Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

Alfin Titirloloby, 2014 Pembelajaran Sakubun Melalui Teknik Pengelompokan Ide Clustering : Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester Vi Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Manado Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap pembelajar bahasa asing dituntut untuk dapat menguasai dengan baik empat keterampilan berbahasa yang terdiri dari keterampilan menulis, membaca, mendengar dan berbicara. Walaupun keempat keterampilan berbahasa ini dibagi menjadi kompetensi- kompetensi tersendiri, namun keempatnya merupakan satu kesatuan yang pada akhirnya bertujuan agar pembelajarnya mampu menguasai dengan baik penguasaan bahasa asing yang dipelajari sehingga hal tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran bahasa asing, yang menjadi tujuan umum pengajaran tersebut adalah agar pembelajar mampu menggunakan bahasa tesebut di dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan dalam setiap aspek kehidupannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan belajar mengajar tidak hanya dilakukan dengan pemberian materi saja tetapi haruslah diprioritaskan pada latihan-latihan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa bukanlah keterampilan yang mudah diraih. Diperlukan usaha dan proses untuk mencapai tujuan tersebut. Dari keempat keterampilan berbahasa yang ada, keterampilan menulis merupakan tingkat tertinggi dari aspek keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini disebabkan karena keterampilan menulis tidak hanya dapat ditingkatkan dengan aktivitas menulis saja, akan tetapi keterampilan menulis ini juga menuntut adanya aktivitas menyimak, membaca dan berbicara. Karena tidak mungkin Alfin Titirloloby, 2014 Pembelajaran Sakubun Melalui Teknik Pengelompokan Ide Clustering : Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester Vi Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Manado Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu seseorang mampu menulis dengan baik, apabila dia tidak menguasai keterampilan er ahasa lai ya. Nurhadi : e gataka ahwa keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling tinggi tingkatannya. Hal ini dikarenakan proses penulisan itu memerlukan banyak faktor pendukung yang memungkinkan tulisan seseorang dianggap baik dan benar, seperti penguasaan teknik e ulis, tata ahasa da lai se agai ya . Oleh se a itu, ketera pila e ulis haruslah menjadi perhatian yang serius dalam proses belajar mengajar bahasa. Karena dari menulislah, kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa tersebut dapatlah terlihat dengan lebih nyata. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak bertatap muka dengan orang lain. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Melalui tulisan kita dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman kedalam bentuk tulisan yang disusun secara sistematis dan logis, sehingga tulisan tersebut dapat tersampaikan dengan jelas dan dapat dimengerti oleh pembaca. Penyampaian pesan dari seorang penulis kepada pembaca melalui tulisan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bertahap. Seorang penulis harus berhasil dalam melaksanakan rangkaian kegiatan dalam tahap pramenulis, tahap penulisan dan pasca menulis sehingga dapat menghasilkan tulisan yang baik dan berkualitas. Sejala de ga hal di atas, Badudu : e gataka ahwa e ulis merupakan suatu keterampilan yang produktif dan ekspresif, artinya selalu diperlukan dalam berbagai kepentingan, dalam berbagai kehidupan, dan dapat mengungkapkan ide atau gagasan, pikiran dan perasaan kepada orang lain secara tidak langsung atau tidak Alfin Titirloloby, 2014 Pembelajaran Sakubun Melalui Teknik Pengelompokan Ide Clustering : Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester Vi Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Manado Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu ertatap uka de ga lawa i ara . Hal i i erarti ahwa seora g pe ulis ditu tut u tuk memiliki strategi untuk memilih, memilah dan menyusun pesan yang disampaikan dalam tulisan. Pada era informasi dan pesatnya laju perkembangan ilmu dan teknologi seperti sekarang ini, keterampilan menulis akan menggeser pandangan orang mengenai citra kecendekiaan seseorang. Tolak ukur kecendekiaan seseorang akan lebih banyak ditentukan oleh karya tulis yang telah dihasilkannya daripada ucapannya. Hal ini kembali menekankan bahwa keterampilan menulis sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Meskipun keterampilan menulis merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari, namun kenyataan dilapangan dalam hal ini dunia pendidikan menunjukan bahwa produktifitas menulis mahasiswa masih jauh dari apa yang diharapkan. Ada beragam masalah yang dihadapi mahasiswa dalam kegiatan menulis, seperti mahasiswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan mereka. Kurangnya ide seringkali menjadi salah satu alasan yang membuat mahasiswa sulit untuk menuangkan pikiran dan gagasannya dalam bentuk tulisan. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa kurang berminat dalam pembelajaran menulis, sehingga menyebabkan hasil tulisan merekapun sangat jauh dari apa yang diharapkan. Padahal sebagai kelompok intelektual, mahasiswa haruslah mampu menghasilkan tulisan yang baik dalam rangka mewujudkan ide dan gagasan-gagasannya yang dapat dipakai dalam berbagai hal untuk kemajuan dunia pendidikan dan bidang lainnya. Alfin Titirloloby, 2014 Pembelajaran Sakubun Melalui Teknik Pengelompokan Ide Clustering : Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester Vi Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Manado Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu Alwasilah : e yataka ahwa iski ya ide dikare aka kesalaha dala sistem pendidikan selama ini yang lebih berpihak kepada rana kognitif sehingga sedikit mahasiswa yang gemar menulis. Keberpihakan tersebut terlihat dari cara pengajar yang cenderung mengoreksi tulisan pembelajar hanya dari segi gramatik dan menyanjung ketepatan accuracy bukannya kefasihan fluency . Hal i i erarti e ulis se agai salah satu keterampilan berbahasa yang dipelajari dari sekolah maupun perguruan tinggi memerlukan pembelajaran yang menekankan bagaimana menulis itu sendiri, bukan hanya teori-teori tentang menulis. Mengingat pentingnya menulis bagi pembelajar, keterampilan ini perlu mendapat perhatian dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, latihan keterampilan menulis bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui penjelasan saja. Siswa tidak dapat memperoleh keterampilan menulis hanya dengan menunggu, mendengarkan atau mencatat uraian guru. Keterampilan menulis memerlukan latihan dan praktik yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar siswa atau pembelajar harus langsung berlatih menulis. Tanpa adanya proses berlatih tidak mungkin keterampilan atau kemampuan menulis pada diri siswa akan muncul. Dalam proses pendidikan bahasa Jepang di perguruan tinggi, kurangnya produktifitas mahasiswa dalam menulis karanganpun sangat terlihat jelas. Padahal kemampuan menulis dapat menunjukan kemampuan berbahasa Jepang yang baik karena kemampuan menulis ditunjang dengan penguasaan yang sempurna mengenai kosakata, struktur kalimat, cara penulisan, ungkapan, cara penulisan huruf kana dan kanji, selain itu juga untuk memastikan pemahaman secara lisan. Kemampuan menulis memiliki peranan Alfin Titirloloby, 2014 Pembelajaran Sakubun Melalui Teknik Pengelompokan Ide Clustering : Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester Vi Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Manado Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu ya g sa gat esar, Ishida : e yataka ahwa jika seseora g ya g dapat berbahasa asing tetapi tidak bisa menulis dengan bahasa tersebut, maka dia akan sulit ekerja e ggu aka a ahasa terse ut . Bahasa Jepang termasuk bahasa yang memiliki bentuk bahasa yang berbeda dengan bahasa asing lainnya. Bentuk bahasa tersebut dapat diamati dari pelafalan, kosakata, gramatikal, tata bahasa, cara-cara pengungkapan, dan ragam bahasa yang digunakan. Ragam bahasa Jepang sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya seperti, wilayah atau daerah, kelas sosial, perbedaan jenis kelamin, dan usia Sudjianto, 2002 : 83 Jika dilihat dari bentuk bahasa Jepang yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia, tidak menutup kemungkinan para pembelajar bahasa Jepang menemukan kesulitan dalam mempelajari bahasa Jepang. Bahasa Jepang adalah alat untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan secara lisan maupun tulisan. Sutedi 2003: 2 memaparkan bahwa ketika menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada sesorang baik secara lisan maupun tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa yang dimaksud, tiada lain karena ia memahami makna imi yang dituangkan melalui bahasa tersebut. Jadi, fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan densatsu suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun secar tertulis. Keterampilan menulis bahasa Jepang di perguruan tinggi diajarkan lewat mata kuliah sakubun. Mata kuliah menulis atau sakubun ini merupakan salah satu mata kuliah yang dianggap sulit oleh pembelajar maupun pengajar bahasa Jepang. Sutedi 2008:34, Alfin Titirloloby, 2014 Pembelajaran Sakubun Melalui Teknik Pengelompokan Ide Clustering : Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester Vi Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Manado Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu e yataka ahwa ata kuliah sakubun sering dianggap sebagai mata kuliah yang paling sulit bagi pembelajar maupun pengajar. Bagi pembelajar, mata kuliah ini sulit karena harus bisa mengaplikasikan seluruh materi kebahasaan secara tertulis dalam bahasa Jepang. Sedangkan bagi pihak pengajar banyak yang enggan untuk mengajar