Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Di Kota Medan (Studi Deskriptif Tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Pada Surat Kabar Harian Analisa Dan Harian Waspada)

(1)

i

Universitas Sumatera Utara

(Studi Deskriptif tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media

Online pada Surat Kabar Harian Analisa dan Harian Waspada)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Program Strata 1 (S-1) pada Departemen Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

RIDHA ANNISA BR SEBAYANG

090904089

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

ii

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian

hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Ridha Annisa Br Sebayang NIM : 090904089

Tanda Tangan :


(3)

iii

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Ridha Annisa Br Sebayang NIM : 090904089

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : PERALIHAN MEDIA CETAK MENJADI MEDIA ONLINE DI KOTA MEDAN

(Studi deskriptif tentang peralihan media cetak menjadi media online pada surat kabar Harian Analisa dan Harian Waspada)

Medan, 20 April 2015

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen Ilmu Komunikasi,

Haris Wijaya, S.Sos M.Comm.

NIP. 197711062005011001 NIP. 196208281986012001 Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A.

Dekan FISIP USU,

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. LEMBAR PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh :


(4)

iv

Kota Medan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di : Tanggal :


(5)

v

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ridha Annisa Br Sebayang NIM : 090904089

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi kepentingan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive

Royalti- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: PERALIHAN MEDIA

CETAK MENJADI MEDIA ONLINE DI KOTA MEDAN (Studi Deskriptif tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online pada Surat Kabar Harian Analisa dan Harian Waspada) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada tanggal : 22 Maret 2015 Yang Menyatakan


(6)

vi

Tapi Tuhan selalu merindukan hambaNya memohon, meminta dengan sepenuh hati”

Rasa dan ucapan syukur yang tiada henti kepada Allah SWT, Sang Raja Semesta, hanya itu yang peneliti dapat lakukan setelah skripsi ini akhirnya selesai. Pengerjaan yang terbilang lama, hampir dua tahun. Sebagian besar kendala justru datang dari dalam diri. Peneliti sering kali “kalah” melawan hasrat hati yang enggan menyelesaikan penelitian ini.

Di tengah kegundahan yang meraja, beruntung sekali rasanya memiliki orang-orang yang tak pernah bosan mengingatkan untuk menuntaskan tanggung jawab ini. Terima kasih tak terhingga kepada Mamak dan Bapak, orang tua yang luar biasa dan tak pernah bosan menanyakan perkembangan skripsi. Meski sering kali, peneliti justru ketus karena merasa terbebani dengan segala tanya yang datang. Namun lama-lama, nada frustasi dari tanya itu semakin menguatkan tekad untuk segera selesai. Bagaimanapun, segala yang dimulai dengan baik, harus pula diakhiri dengan baik. Sembah sujud ananda untuk kalian berdua yang selalu memberi restu dalam setiap langkah.

Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada Harian Analisa, Harian Waspada dan Waspada Online yang memberikan izin kepada peneliti untuk meneliti media tersebut. Semoga hasil penelitian ini nantinya bermanfaat untuk dapat memberikan kebaikan bagi media tersebut.

Kawan-kawan juga banyak berjasa dalam penyelesian tugas akhir ini. mereka selalu mengingatkan peneliti untuk segera menyelesaikan. Tidak dengan gerutu, tidak dengan menggurui apalagi menghakimi. Di dalam gurauan dan candaan, selalu terselip pesan untuk menunaikan syarat agar menyandang gelar sarjana, meski tak jarang terkesan sarkas. Terima kasih kepada Shahnaz, Bania dan Viki, yang akhirnya memberikan kembali makna teman kepada peneliti. Tadinya peneliti pesimis akan kembali percaya pada pertemanan. Begitu pula kepada Andika, Yasir, Febrian dan Januar, kawan-kawan seperjuangan yang telah lebih dulu menyelesaikan studi di bangku kuliah. Kalian sekaligus teman diskusi yang menyenangkan. Senang sekali kita pernah bersama-sama mengembangkan


(7)

vii

Adik-adikku, Debora dan Sofi, partner in crime, saat perjalanan ke Riau di awal tahun 2013. Sebuah perjalanan yang menjadi langkah awal peneliti memetakan arah penelitian ini. Saat itu kita mengikuti sebuah pelatihan penulisan jurnalisme sastrawi dan new media. Kelulusan kalian yang lebih dulu menjadi salah satu cemeti yang turut mencambuk logika agar mau berpikir keras untuk menyelesaikan penelitian ini dengan segera.

Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada Ahmad Afandi Sebayang, seorang abang yang tak jarang lebih seperti adik. Kita pernah tak saling bicara, kita pernah tak saling menanya bahkan tak saling peduli. Tapi kemudian kita bicara terlalu banyak, kita mengenal dengan lebih dalam dari sebelumnya. Kemudian kita menjadi saudara yang sesungguhnya saudara.

Penyelesaian penelitian ini juga tidak terlepas dari arahan dan bimbingan seorang dosen pembimbing. Adalah Haris Wijaya, yang tetap setia menjadi pembimbing meski peneliti terlalu lama menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih untuk tetap mau menjadi pembimbing peneliti.

Terima kasih tak terhingga peneliti juga haturkan kepada teman-temian pegiat di Kelas Inspirasi Medan. Wadah di mana semua orang di dalamnya saling mendukung, saling mendorong untuk kemajuan bersama. Terima kasih kepada Iberena Merry, kakak yang begitu perhtian dan pengertian. Kita hanya bersama dalam hitungan bulan, tapi begitu banyak hal yang kita torehkan. Bahkan ketika secara fisik kita tidak bersama di sini, peneliti bisa merasakan kehadiranmu. Sebuah gerakan yang kita bentuk bersama dari awal, semoga ia bisa memberi manfaat yang berarti bagi semua yang terlibat di dalamnya, “Laskar Karo Erdilo”.

Peneliti sangat berharap, skripsi ini nantinya dapat memberikan manfaat kepada siapa saja yang membacanya. Penelitian ini memang masih jauh dari sempurna. Masih ada banyak hal yang dapat dikembangkan terkait pengembangan teknologi dalam pemanfaatannya dalam ilmu komunikasi, terutama jurnalistik. Semoga penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk melihat bagaimana pemanfaatan perkembangan internet di dalam pengelolaan media massa.


(8)

(9)

ix

Peralihan Media Cetak menjadi Media Online di Kota Medan

(Studi Deskriptif tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online pada Surat Kabar Harian Analisa dan Harian Waspada)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan teknologi komunikasi dan internet mempengaruhi ruang redaksi dan bagaimana pemanfaatan perkembangan teknologi internet diaplikasikan dalam pengelolaan ruang redaksi Harian Analisa dan Harian Waspada yang berada di Kota Medan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mediamorfosis, konvergensi dan Fenomenologi. Objek penelitian ini adalah Harian Analisa dan Harian Waspada dengan subjek penelitian pemimpin redasi atau orang-orang yang memahami regulasi ruang redaksi media tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan

purposive sampling, di mana pemilihan sampel disesuaikan dengan kriteia tertentu berdasarkan tujuan penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Harian Analisa dan Harian Waspada sejauh ini masih beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang ada. Media online yang mereka miliki belum menjadi media utama untuk memuat berita yang mereka buat. Meski begitu Harian Analisa dan Harian Waspada memandang optimis keberlangsungan media cetak di Indonesia, termasuk di Kota Medan. Mereka juga mempersiapkan konvergensi media online sebagai model pengelolaan media online yang mereka miliki nantinya.

Kata kunci :Studi deskriptif, Harian Analisa, Harian Waspada, Waspada Online


(10)

x

(Descriptive Study of Transition Print Media into Online Media on

the Analisa Daily and Waspada Daily)

This study is purpose to determine the extent to which the development of communication technology and the Internet effect the newsroom and how to use the development of Internet technology is applied in the management of the newspaper space analysis and Daily Alert in the city of Medan. The theories used in this study are Mediamorphosis, convergence and Phenomenology. The object of this research is the Analisa Daily and Waspada Daily with research subjects are editor in chief or people who understand the regulation of the media newsroom. This research is a qualitative descriptive approach. This study used purposive sampling, in which the sample selection appropriated to the specific criteria based research purposes.

The results of this study indicate that the Analisa Daily and Waspada Daily so far is still adapting to the development of information technology. Online media that they have not yet become a major media to load the news that they make. However Daily Analysis and Daily Alert looked optimistic of the sustainability of print media in Indonesia, including in the city of Medan. They also prepare the convergence of online media as an online media management model which they have later.

Keywords : Descriptive study, Analisa Daily, Waspada Daily, Waspada Online


(11)

xi

HALAMAN JUDUL…... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN…... iv

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus masalah ... ... 8

1.3 Pembatasan Masalah………..……… 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA II. 1 Perkembangan Internet dan Jurnalisme ... 10

II. 2 Pers dan Jurnalistik ... 20

II. 3 Komunikasi dan Komunikasi Massa ... ... 28

II. 4 Interaksionisme Simbolik ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian ... 35

III.2 Objek Penelitian ... 41

III.2.1 Sejarah Singkat Harian Analisa... 41

III.2.2 Sejarah Singkat Harian Waspada ... 44

III.3 Subjek Penelitian ... 46

III.4Unit Analisis ……... 47

III.5 Kerangka Analisis ... 47

III.6 Teknik Pengumpulan Data ... ... ... 48

III.6.1 Wawancara Mendalam... 48

III.6.2 Studi Kepustakaan...48

III.7 Keabsahan Data …... ... 48

III.8 Teknik Analisis Data ………. ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Penelitian ... ... 52

IV.2 Pembahasan ... ... 54

IV.2.1 Pandangan Harian Analisa terhadap Peralihan Media Cetak menjadi Media Online . ... 54


(12)

xii

IV.2.4 Manajemen Media Massa di Masa Depan …………. 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

V.1 Simpulan ... ... ... ... 73 V.2 Saran ... 76


(13)

xiii

Nomor Judul Halaman


(14)

xiv

Nomor Judul

Halaman

1 Lima kunci utama dari kategori yang dikode ... 50 analisis kualitatif menggunakan pendekatan


(15)

xv

- Hasil Wawancara - Biodata Peneliti


(16)

ix

Peralihan Media Cetak menjadi Media Online di Kota Medan

(Studi Deskriptif tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online pada Surat Kabar Harian Analisa dan Harian Waspada)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan teknologi komunikasi dan internet mempengaruhi ruang redaksi dan bagaimana pemanfaatan perkembangan teknologi internet diaplikasikan dalam pengelolaan ruang redaksi Harian Analisa dan Harian Waspada yang berada di Kota Medan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mediamorfosis, konvergensi dan Fenomenologi. Objek penelitian ini adalah Harian Analisa dan Harian Waspada dengan subjek penelitian pemimpin redasi atau orang-orang yang memahami regulasi ruang redaksi media tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan

purposive sampling, di mana pemilihan sampel disesuaikan dengan kriteia tertentu berdasarkan tujuan penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Harian Analisa dan Harian Waspada sejauh ini masih beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang ada. Media online yang mereka miliki belum menjadi media utama untuk memuat berita yang mereka buat. Meski begitu Harian Analisa dan Harian Waspada memandang optimis keberlangsungan media cetak di Indonesia, termasuk di Kota Medan. Mereka juga mempersiapkan konvergensi media online sebagai model pengelolaan media online yang mereka miliki nantinya.

Kata kunci :Studi deskriptif, Harian Analisa, Harian Waspada, Waspada Online


(17)

x

(Descriptive Study of Transition Print Media into Online Media on

the Analisa Daily and Waspada Daily)

This study is purpose to determine the extent to which the development of communication technology and the Internet effect the newsroom and how to use the development of Internet technology is applied in the management of the newspaper space analysis and Daily Alert in the city of Medan. The theories used in this study are Mediamorphosis, convergence and Phenomenology. The object of this research is the Analisa Daily and Waspada Daily with research subjects are editor in chief or people who understand the regulation of the media newsroom. This research is a qualitative descriptive approach. This study used purposive sampling, in which the sample selection appropriated to the specific criteria based research purposes.

The results of this study indicate that the Analisa Daily and Waspada Daily so far is still adapting to the development of information technology. Online media that they have not yet become a major media to load the news that they make. However Daily Analysis and Daily Alert looked optimistic of the sustainability of print media in Indonesia, including in the city of Medan. They also prepare the convergence of online media as an online media management model which they have later.

Keywords : Descriptive study, Analisa Daily, Waspada Daily, Waspada Online


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Konteks Masalah

Pada 5 Mei 2010, chief executive Washington Post Company, Donald Graham, mengumumkan bahwa majalah Newsweek dijual. Majalah ini dijual setelah pada tahun sebelumnya mengalami kerugian sebesar $28 juta dan penghasilan dari iklan turun hingga 37 persen sehingga tak lagi mampu menutupi biaya operasional. Layaknya majalah-majalah AS lainnya, Newsweek juga harus berjuang di tengah anjloknya pendapatan iklan, penjualan yang tak kunjung naik dan terjadinya migrasi pembaca ke berita-berita gratis via online

Perkembangan media online belakangan ini seolah semakin tidak dapat dibendung. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, berbagai media massa cetak turut menambah produksi mereka dengan melahirkan media online. Mengingat semakin hari, masyarakat membutuhkan kebaruan informasi semakin cepat. Ditambah lagi, penyebaran alat-alat elektronik yang semakin efisien dalam genggaman. Apalagi, setiap orang memliliki kebutuhan informasi yang berbeda. Tak pelak, kemudahan mengakses informasi apapun yang ditawarkan media online menjadi daya tarik bagi para pembacanya.

Hingga Desember 2011 tercatat lebih dari 55 juta orang masyarakat Indonesia adalah pengguna internet pemerintah menargetkan 80 juta masyarakat Indonesia menjadi pengguna internet pada 2014 nanti sekarang. Tidaklah mengherankan jika situs media online menjadi semakin marak. Terlebih lagi, biaya yang dibutuhkan untuk operasional media online jauh lebih murah dibanding media cetak. Belum lagi harga kertas sebagai kunci utama percetakan koran semakin hari semakin mahal.

Sejarah media mengajarkan kepada kita untuk membayangkan masa depan dengan serius. Seperti saat ini, ketika semua perangkat teknologi media telah bersifat digital. Lewat teknologi digital, kebutuhan jurnalisme akan kecepatan semakin dipenuhi. Melalui proses digitalisasi, informasi dapat dikemas ke dalam


(19)

beragam format seperti secara audio maupun visual. Digitalisasi membuat informasi mengalir secara personal dan sekejap ke rumah-rumah.

Inilah keajaiban teknologi informasi terkini. Tak urung jurnalisme pun kecipratan untung. Komputerisasi, menurut Bittner, membuat pemberitaan dapat dikirim, disebar dan diterma dalam kepingan data-data (Santana, 2005: 3). Selama di sebuah daerah dilengkapi dengan ketersediaan jaringan internet, maka selama itu pula dengan mudah kita dapat mengakses informasi dari setiap penjuru dunia. Kita tidak lagi harus menunggu hari esok untuk membeli koran.

Perkembangan internet dan digitalisasi mendorong para produser media yang baru menemukan cara-cara yang baru untuk menghantarkan isi media baru kepada khalayak baru. IndustrI media sedang berada dalam kekacauan dan para khalayak, selagi mereka dihadapkan dengan deretan kemungkinan yang kelihatannya membingungkan, baru mulai dapat memahami masa depan media baru. Masa depan sudah ada di depan kita, seperti yang dikatakan oleh CEO NBC Universal, Bob Wright dalam Lieberman (2005), “Anda tidak dapat melawan teknologi. Teknologi digital ini nyata. Saya kira kita tidak punya pilihan lain saat ini.” Jeff Zucker dari NBC Television memberika respons berkaitan dengan kegemparan yang akan datang, dalam Bing (2006), “Strategi menyeluruh adalah dengan membuat isi media kita tersedia di segala tempat,” (Baran, 2012: 51).

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah strategi ini akan berhasil? Pada awal 1920-an, koran-koran terpaksa mendefinisikan kembali peran mereka bersamaan dengan masuknya media massa baru yang lebih kuat– radio siaran. Seperti internet dan media siber dewasa ini, perkembangan pesawat radio rumah dan penyiaran media elektronik yang relatif murah telah menciptakan sedemikian banyak kecemasan. Bahkan saat itu pun pakar menyatakan bahwa koran cetakan akan terhapus oleh media elektronik.

Untuk menanggapi ancaman radio siaran banyak penerbit yang memperbaiki isi dan format mereka guna menambah daya tarik koran-koran mereka di kalangan hadirin dan pengiklan yang lebih beragam. Para penerbit koran mulai bereksperimen dengan bagian-bagian, rubrik-rubrik dan kemasan-kemasan khusus yang ditujukan kepada kelompok-kelompok tertentu. Berkembanglah majalah-majalah akhir pekan, bagian-bagian wanita,


(20)

halaman-halaman anak-anak, halaman-halaman-halaman-halaman feature dan halaman-halaman komik (Fidler, 2001: 104).

Segera setelah Perang Dunia II, koran-koran dihadapkan pada satu lagi medium elektronik baru yang bahkan lebih kuat lagi, televisi. Di Amerika Serikat, TV dengan cepat menggeser radio serta berbagai majalah umum yang tadinya unggul. Sekali lagi para pakar meramalkan kematian media cetak, dan menjelang akhir tahun 1960-an banyak penerbit yang cemas bahwa para pakar itu benar. Ongkos tinggi yang berkaitan dengan teknologi-teknologi dan proses-proses zaman industrial yang sudah usang itu mengancam eksistensi koran dan majalah pada saat koran dan majalah dipaksa melakukan perubahan yang mahal guna bersaing dengan televisi untuk memperebutkan pendapatan dari iklan.

Namun para penerbit merasa lega ketika typesetting dan teknologi mencetak dengan komputer yang mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an memungkinkan mereka mengurangi secara dramatis ongkos produksi serta meningkatkan pemakaian warna dan grafik. Menjelang awal tahun 1980, kebanyakan koran dan majalah sekali lagi mengalami perubahan besar dalam isi, desain dan teknologi.

Meski masih bisa dilakukan perbaikan-perbaikan lebih jauh, kini tampak bahwa koran dan majalah akhirnya telah sampai pada ujung akhir keampuhan penerbitan tinta pada kertas. Banyak profesional media cetak yang menyimpulkan bahwa tidak ada pendesainan kembali, perbaikan isi atau mesin cetak warna yang maju sekalipun bisa diharapkan mengalahkan media elektronik atau membalikkan kembali kecenderungan menurun yang dimulai pada tahun 1920-an dengan diperkenalkannya radio siaran.

Tetapi tidak berarti bahwa penerbitan-penerbitan tercetak dan kata tertulis sudah punah. Domain dokumen terus berevolusi untuk membangkitkan tujuan asalnya, memberikan pesan-pesan terstruktur yang berperantara dengan probabilitas maksimum melintasi ruang dan waktu. Tidak semua penerbitan koran tersudut dengan kehadiran media digital. Koran besar Lee Enterprises yang diambil alih oleh Mary Junc sejak tahun 1999 berhasil membuat pendapatan sebelum pajak naik hingga 30 persen. Sebagian besar dari 58 harian milik perusahaan itu bertambah jumlah sirkulasinya hingga 75 persen dalam setahun.


(21)

Junc mengatakan bahwa rahasia kesuksesan untuk koran abad 21 adalah penekanan pada berita lokal. Tidak hanya itu, prioritas perusahaan ini lainnya adalah perbesar pendapatan secara kreatif dan cepat, tingkatkan jumlah pembaca dan sirkulasi, bangun masa depan online, dan lakukan kontrol biaya yang cermat (Vivian, 2008: 70).

Dari segi isi (konten) atau sajian informasi, yang disajikan media online

secara umum sama dengan media cetak seperti koran atau majalah, yakni terdiri dari berita (news), artikel opini (views), feature, foto dan iklan yang dikelompokkan kategori atau rubrik tertentu. Yang berbeda dengan media cetak adalah kemasan informasi media online tidak hanya dalam bentuk teks dan gambar, namun juga bisa dilengkapi dengan audio, video visual, audio-video, animasi, grafis, link bahkan interactive game serta kolom komentar untuk memberi ruang bagi pembaca menyampaikan opininya. Ditambah lagi, media

online tidak terbatas akan ruang bagi tulisan sehingga memungkinkan memuat

tulisan panjang yang mendalam tanpa harus dipotong.

Namun penulis esai, Sven Birkets (Severin, 2005: 8), berpendapat bahwa adanya perubahan dari budaya cetak ke budaya elektronik akan menyebabkan pemiskinan bahasa. Dia menyatakan bahwa komunikasi elektronik mengarah pada penggunaan “bahasa sederhana” seperti dalam telegram. Dia meramalkan bahwa kita akan melihat sebuah penurunan penggunaan bentuk bahasa halus seperti ambiguitas, pertentangan, ironi dan humor.

Memang penulisan berita dalam media online, terutama berita langsung, cenderung singkat. Kita akan sering menjumpai berita-berita langsung di media

online bahkan hanya terdiri dari dua paragraf. Tampaknya mengutamakan

kecepatan memuat berita membuat penulis mengesampingkan kelengkapan isi berita. Mengingat dalam berita online perkembangan berita terkait juga dapat dimuat tak lama setelah dimuatnya berita sebelumnya.

Tidak hanya itu, membaca berita dengan tulisan kecil melalui layar komputer ataupun telepon seluler dengan cepat dapat menimbulkan kelelahan pada mata pembaca. Maka tidak heran jika tulisan di media online seringkali sangat singkat.


(22)

Meski begitu, tak menutup kemungkinan media online dapat memuat berita dengan tulisan panjang. Jika kualitas tulisan yang dimuat mengandung tema menarik dan penulisan yang tidak membosankan, pembaca akan betah berlama-lama membaca di depan layar. Permasalahan dengan kelelahan pada mata pun bisa diatasi dengan menyimpan berita tersebut dalam memori komputer untuk dibaca beberapa kali hingga selesai, atau mencetaknya di atas kertas.

Perluasan media online menimbulkan pemikiran bahwa era media cetak akan segera berakhir. Ditambah lagi begitu banyak media cetak di Amerika yang bangkrut dan kemudian berinovasi dengan online. Sirkulasi surat kabar di masa-masa mendatang diramalkan cenderung mengalami penurunan. Sirkulasi surat kabar yang cenderung bersifat elastis menjadi salah satu faktor penyebab turunnya sirkulasi surat kabar. Persaingan dengan televisi dan media online juga menghasilkan kecenderungan menurunnya oplah koran di masa mendatang. Bahkan Rupert Murdoch, konglomerat media nomor satu dunia, meramalkan akan datangnya “the end of paper” atau “matinya surat kabar” akibat dominasi televisi dan internet. Bahkan Philip Meyer, penulis buku The Vanishing Newspaper, meramalkan bahwa koran terakhir terbit pada April 2040 (Kansong, 2009: 55).

Situasi seperti ini sebenarnya bukanlah hal baru yang dihadapi media cetak. Sepanjang sejarah peradaban manusia, terjadi delapan transformasi penting dalam komunikasi, yang dalam skala masing-masing, tak kalah besar dan transformatif dari yang kita alami sekarang: dari lukisan gua ke bahasa lisan, dari kata-kata tertulis ke mesin cetak, telegraf ke radio, siaran televisi ke TV kabel, dan sekarang ke internet (Kovach, 2012: 12).

Di tiap revolusi informasi, ada pola yang berulang dan ketegangan tertentu yang muncul. Setiap metode baru dalam komunikasi membuat pertukaran informasi jadi lebih mudah, lebih tersusun dan lebih berarti. Bukan tidak mungkin ada faktor lain yang meungkinkan koran cetak masih dapat bertahan, atau setidaknya tidak punah secepat seperti yang sering diramalkan banyak pakar.

Tentunya harus tetap diperhatikan, ke mana semua perubahan ini membawa kita. Akankah orang benar-benar rela untuk berhenti membaca koran sambil menikmati kopi di pagi hari atau membaca tumpukan majalah favorit mereka di sofa ruang keluarga di sore hari? Satu kemungkinannya adalah bahwa


(23)

media baru, apapun bentuknya, akan duduk berdampingan dengan media lama, yang mungkin tak akan hilang. Biasanya, teknologi komunikasi yang baru tidak bisa sepenuhnya menggantikan teknologi lama, tetapi ia mungkin menyebabkan teknologi lama mengambil peran baru (Severin, 2005: 4).

Dalam transformasi teknologi informasi ini, yang menjadi permasalahan bukanlah jumlah audien yang menurun. Justru dengan memiliki media online, media tradisional punya jumlah audien yang lebih banyak. Permasalahannya terletak pada pendapatan dari iklan yang menurun. Dalam sepuluh tahun pertama di abad 21, praktisi koran menyaksikan hampir separuh pendapatan iklan mereka hilang. Sekira sepertiga staf redaksi dipecat. Audiens dan penghasilan jaringan berita turun separuh dari yang pernah dicapai 20 tahun lalu. Lebih dari US$20 miliar biaya liputan dipangkas setiap tahun.

Pada tahun 2005 saja, lebih dari 2.100 pekerjaan pada surat kabar di berbagai tempat di Amerika hilang, kulminasi 4 tahun tren hilangnya posisi. Kondisi seperti ini terjadi baik di surat kabar besar maupun surat kabar kecil. Namun begitu, sering kali kita masih bisa melihat surat kabar yang sehat secara finansial. Tidak jarang mereka mendapatkan peningkatan pendapatan hingga 20%. Sementara itu, perolehan iklan pada surat kabar internet mengalami peningkatan pendapatan hingga 40% dalam setahun (Baran, 2012: 128).

Pendapatan iklan menurun dikarenakan tawaran memasang iklan yang lebih menarik. Pengiklan tak hanya memasang iklan mereka di situs berita, tapi di

website apa saja yang jumlah pengunjungnya banyak. Jadi tak harus di Tempo.co

atau Kompas.com mereka pasang iklan, tapi juga di kaskus.com atau di yahoo!. Bahkan jejaring sosial seperti facebook dan youtube tidak luput dari target pemasangan iklan. Beberapa ahli berpendapat bahwa masa depan internet secara garis besar akan ditentukan oleh faktor pasar. Internet akan berkembang dalam suatu bentuk di mana bagian terbesarnya akan ditopang oleh iklan (Abrahamson dalam Severin, 2005: 9).

Tidak hanya itu, pada media online juga tidak membutuhkan biaya lagi untuk sirkulasi. Cukup memanfaatkan media sosial, berita pun bisa sampai ke para pembaca. Maka setiap media juga melengkapi diri dengan akun di media sosial untuk mensirkulasikan berita. Pemanfaatan akun jejaring sosial oleh


(24)

lembaga pers dirasa sangat penting untuk menyebarluaskan berita mengingat pengguna internet yang juga sebagian besar memanfaatkannya untuk berjejaring sosial. Besar kemungkinan penyebaran berita oleh sebuah media online akan disebarkan kembali oleh pengguna jejaring sosial lain yang berjejaring dengannya.

Di kalangan pakar memang masih terjadi perdebatan soal keberlangsungan media cetak di tengah maraknya media online. Ada yang menganggap media cetak tak akan punah jika mengubah tampilannya lebih dinamis dan berwarna dari sisi tampilan dan memuat tulisan yang panjang dan lengkap dari sisi konten. Namun, melihat biaya yang jauh lebih tinggi, baik cetak dan sirkulasi, bagi media cetak, ada pula yang sangsi akan keberlangungan media cetak. Bahkan ada yang yakin media cetak tak akan bertahan.

Misalnya saja untuk solusi menyajikan tulisan panjang dengan informasi yang lengkap. Tentu saja membutuhkan biaya liputan yang tidak sedikit untuk menghasilkan sebuah laporan jurnalistik yang panjang. Sementara di era digital penghasilan dari iklan menurun karena banyaknya situs lain yang dapat menjadi alternatif bagi pengiklan. Ditambah lagi, media cetak kian tidak populer di kalangan anak-anak sekolah. Dulu kita bisa ingat sering dapat tugas kliping dari guru. Anak-anak sekolah sekarang, tidak lagi dapat tugas kliping koran, tapi mencari informasi dari internet. Anak usia muda pun kian akrab dengan kemajuan teknologi tanpa “dipaksa” mengenal media konvensional, khususnya cetak, lebih jauh lagi.

Pada kenyataannya, hal yang diindikasikan oleh kekacauan ini adalah tantangan yang harus dihadapi oleh industri media saat ini, yaitu bagaimana menangkap sekelompok khalayak massa yang sekarang sudah terfragmentasi ke dalam ceruk-ceruk yang lebih kecil. Hal yang mungkin terjadi dari keadaan ini adalah pola konsumsi media yang akan berubah. Aturan-aturan konsumsi media mungkin saja berubah, namun konsumsi media bagamanapun akan selalu tinggi.

Teknologi komunikasi membutuhkan platform pengembangan yang jelas di masa depan. Sehubungan dengan itu, media baru menjadi kajian tersendiri yang serius dalam aspek-aspek sosial. Dengan kata lain yang paling merisaukan dari pengembangan teknologi telematika adalah para ahli ilmu-ilmu sosial. Karena


(25)

beban sosial dari teknologi baru yang diciptakan itu terletak pada para ahli ilmu sosial.

Medan, sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia sudah tentu akrab dengan internet. Tak heran jika surat kabar di Medan pun turut serta menghadirkan versi online media mereka. Dari sini, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana perkembangan media online dari surat kabar yang juga memiliki media cetaknya.

Ada dua koran harian lokal yang besar di Sumatera Utara dan berbasis di Kota Medan, yaitu Harian Waspada dan Harian Analisa. Kedua koran lokal ini juga memiliki media online sebagai pendamping media cetak mereka. Sejauh ini, sirkulasi rata-rata koran mereka masih cukup tinggi. Sehingga ada begitu banyak iklan yang dimuat di koran mereka setiap harinya.

Sejauh pengamatan peneliti, Harian Waspada tidak pernah membagikan halaman website mereka di akun jejaring sosial. Sedangkan Harian Analisa sering membagikan halaman website mereka di jejaring sosial twitter. Hanya saja, tidak sesering yang dilakukan oleh media-media nasional lainnya. Sementara itu, perkembangan internet dan kekuatan media online kemungkinan besar akan semakin pesat di masa datang sehingga perusahaan media seharusnya menyusun strategi yang tepat menghadapi situasi tersebut.

Selain promosi keberadaan media online yang dimiliki oleh kedua media cetak tersebut harus gencar, kesiapan manajemen dan perencanaan untuk membuat media online yang kuat juga sangat penting. Mengingat perkembangan internet yang seakan menjuruskan bahwa media online-lah yang akan dapat bertahan lama dan diminati oleh masyarakat, terutama perkotaan.

I.2. Fokus Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka fokus masalah yang akan diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut:

“Bagaimana kondisi peralihan media cetak menjadi media online pada surat kabar yang ada di Kota Medan”


(26)

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup dapat lebih jelas, terarah serta tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi deskriptif.

2. Penelitian ini terbatas pada media massa cetak yang memiliki portal berita. 3. Penelitian ini dimulai pada Februari 2014 hingga selesai.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui sejauh mana perkembangan media massa online di Kota Medan.

2. Mengetahui bagaimana standar berita layak muat di media online tersebut. 3. Mengetahui gaya penulisan berita di media online tersebut.

4. Mengetahui bagaimana perubahan sirkulasi berita di media massa tersebut. 5. Mengetahui bagaimana strategi manajemen surat kabar di masa depan

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penlelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya penelitian yang ada di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian khususnya di bidang Ilmu Komunikasi Massa.

3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak mengenai kondisi media online di Kota Medan pada saat ini.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II.1. Perkembangan Internet dan Jurnalisme

Teknologi bisa menjadi sahabat sekaligus musuh bagi koran cetak. Seperti ketika televisi memaksa koran untuk mengubah jalan bisnis mereka dalam melayani pembaca. Sekarang, keberadaan jaringan komputer yang terhubung merupakan tantangan terbesar medium ini. Orang-orang telah dapat mencari lowongan kerja dan dapat mempromosikan produk mereka sendiri secara online, sehingga telah memotong penghasilan koran. Internet dan world wide web

memberikan pembaca lebih banyak informasi dan lebih dalam dengan kecepatan yang tinggi (Baran, 2004: 122).

Internet pada dasarnya merupakan sebuah jaringan antarkomputer yang saling berkaitan. Jaringan ini tersedia secara terus-menerus sebagai pesan-pesan elektronik, termasuk email, transmisi file, dan komunikasi dua arah antarindividu atau komputer. Internet sebagai sebuah jaringan pada Departemen Pertahanan dan Komunikasi Ilmiah sudah ada kira-kira selama 20 tahun. Yang membuat jaringan itu tiba-tiba menarik bagi para pengguna awam adalah penemuan Mosaic pada tahun 1993, sebuah browser untuk worl wide web yang telah membuat sumber-sumber internet yang lebih banyak dapat diakses (Severin, 2005: 6). Mosaic

ditemukan oleh Marc Andreessen dan Eric Bina setelah melakukan percobaan selama tiga bulan. Program ini menjadi gerbang bagi orang awam untuk mengeksplorasi web (Vivian, 2008: 261).

