1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan  merupakan  kunci  utama  bagi  kesejahteraan  hidup.  Definisi  sehat menurut  World  Health  Organization  WHO  adalah  suatu  keadaan  sejahtera  yang
meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan WHO,  1992.  Menurut  WHO,  ada  empat  komponen  penting  dalam  definisi  sehat
yaitu:  Pertama,  sehat  jasmani  merupakan  komponen  penting  dalam  arti  sehat seutuhnya,  dimana  seluruh  fungsi  fisiologi  tubuh  berjalan  normal.  Kedua,  sehat
mental yaitu ketika seseorang selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain, dapat mengontrol diri
dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana. Ketiga, kesejahteraan sosial  merupakan  suasana  kehidupan  berupa  perasaan  aman  damai  dan  sejahtera,
cukup  pangan,  sandang  dan  papan.  Keempat,  sehat  spiritual  merupakan  komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat. Untuk  memiliki kondisi tubuh  yang sehat harus  disertai dengan usaha untuk
menjaga kesehatan. Usaha yang dilakukan seseorang untuk menjaga kesehatan dapat dilihat  dari  perilaku  hidup  sehat,  yaitu  perilaku  yang  bertujuan  untuk
mempertahankan  atau  meningkatkan  kesehatan  KaslCobb,  1966.  Perilaku  sehat yang  buruk  memiliki  efek  yang  buruk  terhadap  kesehatan  atau  menimbulkan
penyakit.  Perilaku  tersebut  termasuk  merokok,  konsumsi  alkohol  yang  berlebihan, dan  konsumsi  makanan  berlemak  tinggi.  Sebaliknya  meningkatkan  perilaku  sehat
bermanfaat  untuk  kesehatan  atau  melindungi  individu  dari  penyakit.  Perilaku
2
Universitas Kristen Maranatha
tersebut  termasuk  olahraga,  konsumsi  buah  dan  sayur.  Banyak  kondisi  kesehatan yang  buruk  disebabkan  oleh  perilaku  seperti  minum  alkohol,  penggunaan  narkoba,
merokok, makan berlebihan RennerSchwarzer, 2003. Usaha  mempertahankan  dan  meningkatkan  kesehatan  bukan  hanya  untuk
individu  pada  usia  lanjut  namun  juga  bagi  individu  yang  masih  muda,  seperti mahasiswa.  Mereka  harus  mulai  menjaga  kesehatannya  agar  tidak  berdampak
panjang  saat  usia  lanjut.  Pada  usia  18  tahun  seorang  remaja  mulai  memasuki  dunia mahasiswa Gunarsa  Gunarsa, 2004. Dalam statusnya sebagai mahasiswa dengan
atribut  sebagai  agent  of  change,  generasi  muda  memiliki  peran  penting  dalam pembangunan  bangsa  Wikagoe,  2003.  Seiring  dengan  perkembangannya
mahasiswa  yang  tergolong  sebagai  remaja lanjut  masih  mengalami banyak  masalah dan kesukaran  yang  sering timbul diantaranya berkaitan dengan masalah pergaulan,
konformitas,  masalah  dengan  lawan  jenis  percintaan,  penyesuaian  di  bidang akademik  yang  oleh  remaja  terkadang  dianggap  berlebihan  dan  berat  sehingga
kemungkinan  dapat  mengakibatkan  timbulnya  kegoncangan  bahkan  menimbulkan suatu  hambatan  besar  Gunarsa    Gunarsa,  2004.  Dunia  mahasiswa  yang  padat
dengan  berbagai  aktivitas  baik  dari  dalam  ataupun  dari  luar  kampus  namun  masih tetap  membutuhkan  penyesuaian  diri  dengan  lingkungan  masyarakat.  Selain  itu
adanya  beban  tanggung  jawab  terhadap  diri  sendiri  ataupun  tuntutan  untuk  mampu menghadapi  berbagai  masalah  yang  datang  Putro,  2006.  Segala  perubahan  yang
terjadi  saat  menjadi  mahasiswa,  seperti  perbedaan  beban  akademik,  padatnya aktifitas  dapat  membuat  mahasiswa  kurang  dapat  menjaga  kesehatan  sehingga
muncul masalah pada kesehatan mahasiswa, seperti pola makan yang kurang teratur, tidak berolahraga, merokok dan mulai meminum alkohol.
