BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatam kualitatif diarahkan pada
individu atau kelompok amatan secara holistik tanpa mengisolasi ke dalam variabel tertentu Mantra, 2004: 38. Penelitian kualitatif lebih banyak
mementingkan segi proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam
proses Moleong, 2006: 11. Sementara menurut Janice McDrury dalam Collaborative Group Analysis of Data, 1999,
tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut Moleong, 2006: 248:
1. Membacamempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan
yang ada dalam data, 2.
Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data
3. Menuliskan ‘model’ yang ditemukan
4. Koding yang telah dilakukan
Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas sosial yang kompleks di masyarakat Mantra, 2004: 38. Penelitian
deskriptif kualitatif menganut paham fenomenologis, yakni sebuah aliran filsafat yang mengkaji penampakan atau fenomena yang mana antara fenomena dan
kesadaran tidak terisolasi satu sama lain, melainkan selalu berhubungan secara dialektis. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untukmenggambarkan,
meringkaskan berbagai kondisi realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai
suatu ciri, karakter, gambaran tentang situasi ataupun fenomena tertentu Bungin, 2007: 68.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriptif adalah berupa kata- kata, gambar dan bukan angka-angka. Semua yang dikumpulkan berkemungkinan
menjadi kunci terhadap apa yang telah diteliti. Dengan demikian, penelitian akan berisikan kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan
tersebut. Peneliti menganalisis setiap data yang diperoleh selama penelitian dan sedapat mungkin dalam bentuk aslinya. Ketika menganalisis data hendaknya
dilakukan seperti orang yang sedang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata tanya mengapa, alasan apa dan bagaimana
akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu sudah memang demikian adanya, tetapi ada orang-
orang yang menentukan sesuatu itu terjadi dengan begitu adanya Moleong, 2006, 11.
III.2 Objek Penelitian
Objek penelitian perlu ditetapkan dalam rancangan penelitian. Keputusan tentang penetuan sampel, besarnya dan strategi sampling itu, pada dasarnya
bergantung pada penetapan objek penelitian. Setiap objek penelitian memberikan kesempatan bagi pengumpulan data secara tersendiri, fokus yang tersendiri, yang
mungkin tingkatannya berbeda sehingga penarikan kesimpulannya membawa perbedaan pula Moleong 2001 : 166. Objek penelitian dalam penelitian ini ialah:
III.2.1. Harian Analisa
Dari data yang diberikan oleh Warjamil, Sekretaris Redaksi Harian Anallisa, peneliti memperolah gambaran mengenai Harian Analisa sebagai
berikut:
a. Sejarah singkat Harian Analisa
Harian Analisa adalah surat kabar termuda pada kelaihrannya tanggal 23 Maret 1972 bila dibandingkan dengan enam harian lainnya pada saat itu yakni:
Mimbar Umum, Waspada, Bukit Barisan, Sinar Indonesia Baru, Medan Pos dan Garuda. Namunn dalam usianya yang relatif muda, Analisa berupaya mencapai
beberapa kemajuan sehingga berada sejajar bersama berbagai surat kabar harian yag ada di daerah ini. Analisa merupakan surat kabar harian dengan jumlah
sirkulasi terbesar di Medan. Analisa mempunyai versi online yaitu
analisadaily.com. Secara keseluruhan, konten yang terdapat di online sama dengan surat kabar versi cetaknya.
Saat pertama terbit, Harian Analisa berbentuk tabloid. Meskipun surat izin terbit SIT berlaku untuk harian, namun untuk sementara Harian Analisa terbit
sebagai mingguan yang terbit setiap Sabtu, hanya selama sekitar satu tahun. Ketika itu masih dicetak secara hand-set.
Sejak tanggal 27 Maret 1973, Analisa sepenuhnya sebagai harian yang terbit tujuh kali seminggu. Bentuknya tidak lagi tabloid, tetapi broadsheet.
Motivasi menerbitkan Harian Analisa ketika itu adalah ingin memajukan dunia pers, khususnya surat kabar harian di Medan. Hal ini mengingat bahwa di Jawa,
khususnya Jakarta, banyak surat kabar harian yang maju dan bertiras besar ternyata dikelola oleh anak Medan.