Segala fasilitas dan kemudahan yang ditawarkan internet dalam pemenuhan kebutuhan informasi bagi manusia menjadikannya primadona. Orang-orang menjadi lebih senang mencari informasi melalui layanan internet. Meski begitu besar manfaatnya, internet juga memiliki kelemahan. Sven Birkets (1994) dalam Severin berpendapat bahwa adanya perubahan dari budaya cetak ke budaya elektronik akan menyebabkan pemiskinan bahasa. Dia menyatakan bahwa komunikasi elektronik mengarah kepada penggunaan “bahasa sederhana” seperti dalam telegram (Severin, 2005: 8).


(28)

Di dalam media online kita akan sering menjumpai berita yang sangat pendek bahkan ada yang terdiri dari dua paragraf. Ini dikarenakan dalam jurnalisme online, kecepatan menjadi faktor utama. Namun kemudian, berita yang telah dipublikasikan sebelumnya akan dilengkapi kembali dengan pemberitaan berikutnya. Singkatnya penulisan berita juga terkait dengan psikologi pembaca

online yang cenderung membaca cepat.

Kalau dulu internet merupakan domain pribadi dari periset-periset dan ilmuwan-ilmuwan Amerika Serikat, maka kini internet telah menjadi suatu sistem komunikasi global yang dipakai oleh jutaan orang di seluruh dunia untuk tujuan-tujuan akademik dan bisnis, serta untuk korespondensi pribadi dan pencarian informasi.

Internet dilahirkan pada puncak Perang Dingin pada tahun 1969, sebagai jaringan eksperimental yang disebut ARPANET. Pada tahun pertamanya, ARPANET menghubungkan empat pusat komputer universitas yang terlibat dalam riset militer untuk U.S. Defense Department’s Advanced Research Project

Agency (Badan Proyek Riset Lanjut Departemen Pertahanan Amerika Serikat).

Fokus dari riset ini adalah untuk merancang suatu “Internetwork” komputer-komputer yang akan terus berfungsi bahkan bilamana segmen-segmen utama dihancurkan oleh bom nuklir atau disabot (Fidler, 2002: 151). Sementara tujuan aslinya adalah untuk memudahkan pertukaran riset, pemrograman, surat dan informasi secara elektronik di kalangan pendidik dan periset, internet telah berkembang dalam cara-cara yang tidak terduga begitu militer menyerahkan pengendalian atas perkembangan dan pendanaan internet kepada organisasi-organisasi sipil dalam awal tahun 1980-an. Data ilmiah penting dan pemikiran-pemikiran tetap menjadi bagian besar dari lalu lintas, tetapi hubungan-hubungan antarmanusialah yang membentuk medium ini. Yang penting bagi kebanyakan pengguna internet adalah pertukaran bebas gagasan-gagasan dan diskusi-diskusi tentang nilai-nilai.

Tidak heran jika kemudian pemanfaatan internet semakin berkembang luas dalam kehidupan bermasyarakat. Sejak awal diluncurkan sebagai jaringan yang bebas diakses siapa saja, internet mendapat sambutan positif. Perkembangan teknologi perangkat komunikasi yang efisien turut mendukung melebarnya


(29)

penggunaan internet di masyarakat. Dulu berkirim surat untuk komunikasi jarak jauh yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Kini, dengan email dalam hitungan detik bahkan saat itu juga kita sudah bisa menerima pesan dari mana saja.

Penggunaan internet juga turut menyentuh perkembangan komunikasi massa. Media massa yang memiliki ciri khas utama mampu menjangkau khalayak yang luas sekaligus tidak lepas untuk harus segera beradaptasi dengan perkembangan teknologi ini. Komputerisasi dalam pembuatan media massa cetak membantunya dalam perbaikan tata letak yang lebih dinamis dan menarik dilengkapi dengan gambar dan warna yang sesuai, sehingga koran mampu bertahan diterpa gempuran radio dan televisi.

Di era digitalisasi seperti sekarang ini, banyak media massa yang juga mulai membuat media versi online. Media sekarang ini tidak lagi cukup hanya memiliki satu jenis bentuk media. Koran cetak misalnya, sebagian besarnya juga telah memiliki website untuk memuat berita. Pemuatan berita dalam media online

kini dikenal dengan istilah jurnalistik online. Praktisi media harus memahami bahwa konsumen berita era baru yang berorientasi ke depan ini mensyaratkan jurnalisme gaya baru agar media tersebut dapat bertahan.

Dalam istilah lebih luas, jurnalisme harus berubah dari sekadar sebuah produk – berita atau agenda perusahaan media – menjadi pelayanan yang lebih bisa menjawab pertanyaan konsumen, menawarkan sumber daya, menyediakan alat. Pada tingkat ini, jurnalisme harus berubah dari sekadar menggurui – memberitahukan publik apa yang mereka perlu tahu – menjadi dialog publik, dengan wartawan menginformasikan dan membantu memfasilitasi diskusi. Ide pentingnya adalah ke depan pers akan memperoleh integritas berdasarkan jenis konten yang disampaikan dan kualitas pekerjaan. Bukan dari fungsi eksklusifnya sebagai penyedia informasi tunggal atau perantara antara sumber berita dan publik (Kovach, 2012: 183).

Jurnalistik online disebut juga cyber journalism, jurnalistik internet atau jurnalistik website, merupakan generasi baru setelah jurnalistik konvensional dan jurnalistik penyiaran. Jurnalitik jenis ini berkembang pesat setelah


(30)

berkembangnya jaringan internet di dunia. Pengertian jurnalistik online terkait banyak istilah, yakni jurnalistik, online, internet dan website. (Sumber)

Di tengah zaman banjir informasi seperti sekarang ini justru media massa mendapat tantangan lain lagi. Meluasnya jaringan internet dan penggunaan jejaring sosial, didukung lagi dengan teknologi media komunikasi, menjadikan siapapun bisa melaporkan peristiwa apa yang sedang terjadi saat itu. Istilah jurnalisme warga, di mana warga melaporkan peristiwa yang diketahuinya, dilihatnya atau bahkan dialaminya sendiri, semakin marak ditemui di masyarakat.

Banyak isu yang telah berkembang di masyarakat bahkan sebelum media massa memuatnya. Jejaring sosial biasanya menjadi motor utama penyebaran informasi di masyarakat. Berita akan tersebar di masyarakat bahkan saat peristiwa itu terjadi. Kicauan lewat twitter misalnya, dengan cepat akan disebarkan oleh pengguna twitter lainnya. Lantas apa lagi guna media massa maupun wartawan di masa sekarang? Bukankah fungsi utama mereka sebagai penyampai informasi telah banyak diambil alih oleh warga dengan memanfaatkan internet dan jejaring sosial yang mereka miliki?

Bill Kovach dan Tom Rosenstiel merumuskan apa yang dibutuhkan masyarakat dari wartawan (Kovach, 2012: 184).

1. Otentikator (Pensahih): masyarakat akan membutuhkan wartawan untuk membantu mensahihkan fakta yang benar dan dapat dipercaya. Namun begitu, kita tetap tidak bisa melihat wartawan sebagai penyedia informasi tunggal. Kita tetap perlu beberapa cara untuk membedakan informasi apa yang bisa dipercaya dan beberapa bukti mendasar mengapa demikian dengan cara melihat seberapa transparan pemberitaan yang dibuat oleh wartawan tersebut terkait dengan sumber dan metode memperolehnya. Kita tidak lagi bisa menganggap sesuatu bisa dipercaya hanya karena ada di koran atau dari media. Peran penyahih akan jadi yang utama dalam ruh pembangunan otoritas perusahaan media dan elemen kunci yang relevan ketika mereka tak lagi memonopoli arus informasi atau perhatian publik.

2. Sense Maker (Penuntun Akal) : wartawan meletakkan informasi pada

konteks dan mencari kaitannya hingga konsumen bisa memutuskan apa makna berita itu sesungguhnya. Berjibunnya suplai informasi membuat upaya membangun pengetahuan menjadi kian sulit. Upaya membangun makna mensyaratkan pencarian keterkaitan antarfakta untuk membantu menjawab pertanyaan kita. Perlu penjelasan tentng implikasi berita dan mengenali pertanyaan yang tak terjawab dan membantu kita menemukan pertanyaan apa yang lebih penting selanjutnya. Peran penuntun akal bukan sekadar peran komentator


(31)

melainkan bersifat mendalam dengan pencarian fakta dan informasi yang menjadikan semua saling terkait.

3. Investigator: wartawan harus melanjutkan fungsi sebagai investigator publik yang banyak diistilahkan sebagai peran anjing penjaga. Jurnalisme yang mengekspose apa yang disembunyikan atau dirahasiakan menjadi begitu penting dan esensial di pemerintahan demokratik. Sehingga nilai pentingnya begitu fundamental bagi jurnalisme baru dan lama. Fungsi ini kurang sering muncul di budaya media kita sekarang ini karen berita terkesan tergesa-gesa.

4. Witness Bearer (Penyaksi):fungsi ini tidak jauh berbeda dengan fungsi “anjing penjaga” yang sudah lebih akrab di telinga kita. Hanya saja berada di tingkat lebih ramah namun lebih mendalam dibanding sebelumnya. Ada hal tertentu di komunitas yang harus diawasi, diawasi dan diteliti. Jika tidak, pemerintah dan pihak yang ingin mengeksploitasi akan mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepentingan publik. Di era baru sekarang pers yang lemah tidak boleh merajalela. Langkah penting di sini minimal adalah mengenli tempat yang mesti diawasi dalam komunitas demi keutuhan dasar masyarakat sipil dan dengan kehadirannya itu mengisyaratkan pesan kepada penguasa bahwa mereka sedang diawasi. Jika sumber dayanya tidak ada, maka pers juga harus menemukan cara untuk menciptakan dan mengorganisasi jaringan teknologi dan penjaga publik baru untuk memastikn pengawasan berjalan. Di titik ini ada potensi dibentuknya kemitraan baru dengan warga. Jika pers tidak membantu menciptakannya, besar kemungkinan orang-orang yang berkepentingan akan menguasai ruang ini dan mengontrol arus informasi penting. Artinya media harus mampu menggali sedalam dan sedetail mungkin informasi sebelum menuangkannya dalam berita. 5. Pemberdaya: pers juga harus memberi alat yang memungkinkan kita

sebagai warga menemukan cara baru untuk mengetahui. Salah satunya adalah menempatkan publik sebagai bagian dari proses berita dan bukan cuma audien. Warga diberdayakan untuk membagi pengalaman dan pengetahuan yang informatif pada pihak lain, termasuk wartawan. Para wartawan diberdayakan dengan mengejar pengalaman dan keahlian di luar sumber formal mereka. Dialog dikembangkan membuat kita memahami proses, bukan produk. Ini semua diawali dengan kesadaran bahwa konsumen atau warga adalah mitra penting yang didengar dan dibantu, bukan dicermahi. Proses kemitraan ini juga membantu jurnlisme jadi lebih baik dengan memaksa mereka berpikir lebih keras meletakkan informasi dalam konteks berguna, lengkap dengan cara menyikapinya dan memberitahu bagaimana mereka bisa melakukan itu. Tidak hanya itu, juga dilengkapi dengan ke mana mereka bisa dapat informasi lebih bahkan ketika peristiwa masih berlangsung.

6. Aggregator Cerdas: masyarakat butuh agregator pintar yang menyisir

web dan bekerja melampaui kemampuan algoritma komputer dan agregator umum. Organisasi berita masa depan harus menyisir lanskap informasi mewakili audien, melakukan pengawasan atas informasi


(32)

lain yang mungkin membantu. Agar perusahaan media bisa benar-benar membantu melayani konsumen berita yang berorientasi ke depan, maka harus juga mengarahkan audien ke sumber website lain yang dinilai penting. Kita akan menghrgai sumber berita yang membantu kita memanfaatkan website, tidak hanya menambahkan balok piranti Google di situsnya. Aggregator cerdas seharusnya membagi sumber yang dirujuk. Dengan cara sama yang dipakai pers menjalankan fungsi penyahih dan penuntun akal, agregasi di sini harus bisa mengefisienkan waktu pembaca dan mengarahkan mereka ke sumber terpercaya.

7. Penyedia forum: wartawan harus membantu terbentuknya ruang diskusi dan wacana yang melibatkan warga secara aktif. Koran cetak membantu menciptakan model ini ketika menemukan konsep surat pembaca pada abad ke-19. Menurutnya, akan berbahaya bagi masyarakat sipil dan mungkin akan merugikan secara finansial bagi perusahaan media jika lembaga berita tradisional membuang peran ini atau menyerahkannya pada pihak lain.lembaga berita milik komunitas bisa menjadi ruang terbuka bagi warga untuk memonitor suara dari berbagai sisi, bukan hanya dari mereka yang berideologi sama dengan kita. Sebagai warga, kita semua punya hak mempunyai ruang publik yang terbuka bagi siapapun. Jika praktisi media membayangkan bahwa tujuan mereka adalah menginspirasi dan menginformasikan wacana publik, maka membantu mengorganisir wacana tersebut adalah fungsi logis dan layak.

8. Panutan:pers model baru tidak bisa mengelak dari fungsi panutan bagi warga yang ingin membawa kesaksiannya sendiri dan sekligus bertindak sebagai wartawan warga. Tak pelak lagi mereka akan berkaca pada wartawan untuk melihat bagaimana pekerjaan ini dilakukan. Di era digital yang kian terbuka, pers yang tak menjaga klaim konstutisionalnya hanya akan makin mengecewakan. Karena publik mengukur kerja mereka berdasarkan harapan yang terbaik, bukan yang terburuk, pada jurnalisme.

Maka dari itu, perusahaan pers terutama ruang redaksi, perlu menemukan gaya pengorganisasian baru bagi kerja jurnalistiknya. Pers harus lebih cerdas dalam pekerjaannya mengingat mereka diharapkan dapat berperan sebagai pensahih di tengah era banjir informasi seperti saat ini. Pers tidak hanya bertindak sebagai pemberi kesimpulan dari setiap informasi yang diperolehnya melalui pencarian di internet, tetapi juga memastikan kebenaran terjadinya peristiwa tersebut.

Satu-satunya cara organisasi pemberitaan bisa menyongsong masa depan adalah dengan memahami fungsi yang mereka mainkan dalam kehidupan. Masa depan jurnalisme terletak pada fungsi yang dimainkan oleh berita dalam


(33)

keseharian publik, bukan pada teknik dan praktik ruang redaksi abad ke-20 yang sudah lewat. Bagaimana pun perubahan bentuk media akan terus terjadi di era digital, jurnalisme pada dasarnya tetaplah sama. Jurnalisme akan senantiasa berisi fakta dan berpengaruh bagi kehidupaan publik yang luas (Kovach, 2012: 201).

Meski begitu menurut Baran (2004: 122), perkawinan antara koran dengan

web belum sukses memberikan keuntungan finansial bagi koran cetak lama, tetapi memberikann tanda yang menggembirakan. Faktanya, banyak perusahaan koran yang mengakui bahwa memang harus menerima kondisi kehilangan keuntungan ekonomi ketika membangun kepercayaan pembaca online, penerimaan dan jauh di atas semua itu, pembaca yang sering dan teratur melihat website kita.

Jurnalistik dipahami sebagai proses peliputan, penulisan dan penyebarluasan informasi atau berita melalui media massa. Online dipahami sebagai keadaan konektivitas mengacu kepada internet atau world wide web

(www). Online merupakan bahasa internet yang berarti “informasi dapat diakses di mana saja dan kapan saja” selama ada jaringan internet atau konektivitas (Romli, 2012: 12)

Jurnalistik online akan selalu berkaitan dengan keberadaan jaringan internet. Bagaimanapun juga, internet yang menghubungkan antarkomputer di seluruh dunia. Seperti yang telah kita ketahui, internet merupakan bentuk konvergensi dari beberapa teknologi penting terdahulu seperti komputer, televisi, radio dan telepon. Internet begitu memukau dan berkembang begitu cepat dengan variasi programnya yang menjadikan bumi ini dalam cengkeraman teknologi.

Paul Bradshaw dalam Romli (2012: 12) menyebutkan ada lima prinsip dasar jurnalistik online yaitu:

1. Keringkasan (Brevity), berita online dituntut ringkas untuk menyesuaikan dengan kehidupan manusia dan tingkat kesibukannnya yang semakin tinggi

2. Kemampuan beradaptasi (Adaptability), wartawan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Jurnalis harus dapat menyajikan berita dengan cara membuat berbagai keragaman format berita, baik dalam bentuk tulisan, suara maupun video


(34)

3. Dapat dipindai (scannability), untuk memudahkan audiens, situs-situs jurnalistik online hendaknya memiliki sifat dapat dipindai agar pembaca tidak perlu merasa terpaksa dalam membaca informasi atau berita

4. Interaktivitas, komunikasi dari public kepada jurnalis dalam jurnalisme

online sangat dimungkinkan dengan adanya akses yang semakin luas. Hal ini penting karena semakin audiens merasa dilibatkan maka mereka akan merasa dihargai

5. Komunitas dan percakapan, media online memiliki peran yang lebih besar daripada media cetak atau media konvensional lainnya, yakni sebagai komunitas. Jurnalis online juga harus memberi jawaban atau timbal balik kepada publik sebagai sebuah balasan atas interaksi yang dilakukan publik tadi.

Pemanfaatan komputer oleh masyarakat luas mulai marak setelah penjualan komputer komersial meledak di pasaran. Banyaknya pengguna komputer personal dan terus berkembangnya perangkat komputer beserta jaringannya menjadikan masa depan media juga turut berubah. Proses perkembangan komputer dan jaringan memberi sumbangsih yang cukup besar dalam keberadaan media online (Baran, 2012: 390).

Internet, kependekan dari interconnection-networking, secara harfiyah artinya adalah jaringan antarkoneksi. Internet dipahami sebagai sistem jaringan komputer yang saling terhubung. Berkat jaringan itulah yang ada di sebuah komputer dapat diakses orang lain melalui komputer lainnya. Jaringan ini mentransmisi informasi dari banyak orang ke banyak orang. Internet menghasilkan sebuah media, dikenal dengan media online (Romli, 2012: 12).

Telah diramalkan bahwa di masa depan jaringan menjadi bentuk terpenting dari transmisi media. Pengembangan jaringan telah dimulai sejak tahun 1960-an. Perkembangan yang berkesinambungan dari fungsi-fungsi komputer dan peralatan lain yang terkait jaringan mulai makmur setelah tahun 1990 (Wen, 2003: 83). Hampir seluruh penduduk dunia mulai bisa mengakses jaringan internet. Kantor-kantor maupun komputer milik pribadi dihubungkan dengan jaringan untuk memudahkan perolehan dan pertukaran informasi di seluruh dunia.


(35)

Internet merupakan sarana pertukaran informasi seluruh dunia melalui serangkaian komputer yang saling berhubungan. Komponen yang paling populer dari internet adalah world wide web (www). Sebenarnya ada banyak fitur yang bisa dimanfaatkan di internet. Namun, web telah dikembangkan menjadi fitur yang komersil. Maka website adalah komponen internet yang aling sering digunakan untuk kepentingan apapun di dunia. Termasuk untuk pemasaran bisnis, hingga pemuatan berita bagi media massa (Blech dan Blech, 2001: 495). Internet sangat tepat dikatakan sebagai “jaringan dalam jaringan” yang berkembang dalam kecepatan yang sangat menakjubkan.

Salah satu cara untuk mengakses informasi pada internet adalah melalui

world wide web, biasanya sering diesbut website atau web. Website atau site

(situs) adalah halaman mengandung konten (media), termasuk teks, video, audio dan gambar. Website bisa diakses melalui internet dan memiliki alamat internet yang dikenal dengan URL (Uniform Resource Lacator) yang berawalan www atau http:// (Hypertext Transfer Protocol). Dari pengertian tersebut, jurnalistik

online dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian informasi melalui media internet, utamanya website.

Membangun dan memelihara sebuah website yang sukses membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Butuh kreativitas yang tinggi untuk menarik pengunjung melihat sebuah website dan meminta mereka untuk kembali melihatnya di lain waktu. Sementara, keberlangsungan media online bergantung pada pembaca yang dengan rutin membuka website tersebut. Jika media tersebut tidak mampu menarik pembaca untuk setia membuka website tersebut maka media tersebut tidak akan mampu bertahan lama.

Kita biasanya menganggap orang yang mengakses sebuah media sebagai anggota khalayak, namun internet memiliki pengguna, bukan anggota khalayak. Setiap saat, atau bahkan pada saat yang sama, seseorang mungkin dapat membaca konten internet dan menciptakan konten untuk disebarkan melalui internet. Misalnya saat mengakses email ataupun chating, merupakan salah satu contoh bagaimana sorang pengguna internet bisa menjadi pembaca sekaligus pencipta pesan. Dengan mudah kita dapat mengakses web, dari satu halaman ke halaman yang lain (Baran, 2012: 399).


(36)

Media dan website bekerja bersama-sama dengan baik karena keduanya adalah berhubungan dengan komunikasi yang bersifat massa. Website membawa komunikator bersama-sama membangun komunitas dan menampilkan produk media, teks ataupun karya seni kepada khalayak global. Kita bisa memasukkan segala bentuk pesan ke dalam web, baik berupa teks, gambar, gambar bergerak suara hingga paduan kesemuanya.

Internet dan website membentuk kembali cara kerja media-media secara signifikan. Ketika media yang berinteraksi dengan kita berubah, peran yang dimainkannya di dalam kehidupan kita dan dampak yang dimilikinya dalam kebudayaan kita juga akan turut berubah (Baran, 2012: 388).

II.1.1. Konvergensi

Konvergensi adalah bentuk revolusioner dan evolusioner dari jurnalisme yang muncul di berbagai belahan dunia. Definisi konvergensi bergantung pada perspektif masing-masing individu. Konvergensi dimaknai berbeda di tiap negara, karena adanya perbedaan budaya. Faktor lain yang mempengaruhi defenisi tersebut adalah regulasi yang mengatur kepemilikan media dan kekuatan teknologi digital.

Larry Pryorr, professor komunikasi dari University of South California, mengemukakan defenisi konvergensi yaitu “konvergensi adalah apa yang terjadi di ruang berita sebagai staf editorial anggota bekerja sama untuk menghasilkan beberapa produk untuk beberapa platform untuk menjangkau khalayak massa dengan konten interaktif.” Secara umum, konvergensi adalah sebuah kondisi di mana suatu media massa memiliki beragam platform untuk memuat berita maupun informasi yang mereka sajikan (Quinn dan Filak, 2005: 3).

