kehamilan remaja karena remaja yang bersendirian di rumah mengambil kesempatan ini dan menggunakan fasilitas yang
ada termasuk uang untuk ke night club sampai larut malam supaya tidak bosan dirumah. Situasi ini mendorong terjadinya kehamilan remaja.
Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat juga frekuensi remaja yang hamil yang belum melahirkan anak lebih tinggi yaitu sebesar 15 orang 62,5 diikuti dengan
remaja yang sudah melahirkan satu anak yaitu sebesar 8 orang 33,3 dan remaja yang sudah melahirkan lebih dari satu anak sebesar 1 orang 4,2. SDKI
2002-2003 mengindikasikan bahwa 10 wanita berusia 15-19 tahun telah memiliki anak, 8 sudah melahirkan dan 2 sedang hamil anak pertama. Peneliti
berasumsi bahwa frekuensi remaja yang hamil yang belum melahirkan anak lebih tinggi karena kebanyakan remaja yang hamil berstatus belum menikah.
Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat juga bahwa paling banyak remaja telah hamil anak pertama ketika mereka berusia 17-19 tahun yaitu sebesar 16 orang
66,7 dan 8 orang remaja 33,3 lagi telah hamil anak pertama ketika mereka berusia 14-16 tahun dengan rata rata usia 16,79. Menurut laporan Riskesdas
2013, dicatatkan bahwa terdapat kehamilan pada umur kurang dari 15 tahun sebanyak 0,02 dan kehamilan pada umur 15-19 tahun sebesar 1,97 persen.
Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat juga bahwa berdasarkan distribusi alasan hamil usia muda untuk remaja yang hamil diluar nikah mempunyai frekuensi
tertinggi yaitu sebesar 14 orang 58,3 dan diikuti dengan remaja yang hamil didalam nikah sebesar 9 orang 37,5 dan akhirnya 1 orang remaja 4,2 yang
hamil akibat kekerasan seksual. Menurut Rosa 2012, faktor yang menyebabkan remaja hamil diluar nikah adalah karena adanya dorongan biologis untuk
melakukan hubungan seksual seperti fungsi organ reproduksi dan kerja hormon. Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari luar, misalnya dengan membaca
buku atau melihat film majalah yang menampilkan gambar–gambar yang membangkitkan erotisme. Peneliti berasumsi bahwa faktor ekonomi juga terlibat
Universitas Sumatera Utara
karena sebagian orangtua yang sentiasa sibuk dengan kerja masing-masing diluar rumah juga mendorong terjadinya kehamilan remaja karena anak-anak remaja
yang bersendirian dirumah mengambil kesempatan itu untuk menggunakan fasilitas yang ada seperti uang dan ruang dan melakukan hubungan seksual akibat
dorongan biologisnya. Kemiskinan juga mendorong kehamilan usia muda karena remaja putri terpaksa bekerja akibat kemiskinan. Bekerja di perumahan atau
bekerja lebih dari 12 jam sehari mengakibatkan segelintir mengalami kekerasan seksual.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar remaja yang hamil berusia dari kelompok 17-19 tahun, memiliki tingkat pendidikan SMP sebagai pendidikan terakhir, tidak
bekerja, berstatus belum menikah dan mempunyai paritas 0.
2. Sebagian besar remaja hamil dengan penyebab hamil diluar nikah.
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian tentang karakteristik kehamilan remaja maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah:
1. Mengingatkan lebih banyak remaja yang hamil mempunyai tingkat pendidikan SMP, sebaiknya pendidikan Kesehatan Reproduksi dimulai
sejak SMP.
2. Bagi remaja yang sudah menikah, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga mencapai usia reproduksi matang yaitu usia 20 tahun atau lebih.
Universitas Sumatera Utara