mata kuliah ini karena dituntut untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk mengoreksi hasil karangan pe elajar . Faktor lain yang berpengaruh yang menyebabkan pembelajar merasa kesulitan dalam menulis bahasa Jepang yakni model pembelajaran yang konvensional. Pembelajaran konvensional yang dilaksanakan secara klasikal yang lebih menekankan pada pengajar sebagai pusat informasi yakni pengajar secara aktif menjelaskan materi pelajaran, memberi contoh-contoh penyelesaian serta menjawab semua permasalahan yang diajukan pembelajar. Sedangkan pembelajar hanya sebagai penerima informasi pasif. Pembelajaran konvensional yang monoton seperti ini akan memberikan efek jenuh, membosankan dan tidak menarik bagi pembelajar terhadap pembelajaran sakubun, juga pada hasil belajar. Trianto 2007 mengatakan secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada model pembelajaran konvensional, siswa belajar lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal- soal kepada siswa. Dalam proses pembelajaran bahasa dengan metode seperti ini pengajar yang lebih banyak menekankan teori dan pengetahuan bahasa daripada mengutamakan Alfin Titirloloby, 2014 Pembelajaran Sakubun Melalui Teknik Pengelompokan Ide Clustering : Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester Vi Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Manado Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu keterampilan berbahasa yang menjadi penyebab kurang berhasilnya pembelajaran menulis. Disamping itu proses belajar mengajar lebih banyak didominasi oleh pengajar, dan kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan serta. Pengajaran dengan sistem konvensional ini tentu saja memiliki kelebihan. Namun, pembelajaran konvensional ini harus tepat digunakan pada mata pelajaran tertentu yang banyak membutuhkan penjelasan satu arah dari pengajar kepada pembelajar. Sistem pembelajaran yang tepat sasaran akan membantu keberhasilan pendidikan menjadi lebih baik. Namun kenyataan di lapangan, menunjukan sistem pengajaran yang sama selalu diterapkan dari tahun ke tahun tanpa adanya suatu pemikiran untuk mengembangkan atau melakukan inovasi untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Sistem pembelajaran yang konvensional seperti inilah yang terkadang membuat keberhasilan pendidikan tidak dapat mencapai sasaran seperti yang diinginkan. Dari beberapa hal di atas , dapat disimpulkan bahwa kesulitan menulis ini bisa disebabkan oleh faktor psikologis dan metodologi. Secara psikologis, siswa kebanyakan beranggapan bahwa menulis merupakan suatu beban karena kurangnya pengetahuan yang benar dalam bahasa Jepang. Sedangkan secara metodologis, pengajar umumnya kurang bervariasi dalam menerapkan suatu model pengajaran. Padahal dengan adanya model atau teknik penggajaran baru yang diterapkan oleh pengajar, diharapkan proses pembelajaran bisa menjadi lebih menarik dan dapat menjadi solusi terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi selama ini. Proses pembelajaran yang bermutu juga akan menjadi salah satu faktor penentu dalam mencapai keberhasilan yang diharapkan. Nasution 1987:13 menyatakan bahwa, Alfin Titirloloby, 2014 Pembelajaran Sakubun Melalui Teknik Pengelompokan Ide Clustering : Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester Vi Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Manado Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu salah satu upaya u tuk e iptakan proses pembelajaran yang bermutu diperlukan adanya pengajar yang berkualitas tinggi atau yang baik. Salah satu ciri pengajar yang baik adalah pengajar yang mengaktifkan siswanya belajar. Siswa diberi kesempatan untuk mengalami, mencoba, dan melaksanakan atau mempraktikan apa yang dipelajarinya untuk e peroleh hasil ya g le ih a tap . Dari uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa harus ada upaya pembenahan yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Pembenahan tersebut harus mencakup konsepsi dalam perencanaan dan aktualisasi konsep secara efektif dan efisien dengan mendayagunakan interelasi yang fungsional antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik belajar mengajar. Salah satu upaya tersebut adalah dengan pemilihan metode atau teknik pengajaran yang tepat. Karena pemilihan metode pengajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa. Sagala 2005:174 menulis bahwa pengajar harus dapat menggunakan model-model dan pendekatan mengajar yang dapat menjamin pembelajaran berhasil sesuai dengan yang direncanakan. Dahlan 1990:19, menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada satupun model mengajar yang paling cocok untuk semua situasi, dan sebaliknya tidak ada satu situasi mengajarpun yang paling cocok dihampiri oleh semua metode mengajar. Hal ini berarti setiap pengajar dituntut untuk bisa menguasai beragam metode atau teknik mengajar. Karena teknik mengajar ini merupakan rencana atau pola yang dapat digunakan untuk