kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu Notoadmojo, 1997. Faktor yang
ketigayaitu usia, makin tua usia seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada usia tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berusia belasan tahun Singgih, 1998. Selain itu memang daya ingat
seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh usia Abu Ahmadi, 2001. Bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada usia-usia tertentu ataumenjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang Abu Ahmadi, 2001. Faktor yang keempatyaitu informasi, informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media
misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang Wied Hary A, 1996.
2.2. Tindakan 2.2.1. Pengertian Tindakan
Setelah seseorang mengetahui suatu stimulus, kemudian mengadakan suatu penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah
diketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi
suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain.
Tindakan terdiri dari beberapa tingkat yaitu tingkatan yang pertama yaitu presepsi, persepsi adalah mekanisme mengenal dan memilih
berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
Universitas Sumatera Utara
Tingkatan yang kedua yaitu respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. Tingkatan
yang ketiga yaitu mekanisme, dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain. Tingkatan yang keempat
yaitu adopsi, suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu telah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran dari
tindakan tersebut Notoatmodjo, 2010.
2.3. Status Gizi 2.3.1. Definisi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di
dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih Almatsier, 2010.
Status gizi normal adalah suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan
energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak
dan zat gizi lainnya Nix, 2005. Status gizi normal adalah keadaan yang sangat diinginkan oleh semua orang Apriadji, 1986.
Status gizi kurang atau yang sering disebut undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk
lebih sedikit daripada energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu
Wardlaw, 2007. Status gizi lebih overnutrition adalah keadaan gizi seseorang
dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan Nix, 2005. Hal ini terjadi karena jumlah energi
yang masuk melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang,
Universitas Sumatera Utara
akhirnya kelebihan zat gizi disimpan dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk Apriadji, 1986.
Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok didalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan
dikarenakan oleh kekurangan gizi. Pada kelompok kelompok usia tersebut berada pada suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang
memerlukan zat zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok usia yang lain. Kelompok-kelompok rentan gizi ini yaitu pada kelompok
bayi usia 0-1 tahun, kelompok dibawah 5 tahun balita usia 1-5 tahun, kelompok anak sekolah usia 6-12 tahun, kelompok remaja usia 13-20
tahun, kelompok ibu hamil dan menyusui, kelompok usia lanjut Notoatmodjo, 2010.
2.3.2. Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh diukur dengan membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat Gibson,
2005.
2.3.3. Kategori Indeks Massa Tubuh
Untuk mengetahui status gizi seseorang maka kategori ambang batas IMT yang digunakan di Indonesia, seperti dalam table 2.1.
Tabel 2.1. Kategori Indeks Massa Tubuh Kategori
IMT kgm2 Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat
17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan
17,1 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Universitas Sumatera Utara
Gemuk Kelebihan berat badan
tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat
≥ 27,0
Sumber : Depkes, 2003 Pada tabel 2.2 dapat dilihat kategori IMT berdasarkan klasifikasi
yang telah ditetapkan oleh WHO. Tabel 2.2. Kategori IMT berdasarkan WHO 2000
Kategori IMT kgm2
Underweight 18,5
Normal 18,5 – 24,99
Overweight
≥ 25,00
Preobese 25,00 – 29,99
Obesitas tingkat 1 30,00 – 34,99
Obesitas tingkat 2 35,00 – 39,9
Obesitas tingkat 3 ≥ 40,0
2.3.4. Masalah Kurang Gizi
Konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal dapat terjadi jika tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kemampuan
kerja, serta kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Universitas Sumatera Utara
Gizi kurang merupakan suatu keadaan yang terjadi karena tidak terpenuhinya asupan makanan Sampoerno, 1992. Gizi kurang terjadi
karena seseorang mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau lebih di dalam tubuh Almatsier, 2010.
Akibat yang terjadi apabila kekurangan gizi yaitu menurunnya kekebalan tubuh mudah terkena penyakit infeksi, terjadinya gangguan
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, kekurangan energi yang dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja, dan sulitnya seseorang
dalam menerima pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi Jalal dan Atmojo, 1998.
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi yang paling banyak dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini
dapat terjadi karena tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan yang kurang mengenai gizi dan perilaku belum sadar akan status gizi. Contoh
masalah kekurangan gizi, antara lain KEP Kekurangan Energi Protein, GAKI Gangguan Akibat Kekurangan Iodium, Anemia Gizi Besi AGB
Apriadji, 1986.
2.3.5. Masalah Gizi Lebih
Status gizi lebih adalah keadaan tubuh seseorang yang mengalami kelebihan berat badan, terjadi karena kelebihan jumlah asupan energi yang
disimpan dalam bentuk cadangan berupa lemak. Ada pula yang menyebutkan bahwa masalah gizi lebih identik dengan kegemukan.
Kegemukan dapat menimbulkan dampak yang sangat berbahaya yaitu dengan munculnya penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus,
penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan ginjal dan masih banyak lagi yang lainnya Soerjodibroto, 1993.
Masalah gizi lebih ada dua jenis yaitu overweight dan obesitas. Batas IMT untuk dikategorikan overweight adalah antara 25,1 – 27,0 kgm2,
sedangkan obesitas adalah ≥ 27,0 kgm2. Kegemukan obesitas dapat
Universitas Sumatera Utara
terjadi dimulai dari masa bayi, anak-anak, sampai pada usia dewasa. Kegemukan pada masa bayi dapat terjadi karena adanya penimbunan
lemak selama dua tahun pertama kehidupan bayi. Bayi yang menderita kegemukan maka ketika menjadi dewasa akan mengalami kegemukan.
