Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja Tempat kerja merupakan salah satu aspek yang penting dalam penyelenggaraan kegiatan kerja. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat 1, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Tempat-tempat kerja tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan lain-lain Suma’mur, 2009. Tambang adalah suatu tempat kegiatan penambangan yang dilakukan untuk mendaptakan bahan galian. Tambang permukaan adalah suatu sistem penambangan untuk mendapatkan bahan galian yang kegiatannya dilakukan di atas permukaan tanah atau dari atas permukaan air Kepmentamben 5551995. commit to user 8 2. Aktivitas Kerja Aktivitas kerja dibagi menjadi 2 yaitu : a. Aktivititas rutin adalah aktivitas yang secara rutin dilakukan dalam suatu interval waktu tertentu atau aktivitas tersebut sudah secara rutin merupakan rangkaian dari suatu kegiatan misalnya loading, hauling, dumping dan lain-lain. b. Aktivititas non rutin tidak rutin adalah aktivitas yang dilakukan dalam waktu-waktu tertentu yang tidak dapat diprediksi interval waktunya misalnya kegiatan konstruksi pembangunan workshop , mobilisasidemobilasasi unit dan lain-lain Cipta Kridatama, 2010. 3. Sumber Bahaya Bahaya merupakan sesuatu keadaaan yang memngkinkan atau berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cidera, penyakit, kematin, kerusakan atau ketidakmampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan Tarwaka, 2008. Bahaya pekerjaan adalah factor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor –faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan Suma’mur, 1996. Bahaya hazard adalah suatu keadaan energi, tindakan, kondisi yang memungkinkan atau dapat menimbulkan cidera, penyakit, kematian ataupun kerusakan harta benda termasuk didalamnya adalah kerusakan lingkungan, termasuk dalam definisi bahaya ini adalah aspek lingkungan Cipta Kridatama, 2010. commit to user 9 Sumber potensi bahaya merupakan faktor penyebab kerja yang dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya berasal dari : a. Manusia Termasuk pekerja dan manajemen. Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian, atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995. b. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan bahaya jika tidak digunakan sesuai fungsinya, tidak ada latihan tentang penggunaan alat tersebut, tidak dilengkapi dengan pelindung dan pengaman serta tidak ada perawatan atau pemeriksaan. Perawatan atau pemeriksaan dilakukan agar bagian dari mesin atau alat yang berbahaya dapat dideteksi sedini mungkin Syukri Sahab, 1997 . c. Bahan Menurut Syukri Sahab 1997 bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan sifat bahan, antara lain : 1 Mudah terbakar. 2 Mudah meledak. 3 Menimbulkan energi. 4 Menimbulkan kerusakaan pada kulit dan jaringan tubuh. 5 Menyebabkan kanker. commit to user 10 6 Menyebabkan kelainan pada janin. 7 Bersifat racun. 8 Radioaktif. Sedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan menurut Soeripto 1995 tergantung pada : 1 Bentuk alami bahan atau energi yang terkandung. 2 Berapa banyak terpapar bahan atau energi tersebut. 3 Berapa lama terpapar bahan atau energi tersebut. d. Proses Bahaya yang timbul dari faktor proses tergantung dari teknologi yang dipakai. Proses yang dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana dan peralatan yang komplek rumit mempunyai potensi bahaya yang berbeda. Dalam suatau proses sering digunakan faktor tambahan yang dapat memperbesar faktor risiko bahaya. Dari proses produksi terkadang timbul debu, asap, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti tangan terjepit, terpotong, memar, tertimpa bahan. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tingkat bahaya dari proses ini tergantung pada teknologi yang digunakan Syukri Sahab, 1997. e. Cara kerja Cara kerja mempunyai efek bahaya baik terhadap karyawan sendiri atau orang yang berada di sekitar. Cara kerja yang dimaksud antara lain : commit to user 11 1 Cara mengangkat dan mengangkut, apabila terjadi kesalahan akan mengakibatkan cidera umumnya cidera tulang belakang. 