commit to user 41
41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penilitian
1. Deskripsi Proses
Blasting
Blasting merupakan kegiatan meledakan lapisan tanah
Over Burden
OB dengan bahan peledak dan rangkaian ledak tertentu. Hal ini dilakukan karena proses
Ripping
tidak mampu menghancurkan lapisan tanah
Over Burden
OB yang terlalu keras. Tujuan dilakukan
blasting
adalah untuk menghancurkan lapisan OB agar lebih lunak sehingga mudah untuk dimuat dengan
Off Highway Truck
OHT dan dipindahkan menuju
disposal
. a.
Inspeksi Hasil Pengeboran Lubang bor yang akan digunakan untuk wadah memasukkan
bahan peledak berikut dengan detonatornya harus diperiksa oleh
Drill Blasting Foreman.
Hal ini dilakukan agar peledakan dapat dilaksanakan dengan maksimal. Inspeksi hasil pengeboran meliputi
jarak lubang, kedalaman lubang dan jumlah lubang yang dibutuhkan. Adapun standar jarak dan kedalaman lubang di PT. Cipta Kridatama
site
Mahakam Sumber Jaya adalah dengan ukuran
Spasi
S : 9,2 m,
Burden
B : 8,0 m dan
Deep
D : 7 m. Akan tetapi terkadang posisi batubara tidak selalu berada di kedalaman yang sama, maka
commit to user 42
pengeboran dilakukan fleksibel dengan memperhatikan serbuk tanah hasil pengeboran dari
drilling machine.
Adapun jumlah lubang pengeboran disesuaikan dengan luas area peledakan. Semakin luas
area peledakan maka semakin banyak lubang yang dibuat dan semakin banyak bahan peledak yang dibutuhkan.
b. Pemasangan Rambu Peringatan
Blasting
Sebelum rangkaian kegiatan
blasting
dilakukan rambu peringatan
blasting
harus dipasang. Hal ini dimaksudkan untuk pemberitahuan dan pengamanan pelaksanaan
blasting
agar tidak terjadi korban jiwa maupun kerusakan
property.
Adapun pemasangan rambu peringatan yang dilakukan antara lain :
1 Pemasangan Rambu
Safety Line
Rambu dan
safety line
harus dipasang disekitar area peledakan. Rambu-
rambu tersebut berupa : Rambu “
Dilarang masuk bagi yang tidak berkepentingan
”, Rambu “
Dilarang merokok atau menyalakan api serta penggunaan radio
komunikasi
”. Sedangkan
safety line
dipasang mengelilingi area
blasting.
Pemasangan rambu
safety line
ini dimaksudkan untuk memblokade area
blasting
dari
man power
maupun unit kerja yang ada disekitar area
blasting
agar tidak masuk ke dalam area
blasting.
commit to user 43
2 Pemasangan Bendera Papan Informasi
Blasting
Di jalan masuk tambang dipasang bendera papan informasi
blasting
. Papan ini berisi pengumuman hari, tanggal dan jam peledakan. Papan ini dilengkapi tiang bendera untuk
pemasangan bendera merah pada hari tanggal diadakan kegiatan peledakan.
Warna merah
pada bendera
yang dipasang
menandakan bahwa kegiatan peledakan merupakan keadaan darurat yang harus diperhatikan.
3 Pemasangan Bendera Pemblokiran
Bendera pemblokiran dipasang pada radius tertentu dari area peledakan. Sedangkan bendera yang dipasang ada 2 yaitu
bendera warna kuning dan bendera warna hijau. Pada radius 300 meter dari area peledakan dipasang bendera kuning. Jarak 300
meter ini merupakan jarak aman bagi unit alat berat yang dievakuasi menjauhi area peledakan. Pada radius 500 meter dari
area peledakan dipasang bendera hijau. Jarak 500 meter ini merupakan jarak aman bagi
man power
dan unit alat berat yang dievakuasi. Apabila dalam jarak 300 meter unit sudah diparkir
maka
man power
harus dievakuasi dari unit dimana dia bekerja ke jarak aman 500 meter.
c. Pembongkaran
Ammonium Nitrate
Kebutuhan bahan peledak disesuaikan dengan kebutuhan untuk pengisian lubang ledak di area
blasting. Ammonium Nitrate
diangkat
commit to user 44
dan diangkut dengan
forklift
menuju ANFO
Mixer
untuk dilakukan pencampuran
Ammonium Nitrate
dengan
Fuel Oil.
Pencampuran menggunakan mesin
mixing
ini dengan tujuan agar lebih efektif dan efisien.
d.
Mixing
Menggunakan ANFO
Mixer
Bahan peledak yang digunakan adalah berupa
Ammonium Nitrate
Fuel Oil
ANFO. Bahan ini merupakan perpaduan antara
Ammonium Nitrate
dan
Fuel Oil
dengan perbandingan ideal
Ammonium Nitrate : Fuel Oil
adalah 94 : 6. Bahan
Ammonium Nitrate
dan
Fuel Oil
ini disimpan dalam gudang handak dalam keadaan terpisah untuk mencegah terjadinya ledakan kebakaran jika terjadi
loncatan listrik percikan api. e.
Pengangkutan Bahan Peledak ke Tambang Setelah ANFO tercampur dengan sempurna,
petugas memasukkan ANFO dalam karung agar mempermudah pengangkutan
ke area
blasting
dengan menggunakan
truck
. Travel ANFO melalui jalan
hauling
dilakukan dengan kehati-hatian karena lalu lintas jalan
hauling
ramai. Dan untuk pengamanan, truck ANFO diberi tanda bendera merah pertanda
emergency
dan harus mendapat prioritas ruang di jalan
hauling.
f. Pengisian Bahan Peledak
Rangkaian primer yang terdiri dari detonator dan kabel perangkainya dimasukkan ke pertengahan lubang. Pengisian ANFO
commit to user 45
dilakukan perlahan dan dekat dengan mulut lubang untuk menghidari bahan tertumpah dan terhambur oleh angin. Jika lubang berair, maka
digunakan plastik linerkondom yang diisi ANFO dan diusahakan agar penempatan
Primer
didalam plastik
liner
paling bawah menyentuh dasar lubang
bottom
dengan menggunakan
stick
. Jika pengisian dan perangkaian telah selesai dilaksanakan maka lubang ditutup dengan
tanah serbuk hasil pengeboran menggunakan cangkulsekop hingga lubang tertutup sampai rata permukaan untuk memperkuat
pengekangan energi bahan peledak di dalam lubang. g.
Perangkaian Bahan Peledak
Detonating cord
dihubungkan antar lubang sepanjang baris
row
disesuaikan dengan kondisi dan lokasi. Diantara baris dengan baris dihubungkan
delay connector
. Penarikan kabel dilakukan bila sudah diyakinkan bahwa jalur kabel tersebut tidak akan dilintasi alat
berat kemudian ujung yang satu dihubungkan dengan ujung yang lain diperiksa tahanannya dengan menggunakan
Ohmmeter
pada tiap-tiap rol. Kabel yang digunakan harus kabel tunggal dan tidak boleh
menggunakan kabel serabut. Semua sambungan kabel harus disambung dengan baik dan dibungkus dengan isolasi. Pemasangan
detonator listrik hanya dilakukan pada saat manusia dan unit telah dipastikan dievakuasi dipindahkan ke daerah yang benar-benar aman.
commit to user 46
h. Pengosongan dan Pemblokiran Area
Sebelum peledakan dilaksanakan harus dilakukan Evakuasi terhadap unit dan manusia hingga berada pada jarak radius yang aman
sesuai dengan peta peledakan yang telah dibuat Jarak minimal 300 meter untuk alat dan 500 meter untuk manusia. Pada saat unit travel
untuk evakuasi biasanya 15 menit sebelum peledakan dibunyikan sirine panjang 1x selama 1 menit dan daerah peledakan sudah mulai
diblokir atau ditutup. Pada saat mulai evakuasi maka untuk penggunaan
channel
radio harus dikosongkan
silence signal
dari pengguna yang tidak berkepentingan dengan peledakan. Pemblokiran terhadap radius aman
peledakan ini dilakukan untuk mencegah agar tidak ada orang unit yang tidak mendapat informasi peledakan masuk ke dalam daerah
peledakan. i.
Penempatan
Shelter
Eksekusi peledakan dilakukan di dalam
shelter
dengan posisi
shelter
di luar radius 300 meter. Akan tetapi bila posisi dibawah radius 300 meter maka harus digambar dengan jelas di peta peledakan
blast map
untuk diajukan ke Kepala Teknik Tambang untuk mendapatkan izin. Penggunaan
shelter
sebagai pelindung
blaster
saat eksekusi
blasting
tidak boleh digantikan dengan unit
dump truck
mobil sarana atau bentuk lain yang tidak mengikuti standard keselamatan kerja.
commit to user 47
j. Pelaksanaan Peledakan
Peledakan dapat dilakukan jika semua persyaratan persiapan peledakan telah dipenuhi sesuai dengan
checklist
inspeksi yang tersedia. Komunikasi dalam kegiatan peledakan harus menggunakan
radio dengan c
hannel
khusus dimana tidak diperbolehkan orang lain menggunakan c
hannel
tersebut selain untuk komunikasi yang berkaitan dengan kegiatan peledakan.
Setelah diyakinkan terhadap para
blastguard
bahwa lokasi sudah aman maka
Supervisor Drill Blast
memberikan informasi komando untuk membunyikan sirine 3x pertanda peledakan siap
untuk dilaksanakan. Aba –aba hitungan peledakan akan dilakukan oleh
Drill Blast Supervisor
yang diakhiri dengan kata “Tembak” atau kata lain yang disepakati.
k. Pemeriksaan Lokasi dan Hasil Peledakan
Lima belas 15 menit setelah peledakan terlaksana, maka
Blaster
harus melakukan pemeriksaan lokasi peledakan terhadap kemungkinan terjadinya gagal meledak
misfire
. Lokasi peledakan harus diperiksa dengan hati-hati dengan memberikan perhatian khusus
terhadap hasil ledakan pada setiap lubang ledak. Sebelum ada informasi
Clear
dari
blaster,
semua aktifitas dan jalur masuk menuju ke lokasi peledakan tetap diblokir.
Jika hasil pemeriksaan oleh
blaster
menemukan adanya
misfire
maka seluruh karyawan yang terlibat dalam kegiatan peledakan harus
commit to user 48
mengikuti SOP tentang penanganan
misfire
yang telah dibuat. Selama proses
penanganan
misfire
tersebut seluruh
aktivitas tidak
diperbolehkan kecuali di luar radius 300 meter. Setelah diyakinkan bahwa tidak ada
misfire
maka
blaster
memberi informasi kepada
Drill Blast Supervisor
bahwa peledakan dinyatakan aman. Kemudian
Drill Blast Supervisor
, membunyikan sirine panjang 1x selama 1 menit menandakan bahwa lokasi peledakan dinyatakan aman dan
setiap
blastguard
dapat membuka jalur blokir dan seluruh aktivitas tambang dapat dimulai kembali.
l. Pengembalian Bahan Peledak
Sisa Bahan peledak yang tidak digunakan harus dikembalikan ke dalam gudang bahan peledak.
Drill Blast Supervisor
dan penjaga gudang bahan peledak mengisi formulir pengembalian bahan peledak,
membuat dan menanda tangani berita acara pengembalian bahan peledak.
Adapun skema alur proses
blasting
di PT. Cipta Kridatama
Jobsite
Mahakam Sumber Jaya adalah sebagai berikut : Inspeksi Hasil Pengeboran
Pemasangan Rambu Peledakan
Pembongkaran
Ammonium Nitrate
Mixing Ammonium Nitrate
Bersambung…
commit to user 49
2. Manajemen Risiko
Dalam memenuhi OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.3.1 “
Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Controls
” dan ISO 14001 : 2004 klausul 4.3.1 “ Environmental Aspects” sehingga HIRADC dilaksanakan
dalam operasional kerja di perusahaan. Sedangkan Manajemen risiko merupakan setali tiga uang dengan HIRADC. Oleh sebab itu perusahaan telah
melaksanakan HIRADC terhadap proses
blasting
yang tergolong dalam bahaya dengan risiko tinggi.
Pengangkutan ANFO
Charging Pengisian Handak
Stemming Penutupan lubang
Perangkaian
Accecoris
Sumber :
Drill Blast Departement
Gambar 4. Bagan Proses
Blasting
Evakuasi Pemblokiran Eksekuasi Peledakan
Inspeksi Hasil Peledakan
Pengembalian ANFO sisa …dengan sambungan
commit to user 50
Manajemen risiko ini terdiri dari 3 langkah pelaksanaan yaitu : identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko.
a. Identifikasi Bahaya
Perusahaan telah melakukan identifikasi terhadap aspek bahaya pada proses
blasting
sebagai berikut : 1
Bahaya
Flying Rock
Bersumber pada eksekusi peledakan lapisan
Over Burden
OB yang dilakukan secara rutin di area penambangan PT. Cipta Kridatama
site
Mahakam Sumber Jaya.
Flying Rock
merupakan batu yang terlempar ke udara karena hentakan ledakan dengan radius tertentu.
Batu-batu terbang ini terjadi karena desain atau pelaksanaannya tidak memenuhi beberapa kriteria. Misalnya bahan peledak yang digunakan
berlebihan, atau bahan peledak tidak terkungkung dengan cukup rapat. Lemparan batu ini dapat menimpa
man power
maupun unit yang berada di sekitar area peledakan.
2 Bahaya
Air Blast
Bersumber pada eksekusi peledakan lapisan
Over Burden
OB yang dilakukan secara rutin di area penambangan PT. Cipta Kridatama
site
Mahakam Sumber Jaya.
Air Blast
merupakan hempasan udara yang sangat cepat dan kuat yang dihasilkan oleh lemparan energi
peledakan. Hempasan ini dapat menyebabkan cidera jika mengenai
man power
dan kerusakan jika mengenai
unit property
.
commit to user 51
3 Bahaya Gas Beracun
Bersumber dari hasil reaksi kimia yang tidak sempurna ketika ANFO diledakkan dengan detonatornya saat aktivitas
blasting
lapisan
Over Burden
OB yang dilakukan secara rutin di area penambangan PT. Cipta Kridatama
site
Mahakam Sumber Jaya. Gas yang dihasilkan proses
blasting
mengandung dua kemungkinan jenis gas yaitu
smoke
atau
fumes. Smoke
tidak berbahaya karena hanya terdiri dari uap atau asap yang berwarna putih. Sedangkan
fumes
berwarna kuning dan berbahaya karena sifatnya beracun, yaitu terdiri dari Karbon-
Monoksida CO dan Oksida-Nitrogen NO
x
.
Fumes
dapat terjadi bila bahan peledak yang diledakkan tidak memiliki keseimbangan oksigen,
dapat terjadi pula bila bahan peledak tersebut sudah kadaluarsa selama penyimpanan, atau karena komposisi pencampuran bahan peledak
berupa
Amonnium Nitrate
AN dan
Fuel Oil
FO yang tidak tepat. a.
Gas CO Bila
Overfueled
dengan 92 AN dan 8 FO akan menurunkan energi 6 dan menghasilkan gas CO yang berbahaya.
b. Gas
NO2 Bila
Under fueled
dengan 96 AN dan 4 FO menurunkan energi 18 dan menghasilkan gas NO
2
yang mematikan. 4
Bahaya Getaran Bahaya getaran dihasilkan oleh eksekusi peledakan yang
menghasilkan energi getar yang keras dan merambat dalam radius
commit to user 52
yang jauh. Getaran ini merambat melalui tanah sehingga sering disebut “
Ground Vibration
” yang bisa jadi mampu merobohkan bangunan instalasi perusahaan maupun bangunan milik masyarakat sekitar.
Getaran yang berlebihan dari hasil peledakan dapat saja terjadi bila bahan peledak meledak bersama-sama dengan jumlah besar sehingga
menimbulkan getaran gelombang dengan skala yang besar pula. 5
Bahaya Debu Paparan debu pada proses
blasting
terdapat pada aktivitas inspeksi hasil pengeboran, pemasangan rambu peringatan peledakan,
pengangkutan bahan peledak ke area peledakan, pengisian bahan peledak, penutupan lubang ledak dengan tanah, inspeksi hasil
peledakan dan pengembalian bahan peledak ke gudang handak. 6
Bahaya
Premature Blast
Bahaya
premature blast
bersumber pada eksekusi peledakan dimana rangkaian bahan peledak meledak sebelum diledakkan dan
tanpa adanya kontrol. Bahaya ini mungkin terjadi saat
misfire
peledakan mangkir maupun
sleep blast
peledakan tidur. Bahaya
premature blast
juga bersumber pada ledakan tanpa kendali pada penyimpanan bahan
Ammoniun Nitrate, Fuel Oil
dan
Accecoris
peledakan di gudang handak. Bahaya tersebut terjadi sebagai akibat penggunaan HP, radio tangan dan aktivitas merokok di area gudang
handak. Pada cuaca mendung hujan juga terdapat kemungkinan sambaran petir yang dapat menyebabkan
premature blast.
commit to user 53
7 Bahaya Kebisingan
Kebisingan selain memapari
man power
juga memapari lingkungan. Kebisingan ini bersumber pada penggunaan mesin diesel
sebagai penggerak
mixing machine.
Kebisingan memapari pekerja yang melakukan
mixing Ammonium Nitrate
AN dan
Fuel Oil
FO sebagai bahan peledak.
8 Bahaya Paparan Panas
Bahaya ini bersumber dari panas terik matahari ketika
blasting crew
sedang melakukan aktivitas pengisian bahan peledak
charging
, penutupan lubang dengan tanah
stemming
dan perangkaian
accecoris
. 9
Bahaya Kontaminasi Bahan Kimia Bahaya kontaminasi ini bersumber dari penggunaan bahan
peledak yaitu
Ammonium Nitrate Fuel Oil
ANFO yang dapat tertelan, terhirup, masuk mata maupun kulit. Aktivitas yang dapat
menyebabkan kontaminasi bahan kimia ini adalah pembongkaran
Ammonium Nitrate
,
mixing
menggunakan ANFO
mixer
dan pengisian bahan peledak.
10 Bahaya Tumpahan Bahan Kimia
Bahaya ini bersumber pada proses pembongkaran
Ammonium Nitrate
,
mixing
bahan peledak, pewadahan ANFO ke dalam karung, pengangkutan ANFO ke area
blasting
dan pengangkutan sisa ANFO yang tidak digunakan dalam pengisian lubang peledak.
commit to user 54
11 Bahaya Kecelakaan Lalu Lintas Tambang
Bersumber pada aktivitas lalu lintas di area tambang seperti aktivitas
pengangkutan bahan
peledak, transportasi
dengan menggunakan kendaraan sarana
Light Vehicle
LV pada saat melakukan pemasangan rambu-rambu, inspeksi hasil pengeboran
maupun inspeksi hasil peledakan berupa interaksi dengan unit lain di jalur
hauling
, terlalu dekat dengan unit lain maupun pada kondisi yang tidak aman berupa jalan
hauling
licin dan jalan
hauling
sempit, persimpangan jalan.
b. Penilaian Risiko
Penilaian risiko yang dilakukan PT. Cipta Kridatama mengacu pada prosedur identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko K3L
yaitu prosedur nomer PR-00-SHE-025. Di dalam prosedur ini, identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko atau
Hazard identification, Risk Assessment and Determaining Control
HIRADC mempertimbangkan 3 aspek penting yaitu peluang
probabilitas
, keseringan
frequency
dan keparahan
severitas
. Ketiganya berbanding lurus dengan nilai risiko itu sendiri, artinya semakin tinggi nilai peluang, keseringan dan
keparahannya, maka nilai risiko pun semakin tinggi. 1
Peluang
Probabilitas
Peluang merupakan kemungkinan terjadinya suatu bahaya atau paparan. Nilai standar peluang terjadinya kecelakaan yang ditetapkan
perusahaan sesuai dengan tabel di bawah ini:
commit to user 55
Tabel 1. Nilai Peluang
Probability
Nilai
Tidak mungkin terjadi 1
Kecil kemungkinan terjadi 2
Kemungkinan terjadi rata-rata 3
Besar kemungkinan terjadi 4
Pasti terjadi 5
Sumber: PR-00-SHE-025 PT. Cipta Kridatama
2 Frekuensi Keseringan
Frekuensi menunjukkan tingkat keseringan suatu bahaya atau paparan terjadi dalam suatu waktu tertentu. Nilai frekuensi yang
ditetapkan perusahaan untuk standar HIRADC dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2. Nilai Frekuensi
Frekuensi Nilai
Sekali dalam setahun 1
Sekali dalam sebulan 2
Sekali dalam seminggu 3
Sekali sehari 4
Berkali – kali dalam sehari
5 Sumber:
PR-00-SHE-025 PT. Cipta Kridatama 3
Keparahan
Severitas Severitas
menunjukkan tingkat keparahan yang harus diderita jika kecelakaan benar-benar terjadi, baik terhadap manusia,
property
dan lingkungan. Nilai
severitas
yang ditetapkan perusahaan untuk standar penilaian risiko dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
commit to user 56
Tabel 3. Nilai Keparahan
Nilai
Injury PD
Health Environment
Community
1
First Aid
US 100 Tidak ada
gangguan Tidak ada peraturan
yang berlaku atau berdampak pada area
terbatas perusahaan. Tidak terjadi
komplain dari masyarakat
sekitar
2 MTC
US 100 –
US 1.000 Ada
gangguan tapi masih
dapat bekerja
Tidak ada peraturan yang berlaku atau
berdampak ke lingkungan
perusahaan. Terjadi
komplain dari masyarakat
sekitar
3 RWDI
US 1.001 –
US 5.000 Ada
gangguan tidak dapat
masuk kerja
Sesuai dengan baku mutuperaturan
perundangan atau berdampak ke
masyarakat disekitar area kerja
perusahaan. Terjadi
komplain dari pemerintah
daerah atau lembaga
swadaya masyarakat
sekitar
25 LTI
US 5.001 –
US10.000 Sakit dan
rawat inap kronis
PAK Tidak sesuai baku
mutuperaturan perundangan dan
mendapatkan peringatan keras dari
pemerintah, penghentian
operasional perusahaan
sementara atau berdampak ke
masyarakat yang lebih luas.
Terjadi komplain dari
pemerintah daerah atau
lembaga swadaya
masyarakat regional
30
Fatality
US 10.000 Sakit akut meninggal
Tidak sesuai baku mutuperaturan
perundangan dan mendapatkan
ancaman denda atau pidana, penutupan
permanen perusahaan atau
berdampak ke masyarakat nasional.
Terjadi komplain dari
pemerintah pusat atau
lembaga swadaya
masyarakat nasional
Sumber: PR-00-SHE-025 PT. Cipta Kridatama
commit to user 57
Formula Penilaian risiko yang digunakan oleh PT. Cipta Kridatama
yaitu : Risiko =
Probability
X
Frequency
X
Severity
atau R = P x F x S
Penilaian risiko yang dilakukan perusahaan adalah dengan cara 2 kali penilaian. Penilaian risiko yang pertama adalah dilakukan terhadap bahaya
aspek K3L setelah dilakukan tindakan pengendalian awal yang sudah terlaksana saat ini
existing control
. Penilaian risiko yang kedua adalah penilaian risiko yang dilakukan terhadap bahaya dengan kriteria risiko
tidak diterima setelah dilakukan tindakan pengendalian awal
existing control
.
Nilai risiko tersebut akan mempengaruhi tingkat risiko. Untuk tingkat risiko
very high
dan
high
maka dikelompokkan dalam kriteria risiko yang tidak dapat diterima
non acceptable risk
. Sedangkan tingkat risiko
medium
dan
low
maka dikelompokkan dalam kriteria yang dapat diterima
acceptable risk
. Tabel 4. Penggolongan Nilai Risiko
Nilai Risiko Tingkat Risiko
Kriteria Risiko ≥ 125
very high
tidak dapat diterima 25
– 124
high
10 – 24
medium
dapat diterima 10
low
Sumber: PR-00-SHE-025 PT. Cipta Kridatama
Adapun hasil penilaian risiko dan penggolongan kriteria risiko terhadap bahaya yang ada di proses
blasting
PT. Cipta Kridatama
site
Mahakam Sumber Jaya dapat dilihat pada lampiran.
commit to user 58
c. Pengendalian Risiko
Setelah bahaya teridentifikasi maka potensi bahaya yang ada harus segera dikendalikan, hal ini bertujuan untuk menurunkan tingkat risiko
yang mungkin timbul. Metode pengendalian risiko yang diterapkan sesuai dengan hierarki pengendalian bahaya menurut OHSAS 18001 : 2007 yang
terdiri dari eliminiasi, subtitusi, rekayasa teknis, administrasi dan alat pelindung diri.
Sedangkan tahapan pelaksanaan pengendalian bahaya adalah melalui 2 tahap, yaitu :
1 Pengendalian Awal
Existing Control
PT. Cipta Kridatama merupakan perusahaan yang telah cukup lama melakukan operasional penambangan batubara sehingga potensi
dan fator bahaya serta aspek lingkungan telah teridentifikasi dalam proses berjalannya operasional perusahaan ini. Sehingga pada bahaya
yang telah teridentifikasi tersebut telah dilakukan pengendalian awal
existing control
. Pengendalian awal ini akan dinilai melalui
review
yang dilakukan oleh Tim HIRADC perusahaan sehingga diketahui apakah suatu
pengendalian dapat menurunkan tingkat bahaya menjadi
medium
dan
low
atau dengan
kata lain
pengendalian tersebut
berhasil menggolongkan bahaya ke dalam kriteria yang dapat diterima
acceptable risk
. … dengan sambungan
commit to user 59
2 Pengendalian Lanjutan
Bila dengan pelaksanaan pengendalian awal terhadap suatu bahaya atau setelah dilakukan review pengendalian awal dinilai tidak dapat lagi
menurunkan tingkat risiko bahaya menjadi
medium
dan
low
atau tingkat risiko menjadi
high
dan
very high
dengan kriteria yang tidak dapat diterima
non acceptable risk
maka harus dilakukan pengendalian lanjutan sehingga pengendalian tersebut dapat menurunkan tingkat
risiko ke kriteria yang dapat diterima
acceptable risk
. Tindakan pengendalian lanjutan tersebut dimasukkan dalam
Register Tindakan Perbaikan RTP untuk segera ditindak-lanjuti dan direview agar tingkat risiko suatu bahaya turun ke tingkat risiko yang
dapat diterima.
B. Pembahasan