Kegemukan pada masa anak-anak terjadi sejak anak tersebut berusia dua tahun sampai menginjak usia remaja dan secara bertahap akan terus
mengalami kegemukan sampai usia dewasa. Kegemukan pada usia dewasa terjadi karena seseorang telah mengalami kegemukan dari masa anak-anak
Suyono, 1986.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah :
3.2. Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasikan masing-masing variable penelitian.
Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.2.1. Pengetahuan Definisi
:Pengetahuan adalah merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia,
yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang.
Tingkat Pengetahuan
Status Gizi Tindakan
Universitas Sumatera Utara
Cara Ukur :
diukur dengan cara wawancara tertulis.
Alat Ukur :
lembar kuesioner
Hasil Ukur :
pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan skala Guttman dengan memberikan seperangkat alat test
kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penelitian,yaitu untuk jawaban yang salah diberi nilai 0, untuk
jawaban yang mendekati benar cukup diberi nilai 1, untuk jawaban yang benar diberi nilai 2. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan
jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan tertinggi kemudian dikalikan 100 . Kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik,
sedang dan kurang. Dikatakan baik 75, cukup 60-75, dan kurang 60.
Skala Pengukuran :
skala ordinal
3.2.2. Tindakan Definisi
:Tindakan adalah
Setelah seseorang mengetahui suatu stimulus, kemudian mengadakan suatu penilaian atau
pendapat terhadap apa yang telah diketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan.
Agar terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain.
Cara Ukur :
diukur dengan wawancara tertulis.
Alat Ukur :
lembar kuesioner
Hasil Ukur :
pengukuran tindakan dapat dilakukan dengan skala likert dengan memberikan kuesioner tindakan yang mau diukur,
selanjutnya dilakukan penelitian,yaitu untuk jawaban tidak pernah diberi nilai 1, untuk jawaban kadang-kadang diberi nilai 2, untuk jawaban sering
diberi nilai 3, dan untuk jawaban selalu diberi nilai 4. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang
diharapkan tertinggi kemudian dikalikan 100 . Kemudian digolongkan
Universitas Sumatera Utara
menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Dikatakan baik 75, cukup 60-75, dan kurang 60 sugiyono, 2006.
Skala Pengukuran :
skala ordinal 3.2.3. Status Gizi
Definisi :Status gizi
adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan
penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih Almatsier,
2010.
Cara ukur : diukur dengan cara mencari berat badan balita menggunakan
timbangan injak, mencari tinggi badan balita menggunakan mikrotoa meteran tinggi badan, dan menanyakan usia balita tersebut.
Alat ukur :
Timbangan, Meteran Tinggi Badan mikrotoa
Hasil Ukur : hasil pengukuran didapat dengan menggunakan kategori dan
ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks lihat table 3.1 : Tabel 3.1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan
Indeks Indeks
Kategori status Gizi Ambang Batas Z-
Score
Berat Badan menurut Usia BBU Anak Usia 0-60
Bulan Gizi Buruk
-3 SD Gizi Kurang
-3 SD sampai dengan -2SD
Gizi Baik -2SD sampai dengan 2
SD
Universitas Sumatera Utara
Gizi Lebih 2 SD
Panjang Badan menurut Usia PBU atau Tinggi
Badan menurut Usia TBU Anak Usia 0-60 Bulan
Sangat Pendek -3 SD
Pendek -3 SD sampai dengan
-2SD Normal
-2SD sampai dengan 2 SD
Tinggi 2 SD
Berat Badan menurut Panjang Badan BBPB
atau Berat Badan menurut Tinggi Badan BBTB
Anak Usia 0-60 Bulan Sangat Kurus
-3 SD Kurus
-3 SD sampai dengan -2SD
Normal -2SD sampai dengan 2
SD Gemuk
2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut Usia IMTU
Anak Usia 0-60 Bulan Sangat Kurus
-3 SD Kurus
-3 SD sampai dengan -2SD
Normal -2SD sampai dengan 2
SD Gemuk
2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut Usia IMTU
Sangat Kurus -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan
Universitas Sumatera Utara
Anak Usia 5-18 Tahun -2SD
Normal -2SD sampai dengan 1
SD Gemuk
1 SD sampai dengan 1 SD
Obesitas 2 SD
Sumber:Kemenkes, 2011
Skala Pengukuran : Skala ordinal
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional.Penelitian ini bertujuan untuk menilai gambaran tingkat pengetahuan dan
perilaku ibu balita terhadap status gizi balita di Painan, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan
4.2. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan di Painan, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten IV Jurai, Provinsi Sumatera Barat. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut dengan
beberapa alasan yaitu, Painan memiliki prevalensi gizi buruk tertinggi di Kecamatan IV Jurai dilihat data status gizi berdasarkan hasil pemantauan status gizi PSG
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2013, sehingga penelitian mencakup jumlah populasi yang relatif banyak untuk dijadikan sampel penelitian dan dapat mewakili
daerah lainnya, belum pernah diadakan penelitian pada daerah ini sebelumnya, serta
lebih mudah dijangkau peneliti.
Pengukuran dan pengumpulan data akan dilaksanakan saat bulan Agustus tahun 2014 dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data.
4.3. Populasi dan Sampel Penilitian 4.3.1. Populasi