3
Universitas Kristen Maranatha
Kondisi  tubuh  yang  kurang  baik  dapat  mengganggu  mahasiswa  dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Para peneliti telah menunjukkan secara global bahwa
banyak mahasiswa terlibat dalam berbagai perilaku sehat beresiko meliputi merokok, penggunaan  alkohol  dan  obat-obatan  lainnya,  unprotective  sex,  perilaku  makan,
aktifitas  fisik,  dan  mengontrol  berat  badan  Von,  Ah  D.,  Ebert  S.,  Ngamvitroj,  A., Park,  N.,    Kang,  D.  H,  2004.  Banyak  mahasiswa  yang  telah  mengetahui
pentingnya kesehatan dan akibat dari perilaku sehat yang buruk tetapi kurang mampu mengaplikasikan
pengetahuannya tersebut
untuk meningkatkan
kualitas kehidupannya. Untuk  mendorong para mahasiswa agar dapat  menyadari pentingnya
menjaga  kesehatan  salah  satu  universitas  di  Bandung  yaitu  Universitas “X”
membuat slogan “X Sehat” yang terpampang di area kampus, menyediakan Rumah
Sakit  Gigi  dan  Mulut,  melarang  mahasiswa  untuk  merokok  dan  menyediakan lapangan  untuk  berolahraga.  Dengan  hal  tersebut  universitas  mengharapkan  para
mahasiswa dapat menjaga kesehatan agar dapat menjalankan aktivitas belajar dengan lancar.  Berdasarkan  observasi  yang  dilakukan  peneliti  walaupun  universitas  telah
melakukan  berbagai  upaya  namun  masih  saja  ada  mahasiswa  yang  kurang  dapat menyadari  pentingnya  menjaga  kesehatan,  terlihat  dari  mahasiswa  yang  masih
merokok  di  lingkungan  kampus,  dan  masih  banyak  mahasiswa  yang  belum memanfaatkan  lapangan  olahraga  yang  disediakan.  Beberapa  upaya  yang  dilakukan
universitas  untuk  meningkatkan  kesehatan  mahasiswa  ternyata tidak sejalan  dengan perilaku  yang  ditampilkan  oleh  mahasiswa  dimana  mahasiswa  memiliki  perilaku
hidup yang tidak sehat. Salah  satunya  perilaku  sehat  pada  mahasiswa  dapat  dilihat  dari  pola  makan.
Pola  makan  yang sehat  diasosiasikan  dengan pengaturan  jumlah  dan  jenis  makanan dengan  maksud  tertentu,  seperti  mempertahankan  kesehatan  dan  status  nutrisi
4
Universitas Kristen Maranatha
Sebayang, 2012.  Nutrisi jelas penting untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan.  Pola  makan  yang  sehat  adalah  makanan  dengan  menu  seimbang  dalam
arti  kualitas  dan  kuantitas  cukup  untuk  memenuhi  kebutuhan  tubuh  Notoatmodjo, 2003.  Berdasarkan  survei  awal  pada  sepuluh  mahasiswa.  Dari  perilaku  makan
didapatkan  bahwa  tujuh  mahasiswa  70  kadang-kadang  memakan  makanan  yang sehat, tiga mahasiswa 30 sering memakan makanan yang sehat.
Perilaku  sehat  juga  dapat  dilihat  dari  aktivitas  fisik.  Aktifitas  fisik  yang dilakukan  manusia  bertujuan  untuk  meningkatkan  kualitas  fisik  sumber  daya
manusia, terutama apabila dilakukan secara benar dan teratur. Menurut WHO 2008, aktivitas  fisik  adalah  setiap  gerakan  tubuh  yang  dihasilkan  oleh  otot  rangka  yang
memerlukan  pengeluaran  energi.  Aktivitas  fisik  yang  dapat  dilakukan  bermacam- macam  dari  yang  ringan  sampai  berat.  Berdasarkan  survei  awal  pada  mahasiswa,
untuk  aktivitas  fisik  enam  mahasiswa  60  kadang-kadang  melakukan  aktivitas fisik, dan empat 40 mahasiswa sering melakukan aktivitas fisik.
Perilaku sehat yang lainnya dapat dilihat dari tidak merokok. Merokok bukan merupakan  hal  yang  asing  di  kalangan  mahasiswa,  sering  dijumpai  mahasiswa
merokok  di  sela-sela  kegiatan  di  kampus.  Padahal  dalam  rokok  terdapat  zat  adiktif yang  dapat  membuat  seseorang  kecanduan.  Maka,  jika  mahasiswa  yang  merokok
tidak  segera  berhenti  merokok,  kebiasaan  tersebut  dapat  berlanjut  terus  hingga mereka tua dan mereka harus siap menanggung penyakit-penyakit yang ditimbulkan
oleh rokok. Berdasarkan survei awal pada mahasiswa, untuk perilaku merokok enam mahasiswa  60  tidak  pernah  merokok,  dua  mahasiswa  20  kadang-kadang
merokok, dan dua mahasiswa 20 sering merokok. Perilaku  sehat  selanjutnya  dapat  dilihat  dari  tidak  mengkonsumsi  alkohol.
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menghasilkan beberapa masalah kesehatan
5
Universitas Kristen Maranatha
yang  serius.  Mengkonsumsi  alkohol  adalah  mengkonsumsi  minuman  yang mengandung  cairan  tidak  berwarna  bening,  mudah  menguap  dan  mudah  terbakar,
dapat  menimbulkan  adiksi  yaitu  ketagihan  atau  ketergantungan  Indrawan,  2007. Walaupun  sering  minum  alkohol      sangat      lazim      pada  usia    ini,    mahasiswa
cenderung    lebih  sering    minum    dan    lebih    berat    daripada    mereka      yang    tidak berkuliah  Papalia,  dkk.  2009.  Berdasarkan  survei  awal  pada  mahasiswa,  untuk
perilaku  mengkonsumsi  alkohol  empat  mahasiswa  40  tidak  pernah mengkonsumsi  alkohol,  empat  mahasiswa  40  kadang-kadang  mengkonsumsi
alkohol, dan dua mahasiswa 20 sering mengkonsumsi alkohol. Ketika menjalankan perilaku hidup sehat ada beberapa hal yang menghambat
mahasiswa seperti mahasiswa kurang dapat mengatur waktu, memiliki kegiatan yang padat, rasa malas, dan juga keyakinan mahasiswa untuk dapat melaksanakan perilaku
hidup  sehat  atau  yang  disebut  self-efficacy.  Self-efficacy  yaitu  keyakinan  diri seseorang  bahwa  orang  tersebut  memiliki  kemampuan  untuk  melakukan  suatu
perilaku Bandura, 1999. Orang dengan self-efficacy rendah memiliki aspirasi yang rendah  dan  komitmen  yang  lemah  terhadap    tujuan-tujuan  yang  mereka  tetapkan.
Mereka  juga  cenderung  menghindari  tugas  sulit  yang  dipandang  sebagai  ancaman terhadap  diri  mereka.  Sebaliknya,  mereka  yang  memiliki  self-efficacy  tinggi  akan
menentukan tujuan yang menantang dan berkomitmen terhadap tujuan tersebut. Menurut  Sarafino  dan  Smith  2011  hal  yang  terpenting  yang  harus  dimiliki
oleh individu untuk dapat melaksanakan perilaku sehat adalah self-efficacy. Seorang individu  memerlukan  cukup  self-efficacy  untuk  melaksanakan  perubahan  dalam
hidupnya  tanpa  self-efficacy,  motivasi  mereka  untuk  berubah  akan  terhambat.  Self- efficacy  mengatur  motivasi  dengan  menentukan  tujuan  yang  ditetapkan  untuk  diri
mereka  sendiri,  kekuatan  komitmen  mereka  dan  hasil  yang    diharapkan  dari  usaha
6
Universitas Kristen Maranatha
yang telah mereka lakukan Bandura,1998. Semakin kuat self-efficacy dirasakan dan ditanamkan,  semakin  besar  orang-orang  untuk  mendapatkan  dan  mempertahankan
upaya  yang  diperlukan  untuk  mengadopsi,  mempertahankan  dan  meningkatkan perilalu kesehatan Bandura,1998.