menentukan proses pembelajaran, merancang suatu materi pengajaran, dan memandu pengajaran di kelas. Alfin Titirloloby, 2014 Pembelajaran Sakubun Melalui Teknik Pengelompokan Ide Clustering : Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester Vi Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Manado Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu Untuk meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa dalam bahasa asing tahap awal, khususnya bahasa Jepang, kreativitas guru dalam mengelola proses pembelajaran akan menjadi lebih efektif dan efisien dengan tersedianya teknik pengajaran yang efektif dan bervariasi. Dalam pembelajaran bahasa Jepang, teknik pengajaran memegang peranan penting sebagai suatu alat yang dapat menciptakan suasana pengajaran yang tidak membosankan, dapat mendorong minat mahasiswa sehingga pengajaran menjadi lebih efektif. Untuk itu, pengajar tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang teknik pengajaran, tetapi juga memiliki keterampilan dalam memilih dan menggunakan teknik pengajaran tersebut dengan baik. Kenyataan di lapangan dalam pembelajaran bahasa Jepang, pengajar jarang menggunakan teknik pengajaran yang tepat. Hal tersebut disebabkan karena kreatifitas pengajar masih kurang untuk memilih dan menggunakan teknik pengajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran bahasa Jepang yang akan diajarkan, terutama dalam pembelajaran menulis. Diantara sekian banyak metode atau teknik pengajaran yang ada, salah satu alternatif teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Jepang khusunya dalam keterampilan menulis pada mata kuliah sakubun adalah Teknik Pengelompokan Ide clustering. Yang dimaksud dengan Teknik Pengelompokan Ide clustering adalah suatu teknik yang menekankan pada cara memilah pemikiran-pemikiran yang saling berkaitan dan menuangkannya diatas kertas, tanpa mempertimbangkan kebenaran atau nilainya DePorter, 2000:180. Hal ini berarti sebuah pemikiran yang dikelompokan di atas kertas hampir sama seperti proses berpikir yang terjadi dalam otak. Walaupun dalam bentuk yang Alfin Titirloloby, 2014 Pembelajaran Sakubun Melalui Teknik Pengelompokan Ide Clustering : Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester Vi Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Manado Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu disederhanakan, clustering atau pengelompokan ide merupakan suatu cara memilah gagasan atau menata pikiran dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya, yaitu dengan cara melihat dan membuat kaitan antar gagasan, mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dikemukakan, menelusuri jalan pikiran yang ditempuh otak agar mecapai suatu konsep, bekerja secara alamiah dengan gagasan-gagasan tanpa penyuntingan pertimbangan, memvisualkan hal-hal khusus dan mengingatnya kembali dengan mudah, sehingga penulis mengalami desakan kuat untuk menulis. Selain hal tersebut DePorter 2000:184 mengatakan bahwa Teknik Pengelompokan Ide clustering dapat digunakan untuk segala jenis tulisan, dari laporan, esai, proposal hingga puisi dan cerita. Teknik Pengelompokan Ide clustering tentu akan sangat membantu mahasiswa untuk memanfaatkan potensi kedua belah otaknya. Adanya interaksi yang luar biasa antara kedua belahan otak dapat memicu kreativitas yang memberikan kemudahan dalam proses menulis. Terbiasanya mahasiswa menggunakan dan mengembangkan potensi kedua otaknya, akan dicapai peningkatan beberapa aspek, yaitu konsentrasi, kreativitas, dan pemahaman sehingga mahasiswa dapat mengembangkan tulisannya melalui pengelompokan ide clustering ini. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada penggunaan teknik pengelompokan ide clustering pada pengajaran menulis sakubun. Penelitian terdahulu yang menggunakan teknik ini diantaranya adalah Pe ggu aa Tek ik Pe gelo poka clustering dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 7 Bandung tahu ajara oleh Ayu Kur ia, da tesis ya g ditulis oleh Nofiya ti ya g erjudul Pe i gkata Ke a pua Menulis Karangan Narasi Melalui Metode Pengelompokan Ide Clustering Berbasis Media Alfin Titirloloby, 2014 Pembelajaran Sakubun Melalui Teknik Pengelompokan Ide Clustering : Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester Vi Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Manado Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu Gambar Fotografi Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas VII SMP Ganesa Kota Bandung Tahun Pelajaran 20102011. Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dalam pengajaran bahasa Jepang di perguruan tinggi, sehingga dapat menguji keefektifannya dan membuktikannya secara empiris, dengan mengambil judul penelitian PEMBELAJARAN SAKUBUN MELALUI TEKNIK PENGELOMPOKAN IDE CLUSTERING ” Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester VI Tahun 2012-2013 Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Manado.

B. Rumusan Masalah