PEMBELAJARAN SAKUBUN MELALUI TEKNIK PENGELOMPOKAN IDE (CLUSTERING) : Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester Vi Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Manado.
PEMBELAJARAN SAKUBUN MELALUI TEKNIK PENGELOMPOKAN IDE
(CLUSTERING)
(Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester VI Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Manado)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mermperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada program studi Pendidikan Bahasa Jepang
DISUSUN OLEH : ALFIN TITIRLOLOBY
1103145
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
SEKOLAH PASCA SARJANA
(2)
2014
PEMBELAJARAN SAKUBUN MELALUI TEKNIK PENGELOMPOKAN IDE
(CLUSTERING)
(Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester VI Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Manado)
Oleh Alfin Titirloloby S.Pd UNIMA Manado,2007
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana
© Alfin Titirloloby 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING I
Dr. Wawan Danasasmita,M.Ed NIP : 195201281982031002
PEMBIMBING II
Dr. Dedi Sutedi,M.A,M.Ed NIP :196605071996011001
KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Dr. Wawan Danasasmita,M.Ed NIP : 195201281982031002
(4)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Kurasutaringu Tekunikku ni yoru Sakubun Jugyou no Kokoromi” (2012-2013 Nendo Manado Kokuritsu Daigaku no Gengo Geijutsu Gakubu no Nihongo Kyouiku Gakka no Rokugakki no Gakusei no Jikken Kenkyuu),yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia “Pembelajaran Sakubun Melalui Teknik Pengelompokan Ide (Clustering) yang merupakan studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester VI Tahun 2012-2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Manado”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan menulis mahasiswa melalui teknik pengelompokan ide (clustering) dan metode konvensional pada pembelajaran sakubun, adakah perbedaan kemampuan menulis yang signifikan antara kelas yang menggunakan metode konvensional dan kelas yang menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering), juga untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap penerapan teknik pengelompokan ide (clustering) dalam pembelajaran sakubun.
Hasil pengolahan data berdasarkan pengujian statistik dengan uji-t, terlihat bahwa peningkatan kemampuan menulis mahasiswa kelas eksperimen yang menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering) lebih tinggi secara signifikan, jika dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari mean kelas eksperimen saat pelaksaanan pretest yang menunjukan nilai 60, namun setelah pelaksanaan pembelajaran sakubun dengan menggunakan Teknik Pengelompokan Ide (clustering) nilai postesst kelas eksperimen yang menunjukan nilai 75. Hasil angket menunjukkan bahwa responden lebih tertarik dalam mempelajari sakubun dengan teknik pengelompokan ide (clustering).
(5)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
Lembar Pernyataan ... ii
Abstrak ………. iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
BAB I PENDAHULUAN ….………. A. Latar Belakang Penelitian ………. B. Rumusan Masalah ………. 10
C. Tujuan Penelitian ....………. 11
D. Manfaat Penelitian ..………. 11
E. Hipotesis Penelitian ……….………. 12
F. Metode Penelitian ………. G. Definisi Operasional ………. H. Sistematika Pelaporan ..……… 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 18
(6)
1. Pengertian Menulis ……….. 2. Hubungan Keterampilan Menulis dengan Keterampilan Berbahasa
yang Lain ……….……… 21
3. Tujuan Menulis ………... 25
4. Manfaat Menulis ………. 26
5. Fungsi Menulis ...……… 29
6. Langkah-langkah Menulis ………. 33
B. Pembelajaran Menulis ……….. 38
C. Tujuan Pembelajaran Menulis ..……….. 41
D.Pembelajaran Menulis Bahasa Jepang (Sakubun) ..……….. 42
1. Pengertian Sakubun …..……….. 42
2. Kesulitan-kesulitan Dalam Menulis Sakubun …..……….. 45
3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Menulis Sakubun ..….. 48
E. Pembelajaran Sakubun di Universitas Negeri Manado ………. 50
F. Evaluasi dalam Pengajaran Menulis .……….. G. Strategi Pembelajaran ……….. H. Teknik Pengelompokan Ide (Clustering) ... 57
1. Pengertian Clustering ……..……….. 57
2. Manfaat Penggunaan Clustering ……….. 60
3. Keunggulan dan Kelemahan Clustering ……….. 61
4. Langkah-langkah Penggunaan Clustering ……….. 64 I. Hasil Penelitian Terdahulu ………..
(7)
BAB III METODE PENELITIAN ……….. A. Metode …….………..
B. Populasi dan Sampel ……... 75
C. Instrument Penelitian ………
D. Teknik Pengumpulan Data ……..………..
E. Teknik Pengolahan Data .……….. BAB IV PEMBAHASAN …….………..
A. Kegiatan Eksperimen (Perlakuan) ………..…… B. Analisis dan Pengolahan Data Pretes dan Posttes …….……… C. Pembahasan ……….. 116 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ….……… 118
A. Kesimpulan …..……… B. Saran ……..………
DAFTAR PUSTAKA ………
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap pembelajar bahasa asing dituntut untuk dapat menguasai dengan baik empat keterampilan berbahasa yang terdiri dari keterampilan menulis, membaca, mendengar dan berbicara. Walaupun keempat keterampilan berbahasa ini dibagi menjadi kompetensi-kompetensi tersendiri, namun keempatnya merupakan satu kesatuan yang pada akhirnya bertujuan agar pembelajarnya mampu menguasai dengan baik penguasaan bahasa asing yang dipelajari sehingga hal tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembelajaran bahasa asing, yang menjadi tujuan umum pengajaran tersebut adalah agar pembelajar mampu menggunakan bahasa tesebut di dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan dalam setiap aspek kehidupannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan belajar mengajar tidak hanya dilakukan dengan pemberian materi saja tetapi haruslah diprioritaskan pada latihan-latihan keterampilan berbahasa.
Keterampilan berbahasa bukanlah keterampilan yang mudah diraih. Diperlukan usaha dan proses untuk mencapai tujuan tersebut. Dari keempat keterampilan berbahasa yang ada, keterampilan menulis merupakan tingkat tertinggi dari aspek keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini disebabkan karena keterampilan menulis tidak hanya dapat ditingkatkan dengan aktivitas menulis saja, akan tetapi keterampilan menulis ini juga menuntut adanya aktivitas menyimak, membaca dan berbicara. Karena tidak mungkin
(9)
seseorang mampu menulis dengan baik, apabila dia tidak menguasai keterampilan
er ahasa lai ya. Nurhadi : e gataka ahwa keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling tinggi tingkatannya. Hal ini dikarenakan proses penulisan itu memerlukan banyak faktor pendukung yang memungkinkan tulisan seseorang dianggap baik dan benar, seperti penguasaan teknik
e ulis, tata ahasa da lai se agai ya . Oleh se a itu, ketera pila e ulis haruslah
menjadi perhatian yang serius dalam proses belajar mengajar bahasa. Karena dari menulislah, kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa tersebut dapatlah terlihat dengan lebih nyata.
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak bertatap muka dengan orang lain. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Melalui tulisan kita dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman kedalam bentuk tulisan yang disusun secara sistematis dan logis, sehingga tulisan tersebut dapat tersampaikan dengan jelas dan dapat dimengerti oleh pembaca. Penyampaian pesan dari seorang penulis kepada pembaca melalui tulisan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bertahap. Seorang penulis harus berhasil dalam melaksanakan rangkaian kegiatan dalam tahap pramenulis, tahap penulisan dan pasca menulis sehingga dapat menghasilkan tulisan yang baik dan berkualitas.
Sejala de ga hal di atas, Badudu : e gataka ahwa e ulis
merupakan suatu keterampilan yang produktif dan ekspresif, artinya selalu diperlukan dalam berbagai kepentingan, dalam berbagai kehidupan, dan dapat mengungkapkan ide atau gagasan, pikiran dan perasaan kepada orang lain secara tidak langsung atau tidak
(10)
ertatap uka de ga lawa i ara . Hal i i erarti ahwa seora g pe ulis ditu tut u tuk
memiliki strategi untuk memilih, memilah dan menyusun pesan yang disampaikan dalam tulisan.
Pada era informasi dan pesatnya laju perkembangan ilmu dan teknologi seperti sekarang ini, keterampilan menulis akan menggeser pandangan orang mengenai citra kecendekiaan seseorang. Tolak ukur kecendekiaan seseorang akan lebih banyak ditentukan oleh karya tulis yang telah dihasilkannya daripada ucapannya. Hal ini kembali menekankan bahwa keterampilan menulis sangatlah penting dalam kehidupan manusia.
Meskipun keterampilan menulis merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari, namun kenyataan dilapangan dalam hal ini dunia pendidikan menunjukan bahwa produktifitas menulis mahasiswa masih jauh dari apa yang diharapkan. Ada beragam masalah yang dihadapi mahasiswa dalam kegiatan menulis, seperti mahasiswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan mereka. Kurangnya ide seringkali menjadi salah satu alasan yang membuat mahasiswa sulit untuk menuangkan pikiran dan gagasannya dalam bentuk tulisan. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa kurang berminat dalam pembelajaran menulis, sehingga menyebabkan hasil tulisan merekapun sangat jauh dari apa yang diharapkan. Padahal sebagai kelompok intelektual, mahasiswa haruslah mampu menghasilkan tulisan yang baik dalam rangka mewujudkan ide dan gagasan-gagasannya yang dapat dipakai dalam berbagai hal untuk kemajuan dunia pendidikan dan bidang lainnya.
(11)
Alwasilah : e yataka ahwa iski ya ide dikare aka kesalaha dala
sistem pendidikan selama ini yang lebih berpihak kepada rana kognitif sehingga sedikit mahasiswa yang gemar menulis. Keberpihakan tersebut terlihat dari cara pengajar yang cenderung mengoreksi tulisan pembelajar hanya dari segi gramatik dan menyanjung ketepatan (accuracy) bukannya kefasihan (fluency . Hal i i erarti e ulis se agai salah
satu keterampilan berbahasa yang dipelajari dari sekolah maupun perguruan tinggi memerlukan pembelajaran yang menekankan bagaimana menulis itu sendiri, bukan hanya teori-teori tentang menulis. Mengingat pentingnya menulis bagi pembelajar, keterampilan ini perlu mendapat perhatian dalam proses pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar, latihan keterampilan menulis bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui penjelasan saja. Siswa tidak dapat memperoleh keterampilan menulis hanya dengan menunggu, mendengarkan atau mencatat uraian guru. Keterampilan menulis memerlukan latihan dan praktik yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar siswa atau pembelajar harus langsung berlatih menulis. Tanpa adanya proses berlatih tidak mungkin keterampilan atau kemampuan menulis pada diri siswa akan muncul.
Dalam proses pendidikan bahasa Jepang di perguruan tinggi, kurangnya produktifitas mahasiswa dalam menulis karanganpun sangat terlihat jelas. Padahal kemampuan menulis dapat menunjukan kemampuan berbahasa Jepang yang baik karena kemampuan menulis ditunjang dengan penguasaan yang sempurna mengenai kosakata, struktur kalimat, cara penulisan, ungkapan, cara penulisan huruf kana dan kanji, selain itu juga untuk memastikan pemahaman secara lisan. Kemampuan menulis memiliki peranan
(12)
ya g sa gat esar, Ishida : e yataka ahwa jika seseora g ya g dapat
berbahasa asing tetapi tidak bisa menulis dengan bahasa tersebut, maka dia akan sulit
ekerja e ggu aka a ahasa terse ut .
Bahasa Jepang termasuk bahasa yang memiliki bentuk bahasa yang berbeda dengan bahasa asing lainnya. Bentuk bahasa tersebut dapat diamati dari pelafalan, kosakata, gramatikal, tata bahasa, cara-cara pengungkapan, dan ragam bahasa yang digunakan. Ragam bahasa Jepang sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya seperti, wilayah atau daerah, kelas sosial, perbedaan jenis kelamin, dan usia (Sudjianto, 2002 : 83)
Jika dilihat dari bentuk bahasa Jepang yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia, tidak menutup kemungkinan para pembelajar bahasa Jepang menemukan kesulitan dalam mempelajari bahasa Jepang. Bahasa Jepang adalah alat untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan secara lisan maupun tulisan. Sutedi (2003: 2) memaparkan bahwa ketika menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada sesorang baik secara lisan maupun tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa yang dimaksud, tiada lain karena ia memahami makna (imi) yang dituangkan melalui bahasa tersebut. Jadi, fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan (densatsu) suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun secar tertulis.
Keterampilan menulis bahasa Jepang di perguruan tinggi diajarkan lewat mata kuliah sakubun. Mata kuliah menulis atau sakubun ini merupakan salah satu mata kuliah yang dianggap sulit oleh pembelajar maupun pengajar bahasa Jepang. Sutedi (2008:34),
(13)
e yataka ahwa ata kuliah sakubun sering dianggap sebagai mata kuliah yang paling sulit bagi pembelajar maupun pengajar. Bagi pembelajar, mata kuliah ini sulit karena harus bisa mengaplikasikan seluruh materi kebahasaan secara tertulis dalam bahasa Jepang. Sedangkan bagi pihak pengajar banyak yang enggan untuk mengajar mata kuliah ini karena dituntut untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk mengoreksi hasil karangan
pe elajar .
Faktor lain yang berpengaruh yang menyebabkan pembelajar merasa kesulitan dalam menulis bahasa Jepang yakni model pembelajaran yang konvensional. Pembelajaran konvensional yang dilaksanakan secara klasikal yang lebih menekankan pada pengajar sebagai pusat informasi yakni pengajar secara aktif menjelaskan materi pelajaran, memberi contoh-contoh penyelesaian serta menjawab semua permasalahan yang diajukan pembelajar. Sedangkan pembelajar hanya sebagai penerima informasi pasif. Pembelajaran konvensional yang monoton seperti ini akan memberikan efek jenuh, membosankan dan tidak menarik bagi pembelajar terhadap pembelajaran sakubun, juga pada hasil belajar. Trianto (2007) mengatakan secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional.
Pada model pembelajaran konvensional, siswa belajar lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada siswa. Dalam proses pembelajaran bahasa dengan metode seperti ini pengajar yang lebih banyak menekankan teori dan pengetahuan bahasa daripada mengutamakan
(14)
keterampilan berbahasa yang menjadi penyebab kurang berhasilnya pembelajaran menulis. Disamping itu proses belajar mengajar lebih banyak didominasi oleh pengajar, dan kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan serta. Pengajaran dengan sistem konvensional ini tentu saja memiliki kelebihan. Namun, pembelajaran konvensional ini harus tepat digunakan pada mata pelajaran tertentu yang banyak membutuhkan penjelasan satu arah dari pengajar kepada pembelajar. Sistem pembelajaran yang tepat sasaran akan membantu keberhasilan pendidikan menjadi lebih baik. Namun kenyataan di lapangan, menunjukan sistem pengajaran yang sama selalu diterapkan dari tahun ke tahun tanpa adanya suatu pemikiran untuk mengembangkan atau melakukan inovasi untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Sistem pembelajaran yang konvensional seperti inilah yang terkadang membuat keberhasilan pendidikan tidak dapat mencapai sasaran seperti yang diinginkan.
Dari beberapa hal di atas , dapat disimpulkan bahwa kesulitan menulis ini bisa disebabkan oleh faktor psikologis dan metodologi. Secara psikologis, siswa kebanyakan beranggapan bahwa menulis merupakan suatu beban karena kurangnya pengetahuan yang benar dalam bahasa Jepang. Sedangkan secara metodologis, pengajar umumnya kurang bervariasi dalam menerapkan suatu model pengajaran. Padahal dengan adanya model atau teknik penggajaran baru yang diterapkan oleh pengajar, diharapkan proses pembelajaran bisa menjadi lebih menarik dan dapat menjadi solusi terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi selama ini.
Proses pembelajaran yang bermutu juga akan menjadi salah satu faktor penentu dalam mencapai keberhasilan yang diharapkan. Nasution (1987:13) menyatakan bahwa,
(15)
salah satu upaya u tuk e iptakan proses pembelajaran yang bermutu diperlukan adanya pengajar yang berkualitas tinggi atau yang baik. Salah satu ciri pengajar yang baik adalah pengajar yang mengaktifkan siswanya belajar. Siswa diberi kesempatan untuk mengalami, mencoba, dan melaksanakan atau mempraktikan apa yang dipelajarinya untuk
e peroleh hasil ya g le ih a tap .
Dari uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa harus ada upaya pembenahan yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Pembenahan tersebut harus mencakup konsepsi dalam perencanaan dan aktualisasi konsep secara efektif dan efisien dengan mendayagunakan interelasi yang fungsional antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik belajar mengajar.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan pemilihan metode atau teknik pengajaran yang tepat. Karena pemilihan metode pengajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa. Sagala (2005:174) menulis bahwa pengajar harus dapat menggunakan model-model dan pendekatan mengajar yang dapat menjamin pembelajaran berhasil sesuai dengan yang direncanakan.
Dahlan (1990:19), menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada satupun model mengajar yang paling cocok untuk semua situasi, dan sebaliknya tidak ada satu situasi mengajarpun yang paling cocok dihampiri oleh semua metode mengajar. Hal ini berarti setiap pengajar dituntut untuk bisa menguasai beragam metode atau teknik mengajar. Karena teknik mengajar ini merupakan rencana atau pola yang dapat digunakan untuk menentukan proses pembelajaran, merancang suatu materi pengajaran, dan memandu pengajaran di kelas.
(16)
Untuk meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa dalam bahasa asing tahap awal, khususnya bahasa Jepang, kreativitas guru dalam mengelola proses pembelajaran akan menjadi lebih efektif dan efisien dengan tersedianya teknik pengajaran yang efektif dan bervariasi. Dalam pembelajaran bahasa Jepang, teknik pengajaran memegang peranan penting sebagai suatu alat yang dapat menciptakan suasana pengajaran yang tidak membosankan, dapat mendorong minat mahasiswa sehingga pengajaran menjadi lebih efektif. Untuk itu, pengajar tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang teknik pengajaran, tetapi juga memiliki keterampilan dalam memilih dan menggunakan teknik pengajaran tersebut dengan baik. Kenyataan di lapangan dalam pembelajaran bahasa Jepang, pengajar jarang menggunakan teknik pengajaran yang tepat. Hal tersebut disebabkan karena kreatifitas pengajar masih kurang untuk memilih dan menggunakan teknik pengajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran bahasa Jepang yang akan diajarkan, terutama dalam pembelajaran menulis.
Diantara sekian banyak metode atau teknik pengajaran yang ada, salah satu alternatif teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Jepang khusunya dalam keterampilan menulis pada mata kuliah sakubun adalah Teknik Pengelompokan Ide
(clustering).
Yang dimaksud dengan Teknik Pengelompokan Ide (clustering) adalah suatu teknik yang menekankan pada cara memilah pemikiran-pemikiran yang saling berkaitan dan menuangkannya diatas kertas, tanpa mempertimbangkan kebenaran atau nilainya (DePorter, 2000:180). Hal ini berarti sebuah pemikiran yang dikelompokan di atas kertas hampir sama seperti proses berpikir yang terjadi dalam otak. Walaupun dalam bentuk yang
(17)
disederhanakan, clustering atau pengelompokan ide merupakan suatu cara memilah gagasan atau menata pikiran dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya, yaitu dengan cara melihat dan membuat kaitan antar gagasan, mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dikemukakan, menelusuri jalan pikiran yang ditempuh otak agar mecapai suatu konsep, bekerja secara alamiah dengan gagasan-gagasan tanpa penyuntingan pertimbangan, memvisualkan hal-hal khusus dan mengingatnya kembali dengan mudah, sehingga penulis mengalami desakan kuat untuk menulis. Selain hal tersebut DePorter (2000:184) mengatakan bahwa Teknik Pengelompokan Ide (clustering) dapat digunakan untuk segala jenis tulisan, dari laporan, esai, proposal hingga puisi dan cerita.
Teknik Pengelompokan Ide (clustering) tentu akan sangat membantu mahasiswa untuk memanfaatkan potensi kedua belah otaknya. Adanya interaksi yang luar biasa antara kedua belahan otak dapat memicu kreativitas yang memberikan kemudahan dalam proses menulis. Terbiasanya mahasiswa menggunakan dan mengembangkan potensi kedua otaknya, akan dicapai peningkatan beberapa aspek, yaitu konsentrasi, kreativitas, dan pemahaman sehingga mahasiswa dapat mengembangkan tulisannya melalui pengelompokan ide (clustering) ini. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada penggunaan teknik pengelompokan ide (clustering) pada pengajaran menulis sakubun.
Penelitian terdahulu yang menggunakan teknik ini diantaranya adalah
Pe ggu aa Tek ik Pe gelo poka (clustering) dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 7 Bandung tahu ajara / oleh Ayu
Kur ia, da tesis ya g ditulis oleh Nofiya ti ya g erjudul Pe i gkata Ke a pua
(18)
Gambar Fotografi (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas VII SMP Ganesa Kota Bandung Tahun Pelajaran 2010/2011).
Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dalam pengajaran bahasa Jepang di perguruan tinggi, sehingga dapat menguji keefektifannya dan membuktikannya secara empiris, dengan mengambil judul penelitian
PEMBELAJARAN SAKUBUN MELALUI TEKNIK PENGELOMPOKAN IDE (CLUSTERING)” (Studi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Semester VI Tahun 2012-2013 Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Manado).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kemampuan mengarang mahasiswa sebelum dan setelah diterapkan teknik pengelompokan ide (clustering)?
2. Bagaimanakah kemampuan mengarang mahasiswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan teknik konvensional?
3. Adakah perbedaan yang signifikan mengenai kemampuan mengarang mahasiswa yang diterapkan teknik pengelompokan ide (clustering) dan yang secara konvensional?
4. Bagaimanakah tanggapan mahasiswa terhadap pengajaran dengan menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering) dalam mengarang?
(19)
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai lewat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengidentifikasi kemampuan mengarang mahasiswa sebelum dan setelah diterapkan teknik pengelompokan ide (clustering).
2. Untuk mengidentifikasi kemampuan mengarang mahasiswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan teknik konvensional.
3. Untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan mengarang mahasiswa yang diterapkan teknik pengelompokan ide
(clustering) dan yang secara konvensional.
4. Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap pengajaran sakubun
dengan menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering).
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas pengajaran bahasa Jepang, khususnya dalam pengajaran sakubun di Universitas Negeri Manado dan perguruan tinggi lainnya.
Secara Praktis hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbangsih beberapa hal berikut ini.
1. Bagi pengajar, dapat memberi masukan sebagai alternatif bentuk pengajaran dengan menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering) dalam pembelajaran menulis pada mata kuliah sakubun.
(20)
2. Pada mahasiswa, dapat memanfaatkan penggunaan teknik pengelompokan ide
(clustering) dalam meningkatkan hasil menulisnya pada mata kuliah sakubun. 3. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dan pengayaan dalam membuat rancangan pembelajaran bahasa Jepang.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data (Sugiyono, 2007: 96). Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
HK : Penggunaan teknik pengelompokan ide (clustering) dalam pembelajaran menulis dalam mata kuliah sakubun pada mahasiswa semester VI jurusan Bahasa Jepang lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis sakubun dibandingkan dengan pengajaran konvensional.
H0 : Penggunaan teknik pengelompokan ide (clustering) dalam pembelajaran menulis dalam mata kuliah sakubun pada mahasiswa semester VI jurusan
(21)
Bahasa Jepang tidak efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis sakubun
dibandingkan dengan pengajaran konvensional.
F. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Dalam penelitian ini subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yaitu kelompok dengan pembelajaran menggunakan Teknik Pengelompokan Ide (Clustering), sementara kelompok kontrol adalah kelompok dengan pembelajaran menggunakan konvensional.
Pada kedua kelompok tersebut akan diberikan pre-test dan post-test. Pre-test dilakukan untuk mengukur kemampuan sakubun awal mahasiswa . Sementara post-test dilakukan untuk mengetahui hasil dari penerapan Teknik Pengelompokan Ide (Clustering) serta mengetahui perbedaan hasil pada kelompok yang menggunakan
strategi konvensional. Design dari penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 1.1
Design Penelitian Pretest-posttest with Control Group
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 Y O4
Keterangan :
(22)
O2 : post-test (tes akhir) kelas eksperimen
X : Pembelajaran sakubun dengan menggunakan teknik pengelompokan ide
(clustering)
03 : prê-test (tes awal) kelas kontrol 04 : post-test (tes akhir) kelas kontrol
Y : Pembelajaran sakubun dengan menggunakan teknik konvensional
G. Definisi Operasional
1. Pembelajaran
Kata pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti : suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne, 1984). Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi poerubahan kemampuan diri. Dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran dan istilah belajar mengajar. Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar (Ruhimat, 2009). Pada pendidikan formal, pembelajaran merupakn tugas yang diberikan kepada seorang guru, karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu. Dengan adanya perkembangan pendidikan pada saat ini, kegiatan pembelajaran
(23)
bukan lagi sekedar kegiatan mengajar yang mengabaikan kegiatan belajar, yaitu sekedar menyiapkan pengajaran dan dan melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan tetapi kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi dan dilaksanakan dengan pola-pola pembelajaran yang bervariasi.
2. Sakubun
Pembelajaran menulis bahasa Jepang disebut sakubun. Sakubun menurut Kindaichi
: adalah e uat kali at e ge ai suatu hal . Ke ji Matsura : e gataka ahwa saku u adalah pe ulisa kara ga . Kedua
pengertian tersebut juga sejalan jika kita memperhatikan dengan huruf kanji dalam kata tersebut, kata sakubun terdiri dari dua huruf kanji yaitu saku yang berarti
e uat , da bu ya g erarti kali at . Lebih jelas lagi Ogawa (1993:607) memberi pengertian sakubun sebagai berikut :
Sakubu wa (bunsyou ni yoru hyougen) totoraeru. (Rikai) (kiku,yomu) o sentei toshita hyouge de ari, koutou ha asu o fu aetauete o kaku koto a o dearu . Me gara g adalah kegiata e gekspresika kali at ya g dasar pemikirannya diambil dari kegiatan pemahaman menyimak, membaca dan kegiatan ekspresi lai ya ya g diterapka dala kegiata e ulis .
