Persentase Penggunaan Obat Dispepsia Berdasarkan Golongan Obat

32 sediaan sirup sebanyak 100 33,22 dan bentuk sediaan tabletkapsul sebanyak 68 22,59. Dapat dilihat pada Tabel 4.7 Tabel 4.7 Karakteristik Penggunaan Obat Dispepsia Berdasarkan Bentuk Sediaan Obat No Bentuk Sediaan Obat Jumlah R Persentase 1 Injeksi 133 44,19 2 TabletKapsul 68 22,59 3 Sirup 100 33,22 Jumlah 301 100 Berdasarkan hasil penelitian, bahwa dapat dilihat perbedaan bentuk sediaan obat yang paling banyak dan bentuk sediaan yang sedikit digunakan. Bentuk sediaan yang paling banyak digunakan adalah bentuk sediaan injeksi, dikarenakan bentuk sediaan ini memiliki keuntungan yaitu efeknya timbul lebih cepat dan teratur pemakaiannya dibandingkan dengan pemberian per oral, dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif dan tidak sadar, serta sangat berguna dalam keadaan darurat Surahman, dkk., 2008. Data diatas dapat dilihat bahwa rute pemberian yang paling banyak digunakan selain bentuk sediaan injeksi adalah sedian oral. Pada umumnya penggunaan obat secara oral lebih banyak digunakan dibandingkan dengan sediaan topikal, karena penggunaan obat melalui oral adalah yang paling menyenangkan, murah, penggunaannya mudah dan paling aman Anief, 2004.

4.5 Persentase Penggunaan Obat Dispepsia Berdasarkan Golongan Obat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan obat pada pasien dispepsia rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Tengku Mansyur Universitas Sumatera Utara 33 Kota Tanjung Balai, mayoritas pasien menerima obat yang paling banyak digunakan berdasarkan golongan obat adalah golongan antagonis reseptor H2 sebanyak 108 R 35,88, antasida sebanyak 107 R 35,55, prokinetik atau antiemetik sebanyak 64 R 21,27, proton pump inhibitor sebanyak 21 R 6,98 dan sitoprotektif sebanyak 1 R 0,33. Dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Karakteristik Penggunaan Obat Dispepsia Berdasarkan Golongan Obat No Golongan Obat Jumlah R Persentase 1 Antasida 107 35,55 2 Antagonis Reseptor H2 Ranitidine 108 35,88 3 Proton Pump Inhibitor Lansoprazole 21 6,98 4 Prokinetik Metoclopramid, Domperidon 64 21,27 5 Sitoprotektif Sucralfat 1 0,33 Total 301 100 Obat-obat yang lazim digunakan adalah: penghambat Histamin2 H2- Blocker, antasida, penghambat Pompa Proton, kombinasi antibiotik eradikasi H.pylori. Kombinasi dengan obat: proteksi mucosa sucralfat, rebamipide, fucoidan, prokinetik, antispasmodik serta anti-cemas dan psikoterapi digunakan dan bersifat individual Ratnasari N, 2012. Menurut Willian dan Walkins tahun 2010, Untuk penggunaan obat ranitidin dan antasida sering dijadikan terapi kombinasi pada pengobatan gastritis, dikarenakan kombinasi ranitidin dan antasida berperan dalam menetralkan asam lambung sehingga dapat mengurangi keluhan nyeri yang dialami pasien Wardaniati I, 2011. Universitas Sumatera Utara 34 Telah banyak obat yang beredar yang bertujuan mengobati penyakit dispepsia. Di samping itu kepada penderita tetap dianjurkan mengatur pola makannya dan menghindari faktor-faktor yang dapat memperparah penyakitnya. Penggunaan obat penghambat H2 Ranitidin bertujuan untuk mengurangi sekresi asam, antasid digunakan untuk menetralkan asam yang tersekresi dan sukralfat untuk melapisi daerah inflamasi atau ulserasi sehingga dapat mempercepat penyembuhan Herman, 2004. Universitas Sumatera Utara 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel sebanyak 110 dari data rekam medik dengan jumlah pasien dispepsia rawat inap yang paling banyak terjadi pada pasien perempuan 63 orang dengan usia yang paling banyak terjadi pada usia 45 tahun terdiri 65 orang, persentase lama perawatan paling tinggi selama 2 hari perawatan dengan jumlah pasien 66 orang, jumlah penggunaan obat perpasien yang paling banyak pada pasien perempuan 169 R dan jumlah penggunaan obat perpasien yang paling banyak pada usia 45 tahun 175 R, jenis obat generik yang paling banyak digunakan 298 R, bentuk sediaan injeksi yang paling banyak digunakan 133 R dan golongan antagonis reseptor H2 Ranitidine 108 R yang paling banyak digunakan untuk pengobatan dispepsia.

5.2 Saran

Kepada peneliti selanjutnya sebaiknya dapat melakukan penelitian terhadap pola penggunaan obat pada pasien dispepsia rawat inap atau rawat jalan di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya, dan dapat mengetahui lebih jauh lagi apakah pola peresepan dan pengobatan terhadap pasien dispepsia sudah tepat, sehingga diperoleh efek terapi yang tepat membantu dan mempercepat pengobatan dispepsia. Universitas Sumatera Utara