Self-efficacy  merupakan  kesadaran  yang  menentukan  apakah  perubahan perilaku  hidup  sehat  akan  dimulai,  seberapa  banyak  upaya  yang  akan  dikeluarkan,
dan seberapa lama hal tersebut akan dipertahankan dalam menghadapi tantangan dan kegagalan.  Self-efficacy  memengaruhi  upaya  pencetus  untuk  merubah  perilaku
beresiko  dan  ketekunan  untuk  terus  berjuang  meskipun  terdapat  hambatan  yang dapat menurunkan motivasi. Self-efficacy memengaruhi tantangan yang diambil oleh
individu  serta  seberapa  tinggi  mereka  menetapkan  tujuan  mereka  seperti “Saya
bermaksud  untuk  mengurangi  merokok”,  atau  “Saya  bermaksud  untuk  berhenti merokok”. Individu dengan  self-efficacy yang tinggi akan memilih tujuan yang lebih
menantang De Vellis  De Vellis, 2000. Schwarzer mengklaim bahwa self-efficacy merupakan  prediksi  dari  intention  perilaku  dan  perubahan  perilaku  pada  beberapa
macam  perilaku  sehat  seperti  dental  floss,  frequency  of  flossing,  effective  use  of contraception, breast self-examination, drug addicts, intentions to quit smoking and
intentions to adhere to weight loss programmes and exercise. Berdasarkan  survei  awal  pada  sepuluh  mahasiswa  Universitas  Kristen
Maranatha  mengenai  self-efficacy  dalam  menjalankan  perilaku  hidup  sehat.  Untuk self-efficacy  dalam  menjalankan  pola  makan  sehat  didapatkan  bahwa  empat
mahasiswa  40  tidak  yakin  dirinya  mampu  mengatur  diri  untuk  tetap  makan makanan yang sehat, dan enam mahasiswa 60 yakin bahwa mampu mengatur diri
untuk  tetap  makan  makanan  yang  sehat.  Untuk  self-efficacy  dalam  olahraga  enam mahasiswa  60  tidak  yakin  dirinya  mampu  mengatur  untuk  melaksanakan  niat
7
Universitas Kristen Maranatha
olahraganya,  dan  empat  mahasiswa  40  yakin  dirinya  mampu  mengatur  untuk melaksanakan  niat  olahraganya.  Untuk  self-efficacy  untuk  tidak  merokok  empat
mahasiswa  40  tidak  yakin  mampu  mengendalikan  dirinya  untuk  tidak  merokok, dan  enam  mahasiswa  60  yakin  mampu  mengendalikan  dirinya  untuk  tidak
merokok. Untuk self-efficacy mengendalikan diri untuk tidak mengkonsumsi alkohol dua  mahasiswa  20  tidak  yakin  mampu  mengendalikan  dirinya  untuk  tidak
mengkomsumsi alkohol dan delapan mahasiswa 80 yakin mampu mengendalikan dirinya untuk tidak mengkomsumsi alkohol.
Berdasarkan hasil survei  awal  di  atas  didapatkan bahwa  terdapat  mahasiswa yang  memiliki  self-efficacy  tinggi  dan  memiliki  perilaku  hidup  sehat  serta  ada  pula
mahasiswa  yang  memiliki  self-efficacy  tinggi  dan  memiliki  perilaku  hidup  tidak sehat. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan
antara  self-efficacy  dengan  perilaku  hidup  sehat  pada  mahasiswa  Universitas “X”
Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah