Populasi dan Penentuan Sampel

Sedangkan Sugiyono 2008:118 mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin memperlajari semua yang ada pada pupulasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulan akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau mewakili. Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: Probability sampling dan Nonprobability sampling. Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Non-Probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling Sugiyono, 2008:119. Suharsimi 2006:133 menjelaskan bahwa pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sample contoh yang benar- benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus representative. Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 atau 20 – 25 atau lebih. Teknik pengambilan sampel juga bisa menggunakan rumus Slovin dalam Husein Umar, 2003:120, yaitu: 2 . 1 e N N n + = Dimana: n = sampel N = ukuran populasi e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir dalam penelitian ini ditetapkan 5 Roscoe dalam bukunya yang berjudul Research Methods for Busines Sugiyono:74 memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini: 1 Ukuran sample yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. 2 Bila sampel dibagi dalam kategori misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain, maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30. 3 Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate korelasi atau regresi ganda misalnya, maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variable penelitiannya ada 5 independent dan dependent , maka jumlah anggota sample = 10 x 5 = 50. 4 Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok control, maka jumlah anggota sample masing-masing kelompok antara 10 sampai dengan 20. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Kota Tangerang yang terdiri dari 2 Madrasah Aliyah Negeri dan 14 Madrasah Aliyah Swasta, oleh karena itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua guru MA di ke16 Madrasah Negeri dan Swasta tersebut. Karena jumlah variabel dalam penelitian ini ada 3 tiga variabel, yaitu 2 dua variabel bebas indepensenti dan 1 satu variable terikat dependent, maka peneliti menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 45 sampel. Pengambilan sampel sebanyak 45 ini diambil secara acak random dan proporsional pada guru-guru di MAN dan MAS di Kota Tangerang, seperti pada tabel berikut: Tabel 3.1 Penetuan Jumlah Sampel No. Nama Madrasah Jumlah Guru Jumlah Sampel 1 MAN 1 Tangerang 34 3 2 MAN 2 Tangerang 33 3 3 MAS Nurul Huda 25 3 4 MAS At Taiyah 24 3 5 MAS Darussa’adah Cip 30 3 6 MAS Ibnu Rusydi 32 3 7 MAS Manbaulkhoir 22 2 8 MAS Darussa’adah 23 2 9 MAS Al Husna 24 2 10 MAS At Taqwa 31 3 11 MAS Al Makmur 28 3 12 MAS At Tasyri 25 3 13 MAS Darul Ulum 24 3 14 MAS As Salam 26 3 15 MAS Nurul Falah 26 3 16 MAS Tarbiyah Islami 27 3 Jumlah = 434 45

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan dikaji terdiri dari tiga variabel, yaitu Peningkatan Kualaitas Pendidikan Y, Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah X 1 dan Kompetensi Guru X 2 . Dari masing-masing variabel tersebut dikelompokkan ke dalam dua jenis variabel, yaitu variabel bebas independent variable yang terdiri dari variabel X 1 dan X 2 , dan variabel terikat dependent variable yang terdiri dari variabel Y. X1 X2 Y 3,6 3,7 3,8 3,5 3,4 3,7 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,4 3.0 3.0 3.0 3,2 3,2 3,2 2,2 2,2 2,2 2,3 2,3 2,3 2,4 2,4 2,4 2,8 2,8 2,8 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,4 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,7 2,7 2,7 Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penelitian, maka variabel- variabel tersebut perlu dijabarkan ke dalam bentuk operasional guna melakukan pengukuran bagi kepentingan analisis. Untuk itu berikut ini akan dikemukakan operasional dari variabel tersebut serta penjabarannya ke dalam indikator-indikator sebagai acuan dalam penyusunan instrumen penelitian.

1. Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah X

1 Kemampuan manajerial kepala madrasah diartikan sebagai keseluruhan kompetensi yang dimiliki oleh kepala Madrasah sebagai pimpinan dalam mengelola keseluruhan sumber daya pendidikan sehingga mampu mendukung tercapainya keberhasilan proses pendidikan di Madrasah

2. Kompetensi Guru X

2 Kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan be able to do seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat melakukan be able to do sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan ability dalam bentuk pengetahuan knowledge, sikap attitude dan keterampilan skill yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.

Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH, SARANA PRASARANA, DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA GURU MADRASAH Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah, Sarana Prasarana, Dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Di Kabupaten Wono

0 2 15

TESIS Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah, Sarana Prasarana, Dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Di Kabupaten Wonogiri.

0 3 12

PENDAHULUAN Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah, Sarana Prasarana, Dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Di Kabupaten Wonogiri.

0 3 7

LAMPIRAN- LAMPIRAN Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah, Sarana Prasarana, Dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Di Kabupaten Wonogiri.

0 3 32

KONTRIBUSI KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 37

PENGARUH SISTEM KOMPENSASI DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA INOVATIF GURU : Studi Tentang Pengaruh Sistem Kompensasi dan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Inovatif Guru di Madrasah Aliyah Kota Palembang.

0 1 74

KONTRIBUSI SISTEM PENILAIAN KINERJA GURU DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN SUMEDANG.

1 7 59

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DAN IKLIM MADRASAH DENGAN EFEKTIVITAS MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KABUPATEN BREBES.

0 2 153

Hubungan Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Guru Madrasah

1 1 8

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DI MTs NEGERI BIRINGKANAYA MAKASSAR

0 0 215