Adapun Jenkins dalam Jurnal Dewan Pers (2013: 17), berpendapat bahwa konvergensi multimedia massa menciptakan kebudayaan baru karena isi pesan pemberitaan berhamburan datang dengan berbagai platform piranti lunak di beragam piranti kerasnya. Konvergensi adalah kata untuk menggambarkan perubahan teknologi, industri, budaya dan sosial yang datang bersama-sama dari industri yang sebelumnya terpisah (komputasi, cetak, film, audio dan sebagainya). Sehingga dalam prakteknya, perusahaan pers yang menerapkan konvergensi


(37)

multimedia harus mempekerjakan wartawan yang punya keahlian ganda pula. Mereka harus mampu melakukan berbagai jenis peliputan dengan menggunakan berbagai perangkat, mengolah hasil liputan dalam berbagai bentuk penyiaran serta menyebarkan berita dengan menggunakan berbagai saluran.

Dalam konteks media online saat ini, konvergensi bisa dibuat hanya dalam satu halaman website. Media tidak lagi harus membuat stasiun televisi atau radio yang membutuhkan dana besar untuk operasional. Cukup dengan sebuah halaman

website, seluruh platform media bisa dibuat. Media bisa menyajikan berita dalam format tulisan, suara, atau paduan suara dan gambar yang bergerak.

Professor Rich Gordon dari Universitas Northwestern telah mengidentifikasi lima bentuk konvergensi yang ada di Amerika Serikat sebagai berikut (Gordon dalam Quinn dan Filak, 2005: 4-6):

1. Konvergensi kepemilikan. Hal ini berkaitan dengan pengaturan dalam satu perusahaan media besar yang mendorong cross-promosi dan berbagi konten antara cetak, online dan platform televisi dimiliki oleh perusahaan yang sama. Contoh terbesar di Amerika Serikat adalah Tribune Company. Presiden Jack Fuller mengatakan bahwa memiliki televisi, radio dan surat kabar dalam satu pasar memberikan cara untuk menurunkan biaya, meningkatkan efisiensi, dan "memberikan kualitas berita yang lebih tinggi pada saat tekanan ekonomi"

2. Konvergensi taktis. Ini menggambarkan berbagi konten pengaturan dan kemitraan yang telah muncul di antara media perusahaan dengan kepemilikan terpisah. Yang paling umum model kemitraan antara stasiun televisi atau kabel channel dan surat kabar di mana masing-masing perusahaan tetap dengan pendapatan sendiri. Gordon mencatat: "dalam sebagian besar pasar, motivasi utama dan tujuan awal kemitraan ini tampaknya untuk kepentingan promosi "

3. Konvergensi struktural. Bentuk konvergensi terkait dengan perubahan pengumpulan berita dan distribusi, Gordon menulis, tetapi juga merupakan proses manajemen dalam arti memperkenalkan perubahan dalam praktek kerja. Sebuah contoh adalah Orlando Keputusan Sentinel untuk mempekerjakan tim produsen multimedia dan editor untuk mengemas materi cetak untuk televisi. Tim penulisan ulang konten cetak dalam bentuk yang sesuai untuk televisi itu. Sementara itu, sebuah situs web yang terpisah menghasilkan bahan asli dan juga mengemas ulang konten dari koran dan televisi mitra. Mereka juga menghasilkan konten terfokus, seperti televisi talkbacks antara wartawan cetak dan televisi partner.

Talkbacks terdiri dari percakapan antara penyiar televisi dan wartawan spesialis di lapangan.

4. Konvergensi pengumpulan informasi. Ini terjadi di tingkat pelaporan dan istilah Gordon untuk situasi di mana perusahaan media membutuhkan wartawan untuk memiliki beberapa keterampilan. Di beberapa bagian


(38)

dunia, ini merupakan bentuk yang paling kontroversial dari konvergensi sebagai perdebatan orang-orang apakah satu orang bisa berhasil menghasilkan konten yang berkualitas di semua bentuk media. Beberapa istilah muncul untuk menggambarkan fenomena ini, termasuk platypus

atau Inspector Gadget atau ransel jurnalisme. Reporter multimedia tunggal mungkin merupakan pilihan yang sesuai dan bisa diterapkan di acara-acara berita kecil atau di organisasi media pasar kecil. Namun pada acara berita utama di mana kelompok wartawan mono-media melebihi satu reporter multimedia, bentuk pelaporan tidak mungkin menghasilkan kualitas. Teknologi digital menjadikan wartawan multi-keterampilan mungkin terjadi, tetapi kita tidak akan melihat terlalu banyak Inspektur Gadget sampai wartawan cukup terlatih dan dilengkapi. Jenis pelatihan cross-platform yang dibutuhkan untuk menghasilkan jurnalis seperti ini selalu menjadi isu bermasalah di Amerika Serikat.

5. Menceritakan atau konvergensi presentasi. Gordon mengatakan jenis konvergensi ini beroperasi pada tingkat jurnalis yang bekerja, meskipun perlu dukungan manajemen dalam hal pembelian peralatan yang sesuai. Dia memperkirakan bahwa baru bentuk cerita akan muncul dari kombinasi komputer, perangkat portabel pengumpulan berita, dan potensi interaktif

Web dan televisi, sebagai wartawan belajar untuk menghargai kemampuan unik setiap media. Banyak wartawan yang memikirkan bagaimana melakukan bentuk konvergensi ini. Doug Feaver, editor eksekutif washingtonpost.com, mengatakan bahwa jurnalis yang bekerja di medianya "menciptakan media baru" saat mereka bekerja. Bentuk konvergensi tetap fase percobaan atau evolusi dalam banyak ruang redaksi. Tapi kita bisa melihatnya muncul karena semakin banyak orang lulus dengan keterampilan digital canggih.

Di beberapa daerah, ada koran terbitan nasional yang dijual hanya dengan seribuan rupiah. Harga jual yang rendah ini dianggap dapat mengganggu pertumbuhan pers daerah. Memang untuk harga jual majalah masih tinggi, namun persaingan ketat. Sekarang yang terjadi bukan lagi bagaimana menjual majalah kepada pembaca, tetapi bagaimana memperoleh pembaca yang tepat secara luas. Menurut Efendi dalam Jurnal Dewan Pers (2013: 9), luasnya pembaca dibutuhkan untuk peningkatan perolehan iklan. Semua ini memperlihatkan bahwa pendapatan yang berasal dari sirkulasi saat ini sangat kecil. Sementara iklan diperebutkan oleh banyak penerbitan. Untuk tetap hidup dan berkembang, saat ini dibutuhkan model bisnis baru media cetak. Media cetak tidak dapat hanya mengandalkan revenue

konvensional seperti sirkulasi yang semakin mengecil dan iklan yang diperbutkan banyak penerbit. Maka media harus memanfaatkan teknologi komunikasi internet


(39)

dan bekerja sama dengan media lain seperti radio dan televisi serta media sosial. Media cetak tak lagi bisa berdiri sendiri.

Steven Paul “Steve” Jobs mengemukakan bahwa “dalam konvergensi media hal terpenting adalah bagaimana dalam satu perangkat praktis kita bisa mendapatkan informasi apapun, terutama yang menghibur dan tantangannya menyangkut bagaimana semua informasi itu sahih”. Mengacu pada pernyataan ini, maka konvergensi yang dimaksud Steve Jobs dapat dibuat pada media online. Di mana satu halaman menyajikan berbagai bentuk pemuatan berita. Tetapi ada tantangan lain seiring dengan berkembangnya media online. Akan semakin sulit memastikan kesahihan sebuah informasi. Karena siapapun dapat menebarkan informasi tersebut.

II.2. Pers dan Jurnalistik

Pers adalah lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem pemerintahan di negara di mana ia beroperasi, bersama-sama dengan subsistem lainnya. Ditinjau dari teori sistem, pers merupakan sistem terbuka yang probabilistik. Terbuka artinya bahwa pers tidak bebas dari pengaruh lingkungan, tetapi di lain pihak pers juga mempengaruhi lingkungan. Probabilistik berarti hasil operasinya tidak dapat diduga secara pasti (Efendy, 2000: 87). Pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa cetak maupun elektronik, antara lain radio siaran dan televisi siaran, sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik.

Jadi tegasnya, pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistk kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga karena ia berwujud, konkret, nyata. Sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan, daya hidup, menghidupi pers. Dengan demikian, pers dan jurnalistik merupakan dwitunggal. Pers tidak mungkin beroperasi tanpa jurnalistik, sebaliknya jurnalistik tidak akan mungkin mewujudkan suatu karya bernama berita tanpa pers.


(40)

Pengertian pers dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers adalah yaitu: Pers adalah lembaga sosial wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi, baik dalam bentuk tulisan, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya yang dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia (Sukardi, 2012: 60)

Meski dari pengertian tersebut terdapat kalimat “segala jenis saluran yang tersedia”, namun tidak lantas semua saluran komunikasi termasuk katagori pers. Wina Armada lebih lanjut menjelaskan bahwa yang dapat dikatagorikan sebagai pers adalah jika proses pengerjaan dan isinya memenuhi kaidah-kaidah jurnalistik, termasuk menaati Kode Etik Jurnalistik (Sukardi, 2012: 61). Pers dan jurnalistik merupakan dua hal yang terkait sangat erat. Jika dari pengertiannya pers merupakan wadah, maka jurnalistik merupakan kegiatan atau aktivitasnya. Jurnalistik atau journalism berasal dari kata journal, artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari. Pengertian ini bisa juga berarti surat kabar.

Journal berasal dari bahasa Latin diurnal, artinya harian atau setiap hari.

McDougall menyebutkan bahwa jurnalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting di mana pun dan dalam kondisi bagaimanapun. Di negara-negara demokrasi, jurnalisme sangat diperlukan dalam sebagai penyambung lidah antara masyarakat dengan pemerintah yang berkuasa. Tidak peduli perubahan-perubahan sosial, budaya dan ekonomi di masa datang. Tidak dapat dibayangkan bagaimana jadinya tanpa ada jurnalisme berkembang di dalamnya (Kusumaningrat, 2009: 15).

Pers memiliki peranan yang sangat penting di masyarakat. Pers lah yang menjadi perantara informasi dari masyarakat dan penguasa. Dalam pekerjaannya, pers bertanggung jawab kepada masyarakat. Walau bagaimanapun, pers bekerja mengatasnamakan kepentingan rakyat yang berhak mengetahui berbagai informasi atas peristiwa yang terjadi. Kusumaningat merumuskan bahwa pers yang bertanggung jawab memiliki delapan fungsi (2009: 27) sebagai berikut:

1. Fungsi informatif, di mana pers memberikan informasi kepada masyarakat secara teratur. Pers menghimpun dan menyebarkan


(41)

informasi yang penting bagi masyarakat, peristiwa yang berdampak bagi masyarakat. Pers yang baik tidak sekadar memberitakan gosip atau hal-hal yang tidak penting bagi masyarakat.

