PEMBERIAN IZIN INDUSTRI OLEH PEMERINTAH DAERAH UNTUK MELAKUKAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PEMBERIAN IZIN INDUSTRI OLEH PEMERINTAH DAERAH UNTUK MELAKUKAN PENGENDALIAN DAMPAK

LINGKUNGAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh : Edwin Novrito

Pengelolaan lingkungan hidup merupakan hak atau peran yang meliputi peran dalam proses pengambilan keputusan baik dengan cara mengajukan keberatan maupun dengan pendapat atau dengan cara lain yang ditentukan dalam proses penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau perumusan kebijakan lingkungan hidup. Pemberian izin industri saat ini masih belum berorientasi pada perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, sehingga kebijakan daerah yang telah ada belum memberikan perlindungan terhadap lingkungan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung dalam melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup melalui izin industri. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris, data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung dalam melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup melalui izin industri yang diberikan dilakukan dengan mewajibkan perusahaan untuk memiliki dokumen UKL/UPL tersendiri berdasarkan pada regulasi pemerintah terkait yaitu dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang AMDAL dan Lingkungan. Dalam kaitannya dengan kewajiban untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup, di bidang industri maka kewajiban itu dimasukkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh izin usaha industri. Dengan demikian maka setiap industri yang beroperasi akan terkena kewajiban untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pemberian izin industri oleh Pemerintah Daerah dijadikan sarana pengendalian dampak lingkungan hidup dilakukan karena salah satu upaya untuk mencegah timbulnya dampak negatif yang berupa pencemaran lingkungan hidup adalah dimasukkannya kewajiban pengusaha untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam pemberian izin usaha industri.


(2)

Oleh Edwin Novrito

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(3)

PEMBERIAN IZIN INDUSTRI OLEH PEMERINTAH DAERAH UNTUK MELAKUKAN PENGENDALIAN DAMPAK

LINGKUNGAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh : Edwin Novrito

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……… 1

B. Perumusan masalah dan Ruang LingkupPenelitian ………….……. 9

C. Tujuan Penelitian ……… 10

D. Kegunaan Penelitian……….. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perizinan ………... 13

B. AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup ……….. 15

C. Pengertian Pemerintah Daerah……….……….. 17

D. Perbuatan Hukum Administrasi Negara……….. 20

E. Wewenang Pemerintah Daerah DalamMengatur Izin Industri ..…... 22

F. Asas Diadakannya Sistem Perizinan……..…..……….. 26

G. Teori Kewenangan ………. 28

H. Unsur-Unsur Perizinan ………... 29

III.METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah………..……….. 35

B. Sumber dan Jenis Data………..……….. 36

C. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data………..……..……….. 37


(5)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemberian Izin Industri Oleh Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung Untuk Melakukan Pengendalian Dampak Lingkungan

Di Bandar Lampung ... 39 B. Faktor-faktor Penghambat dalam Pemberian Izin Industri Oleh

Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung dan Upaya Untuk

Mengatasi Hambatan-hambatan yang Dihadapi ... 57

V. PENUTUP

A. Kesimpulan………..………. 63

B. Saran……….……… 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

Atmosudirjo, Prajudi, 1994, Hukum Administrasi Negara, Cetakan ke 10, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Budiardjo, Miriam, 1998, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Marbun SF, dkk, 2001,Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UI Press, Yogyakarta.

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Mulyosudarmo, Suwoto, 1990, Kekuasaan dan Tanggung Jawab Presiden Republik Indonesia, Suatu Penelitian Segi-Segi Teoritik dan Yuridis Pertanggungjawaban Kekuasaan, Universitas Airlangga, Surabaya

Nurcholis, Hanif, 2007, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Grasindo, Jakarta.

Ridwan, H.R. , 2006,Hukum Administrasi Negara, Rajagrafindo Persada, Jakarta Salim, Emil, 1991,Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3ES, Jakarta. _________, 1989,Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Mutiara Sumber Widya,

Jakarta.

Setiardja, A. Gunawan, 1990,Dialektika Hukum dan Moral dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia,Kanisius, Yogyakarta.

Soehino, 2000,Asas-Asas Hukum Tata Usaha Negara, Liberty, Yogyakarta Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia,

Jakarta.

Soemarwoto, 1999, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, UI Press, Jakarta.


(7)

Sunarno, Siswanto, 2006, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.

Supriadi, 2003,Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Alumni, Bandung.

_______, 2006, Hukum Lingkungan DiIndonesia, sebuah pengantar, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.

Thalib, Abdul Rasyid, 2006, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Aplikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Universitas Lampung, 2008, Format Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri.

Website


(8)

A. Latar Belakang

Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan sekitarnya. Manusia dalam hidupnya baik secara pribadi maupun sebagai kelompok masyarakat selalu berintegrasi dengan lingkungan dimana tempat mereka hidup. Dengan demikian kelangsungan hidup manusia ditentukan interaksi manusia itu sendiri dengan lingkungannya dan untuk itu harus dijaga atau dilestarikan fungsi lingkungan hidup. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH), disebutkan apa yang dimaksud dengan lingkungan hidup “lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk lain”.

Pembangunan lingkungan hidup yang merupakan bagian yang sangat penting bagi ekosistem yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan bagi seluruh makhluk hidup di muka bumi ini, yang diarahkan terwujudnya kelestarian serta fungsi lingkungan dalam keseimbangan dan kelestarian yang dinamis dengan perkembangan kependudukan agar dapat menjamin pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan lingkungan hidup bertujuan meningkatkan mutu,


(9)

2

memanfaatkan sumber daya alam yang berkelanjutan, merehabilitasi lingkungan, mengendalikan pencemaran dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

Untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup perlu dilakukan perlindungannya. Dimana setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan. Pengembangan pembangunan secara umum adalah suatu kegiatan manusia dan untuk manusia Pasal 14 ayat (1) UUPPLH, sehingga secara umum pula pencemaran lingkungan diakibatkan oleh kegiatan manusia yang kesemuanya tercakup dalam pertumbuhan penduduk, perkembangan permukiman, industri, transportasi dan lain-lain. Akibat pengembangan kegiatan manusia antara lain pengembangan industri akan menimbulkan sisa-sisa pembuangan berupa gas cair dan padat, yang jika dibuang kelingkungan hidup akan menimbulkan dampak yang berbahaya terhadap kehidupan manusia.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (di dalamnya mengatur mengenai Industri), izin usaha industri yang menjadi dasar bagi Perusahaan Industri untuk melakukan kegiatannya. Usaha industri dalam melakukan kegiatannya wajib memelihara pelestarian fungsi lingkungan yang pelaksanaannya antara lain, berdasarkan pada ketentuan baku mutu limbah cair (Pasal 1 butir 15 PP No. 82 Tahun 2001).

Pengelolaan lingkungan hidup merupakan hak atau peran yang meliputi peran dalam proses pengambilan keputusan baik dengan cara mengajukan keberatan maupun dengan pendapat atau dengan cara lain yang ditentukan dalam proses penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau perumusan kebijakan lingkungan hidup.


(10)

Dalam pelaksanaan lebih lanjut menyebutkan bahwa: “sumber daya alam dikuasai

oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat,

serta pengaturannya ditentukan oleh pemerintah” (Supriadi, 2006 : 191). Dan untuk melaksanakan ketentuan itu maka pemerintah :

1. Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup;

2. Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan kembali sumbar daya alam termasuk sumber daya genetika;

3. Mengatur pembuatan hukum dan hubungan hukum antara orang atau subyek hukum lainya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber daya buatan, termasuk sumber daya genetika;

4. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial;

5. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal yang menyangkut pengaturan, pembinaan, pengembangan industri adalah kewenangan pemerintah. Dalam hal kewenangan campur tangan pemerintah dalam pergaulan sosial ekonomi masyarakat, dikenal adanya kebijaksanaan publik (Public Policy).