3. Teknik Pengelompokan Ide (Clustering)
Teknik pengelompokan ide (clustering) merupakan salah satu metode atau teknik dalam quantum learning yang dapat memberikan kiat-kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya
(24)
ingat dan membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
Teknik Clustering merupakan strategi sebelum menulis untuk menemukan hal yang akan dikembangkan dalam tulisan. Pengelompokan ide atau gagasan meliputi asosiasi bebas sebagai suatu arti yang berhubungan dengan gambaran-gambaran dan pemikiran-pemikiran. Sebuah kelompok dapat diawali dengan sebuah kata, mengarah pada kata-kata yang lain dan ungkapan-ungkapan pada pemikiran ide-ide yang terkait pada ide orisinil. Seringkali metode ini tersusun dalam sebuah diagram yang bisa menjadi suatu kerangka yang memuaskan bagi seorang penulis untuk menyusun pola suatu tulisan.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini, mulai dari perencanaan sampai ke tahap penyimpulan hasil penelitian tercakup dalam beberapa bab dan sub-bab sebagai berikut.
Bab I mengulas tentang pendahuluan yang teridri dari sub-bab: a. Latar Belakang Penelitian
b. Rumusan Masalah c. Tujuan Penelitian d. Manfaat Penelitian e. Hipotesis Penelitian
(25)
f. Metode Penelitian g. Definisi Operasional h. Sistematika Penulisan
Bab II disajikan sebagai hasil tinjauan pustaka yang dianggap relevan dengan tema penelitian, yang mencakup sub-bab sebagai berikut:
a. Hakikat Menulis
b. Pembelajaran Menulis Bahasa Jepang (sakubun)
c. Evaluasi dalam Pengajaran Menulis d. Teknik Pembelajaran
e. Pengajaran Sakubun di Universitas Negeri Manado f. Teknik Pengelompokan Ide (Clustering)
g. Penelitian Terdahulu
Bab III yang membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yang mencakup sub-bab sebagai berikut:
a. Metode Penelitian b. Populasi dan Sampel c. Instrument Penelitian d. Teknik Pengumpulan Data e. Teknik Pengolahan Data
(26)
f. Prosedur Penelitian g. Teknik Analisis Data
Bab IV berisikan tentang analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian.
(27)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode
Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan
pe elitia adalah waha a u tuk e e uka ke e a a . Dala du ia pe didika ,
penelitian diperlukan sebagai upaya untuk memahami permasalahan yang dihadapi dalam bidang pendidikan, serta hal-hal yang berhubungan dengannya dengan mengumpulkan berbagai bukti yang dilakukan secara sistematis berdasarkan metode ilmiah sehingga
dipe oleh suatu jawa a u tuk e e ahka asalah te se ut Sutedi, :16).
Musfi o : e gataka ahwa etode pe elitia adalah il u ya g
mempelajari prosedur dalam melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun, serta menganalisis da e gu pulka data . Sejala de ga hal te se ut, Hasa
: Metode pe elitia adalah a a atau jala ya g dite puh sehu u ga de ga
penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-la gkah ya g siste atis .
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni
(true experiment) dengan pendekatan kuantitatif (quantitative research). Hal ini dilakukan karena penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh atau hubungan sebab akibat suatu variabel terhadap variable lain. Sugiyo o 7: e yataka ahwa pe elitia kuantitatif pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang
(28)
Design eksperimen yang digunakan adalah pretest posttest with control group design. Arikunto (1998:45) mengatakan bahwa de ga ada ya kelas ko t ol aki at ya g diperoleh dari perlakuan dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan dengan yang
tidak e dapat pe lakua . Pada kelo pok ekspe i e di e ika pe lakua X yaitu
pembelajaran sakubun dengan menggunakan tenik pengelompokan ide (clustering), sedangkan bagi kelompok kontrol pembelajaran sakubun tidak menggunakan teknik pengelompoan ide (clustering). Design penelitiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Design Penelitian Pretest-posttest with Control Group
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 Y O4
Keterangan :
O1 : pretest (tes awal) kelas eksperimen O2 : posttest (tes akhir) kelas eksperimen
X : Pembelajaran sakubun dengan menggunakan teknik pengelompokan ide
(clustering)
03 : pretest (tes awal) kelas kontrol 04 : posttest (tes akhir) kelas kontrol
(29)
Y : Pembelajaran sakubun dengan menggunakan teknik konvensional
B. Populasi dan sampel
a. Populasi
Suharsimin (1998:15) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang UNIMA tahun akademik 2010-2011.
b. Sampel
Untuk memenuhi syarat sebuah penelitian, sampel yang dipergunakan harus mengambil bagian dari jumlah populasi yang dipilih sebagai sumber data. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili untuk dijadikan sumber data (Sutedi,2009:179). Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang UNIMA semester VI pada kelas A yang berjumlah 27 orang. Sampel ini kemudian dibagi ke dalam dua kelas, yaitu kelas kontrol sebanyak 12 orang mahasiswa dan 15 orang kelas eksperimen yang diberikan pengajaran menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering).
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik penyampelan purposive (purposive sampling,, dimana pemilihan sampel dilakukan atas pertimbangan peneliti sendiri, dengan
(30)
maksud atau tujuan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Sutedi, 2009:181). Teknik ini dipilih berdasarkan kesesuain metode yang akan diterapkan dengan tingkat kemampuan mahasiswa tingkat III dalam menulis karangan. Selain itu disesuaikan dengan waktu pengambilan data, juga penyesuaian dengan tujuan pembelajaran pada tingkat III yang memusatkan pada penuangan ide serta gagasan, sehingga tidak memungkinkan untuk memilih pembelajar tingkat I ataupun tingkat II karena pada level tersebut kemampuan mahasiswa masih terbatas pada pembentukan kalimat-kalimat sederhana juga perbendaharaan kosakata yang tidak terlalu banyak.
C. Instrumen Penelitian
I st u e t pe elitia adalah alat ya g digu aka u tuk e gu pulka atau e yediaka e agai data ya g dipe luka dala kegiata pe elitia Sutedi 9: .
Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes berupa angket.
