22
Penekanan dan penguluran pada fascia plantaris dapat menimbulkan aksi potensial dari ujung saraf nocisensorik serabut saraf
A-delta dan C yang menghantarkan impuls nyeri ke kornu dorsalis medulla spinalis lalu ke otak, dan diotak impuls tersebut di
interprestasikan sebagai nyeri Periatna dan Gerhaniawati, 2006.
F. Definisi Operasional
1. Latihan Active stretching Terapi latihan active stretching peregangan aktif yang dilakukan
oleh pasien secara mandiri dengan diberitahukan terlebih dahulu latihannya oleh fisioterapi Kisner, 2007. Metode yang diterapkan pada
active stretching otot plantar flexor ankle meliputi latihan calf stretch, latihan peregangan dengan counter top, latihan Achilles stretch. Dosis
yang diberikan : waktu utntuk menahan posisi yang berikan selama 10 detik, frekuensi pengulangan 10 kalisesi. Dilakukan 3 kali hari.
2. Nyeri Fasciitis plantaris Nyeri fasciitis plantaris terdapat pada tempat perlengkatan plantar
aponeurosis yang letaknya dibawah dari tuberositas calcaneus atau pada facia plantaris bagian medial calcaneus.
Proses pemeriksaan diawali dengan anmanesa pasien. Diperoleh data pasien mengeluhkan adanya nyeri dibagian medial atau lateral tumit.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik berupa tes cepat, didapat positif nyeri gerak saat gerakkan dorsal fleksi ankle. Dalam inspeksi dinamis
diperoleh antalgic gait Wolf, 1994. Tes khusus berupa stretch test
23
dilakukan pada posisi dorsal fleksi ankle, dan hasilnya didapat nyeri regang pada fascia plantaris. Palpasi dilakukan didaerah fascia plantaris
diperoleh titik nyeri tekan pada sisi medial atau lateral dari tuberositas calcaneus.
Pengukuran nyeri dilakukan dengan menggunakan VAS, berupa garis lurus yang panjangnya 10 cm, dengan penggambaran verbal pada
masing-masing ujungnya, angka 0 tanpa nyeri sampai angka 10 untuk nyeri terberat, dengan Nilai VAS 0 - 4 = nyeri ringan, 4 - 7 = nyeri
sedang, 7 - 10 = nyeri berat Meliala, 2001.
G. Jalannya Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti melakukan tahapan sebagai berikut : 1. Peneliti melakukan observasi terlebih dahulu di Klinik Fisioterapi
Kalasan Yogyakarta 2. Peneliti menentukan populasi, teknik pengambilan sampel responden
3. Peneliti melaporkan hasil yang diperoleh dari observasi kepada Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta 4. Mengajukan izin pada Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Manajemen Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta
5. Peneliti melakukan perkenalan kepada responden sekaligus mendapatkan tanda tangan sebagai bukti persetujuan dari responden informed consent
untuk bersedia menjadi responden penelitian