Bentuk kebijaksanaan pemerintah secara konkret yaitu dalam bentuk izin. Pemberian izin tersebut dimaksudkan untuk mengendalikan masyarakat dalam hubungannya berbagai aspek kehidupan masyarakat, misalnya izin pembuangan limbah cair ke dalam air, diberikan dengan syarat-syarat tertentu guna


(11)

4

mengendalikan pencemaran air, karena suatu kegiatan industri dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan yakni pencemaran (Supriadi, 2006 : 192).

Dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan sebagaimana disebut di atas, salah satu yang dilakukan adalah dengan memberikan pelayanan publik kepada masyarakat (public service), salah satu bentuk pelayanan publik untuk masyarakat adalah pemberian izin yang hanya dapat diperoleh dari pemerintahan sebagai penyelengara pemerintahan negara untuk menjalankan usaha dilingkungan masyarakat.

Pelayanan Pemerintah Daerah merupakan tugas dan fungsi utama Pemerintah daerah. Hal ini berkaitan dengan fungsi dan tugas utama pemerintah secara umum, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat maka pemerintahan akan dapat mewujudkan tujuan negara yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat pelayanan kepada masyarakat tersebut terintegrasi dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan (Hanif Nurcholis, 2007 : 286).

Dalam melakukan tugasnya, instansi–instansi pemerintah (administrasi negara), melakukan perbuatan-perbuatan baik yang bersifat yuridis (artinya yang secara langsung menciptakan akibat–akibat hukum) dan yang bersifat non yuridis. Ada empat macam perbuatan Hukum Administrasi Negara masa kini (Prajudi Atmosudirjo, 1994 : 94-103), yakni :

1. Penetapan 2. Rencana


(12)

3. Norma jabaran 4. Legislasi

Penetapan (beschikking) dapat dirumuskan sebagai perbuatan hukum sepihak yang bersifat administrasi negara dilakukan oleh pejabat atau instansi penguasa (negara) yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu.

Pemberian izin untuk perorangan atau badan hukum swasta adalah timbul strategi dan teknik yang dipergunakan oleh pemerintah untuk menguasai atau mengendalikan berbagai keadaan, yakni dengan melarang tanpa izin tertulis untuk melakukan kegiatan-kegiatan apapun yang hendak diatur atau dikendalikan oleh pemerintah. Dengan perkataan lain melalui sistem perizinan tersebut pihak penguasa melakukan campur tangan kedalam atau atas proses jalannya kegiatan-kegiatan masyarakat tertentu.

Pengertian izin oleh pihak administrasi negara berkaitan dengan kewenangan administrasi negara dalam menjalankan pemerintahan. Bisa secara atribusi, delegasi (sub delegasi), dan mandate. Ketiga hal itu dilakukan secara kombinasi, yang bertalian erat dengan asas-asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, serta dalam operasionalisasinya berbaur satu dengan yang lainnya. Ada banyak jenis perizinan yang sampai saat ini masih berlaku dan dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah dan masyarakat. Selain jenisnya, perizinan juga dapat dibedakan atas instansi pemberi izinnya, apakah Pemerintah Pusat atau Pemerintah provinsi dan atau Pemerintah kabupaten/kota. Pihak yang mempunyai kewenangan dalam memberikan izin, dapat melaksanakan sendiri kewenangan tersebut atau dapat melimpahkan kewenangan yang dimilikinya tersebut.


(13)

6

Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemerintahan baik pemerintahan pusat, propinsi, kota/kabupaten tidak terlepas dari kebijakan pengelolaan potensi sumber daya alam yang dimiliki. Sebelum berlaku Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, pengelolaan lingkungan hidup sepenuhnya berada ditangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya menjalankan kebijakan-kebijakan yang dimuat oleh pemerintahan pusat. atribusi, delegasi (sub delegasi), dan mandat. Ketiga hal itu dilakukan secara kombinasi, yang bertalian erat dengan asas-asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, serta dalam operasionalisasinya berbaur satu dengan yang lainnya.

Ada banyak jenis perizinan yang sampai saat ini masih berlaku dan dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah dan masyarakat. Selain jenisnya, perizinan juga dapat dibedakan atas instansi pemberi izinnya, apakah Pemerintah Pusat atau Pemerintah provinsi dan atau Pemerintah kabupaten/kota. Pihak yang mempunyai kewenangan dalam memberikan izin, dapat melaksanakan sendiri kewenangan tersebut atau dapat melimpahkan kewenangan yang dimilikinya tersebut.

Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemerintahan baik pemerintahan pusat, propinsi, kota/kabupaten tidak terlepas dari kebijakan pengelolaan potensi sumber daya alam yang dimiliki. Sebelum berlaku Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, pengelolaan lingkungan hidup sepenuhnya berada ditangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya menjalankan kebijakan-kebijakan yang dimuat oleh pemerintahan pusat.

Daerah hanya sebagai perpanjangan tangan dan menjalankan tugas yang diberikan oleh pemerintah pusat. Dengan kata lain pengelolaan lingkungan hidup di daerah


(14)

berdasarkan asas dekonsentrasi. Setelah adanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Di mana pemerintah daerah menyelengarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintah yang oleh undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah. Dan pemerintah daerah menjalankan otonomi seluasluasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dengan adanya otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, memberikan kesempatan kepada daerah untuk meningkatkan pelayanan dan pembangunan daerah. Daerah dapat mengelola potensi sumber daya alam yang dimiliki daerah, akan menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap lingkungan hidup. Bila tidak dikelola secara baik dan benar maka dampak negatiflah yang muncul dipermukaan.

Berdasarkan analisis situasi, pemberian izin industri di Kota Bandar Lampung saat ini masih belum berorientasi pada perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, sehingga kebijakan daerah yang telah ada belum memberikan perlindungan terhadap lingkungan, karena kebijakan yang timbul dari perda masih berorientasi pada fungsi perizinan saja, bukan pada pembinaan dan pengawasan terhadap dampak lingkungan hidup yang akhirnya berdampak negatif terhadap kelesratian lingkungan hidup di Kota Bandar Lampung.

Contoh kasus pencemaran lingkungan yang menjadi perhatian publik adalah pencemaran oleh PT Golden Sari, PT Demi Anugrah Sawindo (DAS), yang salah


(15)

8

satunya beroperasi di kelurahan Way Gubag, kecamatan Panjang. PT DAS sendiri menggeluti bisnis sebagai pengumpul batu bara (stock file). Limbah batubara inilah yang jadi pangkal penyebab pencemaran. Setidaknya, sebanyak 190 Kepala Keluarga (KK) sudah mengeluhkan kesehatan mereka yang terserang infeksi saluran pernafasan akut (ISFA) akibat dicemari limbah batubara. Ada dugaan kuat PT.DAS yang beroperasi menggunakan lahan seluas lebih kurang dua hektar itu, masalah perizinannya kurang lengkap. Pihak BPPLH Kota Bandar Lampung sudah turun kelapangan, dan hasilnya pihak perusahaan mengatakan memiliki izin lengkap namun pihak PT DAS tidak bisa menunjukan kelengkapan bukti-bukti surat izinya. Seharusnya setiap lembaga yang mengurus izin Usaha Kelola Lingkungan (UKL), Izin Usaha Pengendalian Lingkungan (UPL) dan izin Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) pasti ada dalam arsip BPPLH. Di sinilah letak ketidaktegasan BPPLH dalam menindak pihak PT DAS, maka hal ini perlu mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota Bandar Lampung (http://www.bandarlampungnews.com diakses 14 November 2011).

Pemkot Bandar Lampung melalui BPPLH dan Dinas Tata Kota juga setiap tahun melakukan program kali bersih (prokasih). Hanya saja, upaya pembersihan yang dilakukan sejak 2001 itu hingga kini belum berhasil. Warga Bandarlampung masih membuang sampah dan mencemari sungai. Terhadap kegagalan itu, pemkot seharusnya mengevaluasi kembali prokasih maupun program-program lain yang ternyata tidak relevan hasilnya (http://bandarlampungnews.com/index.php diakses 8 November 2011).


(16)

Oleh karena itu, pemerintah daerah Kota Bandar Lampung dalam pengelolaan lingkungan hidup harus mampu melahirkan kebijakan-kebijakan kongkrit yang sesuai dengan pengelolaan lingkungan hidup. Langkah BPPLH Bandar Lampung dalam menyingkapi kepastian adanya izin Usaha Kelola Lingkungan (UKL) dan izin Usaha Pengendalian Lingkungan (UPL). Dengan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan meminimalkan dampak negatif yang timbul akibat dari pengelolaan lingkungan hidup yang baik pula, sehingga terwujudnya pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan di atas, maka penelitian ini akan mengambil judul : “Pemberian Izin Industri Pemerintah Daerah Untuk Melakukan Pengendalian Dampak Lingkungan Di Kota Bandar Lampung”.

B. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung untuk melakukan pengendalian dampak lingkungan di Bandar Lampung?

b. Apakah faktor-faktor penghambat dalam pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung dan bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi?


(17)

10

2. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

a. Sedangkan lingkup pembahasan dalam penelitian ini hanya terbatas pada pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung dalam melakukan pengendalian dampak lingkungan di Bandar Lampung dalam kurun waktu 5 (tahun) terakhir.

b. Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPPLH) Bandar Lampung.

c. Dalam lingkup bidang ilmu adalah bidang hukum administrasi negara.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok bahasan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memahami :

a. Pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung untuk melakukan pengendalian dampak lingkungan di Bandar Lampung.

b. Faktor-faktor penghambat dalam pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung dan upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan di bidang hukum administrasi negara, khususnya mengenai hukum lingkungan dan membandingkannya dengan praktek di lapangan.


(18)

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan perbendaharaan literatur dan menambah khasanah dunia kepustakaan, sehingga dapat menjadi bahan acuan untuk mengadakan kajian dan penelitian selanjutnya dengan pokok bahasan yang berkaitan satu sama lainnya.

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai rekomendasi strategis kepada instansi-instansi terkait dalam pemberian izin industri di Kota Bandar lampung.

b. Sebagai tambahan informasi bagi instansi dan pihak-pihak terkait di dunia usaha dalam pemberian izin industri.

c. Untuk memberikan masukan dan informasi bagi masyarakat luas tentang pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung dalam melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup melalui izin industri yang diberikan dalam rangka pelayanan publik.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perizinan

Tidaklah mudah memberikan defenisi apa yang dimaksud dengan izin, di dalam kamus hukum, izin (vergunning), dijelaskan sebagai : pernyataan mengabulkan (tiada melarang dan sebagainya) persetujuan membolehkan (Sudarsono, 2005 ; 189). Sedangkan menurut Ateng Syafarudin mengatakan bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh. Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyartan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentran peraturan perudang-undangan. E. Utrecht (1990 ; 187) mengatakan bahwa bila pembuat peraturan umumnya tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, keputusan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan, tetapi masih juga memperkenankan perbuatan tersebut bersifat izin (Vergunning). Bagir Manan (dalam Ridwan H.R., 2006 ; 207) menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu peristiwa dari penguasa berdasarkan Peraturan Perundang-undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang.


(20)

Izin dalam arti luas ialah suatu persetujuan dari pengguna berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentan larangan perundang-undangan. Dengan memberikan izin penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya.

Izin dalam arti sempot adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun dimana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya. Hal yang pokok ialah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenaan dapat dengan diteliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus. Jadi persoalannya bukanlah untuk hanya memberi perkenaan dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus, tetapi agar tindakan-tindakan yang diperkenankan dilakukan dengan cara tertentu.

Berdasarkan pemaparan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk ditetapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Meskipun antara izin dan konsesi dianggap sama, dengan perbedaan yang relatif, tetapi terdapat perbedaan karakter hukum. Dalam izin tidak mungkin


(21)

14

diadakan perjanjian, karena tidak mungkin diadakan suatu persesuaian kehendak. Dalam konsesi biasanya diadakan suatu perjanjian, yakni perjanjian yang mempunyai sifat sendiri dan yang tidak diatur oleh seluruh peraturan mengenai hukum perjanjian.

B. AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pada dasarnya setiap pembangunan menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan. Dampak pembangunan ini ada yang bersifat positif maupun negatif. Oleh karena itu, setiap rencana pembangunan perlu disertai dengan wawasan jauh ke depan tentang perkiraan timbulnya dampak tersebut. Wawasan ini diterapkan dengan mengadakan analisis perkiraan dampak penting terhadap komponen lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat. Analisis tersebut harus dilakukan secara terperinci tentang dampak negatif maupun dampak positif yang akan timbul, sehingga sejak dini dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulanginya (Supardi, 2003 ; 27).

Pembangunan kita perlukan untuk mengatasi banyak masalah, termasuk masalah lingkungan, namun pengalaman menunjukkan, pembangunan mempunyai dampak negatif. Dengan adanya dampak negatif tersebut, haruslah kita waspada. Pada satu pihak kita tidak boleh takut untuk melakukan pembangunan, karena tanpa pembangunan tingkat kesejahteraan kita akan terus merosot, pada lain pihak kita harus memperhitungkan dampak negatif dan berusaha untuk menekannya menjadi sekecil-kecilnya. Pembangunan itu harus berwawasan lingkungan dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) merupakan salah satu alat


(22)

dalam upaya dilakukannya pembangunan berwawasan lingkungan (Soemarwoto, 1999 ; 59).

Kegunaan AMDAL, khususnya dalam usaha menjaga kualitas lingkungan adalah: a. Mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tidak rusak, terutama

sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui;

b. Menghindari efek samping dari pengolahan sumber daya terhadap sumber daya alam lainnya, proyek-proyek lain dan masyarakat agar tidak timbul pertentangan-pertentangan;

c. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran, misalnya timbulnya pencemaran air, udara, tanah, kebisingan dan sebagainya sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat; d. Agar dapat diketahui manfaat yang berdayaguna dan berhasilguna bagi

masyarakat, bangsa, dan negara (Supardi, 2003 ; 30).

Ketentuan yang terdapat padal Pasal 15 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, secara rinci ditegaskan oleh Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Kegiatan studi AMDAL dalam pembangunan telah menjadi suatu instrumen perencanaan yang dipersyaratkan oleh Pemerintah. Dalam pelaksanaan studi AMDAL, karena sifatnya yang holistik dan komprehensif dari kegiatan ekosistem, maka pekerjaan studi dampak lingkungan menjadi sangat luas. Dalam pelaksanaannya, studi AMDAL harus menggunakan dasar-dasar penelitian ilmiah.


(23)

16

Studi AMDAL adalah merupakan studi multi disiplin, oleh karenanya setiap pakar yang terkait dengan studi ini harus berpikir dan melaksanakan proses penelitian secara ilmiah dan terpadu. Secara keseluruhan studi AMDAL dapat dikemukakan merupakan studi terapan (applied study) atau bahkanaction study(Fandeli, 2007). Sebagai acuan bagi penanggung jawab usaha dalam menyusun dokumen AMDAL, Pemerintah melalui kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah menerbitkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Melalui pedoman ini diharapkan kajian dalam studi AMDAL dapat lebih terarah, mendalam dari aspek teknis, ekonomis-finansial dan lingkungan yang dapat memberi masukan yang diperlukan bagi perencana dan pengambil keputusan.

C. Pengertian Pemerintah Daerah

John Locke menganggap bahwa negara merupakan perwujudan kebersamaan, namun demikian negara selalu memberikan pembatasan terhadap kebebasan individu. Peranan negara harus memberikan perlindungan dan menjaga tata tertib masyarakat. Disini negara berfungsi mencegah tindakan kesewenangwenangan dari individu yang mengancam keselamatan individu lain. Hal ini menyangkut tujuan bernegara yang berkaitan dengan masalah demokrasi dalam bernegara. Kebebasan individu tidak mungkin dapat sebebas mungkin, dimana setiap individu ingin bergabung dalam masyarakat dengan individu lainnya yang telah siap bersatu atau mempunyai keinginan untuk bersatu, saling membantu dalam masalah hidup, kebebasan, dan hak milik (Siswanto Sunarno 2006:22-23). Untuk


(24)

menghindari dan mencegah terjadinya tindak kesewenang-wenangan itu maka diperlukan tiga sarana, yakni:

a. Undang-undang yang pasti, tetap atau tidak berubah dan disetujui oleh masyarakat umum;

b. Adanya badan pengadilan yang lepas bebas dari kuasa negara dan diketahui masyarakat;

c. Adanya keadilan yang terlaksana di dalam masyarakat.

Pasal 18 A UUD 1945, diamanatkan tentang hubungan wewenang antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah provinsi, Kabupaten dan Kota, atau antar Provinsi, Kabupaten dan kota diatur dengan Undang-Undang dengan memerhatikan kekhususan dan keragaan daerah. Disamping itu, hubungan keuangan pelayanan, pelayanan umum, pemanfaatan Sumber Daya Alam, serta Sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan UU, Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat UUD Negara RI tahun 1945 maka kebijakan politik hukum yang ditempuh oleh pemerintahan daerah yang dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan daerah, menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah, dengan mempertimbangkan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan satu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(25)

18

Berdasarkan kebijakan politik hukum pemerintah diatas, penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan penetapan strategi di bawah ini (Siswanto Sunarno, 2006:2-3):

1. Peningkatan pelayanan, pelayanan bidang pemerintahan, kemasyarakatan, dan pembangunan adalah suatu hal yang bersifat esensial guna mendorong atau menunjang dinamika interaksi kehidupan masyarakat baik sebagai sarana untuk memperoleh hak-haknya, maupun sebagai sarana kewajiban masyarakat sebagai warga negara yang baik. Bentuk-bentuk pelayanan pemerintah tersebut, antara lain meliputi rekoendasi, perizinan, dispensasi, hak berusaha, surat keterangan kependudukan.

2. Pemberdayaan dan peran serta masyarakat, konsep pembangunan dalam rangka otonomi daerah ini, bahwa peran serta masyarakat lebih menonjol yang dituntut kreativitas masyarakat baik penguaha, perencana, pengusaha jasa, pengembang, dalam menyusun konsep strategi pembangunan daerah, dimana peran pemerintah hanya terbatas pada memfasilitasi dan mediasi.

3. Peningkatan Daya Saing Daerah. Peningkatan daya saing ini, guna tercapainya keunggulan lokal dan apabila dipupuk kekuatan ini secara nasional akan terwujud resultant keunggulan daya saing nasional. Disamping itu, daya saing nasional akan menunjang sistem ekonomi nasional yang bertumpu pada strategi kebijakan ekonomi rakyat.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 maka yang dimaksud ialah “

penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas ekonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip nasional sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.


(26)

Adapun pengertian pemerintahan pusat yang selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia. Di samping itu penyelenggara pemerintahan daerah adalah Gubernur atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Unsur perangkat daerah ini adalah unsur birokratis yang ada di daerah meliputi tugas-tugas para Kepala Dinas, Kepala badan. Unit-unit kerja di lingkungan pemerintah daerah yang sehari-hari dikendalikan oleh sekretariat daerah (Pasal 1, UU No. 32 Tahun 2004).

Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah negara, sedangkan Gubernur dan Bupati/ Walikota adalah pemegang kekuasaan pemerintah daerah. Hubungan fungsi pemerintahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dilakukan melalui sistem otonomi yang meliputi desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pemerintahan tersebut tidak ada yang saling membawahi, namun demikian fungsi dan peran pemerintahan provinsi juga mengemban pemerintahan pusat sebagai wakil pemerintah pusat di daerah. Hal mengenai urusan pemerintahan yang dapat dilaksanakan oleh daerah itu sendiri, sangat tepat diberikan kebijakan otonomi sehingga setiap daerah akan lebih mampu dan mandiri untuk memberikan pelayanan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah.

D. Perbuatan Hukum Administrasi Negara

Menurut Kuntjoro Purbopranoto (2001:240) tugas penyelenggaraan kepentingan umum ini dijalankan oleh alat adminisrasi negara yang bisa terwujud seorang petugas atau badan pemerintahan yang berdasarkan perturan perundang-undangan, diberi wewenang untuk menyatakan kehendak pemerintah, penguasa


(27)

20

maupun kesatuan hukum yang dilengkapi dengan alat-alat kewenangan yang memaksa baik dipusat maupun didaerah. Segala tindakan dan kewenangan alat-alat permerintahan untuk menjalankan tugas/tujuan negara dengan menggunakan wewenang khusus atau tertentu ini disebut dengan perbuatan pemerintahan.

Seiring dengan meluasnya tugas-tugas administrasi negara dalam penyelenggaraan pemerintahan semakin besar pula kekuasaan administrasi Negara tersebut. Dalam melakukan tindakan administrasi negara memerlukan keleluasaan dalam menentukan kebijakan-kebijakannya. Akan tetapi dalam suatu Negara hukum adalah merupakan syarat bahwa setiap tindakan administrasi tersebut haruslah dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun secara hukum. Hukum Administrasi Negara (HAN) menjadi landasan kerja bagi administrasi negara yang mengemban tugas servis publik. Dalam hal melaksanakan tugas itu secara aktif, artinya dalam menyelenggarakan pemerintahan, administrasi negara melakukan suatu perbuatan penetapan yang menghasilkan ketetapan (Kuntjoro Purbopranoto, 2001:240).

Keputusan administrasi negara yang berupa penetapan ini disebut juga tindakan administrasi negara yang dalam menjalankan tugasnya dibidang pelayanan publik, menggunakan wewenang dan kekuasaannya berdasarkan hukum publik, dalam hal ini hukum administrasi negara. Dengan kata lain HAN menjadi landasan kerja bagi administrasi negara yang mengemban tugas servis publik. Dalam hal melaksanakan tugas itu secara aktif, administrasi negara melakukan suatu perbuatan penetapan yang menghasilkan ketetapan.


(28)

Istilah beschikking Indonesia diperkenalkan pertama kali oleh WF. Pring. Ada

yang menerjemahkan istilah beschikking ini dengan “ketetapan” merupakan

keputusan pemerintahan untuk hal yang bersifat konkret dan individual (tidak ditujukan untuk umum) dan sejak dulu telah dijadikan instrumen yuridis pemerintahan yang utama. Dikalangan para sarjana terdapat perbedaan pendapat dalam mendefenisikan istilah ketetapan, diantaranya (Ridwan HR, 146) :

a. Ketetapan adalah pernyataan kehendak dari organ pemerintahan untuk (melaksanakan) hal khusus, ditujukan untuk menciptakan hubungan hukum baru, mengubah atau menghapus hukum yang ada.

b. Ketetapan adalah suatu pernyataan kehendak yang disebabkan oleh surat permohonan yang diajukan atau setidak-tidaknya keinginan atau keperluan yang dinyatakan Beschikking adalah keputusan tertulis dari administrasi negara yang mempunyai akibat hukum.

c. Beschikkingadalah suatu tindakan hukum yang bersifat sepihak dalam bidang pemerintahan yang dilakukan oleh suatu badan pemerintahan berdasarkan wewenang yang luar biasa.

E. Wewenang Pemerintah Daerah Dalam Mengatur Izin Industri

Alat-alat perlengkapan administrasi Negara dalam melakukan tugasnya harus melakukan suatu perbuatan tertentu, hal ini dimaksudkan agar alat-alat perlengkapan administrasi negara dapat melakukan tugasnya dengan baik. Perbuatan tata usaha tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga macam perbuatan-buatan tata usaha negara yaitu (Soehino, 2000:56) :


(29)

22

2. Mengeluarkan peraturan

3. Melakukan perbuatan materiil atau perbuatan wajar.

Dengan demikian dalam pembicaraan tentang bentuk-bentuk perbuatan alat-alat perlengkapan administrasi negara yang akan dibicarakan adalah bentuk-bentuk perbuatan alat-alat perlengkapan administrasi negara yang disebut ketetapan administrasi yang sifatnya sepihak, pengertian ketetapan administrasi

sebagaimana disebutkan diatas dapat disempurnakan menjadi “Perbuatan hukum

pemerintah atau penguasa dalam arti luas dalam lapangan pemerintahan dalam arti sempit, yang dilakukan berdasarkan wewenang yang diberikan kepadanya oleh aturan hukum inabstrakto dan unpersonal, yang berupa pembentukan aturan hukum inkonkrito mengenai sesuatu yang konkrit dan terhadap subyek hukum yang konkret (Pasal 7, UU No. 5 Tahun 1984).

Pengertian ketetapan administrasi sebagaimana dirumuskan di atas mengandung pengertian bahwa, ketetapan administrasi itu adalah perbuatan hukum pemerintah dalam pengertian luas yang dilakukan dalam lapangan pemerintahan dalam arti luas meliputi:Pemerintah dalam arti sempit, badan pembentuk Undang-undang dan pengadilan. Ketetapan administrasi memiliki bentuk-bentuk khusus, yaitu: izin, dispensasi dan konsesi. Syarat-syarat yang disertai pada pemberian izin, dispensasi, konsesi dan lisensi tersebut pada hakikatnya merupakan suatu aturan hukum inkonkrito yang sifatnya konstutif dalam arti bahwa dalam pemberian izin dan sebagai itu, oleh alat perlengkapan administrasi negara yang bersangkutan ditentukan suatu perbuatan tertentu dalam hal atau keadaan konkrit yang apabila tidak dilakukan atau dilanggar dapat merupakan alasan dijatuhkannya sanksi.


(30)

Pemberian izin industri selaku upaya pemerintah dalam mengendalikan dampak lingkungan hidup maka dibuatlah Undang-undang tentang perindustrian yaitu: Undang-Undang No. 5 Tahun 1984, dimana dalam Undang-Undang dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum yang kokkoh dalam upaya pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam Undang-Undang perindustrian ini dinyatakan pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri.

Pengaturan industri, pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, pengembangan terhadap industry (Pasal 8, UU No. 5 Tahun 1984), untuk :

1. Mewujudkan perkembangan industri yang lebih baik, secara sehat dan berhasil guna

2. Mengembangkan persaingan yang baik dan sehat serta mencegah persaingan yang tidakjujur

3. Mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.

Melalui pengaturan, pembinaan dan pengembangan, pemerintah mencegah penanaman modal yang boros serta timbulnya persaingan yang tidak jujur dan kurang dalam kegiatan bidang usaha industri dan sebaliknya mengembangkan iklim persaingan yang baik dan sehat. Melalui pengaturan, pembinaan dan pengembangan pemerintah mencegah pemusatan dan pengusahaan industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.


(31)

24

Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan bidang usaha industri secara seimbang terpadu dan terarah untuk memperkokoh struktur industri secara seimbang, terpadu dan terarah untuk memperkokoh struktur industry nasional pada setiap tahap perkembangan industry (Pasal 9, UU No. 5 Tahun 1984). Adapun yang dimaksud dengan pengaturan, pembinaan dan pengembangan bidang usaha industri dalam pasal ini adalah upaya yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam arti yang seluas-luasnya terhadap kegiatan industri. Tugas dan tanggung jawab untuk menciptakan iklim dan suasana yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan bidang usaha industri ini pada dasarnya berada pada pemerintah. Oleh karenanya, adalah wajar bilamana upaya pembinaan dan pengembangan, dilakukan oleh pemerintah dengan wewenang yang diberikan oleh undang-undang ini, dilakukan secara seimbang, terpadu dan terarah untuk memperkokoh struktur industry nasional pada setiap tahap perkembangan industri.

Pengaturan dan pembinaan bidang usaha industri dilakukan dengan memperhatikan. Pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup, serta pengamanan terhadap keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam. Dalam pelaksanaan pembangunan sumber-sumber alam harus digunakan secara rasional. Penggalian sumber daya alam tersebut, harus diusahakan agar tidak merusak tata lingkungan hidup, dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang.


(32)

F. Asas Diadakannya Sistem Perizinan

Jenis penetapan ini timbul dari strategi dan teknik yang dipergunakan oleh pemerintah untuk menguasai atau mengendalikan berbagai keadaan, yakni dengan melarang tanpa izin tertulis untuk melakukan kegiatan-kegiatan apapun yang hendak diatur atau dikendalikan oleh pemerintah. Dengan perkataan lain, melalui sistem perizinan tersebut pihak penguasa melakukan campur tangan kedalam atau atas proses jalannya kegiatan-kegiatan masyarakat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh adminisrasi negara agar segala sesuatunya berlangsung dengan sehat dan bersih: (a) efektivitas, (b) legitimasi, (c) Yuridikitas, (d) Legalitas, (e) Moralitas, (f) mutu teknis, (g) Efisiensi, benar-benar berlaku dalam pemrosesan dan penerbitan daripada penetapan-penetapan yang memberikan keuntungan ini. sebanyak-banyak faktor harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara harmonis agar supaya hasilnya adalah kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat bernegara (Soehino, 2000:54). Adapun penetapan-penetapan yang memberi keuntungan adalah:

(1) Dispensasi

Suatu penetapan yang bersifat deklaratoir, yang menyatakan, bahwa suatu ketentuan undang-undang memang tidak berlaku bagi kasus sebagaimana dijalankan oleh seorang pemohon. Warga masyarakat yang mengajukan permintaan dispensasi harus mengajukan bukti alasan-alasan yang nyata dan sah, bahwa dia berhak untuk memperoleh dispensasi sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang.


(33)

26

(2) Izin (Vergunning)

Izin adalah suatu penetapan yang merupakan dispensasi daripada suatu larangan oleh Undang-Undang. Pada umumnya pasal Undang-undang bersangkutan

berbunyi “Dilarang Tanpa Izin …. (melakukan)…. Dan seterusnya”. Selanjutnya larangan tersebut diikuti dengan perincian dari syarat” kriteria dan sebagainya yang perlu dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh dispensasi dari larangan tersebut, disertai dengan penetapan prosedur dan juklak (petunjuk pelaksanaan) kepada pejabat-pejabat administrasi negara yang bersangkutan.

(3) Lisensi

Suatu pengertian khas Indonesia yang dinegeri Belanda tidak ada. Istilah tersebut berasal dari istilah hukum administrasi Amerika Serikat “License” yang berarti dalam bahasa Belanda “Vergunning”. Jadi lisensi adalah izin untuk melakukan sesuatu yang bersifat komersil serta mendatangkan keuntungan atau laba. Setelah rezim devisa dihapus, maka istilah dan pengertian lisensi tersebut makin tidak dikenal orang.

(4) Konsesi

Suatu penetapan administrasi negara yang secara yuridis sangat kompleks oleh karena merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi, izin-izin, lisensilisensi, disertai dengan pemberian “Wewenang Pemerintaha terbatas kepada

konsensionaris. Konsesi tidak mudah diberkan oleh karena mengandung banyak bahaya penyeludupan, pengrusakan bumi dan kekayaan alam dan kadang merugikan masyarakat setempat yang bersangkutan. Konsesi diberikan atas permohonan yang terperinci prosedur beserta syarat-syaratnya kepada perusahaan-perusahaan yang mengusahakan sesuatu yang cukup besar, baik dalam arti modal,


(34)

tenaga kerja, maupun lahan atau wilayah usaha, misalnya:Perusahaan minyak bumi, perusahaan perhutanan, prusahaan perikanan. Perusahaan pertambangan pada umumnya. Oleh karena itu, semua perusahaan yang mendapatkan konsensi dengan mengusahakan sesuatu dengan modal besar, dengan mengurangi kedaulatan atau wewenang pemerintahan. Pemerintah, dan dengan luas areal atau lahan yang cukup besar, sehingga merupakan suatu usaha yang cukup rumit dari segi hukum memerlukan pengkajian yang mendalam, tidak cukup dengan izin biasa.

G. Teori Kewenangan

Dalam literatur ilmu politik, ilmu pemerintahan, dan ilmu hukum sering ditemukan istilah kekuasaan, kewenangan, dan wewenang. Kekuasaan sering disamakan begitu saja dengan kewenangan, dan kekuasaan sering dipertukarkan dengan istilah kewenangan, demikian pula sebaliknya. Bahkan kewenangan sering disamakan juga dengan wewenang. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan

dalam arti bahwa “ada satu pihak yang memerintah dan pihak lain yang

diperintah”(the rule and the ruled). (Miriam Budiardjo, 1998 ; 35-36)

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat terjadi kekuasaan yang tidak berkaitan dengan hukum. Kekuasaan yang tidak berkaitan dengan hukum oleh Henc van Maarseven disebut sebagai “blote match”, sedangkan kekuasaan yang

berkaitan dengan hukum oleh Max Weber disebut sebagai wewenang rasional atau legal, yakni wewenang yang berdasarkan suatu sistem hukum ini dipahami sebagai suatu kaidah-kaidah yang telah diakui serta dipatuhi oleh masyarakat dan bahkan yang diperkuat oleh Negara (A. Gunawan Setiardja, 1990 ; 52).


(35)

28

Dalam hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan. Kekuasaan memiliki makna yang sama dengan wewenang karena kekuasaan yang dimiliki oleh Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif adalah kekuasaan formal. Kekuasaan merupakan unsur esensial dari suatu Negara dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di samping unsur-unsur lainnya, yaitu: a) hukum; b) kewenangan (wewenang); c) keadilan; d) kejujuran; e) kebijakbestarian; dan f) kebajikan. (Rusadi Kantaprawira, 1998 ; 37-38)

Kekuasaan merupakan inti dari penyelenggaraan Negara agar Negara dalam keadaan bergerak (de staat in beweging) sehingga Negara itu dapat berkiprah, bekerja, berkapasitas, berprestasi, dan berkinerja melayani warganya. Oleh karena itu Negara harus diberi kekuasaan. Kekuasaan menurut Miriam Budiardjo adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang atau Negara.

Agar kekuasaan dapat dijalankan maka dibutuhkan penguasa atau organ sehingga Negara itu dikonsepkan sebagai himpunan jabatan-jabatan (een ambten complex) di mana jabatan-jabatan itu diisi oleh sejumlah pejabat yang mendukung hak dan kewajiban tertentu berdasarkan konstruksi subyek-kewajiban. Dengan demikian kekuasaan mempunyai dua aspek, yaitu aspek politik dan aspek hukum, sedangkan kewenangan hanya beraspek hukum semata. Artinya, kekuasaan itu dapat bersumber dari konstitusi, juga dapat bersumber dari luar konstitusi (inkonstitusional), misalnya melalui kudeta atau perang, sedangkan kewenangan jelas bersumber dari konstitusi (Miriam Budiardjo, 1998 ; 39).


(36)

Ateng syafrudin (Ateng Syafrudin, 2000 ; 23) berpendapat ada perbedaan antara pengertian kewenangan dan wewenang. Kita harus membedakan antara kewenangan (authority, gezag) dengan wewenang (competence, bevoegheid). Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang, sedangkan wewenang hanya

mengenai suatu “onderdeel” (bagian) tertentu saja dari kewenangan. Di dalam

kewenangan terdapat wewenang-wewenang (rechtsbe voegdheden). Wewenang merupakan lingkup tindakan hukum publik, lingkup wewenang pemerintahan, tidak hanya meliputi wewenang membuat keputusan pemerintah (bestuur), tetapi meliputi wewenang dalam rangka pelaksanaan tugas, dan memberikan wewenang serta distribusi wewenang utamanya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Secara yuridis, pengertian wewenang adalah kemampuan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum[. Pengertian wewenang menurut H.D. Stoud (dalam Irfan Fachruddin, 2004 ; 4) adalah wewenang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintah oleh subjek hukum publik dalam hukum publik).

Dari berbagai pengertian kewenangan sebagaimana tersebut di atas, penulis berkesimpulan bahwa kewenangan memiliki pengertian yang berbeda dengan wewenang. Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang berasal dari undang-undang, sedangkan wewenang adalah suatu spesifikasi dari kewenangan, artinya barang siapa (subyek hukum) yang diberikan kewenangan oleh undang-undang,


(37)

30

maka ia berwenang untuk melakukan sesuatu yang tersebut dalam kewenangan itu.

Kewenangan yang dimiliki oleh organ (institusi) pemerintahan dalam melakukan perbuatan nyata (riil), mengadakan pengaturan atau mengeluarkan keputisan selalu dilandasi oleh kewenangan yang diperoleh dari konstitusi secara atribusi, delegasi, maupun mandat. Suatu atribusi menunjuk pada kewenangan yang asli atas dasar konstitusi (UUD). Pada kewenangan delegasi, harus ditegaskan suatu pelimpahan wewenang kepada organ pemerintahan yang lain. Pada mandat tidak terjadi pelimpahan apapun dalam arti pemberian wewenang, akan tetapi, yang diberi mandat bertindak atas nama pemberi mandat. Dalam pemberian mandat, pejabat yang diberi mandat menunjuk pejabat lain untuk bertindak atas nama mandator (pemberi mandan).

Delegasi adalah kewenangan yang dialihkan dari kewenangan atribusi dari suatu organ (institusi) pemerintahan kepada organ lainnya sehingga delegator (organ yang telah memberi kewenangan) dapat menguji kewenangan tersebut atas namanya, sedangkan pada Mandat, tidak terdapat suatu pemindahan kewenangan tetapi pemberi mandat (mandator) memberikan kewenangan kepada organ lain (mandataris) untuk membuat keputusan atau mengambil suatu tindakan atas namanya.

Ada perbedaan mendasar antara kewenangan atribusi dan delegasi. Pada atribusi, kewenangan yang ada siap dilimpahkan, tetapi tidak demikian pada delegasi. Berkaitan dengan asas legalitas, kewenangan tidak dapat didelegasikan secara besar-besaran, tetapi hanya mungkin dibawah kondisi bahwa peraturan hukum


(38)

menentukan menganai kemungkinan delegasi tersebut. Delegasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Abdul Rasyid Thalib, 2006 ; 219):

a. delegasi harus definitif, artinya delegasn tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu;

b. delegasi harus berdasarkan ketentuan perundang-undangan, artinya delegasi hanya dimungkinkan jika ada ketentuan yang memungkinkan untuk itu dalam peraturan perundang-undangan;

c. delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hierarki kepagawaian tidak diperkenankan adanya delegasi;

d. kewajiban memberi keterangan (penjelasan), artinya delegans berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut;

e. peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya delegans memberikan instruksi (petunjuk) tentang penggunaan wewenang tersebut.

Kewenangan harus dilandasi oleh ketentuan hukum yang ada (konstitusi), sehingga kewenangan tersebut merupakan kewenangan yang sah. Dengan demikian, pejabat (organ) dalam mengeluarkan keputusan didukung oleh sumber kewenangan tersebut. Stroink menjelaskan bahwa sumber kewenangan dapat diperoleh bagi pejabat atau organ (institusi) pemerintahan dengan cara atribusi, delegasi dan mandat. Kewenangan organ (institusi) pemerintah adalah suatu kewenangan yang dikuatkan oleh hukum positif guna mengatur dan mempertahankannya. Tanpa kewenangan tidak dapat dikeluarkan suatu keputusan yuridis yang benar.


(39)

32

H. Unsur-unsur Perizinan.

Berdasarkan pemaparan pendapat para pakar, dapat disebutkan bahwa izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan Peraturan Perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan diantaranya adalah:

a. Instrumen Yuridis

Dalam negara hukum modern tugas, kewenangan pemerintah tidak hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan, tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum. Tugas dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas klasik yang sampai kini masih tetap di pertahankan. Dalam rangka melaksanakan tugas ini kepada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan, yang dari fungsi pengaturan ini muncul beberapa instrumen Yuridis untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret yaitu dalam bentuk ketetapan.

Sesuai dengan sifatnya, individual dan konkret, ketetapan ini merupakan ujung tombak dari instrumen hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan, atau sebagai norma penutup dalam rangkaian norma hukum. Salah satu wujud dari ketetapan ini adalah izin. Berdasarkan jenis-jenis ketetapan izin termasuk sebagai ketetapan yang bersifat konstitutif, yakni ketetapan yang menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh seseorang yang namanya tercantum dalam ketetapan itu, (ketetapan yang memperkenankan sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan). Dengan demikian, izin merupakan instrumen yuridis dalam bentuk ketetapan yang bersifat konstitutif dan yang digunakan oleh pemerintah untuk


(40)

menghadapi atau menetapkan peristiwa konkret. Sebagai ketetapan, izin itu dibuat dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku pada ketetapan pada umumnya sebagaimana yang telah disebutkan.

b. Peraturan Perundang-Undangan

Salah satu prinsip dalam negara adalah peraturan berdasarkan Perundang-undangan (Wetmatigheid Van Bestuur) dengan kata lain, setiap tindakan hukum pemerintah, baik dalam menjalankan fungsi pengaturan maupun fungsi pelayanan, harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Untuk dapat melaksanakan dan menegakkan ketentuan hukum positif perlu wewenang. Tanpa wewenang tidak dapat dibuat keputusan yuridis yang bersifat konkret.

c. Organ Pemerintah

Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintahan baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Dari penelurusan pelbagai ketentuan penyelenggaraan pemerintah dapat diketahui bahwa mulai dari administrasi negara tertinggi (presiden) sampai dengan administrasi negara yang terendah (lurah) berwenang memberikan izin. Ini berarti terdapat aneka ragam administrasi negara (termasuk instansinya) pemberi izin yang didasarkan pada jabatan yang dijabatnya baik ditingkat pusat maupun daerah.

d. Peristiwa Konkrit

Disebutkan bahwa izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk ketetapan yang digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkret dan individual. Peristiwa konkret artinya peristiwa yang trejadi pada waktu tertentu,


(41)

34

orang tertentu, tempat tertentu dan fakta hukum tertentu. Karena peristiwa konkret ini beragam, sejalan dengan keragaman perkembangan masyarakat, izin pun memiliki berbagai keragaman, izin yang jenisnya beragam itu dibuat dalam proses yang cara prosedurnya tergantung dari kewenangan pemberi izin, macam izin dan struktur organisasi instansi yang menerbitkannya.

e. Prosedur dan Persyaratan

Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin disamping harus menempuh prosedur tertentu, pemohon izin juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu yan ditentukan seara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin. Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda tergantung jenis izin, tujuan izin dan instansi pemberi izin Menurut Soehino, syarat-syarat dalam izin itu bersifat konstitutif dan kondisional. Bersifat konstitutif, karena ditentukan suatu perbuatan atau tingkah laku tertentu harus (terlebih dahulu) dipenuhi, artinya dalam hal pemberian izin itu ditentukan suatu perbuatan konkret dan bila tidak dipenuhi dapat dikenai sanksi. Bersifat kondisional, karena penilaian tersebut baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang diisyaratkan itu terjadi.


(42)

A. Pendekatan Masalah

Proses pengumpulan dan penyajian sehubungan dengan penelitian ini maka digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan Yuridis Normatif adalah suatu pendekatan yang dilakukan dimana pengumpulan dan penyajian data dilakukan dengan mempelajari dan menelaah konsep-konsep dan teori-teori serta peraturan-peraturan secara kepustakaan yang berkaitan dengan pokok bahasan penulisan skripsi ini. Sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dalam kenyataan yang ada mengenai tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang dilakukan oleh anak.

B. Sumber dan Jenis data

Sumber dan jenis data dalam penelitian ini hanya menggunakan data Primer dan data sekunder:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari observasi di lapangan. Dalam rangka penelitian lapangan terutama yang menyangkut pokok bahasan skripsi ini. Dalam hal ini data diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap beberapa responden di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandar Lampung.


(43)

36

2. Data Sekunder

Data sekunder terdiri dari antara lain: a. Bahan Hukum Primer, antara lain:

1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1984 Tentang Perindustrian.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah.

4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri.

5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan bahan hukum primer yang terdiri dari:

1) Literatur 2) Kamus


(44)

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan, dengan cara : a. Studi Pustaka

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari undang-undang, peraturan pemerintah dan literatur hukum yang berkaitan dengan kekuatan pembuktian keterangan saksi. Hal ini dilakukan dengan cara membaca, mengutip dan mengidentifikasi data yang sesuai dengan pokok bahasan dan ruang lingkup penelitian ini.

b. Studi lapangan

Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan informan yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan mengadakan wawancara langsung kepada Ir. Endang Puji Astuty selaku Kasubbid Penataan Lingkungan Hidup BPPLH Kota Bandar Lampung.

2. Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan.

b. Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif.


(45)

38

c. Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data.

D. Analisis Data

Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan menguraikan dari data yang diperoleh di dalam penelitian dengan bentuk kalimat.


(46)

(47)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Yuswato, S.H., M.H. ...

Sekretaris/Anggota : Satria Prayoga, S.H., M.H. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Charles Jackson, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heriyandi, S.H., M.S. NIP 196211091987031003


(48)

Ku Persembahkan Karya Keciku ini Untuk Papah dan Mamah Tercinta yang Telah Mendididk Serta Melimpahkan Kasih Sayang dan Cintanya yang Begitu Besar Padaku Sedari Kecil Hingga

Sampai Saat ini, Serta Kakak dan Adikku Tercinta yang Selalu Mendukung dan Memberiku Semangat.


(49)

Judul Skripsi : PEMBERIAN IZIN INDUSTRI OLEH PEMERINTAH DAERAH UNTUK

MELAKUKAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DI KOTA BANDAR

LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Edwin Novrito No. Pokok Mahasiswa : 0742011121

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Yuswato, S.H., M.H. Satria Prayoga, S.H., M.H.

NIP 1962051411987031003 NIP 198206232008121003

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H. NIP 196112191988032002


(50)

Penulis dilahirkan di Kota Bumi, pada tanggal 7 November 1988, Sebagai anak lima dari enam bersaudara dari pasangan dari Ahmad Damiri dan Victoria, S. Ag.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Madrasah Iptidaiyah Negeri (MIN) 1 Blambangan Pagar yang diselesaikan tahun 2001, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Kalibalangan yang diselesaikan tahun 2004, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Way Pengubuan yang diselesaikan tahun 2007.

Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung dan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Hukum (PKLH) di Kejaksaan Negeri Tanjung Karang pada tahun 2010.


(51)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul Pemberian Izin Industri Oleh Pemerintah Daerah Untuk Melakukan Pengendalian Dampak Lingkungan Di Kota Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Yuswanto, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan masukan-masukan yang membangun, memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

2. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan masukan-masukan yang membangun, memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

3. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I atas waktu, saran, masukan dan kritik membangunnya kepada penulis untuk dapat menyempurnakan skripsi ini;


(52)

menyempurnakan skripsi ini;

5. Bapak Dr. Heriyandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

6. Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara dan Ibu Upik Hamidah S.H., M.H selaku sekertaris jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung;

7. Ibu Melly Aida, S.H., M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis;

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah mendidik, membimbing serta memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis;

9. Staf dan karyawan bagian hukum Administrasi Negara yang telah banyak membantu penulis demi kelancaran skripsi ini;

10. Ibu Endang Pujiastuti ( Sekretaris BPMP ) dan Bapak Benny Joko Purnomo (KASUBBID Penataan Lingkungan Hidup) yang telah memberi bantuan atas riset yang telah saya lakukan di Instansi Bapak, dan Ibu saya ucapkan terima kasih semoga bisa membantu dan bermanfaat untuk masyarakat dikemudian hari.