2 Cara kerja yang salah dapat menyebabkan hamburan pertikel debu, serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan kimia. 3 Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara pemakaian yang salah. f. Lingkungan kerja Terdiri atas : 1 Fisik a Temperatur Kondisi tempat kerja yang terlalu panas dapat menyebabkan tenaga kerja cepat lelah, karena kehilangan cairan dan garam dalam tubuh. Bila suhu lingkungantempat kerja berlebih maka suhu tubuh akan meningkat yang akan menyebabkan gangguan kesehatan dan hilangnya konsentrasi. Sedangkan untuk suhu yang dingin akan menyebabkan tenaga kerja mudah sakit, karena daya tahan tubuh menurun. b Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan atau suara yang intensitasnya melebihi Nilai Ambang Batas NAB yaitu 85 dB selama 8 jam sehari atau 40 jam perminggu. Dengan kondisi melebihi NAB secara tidak langsung akan mempengaruhi alat pendengaran, gangguan komunikasi, konsentrasi dan gangguan commit to user 12 fisik. Pada awalnya gangguan tersebut bersifat sementara tapi kemudian berubah menjadi permanen. a Penerangan Penerangan yang intensitasnya kurang memadai atau menyilaukan akan menyebabkan kelelahan pada mata yang pada akhirnya akan menyebabkan rasa kantuk dan hal ini dapat menyebabkan kecelakaan pada operator. b Getaran Getaran yang berlebih akan dapat menyebabkan kelainan pada sistem peradaran darah, saraf, sendi dan tulang punggung. c Radiasi Radiasi dapat menyebabkan kelainan pada tubuh dan dapat menaikan suhu tubuh sehingga akan menimbulkan hal-hal seperti efek panas di atas. 2 Kimia Sumber bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan- bahan yang di pakai maupun yang digunakan selama proses produksi yang terhambur, tercecer ke lingkungan kerja akibat dari instalasi dan penanganan yang kurang memadai. Sumber bahan kimia dapat mengakibatkan gangguan lokal dan sistematik. Gejala yang timbul dapat bersifat akut dan kronis. commit to user 13 3 Biologis Sumber bahaya yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan penyakit akibat kerja atau penyakit umum. Sumber bahaya biologis dapat berupa jasad renik, gangguan serangga dan gangguan lain. 4 Fisiologis Gangguan ini bersifat faal dapat diakibatkan karena overload dan peralatan yang tidak sesuai atau tidak serasi dangan tenaga kerja. 5 Psikologis Ganguan psikologis dapat terjadi karena adaya pressure ditempat kerja, hubungan kerja yang tidak harmonis. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik tekanan darah, eksim, dan sebagainya Suma’mur, 2009. 4. Kecelakaan Kerja Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan Suma’mur, 1993. commit to user 14 Kecelakaan tambang adalah setiap kecelakaan yang menimpa pekerja tambang atau orang yang menimpa pekerja tambang atau orang yang mendapt izin masuk pada kegiatan usaha pertambangan Kepmentamben 5551995. Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan manusia yang tidak aman unsafe action dan keadaan lingkungan yang tidak aman unsafe condition. Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85 kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat, bahwa penyebab langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia Suma’mur, 1993. Teori terjadinya kecelakaan kerja dirumuskan oleh Heinrich dan kemudian disempurnakan oleh Frank E. Bird. Teori tersebut dikenal dengan Teori Domino. Dalam teori sederhana ini dinyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan sendirinya, ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului adanya suatu kecelakaan, dalam teori ini rangkaian peristiwa tersebut digambarkan sebagai rangkaian kartu domino. Pada buku Practical Loos Control Leadership 1986, Frank E. Bird dan Germain menggambarkan urutan-urutan kejadian yang saling berhubungan dan berakhir pada kerugian yaitu cidera, kerusakan peralatan atau terhentinya proses. commit to user 15 Untuk lebih detailnya, diagram alur tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut ini : a. Kurangnya Sistem Pengendalian Lack of Control Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen yaitu: Planning, Organizing, Leading, dan Controling. Tanpa manajemen pengendalian yang kuat, penyebab kecelakaan dan rangkaian efek akan dimulai dan memicu faktor penyebab kerugian. Kurangnya pengendalian dapat disebabkan karena faktor : 1 Program yang tidak memadai. 2 Standar program yang tidak memadai. 3 Tidak ada pemenuhan terhadap standar. Domino pertama akan jatuh pada pihak manajemen yang tidak mampu mengorganisasi, memimpin dan mengontrol pekerja dalam memenuhi standar yang telah ditentukan. Kurangnya Pengendalian Tidak mamadainya: - Program - Standar program - pemenuhan standar Penyebab dasar - Faktor personal - Faktor pekerjaan Penyebab langsung - Tindakan tak aman - Kondisi tak aman Insiden Kontak dengan energi atau bahan Kerugian - Manusia - Harta benda - Proses produksi Sumber : Frank E. Bird 1986 Gambar 1. Teori Domino commit to user 16 b. Penyebab Dasar Basic Cause Dari adanya kontrol yang tidak memadai akan menyebabkan timbulnya peluang pada penyebab dasar dari kejadian yang menyebabkan kerugian. Penyebab dasar terdiri dari : 1 Faktor manusia Kurangnya kemampuan fisik atau mental, kurangnya pengetahuan, keterampilan, stress atau tegang, atau motivasi yang keliru. 2 Faktor pekerjaan Adanya standar kerja tidak cukup, rancang bangun dan pemeliharaan yang tidak memadai, standar pembelian yang kurang atau lain-lain. c. Penyebab Langsung Immediate Cause Jika penyebab dasar terjadi, maka terbuka peluang untuk menjadi tindakan dan kondisi tidak aman. 1 Tindakan tidak aman Unsafe Action Tindakan tidak aman adalah pelanggaran terhadap cara kerja yang aman yang mempunyai risiko terjadinya kecelakaan ,antara lain : a Menjalankan sesuatu tanpa izin. b Gagal mengingat atau mengamankan. c Menjalankan sesuatu peralatan dengan kecepatan yang tidak sesuai. d Tidak menggunakan alat-alat keselamatan kerja. commit to user 17 e Menggunakan peralatan dangan cara tidak benar. f Tidak menggunakan alat pelindung diri. g Cara memuat dan membongkar tidak benar. h Cara mengangkat yang tidak benar. i Posisi yang tidak betul. j Menggunakan peralatan yang rusak. 2 Kondisi tidak aman Unsafe Condition Adalah kondisi fisik yang berbahaya dan keadaan yang berbahaya yang langsung membuka peluang terjadinya kecelakaan sebagai berikut : a Pengaman atau pelindung yang tidak cukup. b Alat, peralatan atau bahan yang rusak. c Penyumbatan. d Sistem peringatan yang tidak memadai. e Bahaya kebakaran dan peledakan. f Kurang bersih. g Kondisi yang berbahaya seperti : debu, gas dan uap. h Kebisingan yang berlebih. i Kurangnya ventilasi dan penerangan. j Kejadian Incident . d. Insiden Insiden terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi atau bahan yang melampaui nilai ambang batas dari bahan atau struktur. commit to user 18 Sumber energi ini dapat berupa tenaga mekanis, tenaga kinetis, kimia, listrik, dsb. Insiden adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan hampir terjadinya suatu kerugian meskipun kondisi bahaya belum benar-benar terjadi. Insiden dapat menyebabkan cidera fisik atau kerusakan benda digolongkan sesuai dengan tipe-tipe kecelakaan yang terjadi, seperti: terjatuh, terbentur, terpeleset, terperangkap, terkena listrik, panas, dingin, kebisingan dan bahaya lainya. e. Kerugian Loss Apabila keseluruhan urutan di atas terjadi, maka akan menyebabkan adanya kerugian terhadap manusia, harta benda dan akan mempengaruhi produktifitas dan kualitas kerja. Dengan kata lain, kecelakaan akan mengakibatkan cidera dan atau mati, kerugian harta benda bahkan sangat mempengaruhi moral pekerja termasuk keluarganya. 5. Prinsip Pencegahan Kecelakaan Dapat dipastikan bahwa semua orang tenaga kerja tidak menginginkan kecelakaan atau mengalami kerusakan pada harta benda. Tapi berdasarkan hasil data kecelakaan ternyata banyak tenaga kerja yang dengan sadar melakukan hal-hal yang menyerempet bahaya, meskipun mereka tidak menginginkan terjadinya kecelakaan. Adapun langkah-langkah penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan : commit to user 19 a. Peraturan Perundang-undangan Ketentuan dan syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan teknologi, penerapan ketentuan dan syarat K3 sejak tahap rekayasa dan penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3. b. Standarisasi Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan K3. c. Inspeksi Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja masih memenuhi ketentuan dan persyaratan K3. d. Riset Teknis, Medis, Psikologis dan Statistik Riset penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3 sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan teknologi. e. Pendidikan dan Latihan Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan dan ketrampilan K3 bagi tenaga kerja. f. Persuasi Cara penyuluhan dan pendekatan di bidang K3, bukan melalui penerapan dan pemaksaan melalui sanksi-sanksi. g. Asuransi Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dengan pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan yang memenuhi syarat K3. commit to user 20 h. Penerapan K3 di Tempat Kerja Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat kerja dalam upaya memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja. Suma’mur, 1993 6. Risiko Kecelakaan Kerja Risiko adalah satu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu Tarwaka, 2008. Kerugian dapat di akibatkan dari kecelakaan, secara rinci dijabarkan sebagai Teori Gunung Es. Dalam teori tersebut dinyatakan terdapat dua biaya yang harus di keluarkan, yaitu : a. Biaya Langsung Biaya langsung meliputi kecelakaan : 1 Perawatan dokter. 2 Biaya kompensasi. b. Biaya Tidak langsung Biaya tak langsung meliputi : 1 Kerusakan dan kerugian harta benda,meliputi : a Kerusakan Bangunan. b Kerusakan Perkakas. c Kerusakan hasil produksi dan material. d Gangguan dan keterlambatan produksi. e Biaya untuk pemenuhan aturan. f Biaya peralatan untuk keadan darurat. commit to user 21 g Biaya sewa peralatan. h Waktu untuk penyelidikan. 2 Biaya yang lain, meliputi : a Gaji selama tidak bekerja. b Biaya penggantian dan atau pelatihan. c Overtime. d Ekstra untuk supervisor. e Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu mulai bekerja. f Menurunnya bisnis. Dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa biaya tidak langsung akibat kecelakaan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya langsung. Kedua biaya tersebut dapat digambarkan sebagai “Biaya Gunung Es”. Biaya langsung yaitu digambarkan sebagai bongkahan es yang terlihat diatas permukaan laut, sedangkan biaya tak langsung digambarkan sebagai bongkahan gunung es yang berada dibawah permukaan laut yang lebih besar, seperti pada gambar 2 dibawah ini. Keterangan : A. Biaya Langsung B. Biaya Tak Langsung A B Sumber : Bird and German, 1986 Gambar 2. Teori Gunung Es commit to user 22 7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Pengertian Umum Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofis adalah suatu upaya dan pemikiran untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya beserta hasil karya menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera Tarwaka, 2008. Sedangkan secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan Tarwaka, 2008. Keselamatan dan kesehatan kerja secara hukum merupakan suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan sehat dan selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif Tarwaka, 2008. b. Tujuan Usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. 2 Agar sumber-sumber produksi dapat diakui dan digunakan secara aman dan efisien. 3 Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan apapun Suma’mur, 1993. commit to user 23 c. Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja ditetapkan sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 mengenai Syarat-syarat Keselamatan Kerja antara lain : 1 Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan dan kebakaran. 2 Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja. 3 Mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka ringan. 4 Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja lainnya. 5 Meningkatkan produktivitas. 6 Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal. 7 Menjamin tempat kerja yang aman. 8 Mempelancar, meningkatkan, mengamankan sumber, dan proses produksi. 8. Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu budaya, proses, dan struktur dalam mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem manajemen yang baik Soehatman, 2010. Manajemen risiko erat hubungannya dengan manajemen K3. Keberadaan risiko dalam kegiatan proses produksi mendorong perlunya upaya keselamatan untuk mengendalikan semua risiko yang ada. Dengan demikian commit to user 24 manajemen risiko merupakan bagian tak terpisahkan dari manajemen K3 seperti dua sisi mata uang. Menurut Permenaker No.5MEN1996 tentang Sistem Manajemen K3 menyebutkan bahwa identifikasi bahaya, penilaian risiko dari kegiatan, produk barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatanndan kesehatan kerja. Untuk itu harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya. SMK3 menempatkan manajemen risiko sebagai salah satu elemen penting dalam manajemen K3. Dalam sistem manajemen K3 yang berlaku secara global yaitu OHSAS 18001 mengandung klausul yang menyatakan bahwa organisasi harus menetapkan mengimplemantasikan dan memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi bahaya dari kegiatan yang sedang berjalan, penilaian risiko dan menetapkan pengendalian yang diperlukan. Hal ini juga mencerminkan bahwa manajemen risiko merupakan elemen penting dalam manajemen K3. Sedangkan pengelolaan kegiatan produksi akan berakibat menimbulkan efek terhadap lingkungan. Menurut ISO 14001 menyatakan bahwa organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi aspek lingkungan kegiatan, produk dan jasa dalam lingkup sistem manajemen lingkungan yang dapat dikendalikan dan dapat dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang direncanakan atau baru, kegiatan produk dan jasa yang baru, atau yang diubah dan menentukan aspek yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak penting terhadap commit to user 25 lingkungan. Aspek lingkungan juga merupakan bagian tak terpisahkan dari manajemen risiko dan manajemen K3. Manajemen risiko menurut ketiga standar K3L diatas, terdiri dari 3 bagian yaitu Hazard Identification Identifikasi Bahaya, Risk Assesment Penilaian Risiko dan Determining Control Penetapan Pengendalian atau sering disebut HIRADC. Berdasarkan hasil evaluasi dan kajian HIRADC, perusahaan mengembangkan sasaran K3, kebijakan K3 dan program kerja untuk mengelola risiko tersebut. Dengan demikian basis dari pengembangan manajemen K3 adalah manajemen risiko Soehatman, 2010. Pelaksanaan HIRADC dalam proses manajemen risiko di setiap area proses produksi mengacu pada hierarki pengendalian. Dengan cara : a. Menguraikan kegiatan kerja yang melibatkan material, proses produksi dan produk pada aktivitas bisnis perusahaan. b. Menemukan titik-titik bahaya dan aspek lingkungan yang ada pada aktivitas bisnis perusahaan secara umum dan setiap section secara khusus. c. Menentukan dampak potensial akibat dari bahaya dan aspek lingkungan dari aktivitas perusahaan. d. Melakukan pengendalian terhadap dampak potensial yang teridentifikasi. e. Menentukan nilai risiko yang tergolong risiko low, medium, high very high. f. Menentukan tingkat risiko tergolong di terima atau tidak diterima pada semua bahaya yang telah dilakukan pengendalian awal. commit to user 26 g. Mempertahankan dan meningkatkan pengendalian terhadap bahaya yang mempunyai tingkat risiko diterima. h. Melakukan tindakan pengendalian lanjutan terhadap bahaya yang mempunyai tingkat risiko tidak diterima sehingga nilai risikonya turun menjadi tingkat risiko diterima Cipta Kridatama, 2010. Penyusunan HIRADC di PT. Cipta Kridatama merupakan tanggung jawab tim HIRADC yang terdiri dari perwakilan dari setiap departemen. Sedangkan penanggungjawab tim HIRADC masing-masing departemen adalah Kepala Departemen tersebut. Hal ini dimaksudkan agar penyusunan HIRADC tersebut dapat dilakukan dengan tepat sesuai dengan pekerjaan masing-masing departemen serta bahaya yang terkandung didalamnya. Penunjukan anggota tim HIRADC oleh Kepala Departemen harus dengan penunjukkan resmi yang disetujui oleh Project Manager PM dan Management Representative MR. Anggota tim HIRADC harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Mengetahui proses yang terkait dengan HIRADC yang disusun dan mempunyai kompetensi dalam pembuatan HIRADC. b. Minimal sudah pernah mengikuti pelatihan pembuatan HIRADC yang dilaksanakan oleh suatu lembaga pelatihan yang terakreditasi atau mengikuti pelatian yang dilakukan secara internal perusahaan. c. Jika pelatihan HIRADC dilakukan secara internal perusahaan maka Pelatih yang memberikan pelatihan HIRADC adalah orang yang commit to user 27 sudah pernah mengikuti pelatihan internal auditor OHSAS 18001ISO 14001 oleh lembaga yang terakreditasi atau seorang Ahli K3. Tim HIRADC yang sudah dibentuk tersebut mempunyai tugas secara rinci adalah sebagai berikut : a. Melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko sesuai dengan prosedur yang berlaku bersama dengan narasumber yang terkait. b. Membuat usulan tindakan perbaikan form Register Tindakan Perbaikan Pencegahan. c. Melakukan update HIRADC. d. Mendokumentasikan dokumen identifikasi bahaya dan penilaian risikonya serta dokumen pendukung lainnya. Setelah HIRADC selesai dibuat, Kepala Departemen bersama dengan personel SHE Department akan mereview hasil tersebut. Apabila ada revisi, maka harus segera dirubah dan bila tidak maka SHE Department dan Project Manage r akan memberikan approval . Selanjutnya copy dokumen HIRADC diserahkan kepada SHE Department untuk didokumentasikan dan sebagai bahan menyusun program K3. Hasil HIRADC akan disosialisasikan kepada karyawan lainnya melalui komunikasi K3. Tindakan pengendalian yang direkomendasikan dalam HIRADC akan dilaksanakan dan dibuat dalam bentuk program kerja K3L yang memadai serta dievaluasi pelaksanaannya dan kesesuaiannya secara berkala dalam rapat tinjauan manajemen. HIRADC harus dilakukan up date pada dua kondisi yaitu : commit to user 28 a. Non periodik, dilakukan pada saat : 1 Kondisi bahaya, tingkat risiko, dan tindakan pengendalian sudah tidak sesuai lagi. 2 Terjadi Insiden yang mempengaruhi penilaian risiko 3 Terjadi perubahan baik dalam proses, modifikasi peralatan, material atau peraturan perundangan K3L yang terkait. 4 Dilakukan pembelian peralatan dengan spesifikasi baru yang dioperasikan di site. 5 Adanya tuntutan dari peraturan perundangan dan peraturan K3L lainnya yang harus diterapkan. 6 Adanya temuan dari hasil Audit internal ataupun External apabila terjadi perubahan proses misalnya perubahan design, perubahan standard dan metode kerja, perubahan penggunaan bahan, modifikasi, penambahan equipment. Apabila terjadi insiden pada suatu aktivitas kerja, maka HIRADC pada aktivitas kerja tersebut harus ditinjau ulang. b. Periodik dilakukan setiap enam bulan sekali : 1 Penilaian risiko residual dilakukan setelah adanya tindakan pengendalian lanjutan form HIRA. 2 Hasil analisa bahaya yang dilaporkan melalui Hazard Report, Inspeksi, PTL dan media lainnya digunakan sebagai bahan untuk melakukan tinjauan ulang terhadap hasil HIRA yang telah disusun. Cipta Kridatama, 2010 commit to user 29 Tahap-tahap Manajemen Risiko yang dilasanakan di PT. Cipta Kridatama adalah sebagai berikut: a. Inventarisasi Kegiatan Kerja Proses awal Manajemen Risiko dilakukan dengan inventarisasi pekerjaan. Tim HIRADC setiap departemen bertanggungjawab untuk menginvetarisasi kegiatan kerja aktivitas kerja yang ada pada departemen terkait. Ini adalah langkah kritis, karena jenis dan bentuk bahaya yang akan teridentifikasi muncul dari inventarisasi kegiatan kerja. Oleh karena itu tim HIRADC yang terlibat dalam inventarisasi kegiatan kerja haruslah orang yang berpengalaman dan mengerti betul keadaan jenis pekerjaan dan bahaya terkait. Inventarisasi kegiatan kerja tidak berhenti pada pekerjaan yang terkait langsung dengan pekerjaan mereka, namun juga termasuk efek dari kondisi fasilitas dan kegiatan pihak lain yang mungkin bersinggungan dengan operasi mereka. b. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja Tarwaka, 2008. Identifikasi bahaya adalah proses untuk mengenali bahaya yang ada dan mendefinisikan sifat-sifatnya Cipta Kridatama, 2010. Pada tahap ini konsentrasi tim yang optimal dibutuhkan. Mengingat pentingnya tahapan ini, maka tim yang terlibat harus sudah mengikuti commit to user 30 pelatihan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada sesi tersendiri. daftar peserta pelatihan HIRADC tersedia di SHE department dan salinannya ada pada setiap section yang terkait. Identifikasi bahaya dilihat secara terpisah pada setiap kegiatan kerja, mencakup bahaya terhadap manusia, alat kerja dan lingkungan kerja. Secara sistematis sumber bahaya bisa dibedakan menjadi 2 yaitu potensi bahaya dan faktor bahaya. Adapun macam faktor-faktor bahaya antara lain faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan Potensi bahaya berasal dari tindakan maupun kondisi yang tidak aman. c. Identifikasi Efek Bahaya Efek bahaya mencakup dampak terhadap manusia, alat kerja dan lingkungan kerja. Asumsi yang digunakan oleh tim harus asumsi terparah yang mungkin terjadi sebagai akibat kecelakaan, namun tetap dalam batasan yang logis dan realistis. d. Penilaian Risiko Risiko adalah Kombinasi antara : 1 Probability : Kemungkinan terjadinya insiden atau dampak yang mengakibatkan cidera, PAK, kerusakan harta benda atau dampak lingkungan yang merugikan yang disebabkan oleh suatu kejadian berbahaya atau paparan bahaya atau aspek lingkungan. 2 Frequency : Keseringan kejadian berbahaya atau paparan bahaya atau aspek lingkungan. commit to user 31 3 Severity : Keparahan dari cidera, PAK, kerusakan harta benda atau dampak lingkungan yang merugikan yang disebabkan oleh suatu kejadian berbahaya atau paparan bahaya atau aspek lingkungan. Cipta Kridatama, 2010 Penilaian risiko dilakukan dengan mempertimbangkan 3 aspek penting diatas yaitu peluang probabilitas , keseringan frequency dan keparahan severitas . Ketiganya berbanding lurus dengan nilai risiko itu sendiri, artinya semakin tinggi nilai peluang, keseringan dan keparahannya, maka nilai risikopun semakin tinggi. 1 Peluang Probabilitas Peluang terjadinya kecelakaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu : a Siapa yang melakukan pekerjaan jumlah pelaku dan kompetensinya. b Serumit apakah pekerjaan yang dilakukan. c Dimana pekerjaan dilakukan kompleksitas tempat kerja. d Kapan pekerjaan dilakukan jam-jam menurunnya stamina dan konsentrasi. e Bagaimana pekerjaan dilakukan ada tidaknya prosedur baku. f Berapa lama pekerjaan tersebut durasi pekerjaan. g Seberapa sering aktivitas tersebut ada keterulangan pekerjaan. h Seberapa banyak jumlah beban kerja tersebut. Hal-hal diatas akan memberikan kontribusi terhadap tinggi rendahnya peluang terjadinya kecelakaan pada suatu aktivitas kerja. commit to user 32 2 Frekuensi Keseringan Frekuensi menunjukkan tingkat keseringan suatu bahaya atau paparan terjadi dalam suatu waktu tertentu. Nilai frekuensi dapat ditetapkan misalnya keseringan dalam durasi tahunan, bulanan, mingguan dan harian. 3 Keparahan Severitas Severitas menunjukkan tingkat keparahan yang harus diderita jika kecelakaan benar-benar terjadi, baik terhadap manusia, property dan lingkungan. Nilai severitas yang ditetapkan dapat berdasarkan jenis cidera yang terjadi, seberapa besar kerugian perusahaan, gangguan kesehatan yang dialami pekerja, ada tidaknya kejadian pencemaran lingkungan dan komplian dari masyarakat maupun tuntutan hukum dari pemerintah. Formula Penilaian risiko yang digunakan oleh PT. Cipta Kridatama yaitu : Risiko = Probability X Frequency X Severity atau R = P x F x S Penilaian risiko yang dilakukan PT. Cipta Kridatama dengan cara 2 kali penilaian. Penilaian risiko yang pertama