2. Fungsi kontrol, yaitu sebagai pengawas berlangsungnya pemerintahan oleh penguasa. Selain itu juga mengawasi kerja sama antara pemerintah dan pengusaha. Pers akan memberikan informasi kepada masyarakat tentang bagaimana pemerintah menjalankan negara dengan program-program mereka, bagaimana pengusaha menjalankan kerja mereka yang juga berdampak bagi kehidupan masyarakat dan negara. 3. Fungsi interpretatif dan direktif, yaitu memberikan interpretasi dan

bimbingan. Fungsi ini biasanya dapat dilakukan melalui rubrik tajuk rencana ataupun kolom opini dan berita latar belakang. Di dalam tulisan-tulisan tersebut biasanya terselip pesan bimbingan tindakan apa yang mungkin dapat dilakukan oleh masyarakat menyikapi peristiwa yang terjadi. Fungsi ini juga dapat membantu mencerdaskan masyarakat dalam bersikap.

4. Fungsi menghibur, pers menuturkan kisah-kisah dunia dengan tulisan yang hidup dan menarik, meski informasi yang disampaikan relatif tidak terlalu penting. Fungsi menghibur biasanya dapat kita temukan dalam tulisan-tulisan feature, baik berupa tulisan tentang pariwisata, budaya, profil, dan sebagainya.

5. Fungsi regeneratif, yaitu pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru agar terjadi proses regenerasi dari angkatan sebelumnya kepada angkatan yang baru. Pers menyampaikan bagaimana sebuah peristiwa terjadi di masa lalu, bagaimana dunia ini dijalankan sekarang dan bagaimana penyelesaiannya. Sehingga generasi setelahnya akan mempunyai gambaran mengenai penyelesaian sebuah permasalahan yang sedang terjadi dengan bercermin dari masalah yang mungkin serupa dan terjadi di masa sebelumnya.

6. Fungsi pengawalan hak warga negara, di mana pers harus dapat menjamin hak setiap pribadi untuk bisa didengar dan diberi


(42)

penerangan yang dibutuhkannya. Pers diharapkan jangan sampai menimbulkan kategori golongan masyarakat mayoritas dan minoritas dalam pemberitaan yang mereka muat. Dengan demikian, pers harus sangat berhati-hati dalam membuat istilah dan pilihan kata yang tepat dalam pemberitaan yang mereka buat agar tidak menimbulkan konflik baru di masyarakat.

7. Fungsi ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. Dengan menggunakan iklan, penawaran akan berjalan dari tangan ke tangan dan barang produksi pun dapat dijual.

8. Fungsi swadaya, di mana pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kewajibannya sendiri agar dapat independen dari pengaruh-pengaruh serta tekanan dalam bidang keuangan. Sehingga pers juga dapat menjamin kesejahteraan wartawan mereka dan diharapkan mampu independen dalam pemberitaan mereka.

Media yang digunakan sejak awal sejarah kerja jurnalistik adalah dalam bentuk tulisan. Tidak salah jika kemudian disebutkan bahwa surat kabar merupakan media penyebaran jurnalistik yang tertua di dunia. Surat kabar pertama yang diketahui pertama kali dibuat pada masa kekuasaan Caesar di Roma yang disebut Acta Diurna. Secara harfiah, Acta Diurna berarti kegiatan-kegiatan dalam sehari. Kegiatan-kegiatan tersebut dituliskan dalam sebuah batu tulis, ditempatkan di dinding setelah setiap pertemuan senat. Sirkulasinya tunggal dan tidak ada pengukuran yang akurat untuk menghitung jumlah pembacanya karena orang-orang yang akan datang sendiri untuk melihatnya. Namun benda ini dapat menunjukkan bahwa orang selalu ingin mengetahui hal yang telah terjadi dan orang lain akan membantu mereka untuk mengetahuinya (Baran, 2012: 130).

Sedangkan surat kabar yang kita kenal seperti saat ini bermula pada abad ke-17 di Eropa. Adalah Corantos, lembaran berita satu halaman tentang kejadian khusus yang dicetak berbahasa Inggris di Belanda pada tahun 1620. Surat kabar tersebut diimpor ke Inggris oleh para penjual buku Inggris yang bersemangat unntuk memuaskan tuntutan publik atas informasi tentang yang terjadi di Eropa Daratan. Ini pula yang akhirnya menjadi salah satu penyebab Perang Tiga Puluh Tahun.


(43)

Pertarungan kekuasaan politik di Inggris pada saat itu mendorong munculnya bibit-bibit media ketika para partisan pada sisi monarki dan parlemen menerbitkan diurnal untuk mendukung posisi mereka. Ketika monarki menang, monopoli hak penerbitan diberikan kepada Oxford Gazette, suara resmi kerajaan.

Oxford Gazette didirikan pada tahun 1665, kemudian diganti dengan nama

London Gazette. Jurnal ini menggunakan formula berita asing, informasi resmi, pernyataan kerajaan dan berita lokal yang menjadi model bagi surat kabar pertama di daerah kolonial (Baran, 2012: 131).

Surat kabar memang terlahir di Eropa. Namun perkembangan yang sangat pesat justru terjadi di Amerika. Pada masa peralihan menuju abad ke-19, Kota New York menyediakan segala bahan yang diperlukan untuk khalayak, surat kabar dan jurnalisme baru. Pada masa itu, Kota New York dapat dikatakan sebagai kota pusat kebudayaan, perdagangan, politik, dan terutama karena gelombang imigrasi yang datang ke garis pantainya yang sangat beragam secara demografis. Ditambah lagi dengan pertumbuhan kemampuan baca-tulis di kalangan para pekerja sehingga kondisi ini sangat membantu untuk bertumbuhnya

penny press, surat kabar 1 sen untuk semua orang. Surat kabar tersebut adalah

New York Sun, didirikan oleh Benjamin Day pada tanggal 3 September 1833.

Inovasi yang dikeluarkan Day adalah dengan menjual surat kabarnya dengan harga yang sangat murah sehingga akan mampu menarik banyak pembaca, sehingga akan ada ruang yang dapat dijual kepada pengiklan sebagai sumber dana agar dapat bertahan.

Masyarakat yang biasanya tidak dilibatkan dalam arus utama sosial, kebudayaan dan politik dengan segera melihat nilai surat kabar massal. Sejak tahun 1827, mulai bermunculan beragam surat kabar yang terus berupaya menyuarakan suara masyarakat. Setidaknya ada 40 surat kabar yang turut menyuarakan suara minoritas dan memuat isu kemanusiaan yang terjadi di Amerika. Surat kabar tersebut diantaranya Freedom’s Journal, The Ram’s Horn,

North Star dan lain sebagainya (Baran, 2012: 135). Surat kabar-surat kabar

tersebut memuat berita yang jauh berbeda dari surat kabar yang pernah ada di masa itu yang sebagian besarnya berisi tentang kerjaan dan pejabat publik belaka.


(44)

Masyarakat merasa senang dengan keberadaan surat kabar yang memberitakan sisi kemanusiaan lainnya yang terjadi di sekitar mereka.

Di masa-masa setelahnya, medium yang memuat informasi untuk masyarakat semakin berkembang dan beragam bentuknya. Dimulai dengan radio siaran pada masa Perang Dunia, kemunculan televisi dan TV kabel jaringan berlangganan hingga seperti sekarang ini, kehadiran dan perkembangan internet yang sangat pesat. Selama perkembangan media komunikassi berlangsung, media berupa cetakan tetap dibutuhkan oleh masyarakat. Terbukti dengan keberadaannya yang hingga saat ini masih begitu mudah diteemukan di mana-mana. Teknologi melayani perkembangan media online dan koran cetak tradisional sekaligus. Komputer dan satelit sangat membantu pengumpulan dan penyebaran berita, baik ketika reporter mengirimkannya ke redaktur atau pengiriman berita ke online data service. Komputer juga membuat proses tata letak dan pencetakan lebih mudah, cepat dan akurat sehingga membantu mengontrol biaya produksi koran (Baran, 2003: 124)

II.3. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Banyak definisi komunikasi bersifat khas, mencerminkan paradigma atau perspektif yang digunakan ahli-ahli komunikasi tersebut dalam mendekati fenomena komunikasi. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti sama. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi, definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut. Komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk memahami satu sama lain. Walaupun komunikasi kita dapat menjadi ambigu, satu tujuan utamanya adalah pemahaman (Mulyana, 2005: 46)

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Di awal perkembangannya, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata “media komunikasi massa”, media massa yang dihasilkan oleh teknologi modern. Media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. Massa dalam komunikasi massa menunjuk pada penerima pesa yang berkaitan dengan media massa. Media massa dapat berbentuk


(1)

media cetak tidak bisa dipertahankan lagi, manajemennya bisa langsung beralih ke online.

Kalau kita bikin media online yang sebenarnya, sulit. Karena kita masih belum bisa memenuhi itu. Setidaknya ada wartawan yang harus bersiap 24 jam di lapangan. Makanya media online kita hanya sebagai pendamping saja, tapi manjemen kita sudah siap. Jadi ketika harus beralih, tinggal memindahkan saja. Sekarang belum ke arah sana. Kita hanya sebagai pemudah akses jika ada keterlambatan koran tiba di daerah seperti di Aceh dan Padang Sidimpuan. Persoalannya, sebagaian daerah kan masih belum punya jaringan internet yang memadai. Isi cetak dan onlinen-nya sama. Kenapa? Karena media online dipersiapkan untuk penyangga saja. Kalau kita buat media online waspada seperti layaknya detik.com, maka koran kita akan tertinggal. Sementara oplah koran masih cukup besar.

Di sumatera utara koran belum akan ditinggalkan. Tapi mungkin 20-25 tahun lagi baru media online mulai hidup. Indikatornya, buktinya masih ada saja koran baru yang muncul, jadi belum akan mati. Media cetak masih diminati, masih bisa tumbuh dan berkembang. Tapi prediksi para pakar perkembangan online tidak bisa dibendung lagi, tinggal menunggu waktu. Ada juga pemikiran bagaimana iklan dan karyawan ketika sudah jadi media online. Media online tidak butuh banyak karyawan. Saat mulai mesin cetak digital saja, sudah ada pengurangan tenaga kerja.

Kita punya banyak tantangan dan hambatan terutama teknologi. Bagaimanapun media tidak bisa terlepas dari teknologi, kita harus mengikuti teknologi. Misalnya perkembangan mesin cetak, kita harus beli baru, yang lama tidak mungkin dipakai lagi karena kemampuan cetaknya terbatas. Sementara semua media cetak berlomba-lomba merebut pasar. Persaingan ini jadi tantangan kita, kalau tidak cepat sampai ke pasar, akan masuk koran lain. Sementara tingkat kebutuhan informasi masyarakat sangat tinggi. Jika koran langganannya sering terlambat tiba di pasar, mereka akan cari koran lain. Menghadapi ini kita harus melakukan strategi signifikan, pertama SDM, kalau tidak S1 tidak diterima. Kemudian perbaikan teknologi cetak dan komputer. Melakukan hubungan baik dengan pembaca, dengan cara memperbaiki konten. Caranya setiap pagi ada rapat redaksi.


(2)

Transkrip Wawancara Nama : Ucok Faisal

1. Bagaimana pandangan Anda mengenai perkembangan media online

Media online tercepat dalam menyebar informasi. Namun online belum tentu bisa masuk ke daerah-daerah pedalaman. Berbeda dengan koran dan TV. Itulah mengapa koran masih eksis, belum semua masyarakat Indonesia melek internet. Koran masih menjadi tempat beriklan kedua favorit setelah televisi. Online membesar sejalan dengan perkembangan jaringan internet. Internet belum begitu meluas penyebarannya di Indonesia. Dulu koran juga pernah diprediksi tak akan laku di tahun 2000-an, tapi sampai sekarang koran masih dicari masyarakat, meski beberapa surat kabar tidak bisa bersaing di tengah gempuran media online. 2. Bagaimana Harian Waspada menghadapi perkembangan media massa?

