HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU M

M I M BAR , Vol. XXVIII, No. 1 (Juni, 2012): 103-112

Hubungan “Self Efficacy” dengan Perilaku
Mencontek Mahasiswa Psikologi
ENDANG PUDJI ASTUTI
Fak u lt as Psik olog i Unisba, Jl. Tam asari No. 1 Ban du ng
em ai l: an u g r ah a j i 7 7 @y a h oo . com

Abst ra ct . Cheat ing behaviour is very com m on in class of 2009 from psychology facult y of Universit y X. Based on init ial st udy, st udent s from class of 2009 are st udent s
w ho hav e t he highest t endency t o cheat . Obser v at ion and in t er v iew w as done t o
t hem and t he result was m any st udent s had low self- efficacy. The aim of t his st udy
was t o det erm ine correlat ion of self- efficacy wit h cheat ing behavior from class of 2009
of Univer sit y X psychological st udent s. 44 st udent s were pick random ly from populat ion ( 173 st udent s) . Self efficacy scale from Bandura was used t o collect t he dat a and
cheat ing behaviour t est was m ade based on Cizek Theorem . Rank Spearm an t echique
was done t o analyze t he correlat ion. Result showed t hat t he correlat ion bet ween self
efficacacy and cheat ing behaviour was significance ( r= - 0.7 8) w hich m ean t he higher
self- efficacy fr om st udent s would decrease cheat ing behavior.
Key w ord: Self- Efficacy, Cheat ing Behavior, Psychological St udent s
Abst ra k . Lat arbelakang dari penelit ian ini adalah t erdapat nya berbagai perilaku t idak
j uj ur t er m asuk perilaku m encont ek yang t er j adi di Fak ult as Psikologi Univ ersit as X.
Dat a m enunj uk k an bahwa m ahasisw a angk at an 2 0 0 9 m er upak an m ahasisw a y ang

m em iliki persent asi t erbesar unt uk perilaku m encont ek dibandingkan dengan angkat an
lain. Ber dasar k an hasil w aw ancara dan observ asi, bany ak m ahasisw a m er asa t idak
y ak in at as k em am puan d ir iny a dan m eng anggap dir iny a t idak ak an m en dapat k an
ni lai y ang bagu s t anp a m en con t ek w alau sud ah belaj ar sebel um n ya. Tuj u an dar i
penelit ian ini adalah unt uk m enget ahui bagaim ana hubungan self efficacy den gan
perilaku m encont ek m ahasiswa Fakult as Psikologi Univesit as X angkat an 2009. Populasi
dar i penelit ian i ni selur u h m ahasisw a fak ult as psik ol ogi angk at an 2 0 0 9 seban y ak
1 7 3 or ang den gan sam p el seban y ak 4 4 or an g. Pengu m p ulan d at a m eng gu nak an
alat ukur sk ala self efficacy dari Bandura dan alat ukur perilak u m encont ek disusun
ber dasar k an t eor i Cizek . Analisis dilak uk an dengan penguj ian r ank spear m an dan
m enunj ukkan korelasi negat if yang yang signifikan sebesar - 0.78. Hal ini m enunj ukkan
sem akin t inggi self efficacy m ahasiswa m aka sem akin rendah perilaku m encont eknya.
Kat a Kunci: self efficacy, perilaku m encont ek, m ahasiswa psikologi

Pendahuluan
Saat ini f enomena ketidakj uj uran t elah
menjadi realitas sosial. Fenomena ketidakjujuran
ini telah berlangsung demikian transparan dan
terjadi di berbagai wilayah kehidupan manusia.
Salah sat u bentuk ketidakjujuran yang sudah

m em b ud ay a di n eg ar a kit a adalah sem akin
meluasnya perilaku korupsi yang semakin sulit
untuk di atasi.
Berdasarkan Oxf ord Advanced Learner’s
Dictionary, Cheating means act dishonestly or unf airly in order t o w in an advantage or profit
( Anonim, 1990: 191). Berdasarkan pengert ian
‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010

diatas perilaku mencontek adalah perilaku yang
tidak jujur atau tidak adil yang bertujuan untuk
m end ap at k an keu n t un g an . Jik a d ilih at dar i
pengertian dan fenomena diatas perilaku korupsi
mungkin diawali perilaku mencontek yang sudah
menjadi kebiasaan dan dekat dengan kehidupan
sehari-hari.
Menurut survey yang dilakukan Andi dalam
Survey Litbang Media Group (2007) mayoritas anak
didik, baik di bangku sekolah maupun perguruan
tinggi melakukan kecurangan akademik dalam
bentuk mencontek. Hal sama terungkap dalam

survei yang dilakukan 19 April 2007 di enam kota
besar di I ndonesia yait u: Makassar, Surabaya,
103

ENDANG PUDJIASTUTI. Hubungan “Self Efficacy” dengan Perilaku Mencontek Mahasiswa Psikologi
Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan. Namun,
permasalahan mencontek ini kurang diperhatikan.
Kasus terbaru di Surabaya mengenai seorang ibu
y a n g j u st r u d ik u cilk a n d ar i lin g k u n g an n y a
dikarenakan melaporkan adanya contek masal di
sekolah anaknya, dan pemaksaan pada anaknya
dari pihak sekolah untuk memberikan contekan
pada teman-temannya (tvOne 10 Juni 2011). Hal
tersebut menunjukkan bahwa perilaku mencontek
yang banyak terjadi di setiap lembaga pendidikan
t u m b u h d en g a n su b u r, t an p a a d a u p a ya
p en y ele saian d ar i m a sin g - m asin g lem b ag a
pendidikan.
Perilaku mencontek dapat dikatakan sebagai
perilaku tidak jujur dan hampir terjadi di setiap

lembaga pendidikan termasuk mahasisw a Fakultas
Psikologi Universitas X. Fakta mengenai tingginya
perilaku mencontek di Fakultas Psikologi dibuktikan
melalui pernyataan beberapa dosen pengaw as
ujian. Sebagian besar dari mereka menyatakan
bahwa hampir disetiap ujian berlangsung mereka
menemukan kasus mencontek. Jika hal tersebut
terjadi, biasanya pengawas hanya menegur atau
mengancam akan ditulis dalam berita acara.
Berdasarkan angket yang disebar keempat
angkatan yang m asih aktif kuliah di Fakultas
tersebut yaitu angkatan 2007, 2008, 2009, 2010
diperoleh hasil m engenai perilaku mencont ek.
Be r d asar k a n h a si l su r v ey a w a l d i k e t a h u i
kecenderungan mahasiswa angkatan 2007 untuk
m elakukan perilaku m encont ek sekit ar 31% ,
angkatan 2008 sebanyak 37% , untuk angkatan
2009 sebanyak 57% , dan sekit ar 54% unt uk
ang k at an 20 1 0 . Berd asar k an d at a t er sebu t
diket ahui bahw a an gkat an 2009 m er upak an

angkatan yang memiliki kecenderungan mencontek
tertinggi diantara angkatan lain.
Menurut w aw ancara dengan mahasisw a
Fakultas Psikologi UNI SBA angkatan 2009 yang
terang-terangan mengakui pernah mencontek,
ditemukan jawaban beragam mengenai perilaku
tersebut. Sebagian besar mahasisw a angkatan
2009 mengatakan mencontek dilakukan terutama
saat ujian mata kuliah prasyarat, atau mata kuliah
praktikum. Mereka takut mendapatkan hasil tidak
memuaskan yang dapat menghambatnya untuk
mengontrak mata kuliah selanjutnya. Mereka juga
takut gagal. Disebutkan dengan mencontek dapat
m encegah t urunnya nilai I PK sehingga dapat
mengontrak 21 SKS di semester berikutnya.
Seb agian b esar d ar i m ah asisw a y an g
bersangkutan mengaku sudah belajar sebelumnya
menghadapi ujian. Bahkan beberapa dari mereka
belajar bersama sebelum ujian dimulai. Namun
mereka tetap mempersiapkan bahan yang dapat

digunakan sebagai contekan jika sew aktu-waktu
diperlukan. Beberapa mahasiswi mengakui, malam
sebelum ujian biasanya belajar sambil merangkum
materi kuliah dengan cara ditulis di kertas kecil,
104

kemudian kertas tersebut dipergunakan sebagai
bahan contekan yang disembunyikan di tempat
t ert en t u m isaln ya t em pat pinsil. Sem en t ara
m ahasisw a mengakui biasanya m enggunakan
diktat kuliah yang sudah disembunyikan, atau
bekerjasama dengan teman lainnya.
Perihal berbeda ditemukan ketika dilakukan
wawancara pada mahasiswa yang mengaku belum
pernah mencontek, mereka mengatakan karena
su d a h b ela j ar m a k a m er asa y a k in m a m p u
m en g er j a k an so al- so al u j ian d en g an b a ik .
Dikatakannya dengan m encontek belum tentu
mendapatkan hasil yang diharapkan, karena untuk
mengerjakan suatu persoalan dalam ujian tidak

cu k u p d e n g a n m eli h at m at er i y a n g su d ah
diajarkan, tetapi memerlukan analisis pribadi yang
hanya dapat diperoleh saat seseorang memahami
materi pelajaran. Berdasarkan pada hal tersebut,
m enurutnya dengan mencont ek m em iliki dua
kemungkinan, yaitu mendapatkan nilai yang baik
atau gagal dalam mata kuliah yang bersangkutan,
sehingga dipilihnya belaj ar dengan sungguhsungguh agar siap dalam menghadapi ujian, serta
menghindari perilaku mencontek.
Perihal tersebut di atas menunjukan bahwa
mencontek atau tidak mencontek dalam uj ian
berkaitan dengan keyakinan mahasisw a terhadap
kemampuan yang dimilikinya dalam menghadapi
ujian. Keyakinan terhadap kemampuan psikologi
yang dimiliki dikenal dengan istilah self efficacy.
Seleksi ujian masuk Fakultas Psikologi Universitas X tersebut terdiri dari beberapa tahap.
Salah satunya melalui pemeriksaan psikologi. Hal
ini untuk menunjukkan bahwa calon mahasiswa
Psikologi Universitas X dianggap cocok dan memiliki
potensi untuk menyelesaikan studi dengan baik.

Berdasarkan hasil pengamatan, Fakultas Psikologi
merupakan salah sat u fakultas yang rata-rata
m ah asisw any a m em ilik i I PK d ibaw ah 2. 7 5 .
Faktanya. I PK 2.75 merupakan bat as m inim al
d it er im an y a seseo r an g u n t u k b ek er j a at au
melanjutkan studi pada program pascasarjana.
Tingk at kelulusan di Fakult as Psikologi j uga
t er m asu k rend ah b ila diband in gk an d en gan
kebanyakan Fakultas lain di Universitas X tersebut.
Hal ini menunjukkan bahw a rendahnya I PK dan
t ingkat
k e lu lu sa n
bukan
dikarenakan
ketidakmampuan atau tidak sesuainya potensi
yang dimiliki oleh mahasisw a.
Fenom ena m enunjukan bahw a t erdapat
m ah asisw a Fak u lt as Psiko lo gi Un iv er sit as X
angkatan 2009 yang memiliki kecenderungan self
efficacy rendah. Hal ini terlihat saat mahasiswa

dihadapkan pada tuntutan- tuntutan akademik.
Berdasarkan pengamatan, ketika mahasisw a diberi
tugas kelompok, disaat mengerjakan tugas hanya
beberapa mahasisw a yang terlibat aktif dalam
d isku si, sisany a diam m end en gark an , asyik
mengobrol atau bermain handphone. Saat ditanya
ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499

M I M BAR , Vol. XXVIII, No. 1 (Juni, 2012): 103-112
mengapa demikian, dikatakanya tidak mengerti
materi kuliahnya dan merasa tidak akan banyak
membantu jika ikut berdiskusi. Saat ditanya upaya
m ereka unt uk m eningkat kan pem aham annya
terhadap mat eri kuliah yang sulit, dijaw abnya
dengan cara bertanya pada teman yang diangaap
le b i h p i n t ar. Fe n o m e n a l ai n m e n u n j u k an
kecenderungan self ef ficacy yang rendah dari
pernyataan mahasisw a Fakultas Psikologi bahwa
k u liah d i Fak u lt as Psik o log i it u b erat , b isa
mendapatkan dan mempertahankan I PK di atas 3.0

adalah suatu perjuangan yang sulit. Bahkan ada
yang mengatakan bahwa memiliki I PK di atas 3.0
adalah suatu hal yang hanya dapat diraih oleh orang-orang beruntung. Ada juga yang meyebutkan
bahw a lulus tepat w aktu merupakan hal yang
jarang terjadi sehingga bukan menjadi prioritas.
Berdasarkan pada hal-hal tersebut di atas,
kemungkinan perilaku mencontek yang banyak
t er j ad i p ad a m ah asisw a Fak u lt as Psik o lo g i
angkatan 2009 berhubungan dengan kurangnya
keyakinan akan kemampuan yang dimiliki atau self
efficacy dalam mengahadapi berbagai tuntutan
akademik. Perilaku mencontek ketika ujian karena
merasa tidak siap dan tidak yakin dapat mencapai
nilai yang memuaskan.
Mengacu pada hal-hal t ersebut di atas,
penelit i t er t ar ik u nt u k m elak ukan p enelit ian
mengenai perilaku mencontek pada mahasisw a
Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009.
Peneliti juga tertarik untuk mengetahui bagaimana
hubungan antara perilaku mencontek dengan selfefficacy mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

X angkatan 2009.

Self-Efficacy
Albert Bandura dalam buku Self efficacy The
Exercise of Cont rol ( 1997: 3) , m endef inisikan
konsep self efficacy sebagai keyakinan tentang
kemampuan yang dimiliki untuk mengatur dan
melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan
dalam m encapai keingin annya. Self ef f icacy
merupakan keyakinan atau kepercayaan individu
terhadap kemampuannya dalam melaksanakan
Ujian Tengah Semester atau Ujian Akhir Semester dan menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi,
seh in g g a m am p u m en gat asi rin t an g an d an
mencapai tujuan yang diharapkannya dengan
mendapatkan nilai yang memuaskan.
Penghayatan yang kuat mengenai self efficacy mendorong prestasi akan kesej aht eraan
pribadi dalam banyak cara. Seseorang yang
memiliki self efficacy tinggi akan mempersepsi
b a h w a m e r e k a m am p u m en g i n t eg r a si k a n
kemampuannya untuk melewati, menyelesaikan
UTS atau UAS sehingga mencapai suatu hasil yang
baik, sesuai dengan harapannya. Sebaliknya,
seseorang dengan self eff icacy rendah akan
‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010

mempersepsi bahwa kemampuannya belum tentu
dapat membuat mereka berhasil lulus ujian atau
menyelesaikan usahanya untuk mendapatkan hasil
sesuai harapannya mereka. Hal yang penting di
sini bukanlah jumlah dari kemampuan yang dimiliki
t et api
k em am p u an
unt uk
d ap at
mengintegrasikannya. Self efficacy tidak berfokus
pada jumlah kemampuan yang dimilikinya tetapi
p ad a k ey ak in an t en t an g ap a y an g m am p u
dilakukan dengan apa yang dimiliki pada berbagai
var iasi sit u asi. Ter d ap at p er b e d aan an t ara
memiliki kem ampuan dengan m enjadi m ampu
mengint egrasikan kemam puan tersebut unt uk
sesuatu yang t epat dan m elakukannya dalam
situasi yang sulit.
Self efficacy menjadi faktor kunci dalam
sistem keseluruhan dari kompetensi individu. Maka,
ind ivid u yan g b er b ed a d eng an kem am p uan
bervariasi atau individu yang sam a berada di
baw ah kondisi bervariasi dapat tampil minimum,
se su ai st a n d ar d , a t a u b a h k an m ak si m u n ,
tergantung dari fluktuasi dalam self efficacy yang
dimilikinya. Self efficacy merupakan kontributor
penting untuk mencapai suatu prestasi, apapun
kem ampuan yang mendasarinya. Self ef ficacy
sang at m enen t u kan usah a seseor an g u nt uk
mencoba mengatasi situasi yang sulit. Selain itu
self ef ficacy akan m enent ukan jenis perilaku,
seberapa keras usaha yang dilakukan unt uk
mengatasi persoalan atau menyelesaikan tugas
dan berapa lama ia akan berhadapan dengan
hambatan-hambatan yang tidak diinginkan.
Te r d ap at
b eb er ap a
f akt or
y an g
mempengaruhi self eff icacy ialah: (1) Faktor
Orientasi Kendali Diri. Bila seseorang mencapai
su at u or ien t asi p en g en d alian in t er nal ak an
mengarahkan dan m engem bangkan cara- cara
yang sukses dalam mencapai tujuan, self efficacy
menunjuk pada perasaan dalam diri seseorang
bahw a ia y akin akan kem am pu an ny a u nt uk
mengatasi suatu permasalahan dalam hal ini ketika
ia sedang ujian. Hal ini juga berhubungan dengan
pengembangan self efficacy individu, maka dapat
dikatakan bahwa orientasi kendali diri yang bersifat
internal juga diperlukan untuk mengembangkan self
efficacy yang positif. (2) Faktor Situasional Self
efficacy bergantung pada faktor-faktor kontekstual
dan situasional. Beberapa situasi membutuhkan
keterampilan yang lebih dan membaw a resiko
yang lebih tinggi pada situasi lain, sehingga self
efficacy bervariasi. (3) Status atau peran individu
dalam lingkungannya mempengaruhi self efficacy.
Seseorang yang memiliki status lebih tinggi dalam
lin g k u n g an n y a at au k elo m p o k n y a sem a k in
m em punyai deraj at kont rol lebih besar pula.
Sehingga memiliki tingkat self efficacy lebih tinggi
daripada bawahannya. (4) Faktor I nsentif Eksternal
atau Reward yang diterima individu dari orang lain
mempengaruhi self efficacy. Semakin besar insentif
105

ENDANG PUDJIASTUTI. Hubungan “Self Efficacy” dengan Perilaku Mencontek Mahasiswa Psikologi
atau rew ard yang diperoleh seseorang dalam
penyelesaian tugas, maka akan semakin tinggi
derajat self efficacy nya. Salah satu faktor yang
dapat meningkatkan self efficacy adalah competence contingent incentive, yaitu insentif atau rew ar d y an g d ib er ik an o leh o r an g lain y an g
m eref leksikan keberhasilan seseorang dalam
menguasai atau melaksanakan tugas tertentu.
Bandura (1997:122) menyatakan bahwa self
efficacy berakibat pada suatu tindakan manusia
m elalui proses kognit if, proses m ot ivasional,
proses afektif, dan selektif. Berikut adalah prosesproses self efficacy : Pertama, Proses Kognitif. Self
ef f icacy m em p en g aru h i p o la p ik ir in d ivid u ,
kemudian dapat mengakibatkan meningkat atau
menurunnya performance seseorang. Efek dan
akibat dari kognitif ini dapat muncul dalam berbagai
variasi. Bagi individu yang memiliki self efficacy
tinggi akan mengingatkan dirinya tentang masa
depan dalam kehidupannya. Mayoritas tindakan
individu yang mengacu pada tujuan diregulasi
melalui pemikiran yang tertuju pada perwujudan
t uj uan. Sem akin tinggi self ef ficacy individu,
semakin tinggi pula penetapan tujuan yang ingin
diraih dan sem akin k uat p ula k om it m enn ya
t erhadap t uj uan t ersebut. Mayoritas tindakan
individu diaw ali oleh pikiran. Konstruksi kognisi
merupakan petunjuk untuk bertindak dalam usaha
pengembangan keterampilan. Sistem kognisi yang
dimiliki memungkinkan individu untuk mempersepsi
rangsang yang ada di dalam diri maupun di luar
diri. Semakin tinggi self efficacy yang dipersepsi,
semakin tinggi goal yang menantang ditentukan
untuk dirinya dan semakin kuat komitmen yang
dim iliki t erhadap goal tersebut . Mereka yang
memiliki self efficacy tinggi akan membayangkan
suasana keberhasilan yang menyertainya dalam
setiap usaha pencapaian tujuannya. Sebaliknya
mereka yang memiliki Self efficacy rendah akan
membayangkan terj adinya suasana kegagalan
yang menyertainya dalam usaha mencapai tujuan.
Kedua, Proses Motivasional; Self efficacy
m em egang peranan pent ing dalam m ot ivasi.
Kebanyakan motivasi yang ada dalam diri individu
terbentuk secara kognitif. Seseorang mengarahkan
perilakunya pada suatu tujuan tertentu karena
t elah m em ikirkan hal t ersebut . Terdapat t iga
bentuk motivator kognitif, yaitu; causal attribution,
out com e expect an cies, dan co gnizied goals.
Menurut causal at t ribut ion, m ahasisw a yang
memiliki self efficacy tinggi cenderung mengartikan
k e g ag a lan se b ag a i k u r a n g n y a u sah a y a n g
dilakukan. Sedangkan individu dengan self efficacy
r e n d a h cen d er u n g m en g ar t ik a n k eg a g al an
disebabkan oleh kemampuannya kurang. Causal
attribution ini dapat mempengaruhi motivasi, performance yang dicapai, dan reaksi-reaksi afektif
terutama belief dari self efficacy. Self efficacy dapat
menent ukan goal yang t elah dit ent ukan oleh
106

individu untuk diri sendiri; berapa banyak usaha
yang telah dilakukan, berapa lama mereka dengan
g ig ih b er t ah an m eng h adap i k esulit an ser t a
ket abah an dalam m eng at asi keg ag alan d an
hambatan. Seseorang dengan self efficacy tinggi
akan berusaha untuk tetap mengarahkan serta
mempert ahankan perilakunya dalam m encapai
tujuan dengan menghadapi setiap rintangan dan
hambatan agar berhasil mencapai tujuannya.
Ketiga; Proses Afektif; Keyakinan seseorang
akan kemampuannya akan mempengaruhi berapa
banyak stres dan depresi yang akan dialaminya.
Hal itu mempengaruhi tingkatan dari self efficacy
mereka. Self efficacy seseorang berhubungan
dengan pengendalian stressor yang berat, mampu
atau tidaknya seseorang mengendalikan stressor
agar dirinya tidak mengalami gangguan-gangguan
emosional. Seseorang yang memiliki self efficacy
tinggi berarti mampu m engendalikan stressor
sehingga dirinya tidak perlu mengalami goncangan
emosional yang terlampau berat. Sedangkan orang dengan self efficacy yang rendah cenderung
sulit untuk mengendalikan stressor sehingga dapat
m e n g al am i g o n can g a n em o sio n a l d e n g an
frekuensi dan intensitas yang cukup tinggi.
Ke em p a t ; Pr o se s Sel ek si. Ke y ak in an
seseo r a n g t e n t an g p er so n a l ef f ica cy y an g
dimilikinya dapat mempengaruhi tipe dari aktivitas
dan lingkungan yang dipilihnya setelah melalui
proses pert imbangan dan seleksi. Seseorang
cenderung untuk lebih memilih aktivitas dan situasi
di mana mereka yakin bahwa peluangnya untuk
sukses dan berhasil pada aktivitas serta situasi
tersebut besar. Seseorang dengan self efficacy
tinggi memiliki rentang dan cakupan lebih luas
daripada mereka yang memiliki self efficacy rendah
dalam berbagai bidang baik karier, pendidikan, dan
pekerjaan. Kemungkinan mereka untuk berhasil
juga lebih besar dibandingkan dengan kelompok
yang memiliki self efficacy rendah.
Secara garis besar, self efficacy terbagi atas
dua bentuk yaitu self efficacy yang tinggi dan self
efficacy yang rendah. Dalam mengerjakan suatu
tugas, individu yang memiliki self efficacy tinggi
ak an cen d er un g m em ilih t er libat lan gsu n g ,
sementara individu yang memiliki self efficacy
rendah cenderung menghindari tugas tersebut.
I n d iv id u y an g m em ilik i self ef f icacy t in g g i
m eng an ggap kegag alan sebagai ak ib at d ar i
kurangnya usaha yang keras, pengetahuan, dan
k e t e r a m p il an . I n d iv id u y an g r a g u a k a n
kem am p uann ya ( self ef f icacy rend ah ) akan
menjauhi tugas-tugas yang sulit karena tugas
tersebut dipandang sebagai ancaman baginya.
I ndividu seperti ini memiliki aspirasi yang rendah
sert a komitmen yang rendah dalam mencapai
tujuan yang mereka pilih atau mereka tetapkan.
Konsep di atas berkaitan dengan kemam puan
se se o r an g d a la m m e n g h a d a p i t ek an an .
ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499

M I M BAR , Vol. XXVIII, No. 1 (Juni, 2012): 103-112
Selanj ut nya dikat akan bahw a j ika seseorang
dihadapkan pada situasi yang secara potensial
m enekan, maka keyakinan self eff icacy yang
dimilikinya akan mempengaruhi reaksinya terhadap
situasi tersebut. Baik reaksi emosional maupun
usaha untuk mengatasi situasi tersebut, tergantung
pada sejauhmana tingkatan self efficacy yang
mereka yakini dapat mengatasi situasi tersebut.
Orang cenderung menghindar dari situasi yang
tidak dapat mereka tanggulangi.
Self efficacy menurut Kreitner dan Kinicki
(2007: 53) akan mempengaruhi proses motivasi
seseorang, yaitu setelah orang itu tahu dan yakin
akan kemam puannya, mereka merasa mampu
untuk melaksanakan tugasnya, maka motivasinya
juga akan lebih kuat dalam menyelesaikan tugas
tersebut.. Motivasi yang dimiliki akan menjadi tinggi
juga, karena sudah tahu apa kemampuannya dan
h a si l ap a y an g d i h ar ap k a n . Sel f ef f icacy
m em b erikan sebuah kekuat an bag i m ot ivasi
kehidupan individu serta Personal Accomplishment
sebagai individu yang tidak lagi memiliki perasaan
tidak yakin dan tidak mampu, merasa diri lemah
dan tak berdaya. Keyakinan self efficacy dapat
m em p eng aru h i t ing k at m o t iv asi seseo r ang .
Kesimpulannya, bahw a self ef ficacy berperan
sebagai determinan atau faktor penentu yang
penting dari motivasi dan tindakan manusia.

Perilaku Mencontek
Menurut Kamus Besar Bahasa I ndonesia
(1990:854) kata contek berasal dari kata sontek
yang artinya mengutip sebagaimana aslinya atau
bisa dikatakan sebagai menjiplak hasil karya orang lain. Menyontek merupakan tindak kecurangan
dalam tes melalui pemanfaatan informasi yang
berasal dari luar secara tidak sah.
Ba n y ak f ak t o r y a n g m em p e n g ar u h i
seseorang untuk melakukan perilaku mencontek,
baik internal atau faktor yang berasal dari dalam
diri maupun eksternal atau faktor yang berasal dari
lingkungan. Berdasarkan buku Psychology of Academ ic Cheat in g f ak t or personal yan g d ap at
mempengaruhi perilaku curang digolongkan dalam
empat kategori yaitu: (1) Demografi (usia, jenis
kelamin, perbedaan kebudayaan), (2) Kepribadian
( d o r o n g a n m en ca r i se n sasi, sel f co n t r o l ,
perkembangan moral dan sikap, locus of control),
( 3 ) Mo t i v a si ( t u j u an d an a la sa n d a la m
p e m b e laj ar a n ) d an ( 4 ) Ak a d em ik m el ip u t i
kemampuan, subjek area, institusi dan organisasi
(Anderman dan Murdock, 2007: 10). Keempat
kategori tersebut dapat berpengaruh terhadap
kecenderungan perilaku mencontek yang dilakukan
oleh pelajar. Selain faktor personal, ada yang
dinamakan faktor situasional yang mempengaruhi
perilaku mencontek pada pelajar. Ketegangan atau
kecem asan yan g dialam i indiv idu p ada saat
‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010

m eng hadapi t es at au uj ian. Sem ak in t in gg i
kecemasan pada individu maka semakin banyak
pula tindak kecurangan yang dilakukannya karena
bila terlalu cemas saat ujian, materi yang sudah
dipelajari sebelumnya akan hilang saat menghadapi
uj ian sehingga t idak dapat m enj aw ab uj ian,
akhirnya bertanya pada teman atau membuka
ca t a t a n n ya . Ma la s u n t u k b e la j a r, d al am
m e n g h a d a p i u j i an i n d iv id u m e n g h a r a p k an
memperoleh nilai yang baik, tetapi untuk mencapai
tujuan tersebut individu tidak mengimbangi dengan
belajar yang serius. Berada dalam kondisi yang
terjepit pada umumnya individu akan menyontek.
Selain itu adanya pengakuan atau persetujuan
t e r h ad ap t in d a k a n m e n y o n t e k . T in g g in y a
k e ce n d er u n g a n m e n y o n t e k at au p er il ak u
m elan g gar at u r an in i t id ak lepas p ula dar i
pengaruh adanya pengakuan atau persetujuan
terhadap tindakan menyontek tersebut dan pada
umumnya tindakan menyontek dilakukan dengan
persetujuan teman sebaya atau teman sekelas.
(Kusdiyati, Halimah, Rianaw ati 2010:132).

Kerangka Berpikir
Self ef f icacy d ap at d iar t ik an seb ag ai
keyakinan atau kepercayaan individu terhadap
kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan
dan menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapinya,
sehingga m am pu m engat asi rint angan sert a
mencapai tujuan yang diharapkannya. Keyakinan
terhadap kemampuan ini dapat dibentuk melalui
b anyak f ak t o r, d ian t aran ya m elalu i su m b er
informasi, locus of control, kondisi situasional, dan
insent if ekst ernal at au rew ard. Hal t ersebut
membuat keyakinan terhadap kemampuan diri
atau self efficacy akan berbeda pada tiap individu,
tergantung pada faktor apa yang paling dominan
dalam membentuk self efficacy dirinya tersebut.
Perbedaan tingkat self efficacy yang terlihat
pada mahasiswa Psikologi Universitas X sebagai
berikut. Terdapat mahasiswa yang merasa mampu
d al am m en g at asi set i ap t u n t u t an - t u n t u t an
akadem ik, nam un banyak j uga yang m erasa
kurang mampu dalam mengatasi berbagai macam
rint angan dalam m encapai t uj uan akadem ik.
Kondisi situasional Fakultas yang dipersepsikan
berat seperti materi yang sulit, padatnya jadwal
pr akt ikum sert a su lit n ya m eningkat kan nilai
d i p e r k ir ak an m e m p en g a r u h i sel f ef f icacy
m ahasisw a yang bersangkut an. Hal t ersebut
diperparah dengan banyaknya inf orm asi dari
angkatan-angkatan sebelumnya yang beredar di
Fakultas mengenai kesulitan menghadapi tuntutan
akademik di Fakultas Psikologi. Kondisi tersebut di
atas yang diperkirakan dapat membuat keyakinan
mahasisw a dalam mengatasi berbagai tuntutan
akademik menjadi rendah.
Mahasisw a yang memiliki self efficacy tinggi
107

ENDANG PUDJIASTUTI. Hubungan “Self Efficacy” dengan Perilaku Mencontek Mahasiswa Psikologi
akan merasa yakin pada kompetensi dirinya, yang
t erlihat dari kem am puannnya unt uk berpikir,
memahami, belajar, memilih, membuat keputusan
se r t a d a p a t m e n e r i m a k el eb ih an m au p u n
kekurangannya. Mahasiswa yang memiliki self eff icacy tinggi akan mendorong individu unt uk
mengatasi berbagai tantangan hidup, sehingga
mereka tidak akan mudah tergoyahkan dalam
menyelesaikan tujuan. Mahasiswa yang memiliki
self efficacy tinggi berarti mampu menghadapi
kesulitan, serta akan memiliki kekuatan untuk
mengekpresikan diri karena tidak perlu takut akan
pemikirannya. Dengan demikian, seseorang yang
memiliki self efficacy tinggi tidak akan melakukan
jalan pintas untuk mendapatkan apa yang menjadi
t u j u an n y a. H al t er se b u t t e r seb u t j u g a
mem pengaruhi m ahasisw a yang bersangkutan
dalam mempersepsikan ujian. Mahasisw a yang
memiliki self efficacy tinggi merasa yakin akan
kompetensi yang dimilikinya, sehingga saat ujian
b e r l an g su n g , m er ek a ak an m en g a n d al k a n
kompetensinya tersebut untuk mengerjakan soalsoal ujian. Selain itu mereka yang memiliki self
efficacy tinggi akan mempersiapkan diri sebaikbaiknya sebelum menghadapi ujian, hal tersebut
dikar enakan m erek a selalu t erd oro ng unt uk
mengatasi tantangan salah satunya adalah ujian.
Dengan adanya persiapan yang m atang dan
meyakini kemampuan yang dimilikinya, maka
m ahasisw a tersebut akan m erasa t idak perlu
m e n co n t e k u n t u k m e m p er o l eh n il ai y an g
diinginkan.
Hal tersebut berbeda dengan mahasisw a
yang m em iliki self ef f icacy r en dah. Mer ek a
merasakan ketakutan (fear) dalam dirinya. Tujuan
utama dari rasa takut (fear) adalah melarikan diri
dari masalah kehidupan. Rasa takut ini akan
m e m b an g k it k a n k e ce m a sa n p a d a d ir in y a .
Mahasiswa yang diliputi oleh rasa takut ini tidak
yakin dan tidak percaya diri mengenai pemikirannya
sehingga ia akan mencari tugas yang biasa dan
tidak menuntut. I a pun menjadi cepat menyerah,
kurang terinspirasi dan tergantung pada orang lain.
I a memiliki pemikiran dangkal, menghindar karena
ket idak yakinan ny a m en gen ai pem ikiran d an
p e r a sa an y a a t a u m e r a sa cem as seh in g g a
m e n a m p i lk a n r esp o n m en g h i n d a r. De n g an
demikian, maka mahasiswa yang memiliki self efficacy rendah akan cepat menyerah, cemas dan
cenderung menghindari sesuatu yang dianggap
mengancam, termasuk saat menghadapi ujian.
Mereka yang memiliki self efficacy rendah akan
merasa kesulitan dalam menghadapi ujian, dan
merasa tidak percaya pada kemampuannya untuk
menyelesaikan soal-soal ujian, sehingga mereka
merasa tidak bisa menggunakan usaha sendiri
untuk mengatasi kesulitannya. Hal tersebut yang
membuatnya membaw a alat-alat tertentu atau
memanfaatkan orang lain untuk membantunya
108

dalam menyelesaikan soal-soal ujian, meskipun
cara- cara t ersebut t idak dib enark an. Gej ala
tersebut di atas tampak pada mahasiswa Fakultas
Psikologi angkatan 2009 yang mengakui secara
t er an g- t eran gan ser in g m elaku k an p er ilak u
mencontek. Mereka cenderung cepat menyerah
saat dihadapkan pada kesulitan atau kegagalan,
tidak fokus pada tujuan yang ingin diraihnya dan
t idak m eyakini kem am puan dirinya. Berbeda
dengan mahasisw a yang mengaku tidak pernah
mencontek, mereka cenderung melakukan usaha
dengan maksimal dalam mempersiapkan ujian,
m er ek a leb ih m em p er cay ai k o m p et en sin y a
dibandingkan menggantungkan nasibnya pada
bahan con t ekan yan g belum t en t u hasiln ya
memuaskan. Keyakinan terhadap kemampuannya
j uga m em buat m ahasisw a merasa lebih siap
dalam menghadapi ujian, tidak seperti mahasiswa
yang tidak meyakini kem am puannya, m ereka
merasa tanpa mencontek hasil ujian tidak akan
m em uaskan. Berdasarkan hal- hal yang t elah
diuraikan, maka dapat terlihat tinggi rendahnya
se lf
e f f icacy
k em u n g k in an
m en d a sa r i
kecenderu ngan berper ilaku m enco nt ek p ada
m ah asisw a Fak u lt as Psiko lo gi Un iv er sit as X
angkatan 2009.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah: “Terdapat hubungan negatif antara self
ef f icacy d en g an p e r il ak u m en co n t ek p a d a
mahasisw a Fakultas Psikologi Angkatan 2009 di
Universitas X. Hal tersebut berarti semakin rendah
self efficacy mahasisw a maka sem akin t inggi
perilaku mencontek mahasiswa tersebut. “
E. Hasil dan Pembahasan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sejauhmana derajat hubungan antara Self Efficacy
dengan Perilaku Mencont ek pada Mahasisw a
Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009.
Besarnya hubungan tersebut dinyatakan dalam
bentuk koefisien korelasi (Arikunto.S, 2009:326).
Per hit u ngan st at ist ik yang dig unakan dalam
p en g o lah an d at a ad alah Uj i Ko r elasi Ran k
Sp earm an ( rs) , yan g ak an d igun akan unt uk
mengukur beberapa hubungan antara lain:
(1) Self Ef f icacy dengan Perilaku Mencont ek
dengan hasil korelasi yang signifikan sebesar
-0.78.
(2) Self Efficacy aspek pemilihan tindakan (choice
of act ivities) dengan Perilaku Mencontek
dengan hasil korelasi yang signifikan sebesar
-0.77
(3) Self Efficacy aspek besaran usaha (level of
effort) dengan Perilaku Mencontek dengan
hasil korelasi yang signifikan sebesar -0.79.
(4) Self Efficacy aspek mencapai tujuan (persistence) dengan Perilaku Mencontek dengan
hasil korelasi yang signifikan sebesar -0.71.
Pembahasan mengacu pada hasil analisis
st at ist ik dan kon sep yan g digun akan dalam
ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499

M I M BAR , Vol. XXVIII, No. 1 (Juni, 2012): 103-112
penelitian ini. Sebagaimana telah dikemukakan,
p en el it ian in i b er t u j u an u n t u k m en g et ah u i
bagaimana hubungan antara self efficacy dengan
perilaku mencontek pada mahasisw a Fakult as
Psik o l o g i Un iv er si t a s X an g k at an 2 0 0 9 .
Berdasarkan pengolahan data melalui analisis
statistik diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan
negat if ant ara self ef f icacy dengan perilaku
m e n co n t e k . D at a m e n u n j u k an b ah w a a d a
hubungan negatif yang tinggi antara variabel self
ef ficacy dengan variabel perilaku m encont ek.
(Arikunto, S 2009: 275). Hal tersebut menunjukan
b ahw a sem ak in t ing g i t in g k at self ef f icacy
mahasiswa maka akan semakin rendah perilaku
mencontek mahasiswa tersebut, demikian juga
sebaliknya, semakin rendah tingkat self efficacy
yang dimiliki mahasiswa, maka akan semakin tinggi
perilaku mencontek yang dilakukan mahasisw a
tersebut.
Selain berdasarkan hasil uji korelasi Rank
Spearman (rs), keeratan hubungan antara self
ef f icacy d en g an p e r il ak u m en co n t ek p a d a
m ah asisw a Fak u lt as Psiko lo gi Un iv er sit as X
ang kat an 2009 ini j ug a didu kung o leh hasil
perhit ungan t abulasi silang uj i m edian yang
menunjukan bahw a sebagian besar mahasisw a
Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009 yang
m em ilik i t ingk at self ef f icacy y an g r en dah
cenderung melakukan perilaku mencontek yang
tinggi. Hal tersebut ditunjukan melalui persentase
terbesar diantara keseluruhan yaitu sebesar 40.9%
at au sebanyak 18 orang dari 44 responden.
Berdasarkan hasil perhitungan tabulasi silang juga
diperoleh data mengenai mahasiswa yang memiliki
t ing kat self ef f icacy t ing gi d en g an p er ilak u
mencontek yang rendah, hal tersebut ditunjukan
dengan persentase sebesar 31% atau sebanyak
14 orang dari 44 orang mahasisw a. Kemudian ada
7 orang yang memiliki tingkat self efficacy tinggi
disertai dengan perilaku mencontek yang tinggi
juga yaitu sekitar 15.9 % . Sisanya yaitu 5 orang
atau sekitar 11.4% dari 44 mahasisw a memiliki
tingkat self efficacy yang rendah dengan perilaku
mencontek yang rendah juga.
Jika m elihat hasil penelit ian m engenai
perilaku mencont ek, t am pak bahw a sebagian
besar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas X
angkatan 2009 memiliki tingkat perilaku mencontek
yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji
median pada variabel perilaku mencontek yang
menunjukan bahwa sebanyak 25 orang atau 56.8%
dari total keseluruhan responden memiliki tingkat
perilaku mencontek yang tinggi, kemudian sisanya
seb an y ak 1 4 o rang at au 43 .2 % dari t o t al
keseluruhan responden memiliki tingkat perilaku
mencontek yang rendah.
Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi
di lapangan yaitu berdasarkan pernyataan para
pengawas dan fenomena yang terobservasi seperti
‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010

banyak mahasiswa yang membuat catatan-catatan
kecil atau bahkan memperbanyak bahan materi
dengan cara dibuat lebih kecil (ukuran saku), ada
juga yang menggunakan peralatan elektronik yang
dimilikinya untuk menyembunyikan materi kuliah
(misalnya handphone) atau bekerjasama dengan
teman di sebelah, saat pengawas ujian lengah.
Tingginya perilaku mencontek yang ditunjukkan
o l eh m ah asisw a t er seb u t , se b a g i an b esar
disebabkan keinginan untuk mendapatkan nilai
yang baik. Dalam dunia pendidikan, mendapatkan
nilai yang tinggi merupakan suatu tujuan yang ingin
d icap ai o leh set iap p eser t a d idik t er m asu k
m ah asisw a Fak u lt as Psiko lo gi Un iv er sit as X
angkatan 2009.
Bandura (1997: 43), mengatakan bahw a
self efficacy memberikan peranan pada bagaimana
cara seseorang merasakan, berfikir, memotivasi
dirinya dan bertingkah laku baik secara langsung
m a u p u n m em p en g ar u h i t u j u an y an g in g in
dicapainya. Dengan demikian self efficacy dapat
memberikan peranan pada keyakinan mahasiswa
dalam meraih tujuan untuk mendapatkan nilai yang
tinggi tersebut. Bagi mahasisw a yang memiliki
keyakinan diri atau self efficacy tinggi, ia akan
merasa yakin akan kompetensi dirinya, dengan
demikian seseorang yang memiliki self efficacy
t in g g i t id ak m elak u k an j alan p in t as u n t u k
m end ap at kan ap a yang m enj ad i t u j u an ny a,
termasuk tujuannya untuk mendapatkan nilai yang
t ing gi. Jika m elih at h asil y an g m enu nj uk an
tingginya perilaku mencontek yang dilakukan oleh
m ah asisw a Fak u lt as Psiko lo gi Un iv er sit as X
angkatan 2009, m aka hal tersebut berkaitan
dengan rendahnya tingkat self efficacy yang dimiliki
oleh mahasiswa yang bersangkutan. Rendahnya
self efficacy mahasiswa terbukti pada penelitian
ini, hasil menunjukan bahwa sekitar 52.3 % dari
keseluruhan sampel memiliki self efficacy rendah.
Hal t erseb ut j u ga sesuai den gan f eno m ena
kurangnya keyakinan mahasisw a saat menghadapi
tuntutan-tuntutan akademik .
Be r d asar k an d at a d id ap at k an b ah w a
rendahnya keyakinan diri mahasiswa dikarenakan
sebagian besar mahasiswa memiliki besaran usaha
yang rendah at au seb any ak 55 % dar i t ot al
responden, artinya bahw a mahasisw a Fakultas
Psik o l o g i Un iv er si t a s X k u r a n g m am p u
m en g em b alik an k ey ak in an saat m en galam i
kegagalan, kurang m em iliki keyakinan unt uk
mampu mempertinggi usaha saat menghadapi
kesulitan atau kegagalan, dan kurang berusaha
untuk mencegah kegagalan dengan meningkatkan
pengetahuan. Hal tersebut sejalan dengan salah
satu ciri orang yang memiliki self efficacy yang
rendah menurut Bandura (1997:39), yaitu apabila
mengalami kesulitan, mereka mencari sejumlah
t u j u an , m en g u r an g i u sah a m er ek a, m u d ah
menyerah dan seringkali menganggap kegagalan
109

ENDANG PUDJIASTUTI. Hubungan “Self Efficacy” dengan Perilaku Mencontek Mahasiswa Psikologi
m ereka sebagai akibat dari ket idakmam puan
mereka.
Rendahnya tingkat self efficacy mahasiswa
aspek besaran usaha (level of effort) juga didukung
dengan hasil uji korelasi Rank Spearman (rs)
antara self efficacy aspek besaran usaha (level
of ef f o rt ) deng an perilak u m en co nt ek yang
menunj ukkan angka korelasi paling tinggi bila
dibandingkan dengan 2 aspek lainnya yaitu sebesar
rs = - 0.79, data tersebut menunjukan bahwa self
efficacy aspek besaran usaha (level of effort)
m em berikan peranan terbesar pada perilaku
mencontek yang dilakukan mahasisw a Fakultas
Psik olo gi Univ er sit as X an gk at an 20 0 9 b ila
dibandingkan dengan kedua aspek yang lain atau
berhu bu ngan seb esar 6 2% dengan p er ilaku
mencontek.
Hal-hal tersebut diatas didukung fenomena
y an g t er j ad i di lap an gan yait u, m ah asisw a
mengatakan bahwa melakukan perilaku mencontek
karena merasa pernah gagal saat tidak mencontek
dan berusaha menghindari kegagalan yang sama
dengan melakukan perilaku mencontek saat ujian.
Hal tersebut mengindikasikan bahw a mahasiswa
kurang mampu mengembalikan keyakinan saat
m engalam i kegagalan. Ada m ahasisw a yang
m e n g at ak an b ah w a m er asa t i d a k m a m p u
mendapatkan hasil yang baik jika tidak dibantu
dengan perilaku tidak jujur tersebut, kemudian ada
juga yang mengatakan sering lupa sehingga jika
hanya mengandalkan ingatannya takut salah dalam
menjaw ab soal. Hal tersebut mengindikasikan
kekurangyakinkan dapat mempertinggi usaha saat
mengalami kesulitan, dan kurang berusaha untuk
m enceg ah kegagalan d en gan m en ing kat k an
pengetahuan. Semua hal tersebut menunjukan
besaran usaha mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009 rendah.
Aspek pemilihan tindakan (choice of activities) berkorelasi sebesar rs = -0.77. Hal tersebut
menunjukkan self efficacy aspek pemilihan tindakan
(choice of activities) memberikan peranan sebesar
59% pada perilaku mencontek yang dilakukan
m ah asisw a. Sem en t ar a self ef f icacy asp ek
mencapai tujuan (persistence) berkorelasi sebesar
rs = -0.71 atau memberikan peranan sebesar 50%
p a d a p er il ak u m e n co n t e k y a n g d il ak u k an
mahasiswa yang bersangkutan.
Berdasarkan dat a t am pak bahw a tidak
semua mahasiswa yang memiliki tingkat self efficacy y an g ren d ah d iser t ai den g an p er ilak u
mencontek yang tinggi, masih ada mahasisw a
yang memiliki tingkat self efficacy rendah yang
memiliki tingkat perilaku mencontek yang juga
rendah, selain it u ada j uga m ahasisw a yang
memiliki tingkat perilaku mencontek yang tinggi
tetapi memiliki tingkat self efficacy yang tinggi
juga. Hal tersebut berarti bahwa variabel self efficacy bukan satu-satunya faktor yang berhubungan
110

dengan perilaku mencontek yang dilakukan oleh
mahasiswa. Hal ini juga sesuai dengan perhitungan
statistik mengenai kekuatan korelasi antara self
efficacy dengan perilaku mencontek diperoleh
bahw a self efficacy memberikan peranan sebesar
60.8% bagi perilaku mencontek yang dilakukan
oleh mahasisw a, sisanya berhubungan dengan
faktor-faktor lain di luar self efficacy. Faktor-faktor
lain yang berhubungan dengan perilaku mencontek
diluar variabel self ef f icacy dapat dij elaskan
seb ag ai b er ik u t , Mu rd o ck , An d er m an , d k k ,
(2007:53 ) dalam buku Psychology of Academic
Cheating mengatakan banyak faktor mempengaruhi
seseorang untuk melakukan perilaku mencontek,
baik faktor internal (faktor yang berasal dari dalam
d i r i ) , e k st e r n al ( f a k t o r y an g b e r a sa l d a r i
lingkungan) dan juga faktor situasional.
Meskipun ada faktor lain diluar variabel self
ef f icacy yang b erhu bung an d engan perilaku
mencontek, tetapi self efficacy tetap merupakan
f a k t o r b er ar t i d al am m en g u r a n g i p e r i la k u
ketidakjujuran mahasisw a saat ujian. Hal tersebut
terbukti dengan hasil uji hipotesis yang menunjukan
hipotesis penelitian yang diajukan tetap teruji yaitu
ada hubungan yang negatif antara self efficacy
dengan perilaku m encont ek pada m ahasisw a
Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009.

Simpulan dan Saran
Be r d asar k a n h a si l p e n g o l ah an d at a,
pem b ahasan sert a penguj ian hip ot esis y ang
dilakukan dari penelitian ini dapat disimpulkan.
Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara
self ef ficacy dengan perilaku mencontek pada
m ah asisw a Fak u lt as Psiko lo gi Un iv er sit as X
angkat an 2009. Hal ini m enunj ukkan bahw a
m ah asisw a Fak u lt as Psiko lo gi Un iv er sit as X
angkatan 2009 yang memiliki tingkat self efficacy
rendah cenderung melakukan perilaku mencontek
yang tinggi. Begitu juga sebaliknya mahasisw a
Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009 yang
memiliki tingkat self ef ficacy tinggi cenderung
melakukan perilaku mencontek yang rendah.
Asp ek b esar an u saha ( level of ef f or t )
merupakan aspek dalam self efficacy terbesar yang
b erp er anan pad a per ilak u m en co nt ek yan g
dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universit as X angkat an 2009 diikut i oleh aspek
pemilihan tindakan (choice of activities) dan aspek
mencapai tujuan (persistence).
Variabel self efficacy m erupakan f aktor
t erbesar yang berhubungan dengan perilaku
mencontek, sisanya berhubungan dengan faktorfaktor lain.
Untuk meningkatkan variabel self efficacy
m a h a si sw a h a r u s m a m p u m e n g em b a li k a n
keyakinan saat mengalami kegagalan, mampu
mempertinggi usaha saat menghadapi kesulitan
ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499

M I M BAR , Vol. XXVIII, No. 1 (Juni, 2012): 103-112
atau kegagalan, sehingga perilaku mencontek
dapat diminimalkan. Hal itu dapat dilakukan dengan
melibatkan pihak Fakultas untuk menyampaikan
sanksi yang berat dalam tata tertib pelaksanaan
ujian.

Daftar Pustaka
Anonim. (1990). Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Oxford
Anonim. (1990). Kamus Besar Bahasa I ndonesia,
Balai Pustaka
Alhadza, A. (2004). Masalah Menyontek (Cheatin g ) d i Du n ia Pen d i d i k a n . ( h t t p : / /
www .depdiknas.go.id) diunduh pada 17 Juni
2011
Anderman, Erick. Murdock, Tamera. (2007). Psychology of Academic Cheating (e-book), Academic Press
Ar ik u n t o , Su h a r sim i. ( 2 0 0 9 ) . Ma n a j e m e n

‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010

Penelitian, Rineka Cipta.
Bandura, Albert. (1997). Self Efficacy the Exercise
of Control, W. H. Freeman And Company.
Kreitner dan Kinicki (2007). Organizational Behavior 7th Edition, Mc-Graw Hill
Kusdiyat i, Su lisw or o, Lilim Halim ah & Rizk i
Rian aw at i. ( 2 0 1 0 ) . Hu b u n g a n Pe r sep si
mengenai Peran Kelom pok Tem an Sebaya
dengan “Misdemeanors” di SMKN 8 Bandung.
MI MBAR, Vol. XXVI , No. 2 (Desember 2010):
123-134 ‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/ DI KTI /
Kep/ 2010.
Heru Mugianto (2012), Tak Mencontek, Jujur dari
Diri Sendiri, (http: / / nasional.kompas.com/
read/ 2012/ 01/ 09/ 09131858/
Tak.Mencontek.Jujur.dari.Diri.Sendiri) diunduh
20 Desember 2012.
Suparno (2011), Nyontek, Konsep Diri yang Lemah,
(ht tp: / / cetak.joglosem ar.co/ berita/ nyont ekkonsep-diri-yang-lemah-35342.html) diunduh
20 Desember 2012

111

ENDANG PUDJIASTUTI. Hubungan “Self Efficacy” dengan Perilaku Mencontek Mahasiswa Psikologi

112

ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499