Identifikasi Masalah Kerangka Pikir

7 Universitas Kristen Maranatha olahraganya, dan empat mahasiswa 40 yakin dirinya mampu mengatur untuk melaksanakan niat olahraganya. Untuk self-efficacy untuk tidak merokok empat mahasiswa 40 tidak yakin mampu mengendalikan dirinya untuk tidak merokok, dan enam mahasiswa 60 yakin mampu mengendalikan dirinya untuk tidak merokok. Untuk self-efficacy mengendalikan diri untuk tidak mengkonsumsi alkohol dua mahasiswa 20 tidak yakin mampu mengendalikan dirinya untuk tidak mengkomsumsi alkohol dan delapan mahasiswa 80 yakin mampu mengendalikan dirinya untuk tidak mengkomsumsi alkohol. Berdasarkan hasil survei awal di atas didapatkan bahwa terdapat mahasiswa yang memiliki self-efficacy tinggi dan memiliki perilaku hidup sehat serta ada pula mahasiswa yang memiliki self-efficacy tinggi dan memiliki perilaku hidup tidak sehat. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara self-efficacy dengan perilaku hidup sehat pada mahasiswa Universitas “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini yang ingin diteliti adalah bagaimana hubungan antara self- efficacy dengan perilaku hidup sehat pada mahasiswa Universitas “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh data dan gambaran mengenai self-efficacy dengan perilaku hidup sehat pada mahasiswa Universitas “X” Bandung. 8 Universitas Kristen Maranatha

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui derajat hubungan antara self-efficacy dengan perilaku hidup sehat pada mahasiswa Universitas “X” Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberikan tambahan informasi bagi health psychology, mengenai hubungan antara self-efficacy dengan perilaku hidup sehat pada mahasiswa Universitas “X” Bandung. 2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian serupa mengenai hubungan antara self-efficacy dengan perilaku hidup sehat pada mahasiswa Universitas “X” Bandung.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Dapat menjadi masukan bagi mahasiswa yang belum menjalankan perilaku hidup sehat dan memiliki self-efficacy rendah agar mulai menjalankan perilaku hidup sehat dan meningkatkan self-efficacy sehingga dapat menjalankan perilaku hidup sehat dengan lancar. 2. Dapat menjadi masukan bagi mahasiswa yang memiliki self-efficacy tinggi dalam menjalankan perilaku hidup sehat agar dapat mempertahankan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

1.5 Kerangka Pikir

Mahasiswa merupakan kaum terpelajar, mereka telah belajar di institusi formal setidaknya selama 12 tahun yang tentunya mengajarkan mana hal yang benar dan salah, dengan demikian mahasiswa mengetahui tentang manfaat hidup sehat. 9 Universitas Kristen Maranatha Akan tetapi masih banyak mahasiswa yang belum menjalankan perilaku hidup sehat. Mahasiswa tentunya harus mulai menjaga kesehatan dari sekarang agar tidak berakibat buruk nantinya di masa yang akan datang. Usaha yang dilakukan mahasiswa untuk menjaga kesehatan dapat dilihat dari perilaku hidup sehat, yaitu perilaku yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan KaslCobb, 1966. Perilaku hidup sehat pada mahasiswa merupakan upaya yang dilakukan mahasiswa untuk menjaga mengatur dan menstabilkan kesehatan mereka Taylor, 2009. Perilaku sehat mahasiswa yang akan dianalisis adalah perilaku makan, aktifitas fisik, merokok dan konsumsi alkohol. Dalam menjalankan perilaku hidup sehat menurut HAPA terdapat dua tahap, tahap yang pertama motivational phase terdiri dari action self-efficacy, outcome expectancies, risk perception, dan behavioral intentions. Tahap kedua volitional phase terdiri dari action planning, coping planning, maintenance self-efficacy, dan recovery self-efficacy. Telah ditemukan bahwa self-efficacy berperan penting pada setiap tahap dari proses perubahan perilaku hidup sehat Bandura, 1997. Self- efficacy adalah keyakinan diri pada mahasiswa bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan perilaku hidup sehat Bandura, 1999. Menurut HAPA ketika akan melakukan perilaku hidup sehat mahasiswa melewati dua tahapan, tahap pertama motivational phase adalah proses dimana mahasiswa membentuk niat baik untuk mengubah perilaku beresiko dan mengarah pada intention untuk bertindak, pada tahap ini mahasiswa mengalami tiga proses. Pertama, action self-efficacy merupakan proses dimana ketika mahasiswa belum melakukan perilaku hidup sehat tetapi telah memiliki telah memiliki keyakinan dapat melakukan perilaku hidup sehat. Hal tersebut tampak dari mahasiswa yang yakin bahwa dirinya dapat makan dengan gizi seimbang, rajin berolahraga, tidak merokok, 10 Universitas Kristen Maranatha dan tidak mengkonsumsi alkohol, mahasiswa yakin bahwa dirinya dapat berhasil dalam menjalankan perilaku hidup sehat. Kedua outcome expectancies adalah proses dimana mahasiwa memikirkan mengenai apa yang akan didapatkan apabila melakukan perilaku hidup sehat, berkaitan dengan penilaian positif dan negatif terhadap hasil yang akan didapatkan. Hal tersebut tampak dari mahasiswa yang memprediksi perubahan apa yang akan dialami atau dirasakan apabila makan dengan gizi seimbang, rajin berolahraga, tidak merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol. Seperti mahasiswa merasa lebih sehat apabila selalu makan dengan gizi seimbang, rajin berolahraga, tidak merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol. Ketiga risk perception adalah proses dimana individu memikirkan mengenai resiko yang mungkin akan dialami apabila tidak melakukan perilaku perilaku hidup sehat. Hal tersebut tampak dari mahasiswa yang memikirkan kemungkinan gangguan kesehatan apa saja yang akan dialami ketika tidak makan dengan gizi seimbang, tidak rajin melakukan aktivitas fisik, merokok, dan mengkonsumsi alkohol Seperti kolestrol meningkat. Dari ketiga proses yang dialami mahasiswa terbentuk intention untuk melakukan perilaku hidup sehat. Setelah muncul intention kemudian masuk ke tahap kedua yaitu volitional phase adalah proses dimana mahasiswa telah mengarah pada perilaku sehat sebenarnya. Proses yang pertama, action planning dimana mahasiswa menentukan secara rinci bagaimana dan dalam situasi apa tindakan situasional akan dilakukan. Hal tersebut tampak dari mahasiswa yang telah memiliki rencana kapan dan bagaimana akan memulai makan dengan gizi seimbang, rajin berolahraga, tidak merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol. Kedua, coping planning dimana mahasiswa merencanakan antisipasi akan hambatan yang mungkin muncul saat melakukan perilaku hidup sehat dan sejauh mana mahasiswa telah mengembangkan 11 Universitas Kristen Maranatha strategi yang tepat untuk mengatasi hambatan tersebut. Hal tersebut tampak dari mahasiswa yang telah mempersiapkan rencana yang detail bagaimana menghadapi rintangan saat melakukan perilaku hidup sehat. Seperti mahasiswa memiliki rencana yang detail bagaimana untuk merespon teman yang menawarkan rokok saat mahasiswa mulai akan berhenti merokok. Saat membuat action planning dan coping planning mahasiswa dipengaruhi oleh maintenance self-efficacy yang merupakan keyakinan yang optimis untuk menghadapi halangan yang terjadi saat menjalankan perilaku hidup sehat. Hal tersebut tampak dari mahasiswa Universitas “X” Bandung yang memiliki derajat self-efficacy yang tinggi merasa optimis saat menghadapi halangan ketika menjalankan perilaku hidup sehat, dan yakin bahwa dirinya dapat tetap menjalankan perilaku hidup sehat walaupun ada halangan. Sedangkan Mahasiswa Universitas “X” Bandung yang memiliki derajat self-efficacy yang rendah akan pesimis bahwa dirinya dapat menghadapi halangan yang ada saat menjalankan perilaku hidup sehat dan tidak yakin bahwa dirinya akan tetap mampu menjalankan perilaku hidup sehat. Setelah mahasiswa melalui beberapa proses yaitu action self-efficacy, outcome expectancies, risk perception, kemudian memunculkan intention dalam melakukan perilaku hidup sehat, lalu mahasiswa melakukan planning sehingga memunculkan perilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat yang muncul dipengaruhi oleh recovery self-efficacy merupakan keyakinan untuk memperbaiki pengalaman akan kegagalan ketika melakukan perilaku hidup sehat. Mahasiswa Universitas “X” Bandung yang memiliki derajat self-efficacy yang tinggi yakin bahwa dirinya dapat memperbaiki kegagalan yang pernah dialami saat menjalankan perilaku hidup sehat, mahasiswa yakin bahwa dirinya akan tetap bisa menjalankan perilaku hidup sehat meskipun 12 Universitas Kristen Maranatha sebelumnya pernah mengalami kegagalan. Sedangkan Mahasiswa Universitas “X” Bandung yang memiliki derajat self-efficacy yang rendah tidak yakin bahwa dirinya dirinya akan tetap bisa menjalankan perilaku hidup sehat meskipun sebelumnya pernah mengalami kegagalan. Untuk dapat menjalankan perilaku hidup sehat perlu disertai dengan keyakinan mahasiswa bahwa dirinya mampu untuk melaksanakannya. Jika mahasiwa yakin bahwa dirinya dapat menjalankan perilaku hidup sehat maka mahasiswa akan mengerahkan usahanya, saat ada rintangan mahasiswa akan berusaha mengatasinya dan tetap menjalankan perilaku hidup sehat walaupun dihadapkan dengan berbagai hambatan, setelah mengalami kegagalan mahasiswa akan cepat mengembalikan keyakinan bahwa dirinya mampu untuk menjalankan perilaku hidup sehat serta mahasiswa akan meningkatkan usahanya untuk dapat berhasil. Sedangkan mahasiswa yang kurang yakin bahwa dirinya dapat menjalankan perilaku hidup sehat akan sulit untuk memotivasi dirinya, ketika mengalami hambatan mahasiwa akan mudah menyerah dan menghindari untuk menghadapi hambatan yang dialami, dan saat mengalami kegagalan merasa kecewa dan tidak mencoba kembali. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dalam bagan kerangka pikir sebagai berikut: 13 Universitas Kristen Maranatha Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir Mahasiswa Universitas “X” Bandung Outcome Expectancies Risk Perception Action Planning Coping Planning Perilaku hidup sehat Komponen perilaku hidup sehat: Perilaku makan Aktivitas fisik Tidak merokok Tidak mengkonsumsi alkohol Intention Self-efficacy Aspek self-efficacy: -Action self-efficacy -Maintenance self- efficacy -Recovery self-efficacy 14 Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian