28
Untuk membuktikan efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris adalah dengan menghitung
adanya perbedaan mean pre dan post pengukuran derajat nyeri dengan skala VAS. Pengolahan statistic mean pre dan post derajat nyeri fasciitis
plantaris VAS pada penatalaksanaan active stretching otot plantar flexor ankle menggunakan wilcoxon test sebagai berikut :
Tabel 4.5 Mean Derajat Nyeri VAS Pre dan Post Active Stretching otot Plantar Flexor Ankle
N Mean
Std Min Dev
Max Dev Pre 18
7,9500 .30341
7.40 8.3
Post 18 2,0500
.66266 .70
3.102 Selisih
5,9000 .35925
-6.7 5.198
Sumber : Hasil Olah Data, 2015 Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil penurunan nyeri setelah diberikan
penatalaksanaan latihan active stretching otot plantar flexor ankle pada kondisi fasciitis plantaris, yaitu dari mean 7,9500 menjadi 2,0500 dengan
selisih 5,9000.
C. Hasil Analisis Data
Tabel 4.6 Analisis Statistik Wilcoxon signed ranks test Efek Active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan
nyeri Fasciitis plantaris Post - Pre
Z -3,728
Asymp. Sgn. 2-tailed ,000
Sumber : Hasil Olah Data, 2015
29
Analisis data memperoleh hasil nilai Z = -3,728 dan p = 0.000 atau p 0.05 mengandung arti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulannya ada efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.
D. Pembahasan
Berdasarkan tabel 4.1 interval usia dalam penelitian adalah 30 – 51 tahun,
dengan persentase 30 – 40 tahun sebesar 44 dan 41 – 51 tahun sebesar 56 .
Hasil penelitian menyatakan bahwa responden usia 41 - 51 tahun menjadi interval usia yang paling banyak menderita fasciitis plantaris. Menurut Wibowo 2011
fasciitis plantaris sering terjadi pada usia 40 – 70 tahun. Sedangkan menurut
Carter 2001 plantar fasciitis bisa terjadi pada semua usia terutama pada usia pertengahan dan usia lanjut. Pada rentang usia tersebut akan terjadi perubahan
kimiawi dalam sel dan jaringan tubuh khususnya pada cross-link seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Connective tissue juga akan kehilangan banyak
kandungan seperti collagen, elastin, glycoprotein, hylauronic acid dan contractile protein Siburian, 2008.
Berdasarkan tabel 4.2 didapat sampel penelitian laki-kali berjumlah 9 orang dan perempuan sebanyak 9 orang. Menurut Wibowo 2011 plantar
fasciitis dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Penelitian dilakukan selama 4 empat minggu dengan pemberian tindakan active Steretching otot plantar flexor
ankle dengan frekuensi 3 tiga kali dalam 1 minggu. Intervensi dimulai tanggal 20 april 2015 dan berakhir tanggal 15 mei 2015.
30
Pada tabel 4.3 sebelum dilakukan tindakan terapi didapatkan interval nyeri paling tinggi 8,2 - 8,3 skala VAS dengan frekuensi 6 orang dan paling rendah
berada pada interval 7,4 – 7,5 skala VAS dengan frekuensi 3 orang. Dengan
adanya nyeri tinggi, pasien akan cenderung membatasi gerakan yang akan berpotensi menimbulkan nyeri. Termasuk gerakan mengulur sehingga pasien akan
malas melakukan gerakan. Mengakibatkan adanya gangguan saat melakukan aktivitas sehari-hari Siburian, 2008.
Pada tabel 4.4 diketahui ada pengaruh efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris. Karena pada tabel 4.4
diperoleh nyeri paling tinggi, turun pada interval 2,7 – 3,1 skala VAS. Pada tabel
4.5. diperoleh nilai Z = -3,728 dan p = 0,001, sehingga nilai p 0,05 maka ada pengaruh pemberian active stretching otot plantar flexor ankle terhadap
penurunan nyeri pada penderita nyeri fasciitis plantaris. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Digiovani 2001 dinyatakan bahwa setelah
melakukan analisa terhadap responden yang diberikan intervensi active stretching otot plantar flexor ankle didapatkan hasil yang signifikan dalam hal penurunan
nyeri pada fasciitis plantaris. Proses fisiologis active stretching otot plantar flexor ankle terhadap
mekanisme pengurangan nyeri fasciitis plantaris dimulai dengan terlepasnya perlengketan dalam appeneurosus plantaris dan abnormal crosslink sehingga
mengurangi iritasi terhadap serabut saraf A delta dan tipe C yang menimbulkan nyeri regang serta meningkatkan sel darah merah sehingga terjadi peningkatan
kadar hemoglobin darah yang mengakibatkan fasilitasi kapasitas darah dalam
31
membawa oksigen dan peningkatan aliran darah serta metabolisme lokal. Sehingga akan mempercepat proses perbaikan jaringan yang rusak akibat fasciitis
plantaris, serta dapat mempercepat proses inflamasi menuju perbaikan jaringan. Dengan adanya peningkatan kelenturan pada tendon maka pada fasciitis plantaris
diharapkan fascia plantaris atau apponeurosis plantaris akan lebih fleksibel sehingga nyeri dapat berkurang Rica, 2011
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini sudah dilakukan secara maksimal dan cermat tetapi masih
ada keterbatasan di luar jangkauan peneliti diantaranya sebagai berikut:
1. Peneliti hanya menggunakan satu grup perlakuan tanpa group kontrol karena keterbatasan waktu dan kesulitan mendapatkan subyek dalam
penelitian sehingga penelitian ini memiliki kelemahan. 2. Peneliti tidak dapat mengendalikan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
subyek, tidak bisa mengontrol tingkat ketegangan pikiran stress, penggunaan obat dan alat terapi lain serta nutrisi yang berpengaruh
terhadap perubahan derajat nyeri serta hobi subyek.