11. papah, mamah, kakak dan adikku tercinta yang selalu memberikan dorongan dan semangat serta doa kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

12. Teman-temanku Minak Aneztio N, Sasta Arada, Aldo Muhammad, Yuda, Bowo dan Tukul khususnya nofy yang selalu sabar menghadapi saya serta


(53)

teman-teman di fakultas hukum Universitas Lampung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas persahabatan dan motivasinya. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Bandar Lampung, 1 Mei 2012 Penulis


(54)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung dalam melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup melalui izin industri yang diberikan dilakukan dengan mewajibkan perusahaan untuk memiliki dokumen UKL/UPL tersendiri berdasarkan pada regulasi pemerintah terkait. Dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) Dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Di Kota Bandar Lampung. Pemberian izin industri oleh Pemerintah Daerah dijadikan sarana pengendalian dampak lingkungan hidup di Kota Bandar Lampung dilakukan karena salah satu upaya untuk mencegah timbulnya dampak negatif yang berupa pencemaran lingkungan hidup adalah dimasukkannya kewajiban pengusaha untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam pemberian izin usaha industri. Setiap pendirian perusahaan industri maupun perluasan wajib memperoleh izin. Setiap pengusaha diwajibkan untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan kewajiban ini dicantumkan dalam setiap izin yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.


(55)

64

2. Hambatan yang terjadi dalam Prosedur Pemberian Izin Usaha Industri yaitu diantaranya proses mengurus izin yang perlu waktu lama, kepastian proses perizinan, pemohon izin, aparatur perizinan dan instansi terkait, sarana pendukung, benturan peraturan, mengurus izin mahal, dan percaloan dalam pengurusan izin. Upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam Pemberian Izin Usaha Industri dengan cara pembenahan birokrasi dan kelembagaan perizinan daerah, jaringan data secaraonline, penyediaan sarana dan prasarana, mengupayakan umpan balik dari pelanggan, dan membangun komitmen.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan :

1. Dalam pelestarian lingkungan hidup Pemerintahan harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terhadap dampak lingkungan hidup dalam bentuk penyuluhan langsung, media massa, atau media elektronik. Hal tersebut diperlukan agar masyarakat pada umumnya sadar dan peduli lingkungan serta perusahaan yang melakukan kegiatan industri pada khususnya.

2. Diharapkan kepada Pemerintah dan lembaga-lembaga ataupun aparatur penegak hukum terkait agar tetap mensosialisasikan pentingnya AMDAL khususnya mengenai dokumen UKL/UPL yang harus dipenuhi di dalam perizinan industri sebab masih banyak perusahaan yang belum sepenuhnya memahami hal tersebut. Buktinya masih banyak kasus-kasus lingkungan


(56)

hidup yang seakan-akan perusahaan tidak mau peduli dengan fungsi lingkungan hidup.

3. Perlunya pengadaaan sarana dan prasarana yang memadai dalam Pemberian Izin Usaha Industri, perubahan birokrasi serta peningkatan komitmen dari instansi merupakan hal yang patut untuk diperhatikan guna mendapat umpan balik dari masyarakat sehingga masyarakat merasa puas akan pelayanan yang diberikan dan intansi pun merasa tujuan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat telah dilakukan dengan baik.


(1)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Pemberian Izin Industri Oleh Pemerintah Daerah Untuk Melakukan Pengendalian Dampak Lingkungan Di Kota Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Yuswanto, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan masukan-masukan yang membangun, memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

2. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan masukan-masukan yang membangun, memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

3. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I atas waktu, saran, masukan dan kritik membangunnya kepada penulis untuk dapat menyempurnakan skripsi ini;


(2)

4. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas II atas waktu, saran, masukan dan kritik membangunnya kepada penulis untuk dapat menyempurnakan skripsi ini;

5. Bapak Dr. Heriyandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

6. Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara dan Ibu Upik Hamidah S.H., M.H selaku sekertaris jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung;

7. Ibu Melly Aida, S.H., M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis;

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah mendidik, membimbing serta memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis;

9. Staf dan karyawan bagian hukum Administrasi Negara yang telah banyak membantu penulis demi kelancaran skripsi ini;

10. Ibu Endang Pujiastuti ( Sekretaris BPMP ) dan Bapak Benny Joko Purnomo (KASUBBID Penataan Lingkungan Hidup) yang telah memberi bantuan atas riset yang telah saya lakukan di Instansi Bapak, dan Ibu saya ucapkan terima kasih semoga bisa membantu dan bermanfaat untuk masyarakat dikemudian hari.

11. papah, mamah, kakak dan adikku tercinta yang selalu memberikan dorongan dan semangat serta doa kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

12. Teman-temanku Minak Aneztio N, Sasta Arada, Aldo Muhammad, Yuda, Bowo dan Tukul khususnya nofy yang selalu sabar menghadapi saya serta


(3)

teman-teman di fakultas hukum Universitas Lampung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas persahabatan dan motivasinya. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Bandar Lampung, 1 Mei 2012 Penulis


(4)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung dalam melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup melalui izin industri yang diberikan dilakukan dengan mewajibkan perusahaan untuk memiliki dokumen UKL/UPL tersendiri berdasarkan pada regulasi pemerintah terkait. Dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) Dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Di Kota Bandar Lampung. Pemberian izin industri oleh Pemerintah Daerah dijadikan sarana pengendalian dampak lingkungan hidup di Kota Bandar Lampung dilakukan karena salah satu upaya untuk mencegah timbulnya dampak negatif yang berupa pencemaran lingkungan hidup adalah dimasukkannya kewajiban pengusaha untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam pemberian izin usaha industri. Setiap pendirian perusahaan industri maupun perluasan wajib memperoleh izin. Setiap pengusaha diwajibkan untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan kewajiban ini dicantumkan dalam setiap izin yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.


(5)

64

2. Hambatan yang terjadi dalam Prosedur Pemberian Izin Usaha Industri yaitu diantaranya proses mengurus izin yang perlu waktu lama, kepastian proses perizinan, pemohon izin, aparatur perizinan dan instansi terkait, sarana pendukung, benturan peraturan, mengurus izin mahal, dan percaloan dalam pengurusan izin. Upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam Pemberian Izin Usaha Industri dengan cara pembenahan birokrasi dan kelembagaan perizinan daerah, jaringan data secaraonline, penyediaan sarana dan prasarana, mengupayakan umpan balik dari pelanggan, dan membangun komitmen.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan :

1. Dalam pelestarian lingkungan hidup Pemerintahan harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terhadap dampak lingkungan hidup dalam bentuk penyuluhan langsung, media massa, atau media elektronik. Hal tersebut diperlukan agar masyarakat pada umumnya sadar dan peduli lingkungan serta perusahaan yang melakukan kegiatan industri pada khususnya.

2. Diharapkan kepada Pemerintah dan lembaga-lembaga ataupun aparatur penegak hukum terkait agar tetap mensosialisasikan pentingnya AMDAL khususnya mengenai dokumen UKL/UPL yang harus dipenuhi di dalam perizinan industri sebab masih banyak perusahaan yang belum sepenuhnya memahami hal tersebut. Buktinya masih banyak kasus-kasus lingkungan


(6)

65

hidup yang seakan-akan perusahaan tidak mau peduli dengan fungsi lingkungan hidup.

3. Perlunya pengadaaan sarana dan prasarana yang memadai dalam Pemberian Izin Usaha Industri, perubahan birokrasi serta peningkatan komitmen dari instansi merupakan hal yang patut untuk diperhatikan guna mendapat umpan balik dari masyarakat sehingga masyarakat merasa puas akan pelayanan yang diberikan dan intansi pun merasa tujuan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat telah dilakukan dengan baik.