adalah dilakukan terhadap bahaya aspek K3L setelah dilakukan tindakan pengendalian awal yang sudah terlaksana saat ini existing control . Penilaian risiko yang kedua adalah penilaian risiko yang dilakukan terhadap bahaya dengan kriteria risiko tidak diterima setelah dilakukan tindakan pengendalian awal existing control . commit to user 33 e. Penggolongan Nilai Risiko Setelah dilakukan penilaian risiko terhadap masing-masing bahaya dari pekerjaan disetiap departemen maka dilaksanakan penggolongan risiko berdasarkan nilai kombinasi antara probability, frequency dan severity . Nilai risiko tersebut akan mempengaruhi nilai tingkat risiko. Untuk tingkat risiko very high dan high maka dikelompokkan dalam kriteria risiko yang tidak dapat diterima Non Acceptable Risk . Sedangkan tingkat risiko medium dan low maka dikelompokkan dalam kriteria yang dapat diterima Acceptable Risk Cipta Kridatama, 2010. f. Tindakan Pengendalian Risiko Dalam melakukan pengendalian, hal yang harus dilakukan adalah memulai dari tindakan terbesar. Jika tidak dapat dilakukan maka dengan menurunkan tingkat pengendaliannya ketingkat yang lebih rendah atau mudah. Pengendalian risiko dapat mengikuti Pendekatan Hierarki Pengendalian Hirarchy of Control . Hierarki pengedalian risiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan Tarwaka, 2008. Adapun hierarki pengendalian yang diterapkan PT. Cipta Kridatama adalah sebagai berikut : commit to user 34 1 Eliminasi Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilangkan metode, bahan ataupun proses untuk menghilangkan bahaya secara keseluruhan nol. Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100, artinya dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol. 2 Substitusi Subtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang mempunyai nilai risiko yang tinggi dengan yang mempunyai nilai risiko lebih kecil. 3 Rekayasa Teknik Rekayasa Teknik yaitu suatu pengendalian bahaya secara teknik yang bisa diterapkan untuk mengurangi paparan bahaya yang ada. Langkah yang dilakukan dalam tahap ini misalnya dengan memberikan peredam kebisingan pada mesin, dipergunakan room control , dan penggunaan ventilasi penghisap. 4 Administrasi Pengendalian administratif dengan mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau perputaran kerja job rotation , sistem ijin kerja, atau hanya dengan menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan. commit to user 35 5 Alat Pelindung Diri APD Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri, artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar sesuai dengan potensi bahaya dan jenis pekerjaan yang ada. Dalam melakukan pengendalian risiko kecelakaan ini, maka dapat ditentukan jenis pengendalian tersebut dengan mempertimbangkan tingkat paling atas dari hierarki pengendalian, jika tingkat atas tidak dapat dipenuhi maka melakukan upaya tingkat pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian risiko kecelakaan dilakukan berdasarkan hierarki pengendalian. Akan tetapi mungkin juga dapat dilakukan upaya-upaya gabungan dari pengendalian tersebut untuk mencapai tingkat pengendalian risiko yang diinginkan. g. Sisa Risiko Setelah ditentukan tindakan pengendalian yang layak, maka tim HIRADC harus menganalisa ulang kembali risiko dari aktivitas kerja tersebut. Bila setelah dilakukan pengendalian awal existing control nilai risiko masih tinggi atau sangat tinggi maka pengendaliannya digolongkan dalam kategori tidak diterima. Hal inilah yang dimaksud dengan sisa risiko dimana harus dilakukan pengendalian lanjutan. Tujuan dari pengendalian commit to user 36 Diterima Tempat Kerja Sumber Bahaya Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko Pengendalian Awal Dampak Potensial Pengendalian Lanjutan Efektif Review Tidak diterima Tidak Efektif Dokumentasi Sosialiasasi Implementasi Inventaris Kegiatan Kerja lanjutan ini adalah agar tingkat risiko suatu bahaya dengan kategori tidak diterima dapat turun menjadi bahaya dengan kategori yang dapat diterima.

B. Kerangka Pemikiran