1. Tes
Tes adalah sekumpulan pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,2002:127). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretes
dan posttes. Tes berupa perintah untuk membuat karangan berdasarkan tema yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran sakubun dengan menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering) pada kelas eksperimen, dan tanpa teknik pengelompokan ide (clustering) pada kelas kontrol.
(31)
2. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Ibid ,2006:151).
Berdasarkan tujuan penelitian yasng telah dirumuskan sebelumnya, penelitian ini menggunakan angket sebagai salah satu instrument penelitian, yang dimaksudkan untuk mengetahui respon/tanggapan dan kesan yang dirasakan mahasiswa sebagai sampel penelitian setelah mendapatkan perlakuan khusus (treatment) dalam pembelajaran sakubun dengan menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering). Angket ini diberikan setelah pelaksanaan posttes.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang paling penting dalam sebuah penelitian. Hal ini dikarenakan tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang kemudian diolah sehingga menghasilkan suatu kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini mulai dilakukan pada tanggal 6 Maret 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1. Studi literatur
Studi literatur merupakan suatu teknik pengumpulan data berupa informasi melalui beberapa sumber referensi baik buku maupun hasil penelitian terdahulu yang ada
(32)
hubungannya dengan masalah penelitian yang mendukung proses penelitian ini. Dalam penelitian ini, hal tersebut juga dilakukan peneliti sebagai landasan awal dalam melakukan penlitian. Hal ini dilakukan agar peneliti mempunyai informasi dan kejelasan mengenai teknik pengelompokan ide (clustering) sehingga pada proses pengaplikasiannya tidak mengahalangi peneliti dalam penelitian nanti.
2. Pelaksanaan pengambilan data
Sebagai langkah awal dalam pengambilan data pada penelitian ini, terlebih dahulu peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing I dan pembimbing II mengenai instrument penelitian yang akan dipakai dalam penelitian. Setelah instrument penelitian disetujui maka dimulailah penelitian ini di jurusan bahasa Jepang UNIMA. Langkah selanjutnya peneliti melakukan konsultasi dengan pengampuh mata kuliah sakubun di jurusan bahasa Jepang UNIMA. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang tepat mengenai kondisi kelas yang akan dilaksanakan penelitian ini. Selain hal tersebut, penentuan waktu pelaksanaan penelitianpun dapat dibicarakan agar tidak menghambat proses pembelajaran sakubun yang sesungguhnya di jurusan bahasa Jepang UNIMA. Setelah konsultasi dengan dosen pengampuh mata kuliah sakubun, selanjutnya peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara acak. Mahasiswa yang berada pada satu kelas kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kelas kontrol dan kelompok kelas eksperimen. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang perbedaan hasil menulis sakubun
(33)
mahasiswa pada kedua kelas tersebut, baik yang menggunakan pembelajaran dengan teknik pengelompokan ide (clustering) pada kelas eksperimen dan pembelajaran secara konvensional pada kelas kontrol.
b. Pemberian pre-test
Pre-test digunakan untuk mengatahui kemampuan awal mahasiswa sebelum
pelaksanaan treatment yang dilaksanakan baik pada kelas kontrol maupun pada kelas eksperimen.
c. Proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, peneliti membagi kelas menjadi dua bagian, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan perlakuan sebagai berikut :
a. Melaksanakan pembelajaran sakubun dengan teknik pengelompokan ide
(clustering) pada kelas eksperimen.
b. Melaksanakan pembelajaran sakubun tanpa teknik pengelompokan ide
(clustering) pada kelas kontrol. d. Pemberian post-test
Pemberian post-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa setelah pemberian treatmen. Hasil dari post-test ini kemudian akan dibandingkan dengan hasil sakubun mahasiswa sebelumnya, apakah terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak. Pemberian posttes ini dilakukan pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
(34)
Angket yang diberikan untuk mengatahui respon serta tanggapan mahasiswa mengenai pembelajaran sakubun dnegan menggunakan teknik pengelompokan ide
(clustering). Angket diberikan pada kelas eksperimen sebagai kelompok kelas yang mendapat perlakuan pembelajaran sakubun dengan menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering).
E. Teknik Pengolahan Data
a. Tes
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, Sutedi (2009:23) mengatakan bahwa
pe elitia kua titatif adalah pe elitia ya g data ya e upa a gka-angka yang diolah
de ga e ggu aka statistik . U tuk e golah data da i hasil pretest dan posttes maka penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membuat tabel persiapan untuk mengolah data-data yang akan diambil, yaitu data pre-test dan data post-test yang kemudian data tersebut akan dimasukan ke dalam tabel t-hitung yang telah dipersiapkan.
Tabel 3.2
Tabel persiapan untuk menghitung nilai t-hitung
No. X Y x y X2 Y2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
(35)
∑
M
Keterangan :
1. Kolom (1) diisi dengan nomor urut, sesuai dengan jumlah sampel. 2. Kolom (2) diisi dengan skor yang diperoleh oleh kelas eksperimen. 3. Kolom (3) diisi dengan skor yang diperoleh oleh kelas kontrol. 4. Kolom (4) deviasi dari skor X.
5. Kolom (5) deviasi dari skor Y.
6. Kolom (6) diisi dengan hasil pengkuadratan angaka-angka pada kolom (4). 7. Kolom (7) diisi dengan hasil pengkuadratan angaka-angka pada kolom (5). 8. Isi baris sigma (jumlah) dari setiap kolom tersebut.
9. M (mean) adalah nilai rata-rata dari kolom (2) dan (3).
2. Mencari Mean kedua variabel, dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan :
Mx : mean variable x My : mean variable y ∑x : jumlah variable x ∑y : jumlah variable y N1 : jumlash sampel 1
(36)
N2 : jumlah sampel 2
3. Mencari standar deviasi dari variable X dan Y, dengan rumus berikut :
√ √
Keterangan :
SDx : standar deviasi dari variable X SDy : standar deviasi dari variable Y
4. Mencari standar eror mean kedua variabel, dengan rumus sebagai berikut. SEMx =
√ SEMy = √
Keterangan :
SEMx : standar error mean variable X SEMy : standar error mean variable Y
5. Mencari standar error perbedaan mean X dan Y, dengan rumus sebgai berikut. SEMxy = √
Keterangan :
(37)
(Sutedi, 2009: 231-232)
6. Mencari perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dasar pengambilan keputusan dalam mengolah data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan perbandingan dan : Jika maka Ho diterima
Jika maka Ho ditolak 2. Berdasarkan nilai signifikansi:
Jika nilai signifikansi 0.05 maka nilai tersebut signifikan Jika nilai signifikansi 0.05 maka nilai tersebut tidak signifikan
b. Angket
Data angket dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P : Presentasi frekuensi dari setiap jawaban responden f : Frekuensi dari setiap jawaban responden
(38)
Hasil analisa angket tersebut ditafsirkan dengan kategori yang terdapat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.3
Kategori Tafsiran Angket
Interval Prosentase Penafsiran
0 % Tidak seorangpun
1 % - 25 % Sebagian kecil
26 % - 49 % Hanpir setengahnya
50 % Setengahnya
51 % - 75 % Lebih dari setengahnya
76 % - 99 % Sebagian besar
(39)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data pada penelitian, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebelum pelaksanaan treatment atau diaplikasikannya penggunaan teknik pengelompokan ide (clustering) pada pembelajaran sakubun, kemampuan mahasiswa masih sangat rendah, hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata mahasiswa kelas eksperimen saat pelaksaanan pre-test yang menunjukan nilai rata-rata 60, namun setelah pelaksanaan pembelajaran sakubun dengan menggunakan Teknik Pengelompokan Ide (clustering) terjadi peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata postess kelas eksperimen yang menunjukan nilai 75. Kenaikan nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 15 atau senilai 25% dari rata-rata nilai pre-test.
2. Kemampuan mengarang mahasiswa kelas kontrol yang menggunakan sistem pengajaran secara konvensional tidak menunjukan perubahan yang siginifikan. Hal tersebut dapat dilihar berdasarkan nilai rata-rata mahasiswa kelas kontrol pada
pretest menunjukan nilai 54.16. Setelah melakukan pembelajaran dengan
menggunakan sistem konvensional nilai rata-rata mahasiswa pada kelas kontrol ini hanya menunjukan nilai 60. Kenaikan nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 5.84 atau senilai 10.78% dari nilai pre-test. Hasil tersebut dinilai masih sangat kurang.
(40)
3. Hasil post-test menunjukan perbedaan mean, dimana mean untuk kelas eksperimen adalah 75, sedangkan mean pada kelas kontrol adalah 60. Hasil ini menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan nilai t-hitung kelas eksperimen sebesar 4.45. Dari nilai tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel yaitu 4.45 > 2.06 pada taraf signifikansi 5% maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Pada taraf signifikansi 1% nilai t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel yaitu 4.45< 2.78 maka hipotesis nol (Ho) ditolak.
4. Tanggapan mahasiswa juga terhadap teknik pengelompokan ide (clustering) pada pembelajaran sakubun juga sangat baik, hal tersebut dapt dilihat dari hasil soal angket nomor 7, bahwa 66.6 % mahasiswa setuju bahwa mereka lebih mudah menulis sakubun dengan menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering) dan sebanyak 33.3 % mahasiswa menyatakan setuju bahwa kadang-kadang mereka lebih mudah menulis sakubun dengan menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan bahwa hasil menulis sakubun mahasiswa setelah menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering) mengalami kenaikan hasil yang baik, maka lewat hasil tersebut penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut :
(41)
1. Penerapan Teknik Pengelompokan Ide (Clustering) dalam pembelajaran sakubun, dapat dijadikan alternatif bagi para tenaga pengajar bahasa Jepang khususnya pada mata kuliah sakubun. Penggunaan teknik ini dapat merangsang pembelajar untuk mengeluarkan ide serta gagasan yang mereka pikirkan dalam memulai tulisan mereka. Hal ini dapat membantu mahasiswa untuk terhindar dari proses pembelajaran yang monoton sehingga tidak menimbulkan kejenuhan.
2. Bagi pengajar yang akan mencoba menerapkan teknik ini, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Harus menguasai dengan baik Teknik Pengelompokan Ide (Clustering) ini. b. Mengkondisikan kesiapan pembelajar untuk menerima pengajaran.
c. Memberikan bantuan ketika pembelajar mengalami kesulitan dalam memulai tulisan mereka.
3. Implementasi Teknik Pengelompokan Ide (Clustering). dalam mata kuliah sakubun memerlukan proses secara bertahap sehingga memerlukan waktu yang relatif panjang. Maka dari itu diperlukan latihan penggunaan teknik ini pada mahasiswa secara bertahap dan berkesinambungan.
4. Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu hanya menilai hasil belajar mahasiswa menulis
sakubun sebelum dan sesudah menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering).
Untuk itu diperlukan adanya penelitian-penelitian selanjutnya mengenai penerapan Teknik Pengelompokan Ide (Clustering) dalam pembelajaran bahasa Jepang lainnya, yang diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pembelajaran bahasa Jepang. 5. Dalam penelitian ini juga tidak dihitung secara pasti tingkat korelasi antara
(42)
perubahan strategi belajar dengan peningkatan nilai hasil belajar mahasiswa. Maka dari itu hal tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
(43)
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, M.K, dkk (1988). Evaluasi Dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Alwashilah, A. Chaear dan Senny S. Alwasilah (2007). Pokoknya Menulis : Cara Baru Menulis
dengan Metode Kolaborasi. Bandung : Kiblat Buku Utama
Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Badudu, J.S (1985). Pelajaran Mengarang Dianaktirikan. Jakarta
Dahidi, Ahmad dkk (2004). Jur al Pe didika Bahasa Jepa g Mage . Bandung : ASPBJI. Dahlan,M.D (1990). Model-Model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar).
Bandung : Diponegoro.
Danasasmita, Wawan. (2006). Kesulitan Guru Bahasa Jepang dalam Mengimplementasikan
Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Proceeding yang
diseminarkan dalam Southeast Asia Summit On The Japanese Language Education). Bandung : ASPBJI
DePoter, Bpbbi, dkk (2000). Quantum Teaching (Mempraktekan Quantum Teaching di
Ruang-Ruang Kelas). Bandung : Mzan Media Utama.
Gie, The Liang (1992). Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarta : Liberty.
Harjono,S (1998). Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
(44)
Hidayat,dkk (1990). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Bina Cipta. Joyce and Weil (2000). Model of Teaching. New Jersey : Prentice Hall Kosasih, E (2010). Menjadi Penulis Remaja. Jakarta : Nobel Edumedia. Nasution, S (1987). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung : Jemmars. Nurudin (2010). Dasar-Dasar Penulisan. Malang : UMM Press.
Rusyana, Yus (1984). Bahasa dan Sastra Dalam Gamitan Pendidikan. Bandung : CV Diponegoro. _ _ _ _ _ _ _ _ _ (1986). Buku Materi Pokok Keterampilan Menulis. Jakarta : Karunika.
Sagala,S (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sakuma, Ayumi (1994). Sakubunryoku no Yoseihou, dalam Nihongo to Nihongo Kyouiku 13. Tokyo : Meiji Shoin.
Santrock, W. Jhon (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana. Sudjana (1991). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sukino (2010). Menulis Itu Indah. Yogyakarta : Pustaka Populer.
Suparno dan M. Yunus (2008). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka. Sutedi, Dedi (2008). Teknik Menulis Kolaborasi Sebagai Inovasi dalam Pengajaran Sakubun,
dala Jur al Pe didika Bahasa Jepa g WA . Bandung : ASPBJI Korwil Jabar. _ _ _ _ _ _ _ (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora.
Tarigan, Djago (1998). Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembanggannya. Bandung : Angkasa.
Tompskin, E. Gail (1991). The Art of Language; Content Teaching Strategies. New York : Macmilan Publishing Company.
(45)
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
佐久間 歩美 4 作文力の余生法 東京 明治書院
林 et al 日本語教育ハンドブック 東京 大修館書店
(1)
3. Hasil post-test menunjukan perbedaan mean, dimana mean untuk kelas eksperimen adalah 75, sedangkan mean pada kelas kontrol adalah 60. Hasil ini menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan nilai t-hitung kelas eksperimen sebesar 4.45. Dari nilai tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel yaitu 4.45 > 2.06 pada taraf signifikansi 5% maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Pada taraf signifikansi 1% nilai t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel yaitu 4.45< 2.78 maka hipotesis nol (Ho) ditolak.
4. Tanggapan mahasiswa juga terhadap teknik pengelompokan ide (clustering) pada pembelajaran sakubun juga sangat baik, hal tersebut dapt dilihat dari hasil soal angket nomor 7, bahwa 66.6 % mahasiswa setuju bahwa mereka lebih mudah menulis sakubun dengan menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering) dan sebanyak 33.3 % mahasiswa menyatakan setuju bahwa kadang-kadang mereka lebih mudah menulis sakubun dengan menggunakan teknik pengelompokan ide
(clustering).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan bahwa hasil menulis sakubun mahasiswa setelah menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering) mengalami kenaikan hasil yang baik, maka lewat hasil tersebut penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut :
(2)
1. Penerapan Teknik Pengelompokan Ide (Clustering) dalam pembelajaran sakubun, dapat dijadikan alternatif bagi para tenaga pengajar bahasa Jepang khususnya pada mata kuliah sakubun. Penggunaan teknik ini dapat merangsang pembelajar untuk mengeluarkan ide serta gagasan yang mereka pikirkan dalam memulai tulisan mereka. Hal ini dapat membantu mahasiswa untuk terhindar dari proses pembelajaran yang monoton sehingga tidak menimbulkan kejenuhan.
2. Bagi pengajar yang akan mencoba menerapkan teknik ini, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Harus menguasai dengan baik Teknik Pengelompokan Ide (Clustering) ini. b. Mengkondisikan kesiapan pembelajar untuk menerima pengajaran.
c. Memberikan bantuan ketika pembelajar mengalami kesulitan dalam memulai tulisan mereka.
3. Implementasi Teknik Pengelompokan Ide (Clustering). dalam mata kuliah sakubun
memerlukan proses secara bertahap sehingga memerlukan waktu yang relatif panjang. Maka dari itu diperlukan latihan penggunaan teknik ini pada mahasiswa secara bertahap dan berkesinambungan.
4. Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu hanya menilai hasil belajar mahasiswa menulis
sakubun sebelum dan sesudah menggunakan teknik pengelompokan ide (clustering).
Untuk itu diperlukan adanya penelitian-penelitian selanjutnya mengenai penerapan Teknik Pengelompokan Ide (Clustering) dalam pembelajaran bahasa Jepang lainnya, yang diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pembelajaran bahasa Jepang.
(3)
perubahan strategi belajar dengan peningkatan nilai hasil belajar mahasiswa. Maka dari itu hal tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, M.K, dkk (1988). Evaluasi Dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Alwashilah, A. Chaear dan Senny S. Alwasilah (2007). Pokoknya Menulis : Cara Baru Menulis
dengan Metode Kolaborasi. Bandung : Kiblat Buku Utama
Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Badudu, J.S (1985). Pelajaran Mengarang Dianaktirikan. Jakarta
Dahidi, Ahmad dkk (2004). Jur al Pe didika Bahasa Jepa g Mage . Bandung : ASPBJI. Dahlan,M.D (1990). Model-Model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar).
Bandung : Diponegoro.
Danasasmita, Wawan. (2006). Kesulitan Guru Bahasa Jepang dalam Mengimplementasikan
Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Proceeding yang
diseminarkan dalam Southeast Asia Summit On The Japanese Language Education). Bandung : ASPBJI
DePoter, Bpbbi, dkk (2000). Quantum Teaching (Mempraktekan Quantum Teaching di
Ruang-Ruang Kelas). Bandung : Mzan Media Utama.
Gie, The Liang (1992). Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarta : Liberty.
Harjono,S (1998). Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
(5)
Hidayat,dkk (1990). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Bina Cipta. Joyce and Weil (2000). Model of Teaching. New Jersey : Prentice Hall Kosasih, E (2010). Menjadi Penulis Remaja. Jakarta : Nobel Edumedia. Nasution, S (1987). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung : Jemmars. Nurudin (2010). Dasar-Dasar Penulisan. Malang : UMM Press.
Rusyana, Yus (1984). Bahasa dan Sastra Dalam Gamitan Pendidikan. Bandung : CV Diponegoro. _ _ _ _ _ _ _ _ _ (1986). Buku Materi Pokok Keterampilan Menulis. Jakarta : Karunika.
Sagala,S (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sakuma, Ayumi (1994). Sakubunryoku no Yoseihou, dalam Nihongo to Nihongo Kyouiku 13. Tokyo : Meiji Shoin.
Santrock, W. Jhon (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana. Sudjana (1991). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sukino (2010). Menulis Itu Indah. Yogyakarta : Pustaka Populer.
Suparno dan M. Yunus (2008). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka. Sutedi, Dedi (2008). Teknik Menulis Kolaborasi Sebagai Inovasi dalam Pengajaran Sakubun,
dala Jur al Pe didika Bahasa Jepa g WA . Bandung : ASPBJI Korwil Jabar. _ _ _ _ _ _ _ (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora.
Tarigan, Djago (1998). Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembanggannya. Bandung : Angkasa.
Tompskin, E. Gail (1991). The Art of Language; Content Teaching Strategies. New York : Macmilan Publishing Company.
(6)
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
佐久間 歩美 4 作文力の余生法 東京 明治書院
林 et al 日本語教育ハンドブック 東京 大修館書店