Menyikapi perkembangan online, koran harus berinovasi. Waspada juga melengkapi diri dengan media online dan tidak berlangganan alias gratis. Waspada juga sediakan e-paper. Ke depan mungkin akan membuat sistem di mana pembaca harus registrasi dan berbayar untuk membaca waspada di online. Secara struktur, kita buka divisi baru, yaitu divisi online. Tapi keseluruhan tetap di bawah pimred waspada koran. Berita di media online tetap di-update setiap ada perkembangan isu, paling dua alenia. Untuk baca berita lengkap tetap di koran cetak.

Waspada Medan online ke depan akan konvergensi. Sekarang sudah ada rancangan waspada TV. Hanya saja jaringan internet di wilayah kita masih belum begitu bagus. Jadi kita merasa belum begitu penting untuk merealisasikan Waspada TV. Wartawan cetak sudah dilengkapi dengan alat meliput dalam format video. Secara strategi sudah matang. Wartawan juga sudah dilatih.

Kita bikin streaming pun orang akan kesulitan dengan jaringan yang sering lemot. Standar peletakan berita di cetak dengan online pada dasarnya sama. Tapi di online kan ada berita yang harus diperbarui. Kalau gaya tulisannya sama. Kalau ada berita baru meski belum dimuat di cetak akan tetap di muat di online. Tapi kita sengaja bikin tidak lengkap. Jadi hanya dua alenia. Tidak selalu segera diperbarui. Misalnya peristiwa yang update per jam, ya kita update. kalau updatenya lebih dari hitungan 7 jam, kita tunggu untuk berita esok hari di koran cetak.

3. Apakah ada perbedaan berita layak muat di koran cetak dengan online? Apakah ada perubahan gaya penulisan berita?

Tetap ada perbedaan untuk standar berita layak muat di online dan di cetak. Di online tidak perlu kroscek berita secara utuh. Di cetak, berita yang dimuat lebih lengkap. Koran cetak tidak selalu diisi dengan feature. Hanya untuk peristiwa besar tertentu yang kita buat berita yang mendalam yang mengandung human interet. Tapi di hari Minggu cukup banyak karena kita anggap di hari Minggu orang ingin santai. Kita tambahkan info pariwisata, budaya dan halaman untuk anak. Di online tidak ada rubrik untuk feature.


(3)

Transkrip Wawancara Nama : Muhammad Agus Utama

1. Bagaimana pandangan anda mengenai perkembangan media

Media online yang pasti akan semakin maju dengan berkembangnya teknologi sekarang tidak harus beli koran. Seharusnya koran dan online bersinergi. Kalau orang butuh informasi dengan segera, pasti akan langsung membukan gadget. Koran sudah sangat lama, memang belum ada prediksi pasti kapan koran akan hilang.

online?

2. Aapakah ada hubungan manajemen antara Harian Waspada dan Waspada Online?

Ada hubungan antara Harian Waspada dengan Waspada online. Misalnya berbagi berita, tapi tidak banyak. Awalnya apa yang ada di waspada bulat-bulat ada di waspada online. Dulu, sejak berdiri 1995. Tapi ada versi baru oleh pemimpin redaksi berikutnya, sejak 2008 berita 90% manajemen sendiri dari online. Hanya 10% saja yang berbagi dengan cetak, misalnya editorial, opini.

Wartawan online hanya untuk online, wartawan cetak hanya untuk cetak. Secara redaksional terpisah, tapi secara manajemen tetap di bawah atap yang sama.

3. Bagaimana arah masa depan Waspada Online?

Sejak 2008 sudah dirancang waspada tv sedemikian rupa. Tapi untuk mengarah ke sana butuh biaya yang besar dan SDM yang terampil. Hal ini belum bisa kita wujudkan. Tapi rancangannya sudah ada untuk waspada tv. Kemudian berlangganan berita dengan pembaca setia melalui aplikasi tertentu. Tapi belum bisa diwujudkan. Sampai sekarang belum ada gambaran pasti kapan hal itu bisa diwujudkan. Pemimpin redaksi sekarang masih sibuk di luar kota.

4. Bagaimana standar layak muat tulisan di Waspada Online?

Standar tulisan untuk waspada online, yang pasti berita itu lebih pada narrative journalism. Kita tetap ada straihgt news, tapi melengkapi diri juga dengan berita panjang seperti narrative journalism, di mana di setiap paragraf pasti terdapat ide pokok. Akurasi vs kecepatan, bergantung penting tidaknya berita untuk diberitakan. Bahkan kita pernah hanya menaikkan jugulnya dulu. Kemuidan baru disusul dengan berita lengkapnya.

5. Bagaimana penyebaran berita yang dilakukan oleh Waspada Online? Ada personil khusus sebagai admin untuk membagi berita melalui media sosial. Berita yang dibagikan hanya berita terbaru saja. Berita yang boleh masuk paling lama 3 jam, setelah itu tidak dibagikan lagi. Jumlah pengunjung per hari yang pasti di atas seribu. Jumlah pengunjung penting untuk menarik para calon pengiklan. Waspada online termasuk media online terlama di sumatera utara. Penghasilan iklan rata-rata per bulan untuk tahun ini hanya 15-20 juta. Ada penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapa 100-an juta. Belum tahu alasan pasti, mungkin karena tim marketing kita masih kosong. Pendapatan tersebut sejauh ini masih bisa memenuhi biaya operasional.


(4)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

NAMA : Ridha Annisa Br Sebayang LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NIM : 090904089

PEMBIMBING : Haris Wijaya, S.Sos, M. Comm

No Tanggal Pertemuan Pembahasan

1 7 Maret 2013 Proposal penelitian 2 4 April 2013 Acc seminar proposal

3 14 November 2013 Perbaikan proposal penelitian dan daftar pertanyaan

4 22 Mei 2014 Penulisan hasil penelitian

5 7 Agustus 2014 Penulisan pembahasan hasil penelitian BAB IV

6 17 November 2014 BAB V

7 26 Januari 2015 Revisi

8 17 Februari 2015 Revisi

9 9 Maret 2015 Revisi

10 24 Maret 2015 Revisi

11 6 April 2015 Revisi

Pembimbing


(5)

Biodata Pribadi

Nama Lengkap : Ridha Annisa Br Sebayang Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 5 Agustus 1991

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jalan Pala 9 No. 18, Perumnas

Simalingkar, Pancur Batu, Deli Serdang

Nomor telpon : 085296136725

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 068006 Medan 1997-2000

2. Madrasah Ibtidaiyah Swasta Amal Shaleh 2000-2003 3. SMP Negeri 10 Kota Medan 2003-2006

4. SMA Swasta Al-Azhar Medan 2006-2009

5. Universitas Sumatera Utara Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU 2009-sekarang

Riwayat Organisasi & Pekerjaan :

1. Dewan Kerja Gerakan Pramuka Cabang Kota Medan Periode 2009-2014 (Ka.Bid.Pengabdian dan Hubungan Masyarakat)

2. Unit Kegiatan Pers Mahasiswa SUARA USU 2009-2010 (Fotografer) 3. Unit Kegiatan Pers Mahasiswa SUARA USU 2010-2011 (Sekretaris

Redaksi)

4. Unit Kegiatan Pers Mahasiswa SUARA USU 2011-2012 (Redaktur Foto) 5. Pembantu Pembina Pramuka Siaga di Yayasan Al-Ulum Terpadu Medan

2013 - sekarang

6. Yayasan Kajian Iinformasi Pendidikan dan Penerbitan Sumatera 2013-2014 (Staff Logistic cum Workshop Assistant)

7. Pembina Pramuka Siaga di Yayasan Cita Luhur Maret 2015 - sekarang

Kegiatan dan Pelatihan yang pernah diikuti :

1. Raimuna Nasional IX Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega Tahun 2008 2. Kursus Mahir Dasar Pembina Pramuka khusus Dewan Kerja Cabang

Se-Sumatera Utara Tahun 2009

3. Raimuna Daerah Sumatera Utara X Pramuka Pengak dan Pramuka Pandega Tahun 2012

4. Ajang Pelatihan Pers Mahasiswa Teropong UMSU “Rekam Jejak Konflik dalam Lintasan Pers” Di Medan Tahun 2012


(6)

5. Workshop Jurnalisme dan New Media “Lancang Kuning Berlayar Narasi” Di Pekan Baru Tahun 2013

Kepanitiaan :

1. Anggota Bidang Kesehatan Lintas Taruna Medan Tahun 2009

2. Anggota Seksi Publikasi dan Dokumentasi Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional Salam Ulos Pers Mahasiswa SUARA USU Tahun 2010

3. Koordinator Seksi Peralatan Tempat dan Transportasi Peltihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional Salam Ulos Pers Mahasiswa SUARA USU Tahun 2011

4. Ketua Bidang Hubungan Masyarakat Raimuna Cabang VI Kota Medan Tahun 2012

5. Anggota Seksi Konsumsi Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional Salam Ulos Pers Mahasiswa SUARA USU Tahun 2012

6. Ketua Bidang Hubungan Masyarakat Perkemahan Budaya Tahun 2013

Gerakan yang Diikuti 1. Kelas Inspirasi Medan 2. Turun Tangan Medan 3. Laskar Karo Erdilo


Dokumen yang terkait

Objektivitas Pemberitaan Media Cetak (Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada)

2 55 178

KODE RINGKAS DALAM KARIKATUR HARIAN PADA MEDIA CETAK TAHUN 2012 Kode Ringkas Dalam Karikatur Harian Pada Media Cetak Tahun 2012.

0 2 12

KODE RINGKAS DALAM KARIKATUR HARIAN PADA MEDIA CETAK TAHUN 2012 Kode Ringkas Dalam Karikatur Harian Pada Media Cetak Tahun 2012.

0 1 20

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI MEDIA CETAK HARIAN PT. JAWA POS SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF MENGENAI IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI BAGIAN REDAKSIONAL DI MEDIA CETAK HARIAN PT. JAWA POS SURABAYA).

0 0 127

Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Di Kota Medan (Studi Deskriptif Tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Pada Surat Kabar Harian Analisa Dan Harian Waspada)

0 0 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Perkembangan Internet dan Jurnalisme - Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Di Kota Medan (Studi Deskriptif Tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Pada Surat Kabar Harian Analisa Dan Harian Waspada)

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah - Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Di Kota Medan (Studi Deskriptif Tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Pada Surat Kabar Harian Analisa Dan Harian Waspada)

0 0 9

Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Di Kota Medan (Studi Deskriptif Tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Pada Surat Kabar Harian Analisa Dan Harian Waspada)

0 1 15

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI MEDIA CETAK HARIAN PT. JAWA POS SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF MENGENAI IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI BAGIAN REDAKSIONAL DI MEDIA CETAK HARIAN PT. JAWA POS SURABAYA).

0 0 32

FUNGSI KONTROL MEDIA MASSA TERHADAP ANGGOTA DPRD KOTA MAKASSAR (Studi Terhadap Media Cetak Harian Tribun Timur )

0 0 84