Pemilihan nama memang tidak mudah. Menjelang kelahirannya, pemilihan nama dirembugkan. Soffyan mengusulkan nama “Analisa”, Narmin
Suti dengan nama “Tinjauan” dan A. Manan Karim menyarankan “Sikap”. Akhirnya, dengan kesepakatan bersama dipilihlah nama “Analisa”, sedangkan
jenis huruf dipiilih oleh F.N. Zainoeddin. Harian ini terbit dengan motto: Membangkitkan Partisipasi Rakyat dalam
Pembangunan”. Pemimpin redaksi yang pertama adalah F.N. Zainoeddin dan meninggal dunia pada 18 April 1972. Soffyan kemudian ditunjuk sebagai
penggantinya dan menjabat sebagai pemimpin redaksi sampai sekarang. Wakil pemimpin redaksi adalah Narmin Suti dan A. Manan Karim. Namun A. Manan
juga sudah tiada sejak tahun 1983 dan digantikan dengan Ali Soekardi. Kemudian Narmin meninggal dunia pada tanggal 8 Maret 1985. Ali Soekardi meninggal
dunia pada tanggal 3 April 2013. Perlu dicatat bahwa pada saat menjadi harian penuh, Analisa merupakan
harian pertama di daerah ini yang terbit dengan 8 halaman. Kemudian menjadi 12 halaman sejak September 1973 dan meningkat lagi menjadi 16 halaman sejak
Oktober 1991. Dampak krisis ekonomi pada tahun 1997 antara lain menyebabkan
kenaikan harga kertas. Harian Analisa melakukan penyesuaian penerbitan dengan kondisi tersebut dengan terbit 12 halaman. Kini, sesuai dengan kebutuhan, Harian
Analisa terbit dengan 24 sampai 32 halaman dan pada edisi tertentu terbit dengan 36 halaman.
Harian Analisa menyajikan berita-berita dari dalam negeri antara lain: berita nasional, Kota Medan, Daerah Aceh dan Sumatera Utara. Juga berita luar
negeri, Ekonomi dan Olahraga yang tetap diutamakan untuk pembaca. Tidak lupa, rubrik keagamaan, yakni Islam, Kristen dan Budha serta sajian foto-foto khusus.
Di edisi Minggu, pembaca disajikan rubrik khusus di antaranya pariwisata, jentera, musik, budaya dan taman riang. Kemudian kritik segar juga muncul
melalui pojok Guit Deli yang menggelitik serta tokoh kartun Pak Tutung dengan tingkahnya yang penuh humor dan menyindir.
Redaksi tetap memperhatikan kualitas berita, artikel dan foto. Untuk itu, sejak pertama kali terbit hingga sekarang telah memperoleh penghargaan dari
berbagai pihak, termasuk prestasi karya wartawannya untuk tingkat daerah, nasional, regional maupun internasional.
Selain itu, sebagai media massa yang dekat dengan masyarakat, Harian Analisa peduli terhadap kegiatan sosial kemasyarakatan, kemanusiaan, olahraga,
keagamaan maupun memberi kesempatan pada mahasiswa dari perguruan tinggi negeri ataupun swasta untuk melakukan penelitian tugas akhir program diploma
D1, D2, D3 maupun dalam rangka penyusunan skripsi S1Sarjana khususnya untuk program studi ilmu jurnalistik, komunikasi, kehumasan serta penelitian
mahasiswa program Pasca Sarjana.
b. Visi, Misi dan Motto
b.1. Visi “Menjadi media cetak yang ikut mencerdaskan bangsa”
- Bahwa pembangunan dan kemajuan bangsaNegara Indonesia patut
didukung oleh semua pihak termasuk pers Penjelasan Visi:
- Peranan pers sangat besar dalam ikut mengembangkan, memajukan
dan mencerdaskan bangsa -
Pers nasional harus peran aktif dalam pembangunan nasional.
b.2. Misi “Turut mendukung program pembangunan seraya menerapkan fungsi dan
peranan pers”
- Ikut dalam memajukan bangsaNegara
Penjelasan Misi:
- Menyebarkan informasi yang positif, informative dan edukatif
- Memperluan wawasan masyarakat
- Menyampaikan pesan-pesan pemerintah dan pihak-pihak lain yang
sifatnya positif serta menyalurkan aspirasi rakyat. -
Membela kepentingan rakyat sesuai dengan kekhidupan berbangsa dan bernegara dilandasi Pancasila dan UUD 45
b.3. Motto “Membangkitkan Partisipasi rakyat dalam pembangunan”
III.2.2. Harian Waspada
Dari data yang diperoleh dari perpustakaan Harian Waspada, peneliti memperoleh gambaran singkat mengenai Harian Waspada sebagai berikut:
a. Sejarah singkat
Harian Waspada didirikan di Medan pada tanggal 11 Januari 1947 oleh sejarahwan yaitu Moehammad Said. Pada saat itu, Medan masih berpenduduk
sekitar 300 ribu jiwa. Kala itu Medan masih kurang lebih sebulan ditimbang terima akan Inggris kepada Belanda.
Pada saat sibuk pengerjaan edisi perdana, beliau didatangi seseorang yang berusaha menghalangi agar harian tersebut jangan sampai terbit. Sebab menurut
mereka, janggal sekali jika ada surat kabar republik di daerah Belanda dibiarkan menghantam Belanda yang waktu itu berniat ingin kembali menguasai wilayah
Republik Indonesia. Namun dengan tekad yang keras, H. Moehammad Said menaklukkan
utusan Belanda tersebut, terutama dengan pernyataan yang menyindir, “Apakah Belanda menguasai Medan dengan membawa sistem ke-Nazi-an atau
demokratis?” Dipilihnya nama Waspada untuk harian tersebut berdasarkan situasi pada saat itu yang menuntut setiap orang bersikap waspada karena menjelang
akhir tahun 1946 Belanda masih bernafsu memperluas wilayah kekuasaannya. H. Moehammad Said merasa khawatir akan hal itu dan menganjurkan kepada para
pemimpin Indonesia agar senantiasa waspada dalam berunding dengan Belanda. Selain itu, Said berpendapat yang penting saat itu adalah
mengumandangkan suara republik di luar daerah. Edisi perdana Harian Waspada yang dicetak di percetakan Syarikat Tapanoeli, terbit hanya berukuran setengah
lembar dengan oplah 1000 eksemplar gundul, oplah hanya 300 lembar pada penerbitan yang kedua dan ketiga sampai seterusnya diterbitkan kembali sebanyak
dua halaman penuh. Sejak terbitnya Waspada, harian ini mengalami pasang surut akibat adanya
teror dari Belanda yang merasa berita-berita Waspada menguntungkan Republik Indonesia. Waspada mengalami pembredelan sebanyak lima kali. Harian
Waspada merupakan surat kabar pertama di Sumatera Utara yang mencetak dengaan sistem offset, sehingga saat itu sangat mengejutkan masyarakat, terutama
pengelola surat kabar lain. Dengan cetak offset tersebut, hasilnya lebih bersih dan rapi dibandingkan dengan cetakan sebelumnya menggunakan letter press dan
mesin rotasi. Letters press
adalah huruf-huruf judul berita disusun dengan tangan, isi berita diset dengan timah. Kemudian di-press di atas koran berukuran satu
halaman koran. Koran tersebut disiram dengan timah panas agar huruf-hurufnya timbul. Hasil koran ini selanjutnya dipasang di mesin MAN rotasi untuk mencetak
produk jadi surat kabar. Pada tahun 1970, cetak rotasi mulai ditinggalkan. 1.
Pada 1972 Waspada dicetak dengan mesin offset dan huruf-huruf dengan intertype-iynotype.
2. Setting dengan mesin universal, prosesnya lebih cepat menggunakan
display tanpa monitor.
3. Pada tahun 1983, Alpa Computer dengan display dan tiga bulan
kemudian dengan compugrafi, memiliki monitor dan hasilnya di kertas setting paper
.
4. Desember 1991 mempergunakan computer macintosh di mana
prosesnya semakin cepat.
Harian Waspada dan Waspada Online dulunya memang berada di bawah manajemen redaksi yang sama. Sejak tahun 2008, secara keredaksian kedua media
ini berpisah. Peneliti merasa penting juga untuk meneliti redaksi Waspada Online meski tidak memiliki surat kabar cetak. Karena sedikit banyaknya, Harian
Waspada dan Waspada Online masih satu kepemilikan. Ini juga bisa menjadi perbandingan, apakah media massa yang sepenuhnya online memiliki perbedaan
dalam manajemen keredaksian dan pengelolaan berita, atau sebenarnya masih sama dengan pengelolaan media cetak. Sehingga akan terlihat pola manajemen
pengelolaan media massa online Harian Waspada memiliki situs online yang mereka bentuk setelah
Waspada Online terpisah secara keredaksian, yaitu www.waspadamedan.com. Sedangkan Waspada Online tetap menggunakan situs online mereka yang dahulu
yaitu www.waspada.co. Kedua media ini dipilih karena media tersebut merupakan media lokal
yang memang lahir dengan manajemen berada di Medan. Media tersebut bukan merupakan media lokal yang lahir karena ekspansi media nasional yang ingin
melebarkan sayapnya di daerah-daerah. Media cetak yang terbit oleh ekspansi media nasional yang besar cenderung memiliki kebijakan yang mengikuti
kebijakan induk mereka di pusat.
III.3. Subjek Penelitian
Seluruh pihak yang memahami informasi penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian merupakan subjek penelitian.
Tugas peneliti ialah mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak mungkin dari sudut pandang subjek tanpa mempengaruhi mereka. Di lain pihak, peneliti
juga tidak boleh diarahkan atau terpengaruh pada keinginan pribadi subjek, sebab subjek hanya mengacu pada maksud, tujuan dan masalah penelitian bukan
memberi arahan Moleong, 2001: 99 .
Penelitian ini menggunakan purposive sampling, yakni pemilihan sampel yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian.
Yang mana kriteria terpenting ialah subjek memiliki pengetahuan yang cukup serta mampu menjelaskan keadaan sebenarnya tentang objek penelitian
Kriyantono, 2008: 156. Sampel penelitian pada penelitian kualitatif disebut subjek penelitian Adapun yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini
adalah Pemimpin Redaksi Harian Analisa, Harian Waspada dan Waspada Online.
III.4. Unit Analisis
Unit analisis atau satuan kajian perlu ditetapkan dalam rancangan penelitian. Keputusan tentang penentuan sampel, besarnya dan strategi sampling
pada dasarnya bergantung pada satuan kajian. Setiap satuan kajian memberikan kesempatan bagi pengumpulan data secara tersendiri, fokus yang tersendiri,
tingkatan berbeda sehingga membawa perbedaan pula pada penarikan kesimpulan Moleong, 2007: 225. Menurut Spradly, unit analisis meliputi tiga komponen,
yakni actor individu atau kelompok, place latar tempat berlangsungnya peliputan dan activity kegiatan atau sikap yang dilakukan actor dalam situasi
terkait penelitian. Maka berdasarkan komponen tersebut, unit analisis dalam penelitian ini adalah:
1. Para pemilik meida cetak yang juga memiliki media versi online
actor 2.
Harian Analisa, Harian Waspda dan Waspada Online place 3.
Proses peralihan media cetak menjadi media online Activity
III.5. Kerangka Analisis
Kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran peneliti yang dilandasi dengan konsep-konsep dan teori yang relevan guna memecahkan masalah
penelitian. Peneliti tidak terlalu terfokus pada teori ketika penelitian di lapangan, tetapi fokus pada fakta lapangan yang ditemukan. Namun demikian, peneliti tetap
menggunakan teori sebagai acuan ketika melakukan penelitian.
Peneliti akan dalam melakukan penelitian akan langsung mengumpulkan data dari narasumber terkait dengan masalah yang diteliti. Garis putus-putus yang
menghubungkan peneliti dengan teori menunjukkan bahwa peneliti tidak berfokus pada teori selama proses pengumpulan data. Begitu pula garis putus-putus antara
Teori dengan data, teori tidak menjadi landasan pokok atas data yang dikumpulkan. Meski begitu, cekungan yang berada di bawah teori
menggambarkan bahwa peneliti tetap mengacu kepada teori ketika melakukan penelitian, terutama saat menganalisis temuan data di lapangan akan dianalisis
sesuai dengan teori yang ada.
III.6. Teknik Pengumpulan Data
III.6.1. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai. Bungin,
2008:108. Maksud mengadakan wawancara menurut Lincoln dan Guba 1985 dalam
Moleong 2006: 186 adalah untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan;
merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami
pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain serta memverifikasi, mengubah dan
memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Dengan wawancara mendalam kepada informan, peneliti dapat
mengetahui alasan sebenarnya dari informan mengambil keputusan seperti itu. Peneliti
Data Teori
III.6.2. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah pengumpulan data dari hasil telaah data yang
didapatkan melalui studi kepustakaan baik berupa buku, majalah, dokumen, laporan, catatan dan sumber lainnya. Dengan meneiti pustaka, peneliti akan
mengetahui berbagai hal yang sudah diteliti sehingga terhindar dari pengulangan yang tidak perlu. Selain itu juga dapat mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang
dialami oleh para peneliti terdahulu sehingga akan lebih siap untuk menghadapinya.
III.7. Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan trustworthiness data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria
tertentu. Menurut Moleong, ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan credibility, keteralihan transferability, kebergantungan
dependability, dan kepastian confirmability. Kriteria derajat kepercayaan berfungsi melaksanakan inkuiri sedemikian
rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti dan kenyataan ganda yang sedang diteliti. Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara
konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang
kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang
pengalihan tersebut. Kriteria kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam
penelitian nonkualitatif. Jika ada dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam satu kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka
dikatakan reliabilitasnya tercapai. Kriteria kepastian berasal dari konsep objektivitas menurut nonkualitatif.
Di sini pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada
persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Jika nonkualitatif menekankan pada orang, maka penelitian alamiah
menghendaki agar penekanan bukan pada orangnya, melainkan pada data itu sendiri. Jadi, isinya di sini bukan lagi berkaitan dengan ciri penyidik, melainkan
berkaitan dengan ciri-ciri data. Moleong, 2007: 324-326
III.8. Teknik Analisis Data
Analisis data pada dasarnya dimulai dari penyiapan data yang meliputi data editing, coding, categorizing,
dan pembuatan data file yang diikuti pengujian validitas dan reliabilitas instrumen data. Sinulingga, 2011: 240
Menurut Seiddel Moleong, 2007: 248, analisis data kualitatif memiliki tahapan sebagai berikut:
1. Mencatat hasil temuan di lapangan, diberi kode agar sumber datanya tetap
dapat ditelusuri 2.
Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan perangkat metode analisis data kualitatif menggunakan pendekatan induktif umum Thomas. Maksud umum dari
pendekatan induktif memungkinkan temuan-temuan penelitian muncul dari ‘keadaan umum’, tema-tema dominan dan signifikan yang ada dalam data, tanpa
mengabaikan hal-hal yang muncul oleh struktur metodologisnya. Pendekatan induktif dimaksudkan untuk membantu pemahaman tentang pemaknaan data yang
rumit melalui pengembangan tema-tema yang diikhtisarkan dari data kasar. Koding induktif dimulai dengan pembacaan teliti tentang teks dan
pertimbangan dari makna jamak yang terdapat dalam teks. Peneliti kemudian mengidentifikasikan segmen-segmen teks yang berisi satuan-satuan makna dan
menciptakan label untuk kategori baru ke dalam segmen teks yang diberikan. Tambahan segmen teks ditambahkan pada kategori yang relevan. Pada tahap itu
peneliti dapat mengembangkan deskripsi makna awal dari kategori dan dengan menuliskan catatan tentang kategori misalnya asosiasi, kaitan, dan implikasi.
Hasil dari analisis induktif adalah pengembangan kategori-kategori ke dalam model atau kerangka yang mengikhtisarkan data kasar dan menemukan
tema-tema kunci dan proses-proses. Kategori yang diklasifikasikan adalah inti dari analisis induktif, yang secara potensial mempunyai ciri-ciri utama sebagai
berikut:
Tabel 1. Lima kunci utama dari kategori yang dikode analisis kualitatif menggunakan pendekatan induktif umum Thomas
Komponen Deskripsi
Label Kategori Kata atau frasa singkat yang digunakan untuk menunjuk pada
kategori. Label sering memiliki makna inheren yang barangkali tidak memberikan ciri-ciri khusus pada kategori
Deskripsi kategori Deskripsi dari mkana kategori termasuk ciri-ciri kunci ruang lingkup
dan imitasi Teks atau data yang
berkaitan dengan kategori
Contoh-contoh dari teks yang dikode ke dalam kategori yang menggambarkan makna, asosiasi, dan perspektif berkaitan dengan
kategori Kaitan-kaitan
Setiap kategori barangkali mempunyai kaitan atau hubungan dengan kategori-kategori lainnya. Kaitan biasanya didasarkan pada kebiasaan
umum dalam pemaknaan antara kategori-kategori. Jenis atau model di
makna kategori itu dibatasi
Sistem kategori bisa dilihat sebagai salah satu dari beberapa jenis model, teori atau kerangka kerja. Di dalamnya termasuk; jaringan
terbuka tidak hirarki atau urutan, sikuens waktu atau jaringan kausal. Juga mungkn bahwa kategori bisa digunakan dalam setiap model atau
kerangka.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN