Pemberian Izin industri Dalam Rangka Public Service Pemerintah Daerah Untuk Melakukan Upaya Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (Study Di Kota Medan)
TESIS
PEMBERIAN IZIN INDUSTRI DALAM RANGKA
PUBLIC SERVICE PEMERINTAH DAERAH
UNTUK MELAKUKAN UPAYA PENGENDALIAN
DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
(STUDY DI KOTA MEDAN)
Oleh :
PUTRI EKA RAMADHANI
057005019 / HK
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2007
(2)
PEMBERIAN IZIN INDUSTRI DALAM RANGKA PUBLIC
SERVICE PEMERINTAH DAERAH UNTUK MELAKUKAN
UPAYA PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
(STUDI DI KOTA MEDAN)
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora Dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH :
PUTRI EKA RAMADHANI
057005019
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
(3)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : PUTRI EKA RAMADHANI BATUBARA, SH.
Tempat/ Tgl.lahir : MEDAN, 20 JULI 1982.
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Agama : ISLAM
Pendidikan :
• Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan IKAL Medan. (lulus Tahun 1991)
• Sekolah Menengah Pertama Yayasan Pendidikan KARTIKA 1-1 Medan (lulus Tahun 1997)
• Sekolah Menengah Atas Yayasan Pendidikan Harapan I Medan (lulus Tahun 2000)
• Sarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara (lulus Tahun 2004)
• Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (lulus Tahun
(4)
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Tiada kata pembuka yang paling pantas dikemukakan selain mengucapakan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan taufik dan rahmat- Nya dengan memberikan kesehatan, kekuatan dan ketabahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Juga disampaikan shalawat dan salam keharibaan junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabatnya, para tabi’in dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Tesis ini diberi judul “ Pemberian izin Industri dalam rangka Public
Service pemerintah daerah untuk melakukan upaya pengendalian damapak lingkungan hidup (studi di kota medan)”. Tesis ini diajukan guna memenuhi salah
satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam rangkaian studi di Magiter Ilmu Hukum pada Program studi Hukum Administrasi Negara Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam penyeleaian tesis ini penulis telah banyak memperoleh dorongan, pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menghanturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P.Lubis, DTM&H, Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumetera Utara
2. Ibu Prof.,Dr.,Ir. T. Chairun Nisa B, M.sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum , serta para guru besar dan staf pengajar program studi Ilmu Hukum yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi hari depan penulis.
4. Bapak Prof. Syamsul Arifin, SH,MH , Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS dan Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah membantu memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
(5)
5. Ibu Dr. Sunarmi, SH., M.Hum, dan Bapak Syarifuddin S. Hasibuan., SH., MH, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan demi memperkaya penulisan tesis ini.
Secara Khusus Penulis hanturkan terima kasih yang tiada terhingga dan kasih sayang penulis persembahkan untuk Ayahanda H. Rusdi Batubara, SH., dan Ibunda Hj. Maryam Zakaria atas dukungan, motivasi dan iringan doa yang merupakan rahmat bagiku dalam menyelesaikan studi dan tugas akhir ini.
Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada teman-teman seangkatan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu namanya yang telah memberikan motivasinya hingga selesainya tesis ini. Juga kepada para staf sekretariat program studi Magister Ilmu Hukum yang telah membantu dalam mengurus Administrasi selama perkuliahan.
Akhirnya penulis mengharapkan tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penulis berdoa semoga ilmu yang telah diperoleh dapat dipergunakan untuk kepentingan bangsa dan agama. Amin..
Medan , Agustus 2007 Penulis,
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL...
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Keaslian Penelitian... 7
BAB II UPAYA PEMERINTAH DAERAH KOTA MEDAN DALAM MELAKUKAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP MELALUI IZIN INDUSTRI YANG DIBERIKAN DALAM RANGKA PUBLIC SERVICE ... 8
A. Pengertian Pemerintah Daerah... 8
1. Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintahan ... 8
2. Pembagian Urusan Pemerintahan ... 9
3. Hubungan Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten / Kota ... 10
B. Perbuatan Hukum Administrasi Negara... 10
C. Wewenang Pemerintah Daerah Dalam Mengatur Izin Industri 11 D. Prosedur Izin Usaha Industri... 12
(7)
BAB III HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN IZIN DENGAN UPAYA DAMPAK PENGENDALIAN LINGKUNGAN
HIDUP DALAM SEKTOR INDUSTRI... 14
A. Perizinan ... 14
1. Pengertian Izin ... 14
2. Unsur-unsur Perizinan... 14
3. Fungsi dan Tujuan Izin ... 14
4. Bentuk dan Isi Izin ... 15
B. Hubungan Fungsional Antara Hukum Administrasi Negara dengan UUPLH... 15
C. Upaya Dampak Pengendalian Lingkungan Hidup... 16
1. Wewenang Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 16
2. Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup ... 16
3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup... 17
4. Kegunaan AMDAL... 18
5. Jenis Studi AMDAL... 18
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan sekitarnya.
Manusia dalam hidupnya baik secara pribadi maupun sebagai kelompok masyarakat
selalu berintegrasi dengan lingkungan dimana tempat mereka hidup. Dengan
demikian kelangsungan hidup manusia ditentukan interaksi manusia itu sendiri
dengan lingkungannya dan untuk itu harus dijaga atau dilestarikan fungsi lingkungan
hidup.
Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPLH), disebutkan apa yang dimaksud dengan lingkungan
hidup “lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lain”1
Tujuan masa depan yang didambakan oleh bangsa Indonesia adalah
pembangunan manusia yang seutuhnya, dan pembangunan sosial ekonomi ke arah
kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. Kebijaksaan pembangunan yang tertuju
pada pembangunan manusia seutuhnya, memuat keharusan untuk menegakkan
kehidupan yang berimbang, sebagai perwujudan dari keragaman lingkunagan hidup
dan keseimbangan ekosistem.
1
(9)
Pembangunan lingkungan hidup yang merupakan bagian yang sangat
penting bagi ekosistem yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan bagi seluruh
makhluk hidup di muka bumi ini, yang diarahkan terwujudnya kelestarian serta
fungsi lingkungan dalam keseimbangan dan kelestarian yang dinamis dengan
perkembangan kependudukan agar dapat menjamin pembangunan yang
berkelanjutan. Pembangunan lingkungan hidup bertujuan meningkatkan mutu,
memanfaatkan sumber daya alam yang berkelanjutan, merehabilitasi lingkungan,
mengendalikan pencemaran dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan lingkungan hidup maka
pengelolaan lingkungan hidup harus dilakukan secara baik dan terpadu. Pengelolaan
Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup
yang meliputi kebijakasanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup”.2
Untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup perlu dilakukan
perlindungannya. Dimana setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang melanggar baku
mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan.3 Pengembangan pembangunan secara
umum adalah suatu kegiatan manusia dan untuk manusia, sehingga secara umum pula
pencemaran lingkungan diakibatkan oleh kegiatan manusia yang kesemuanya
2
Pasal 1 butir 2 UUPLH. 3
Pasal 14 ayat (1) UUPLH ”untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan / atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup”. Yang dimaksud dengan Baku Mutu Lingkungan adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat energi, dan/atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemaran yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. (lihat Pasal 1 butir 11 UUPLH) sedangkan Kriteria Baku Kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik dan /atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang.(Pasal 1 butir 13)
(10)
tercakup dalam pertumbuhan penduduk, perkembangan permukiman, industri,
transportasi dan lain-lain.4 Akibat pengembangan kegiatan manusia antara lain
pengembangan industri akan menimbulkan sisa-sisa pembuangan berupa gas cair dan
padat, yang jika dibuang kelingkungan hidup akan menimbulkan dampak yang
berbahaya terhadap kehidupan manusia.
Undang-Undang No. 5 tahun 1984 tentang Perindustrian, didalamnya
mengatur mengenai Industri, izin usaha industri yang menjadi dasar bagi Perusahaan
Industri untuk melakukan kegiatannya 5 Usaha industri dalam melakukan kegiatannya
wajib memelihara pelestarian fungsi lingkungan yang pelaksanaannya antara lain,
berdasarkan pada ketentuan baku mutu limbah cair.6
Peranan lingkungan hidup sebagai aset bangsa dan negara sangat penting
sehingga diperlukan suatu pendekatan yang bijak dalam pengelolaanya. Pendekatan
yang bijak terhadap pengelolaan lingkungan hidup ini, berkaitan pula karena
lingkungan hidup sangat bersentuhan langsung dengan aktivitas pembangunan. Oleh
karena begitu pentingnya lingkungan hidup. Maka setiap rencana dan/atau kegiatan
4
Koesnadi Harjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, (Edisi Ke VI, cet. Kesebelas, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994) hal.144
5
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan / atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangunan dan perekayasaan industri. (Pasal 1 butir 2) sedangkan Perusahaan Industri adalah Badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri (Pasal 1 butir 7)
6
Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemaran dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas kedalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan (Pasal 1 butir 15 PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air)
(11)
yang dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,
wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.7
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan tanggung jawab dan kewajiban
bersama antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Hal ini ditegaskan dalam
UUPLH yang menyatakan sebagai berikut:‘setiap orang mempunyai hak untuk
berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku’.8 Dengan demikian pengelolaan lingkungan
hidup merupakan hak atau peran yang meliputi peran dalam proses pengambilan
keputusan baik dengan cara mengajukan keberatan maupun dengan pendapat atau
dengan cara lain yang ditentukan dalam proses penilaian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup atau perumusan kebijakan lingkungan hidup.
Dalam pelaksanaan lebih lanjut menyebutkan bahwa : “sumber daya alam
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh pemerintah”.9 Dan untuk melaksanakan
ketentuan itu maka pemerintah :
1. Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup.
7
Pasal 15 ayat (1) UUPLH jo PP No. 27 Tahun 1999 tentang Amdal. Lihat juga Supriadi ,
Hukum Lingkungan DiIndonesia, sebuah pengantar, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta , 2006, hal 191.
8
Pasal 5 ayat (3) UUPLH 9
(12)
2. Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan
hidup dan pemanfaatan kembali sumbar daya alam termasuk sumber daya
genetika.
3. Mengatur pembuatan hukum dan hubungan hukum antara orang atau subyek
hukum lainya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber
daya buatan, termasuk sumber daya genetika.
4. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial
5. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup
sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Hal yang menyangkut pengaturan, pembinaan, pengembangan industri
adalah kewenangan pemerintah. Dalam hal kewenangan campur tangan pemerintah
dalam pergaulan sosial ekonomi masyarakat, dikenal adanya kebijaksanaan publik
(Public Policy).
Bentuk kebijaksanaan pemerintah secara konkrit yaitu dalam bentuk izin.
Pemberian izin tersebut dimaksudkan untuk mengendalikan masyarakat dalam
hubungannya berbagai aspek kehidupan masyarakat, misalnya izin pembuangan
limbah cair ke dalam air, diberikan dengan syarat-syarat tertentu guna mengendalikan
pencemaran air, karena suatu kegiatan industri dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan (pencemaran)10
10
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukannya mahkluk hidup, zat energi, dan / atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
(13)
Dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan sebagaimana disebut diatas,
salah satu yang dilakukan adalah dengan memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat (public service), salah satu bentuk pelayanan publik untuk masyarakat
adalah pemberian izin yang hanya dapat diperoleh dari pemerintahan sebagai
penyelengara pemerintahan negara untuk menjalankan usaha dilingkungan
masyarakat.
Pelayanan Pemerintah Daerah merupakan tugas dan fungsi utama
Pemerintah daerah. Hal ini berkaitan dengan fungsi dan tugas utama pemerintah
secara umum, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan pemberian
pelayanan yang baik kepada masyarakat maka pemerintahan akan dapat mewujudkan
tujuan negara yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat pelayanan kepada
masyarakat tersebut terintegrasi dalam penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan.11
Dalam melakukan tugasnya, instansi–instansi pemerintah (administrasi
negara), melakukan perbuatan–perbuatan baik yang bersifat yuridis (artinya yang
secara langsung menciptakan akibat–akibat hukum) dan yang bersifat non yuridis.
Ada 4 (empat) macam perbuatan Hukum Administrasi Negara masa kini, yakni :12
1. Penetapan (beschiking, administrative discretion ) dapat dirumuskan sebagai
perbuatan hukum sepihak yang bersifat administrasi negara dilakukan oleh
11
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah,(Jakarta : Grasindo, 2007) hal. 286
12
Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara,(Cetakan ke 10, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994) hal. 94 – 103.
(14)
pejabat atau instansi penguasa yang berwenang dan berwajib khusus untuk
itu.
2. Rencana (Plan) adalah salah satu bentuk dari perbuatan hukum administrasi
negara yang mencipta hubungan hukum (yang mengikat) antara penguasa dan
para warga masyarakat. Dari segi hukum administrasi negara, maka suatu
rencana adalah seperangkat tindakan –tindakan yang terpadu, dengan tujuan
agar tercipta suatu keadaan yang tertib bilamana tindakan-tindakan tersebut
telah selesai direalisasikan.
3. Norma jabaran (concrete normgering) adalah suatu perbuatan hukum
(rechtshandeling) daripada penguasa Administrasi Negara untuk membuat
agar suatu ketentuan undang-undang mempunyai isi yang konkret dan praktis
dan dapat diterapkan menurut keadaan waktu dan tempat.
4. Legislasi – Semu (pseudo – wetgering) adalah penciptaan dari aturan-aturan
hukum oleh pejabat administrasi negara yang berwenang yang sebenarnya
dimaksudkan sebagai garis-garis pedoman (richlijnen).legislasi semu berasal
dari Diskresi atau Freies Ermessen yang dipunyai oleh Administrasi Negara,
yang pada umumnya dipakai untuk menetapkan kebijaksanaan.
Penetapan (beschikking) dapat dirumuskan sebagai perbuatan hukum
sepihak yang bersifat administrasi negara dilakukan oleh pejabat atau instansi
penguasa (negara) yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu.13
13
(15)
Dalam prakteknya, penetapan ini ada yang akibat hukumnya
menguntungkan bagi masyarakat tapi ada juga yang dianggap merugikan masyarakat.
Selanjutnya Prajudi Atmosudirdjo, membagi penetapan-penetapan yang
menguntungkan ke dalam 4 jenis, yaitu :14
1. Dispensasi
2. Izin / vergunning
3. Lisensi
4. Konsensi
Sebenarnya dasar pemberian izin untuk perorangan atau badan hukum
swasta adalah timbul strategi dan teknik yang dipergunakan oleh pemerintah untuk
menguasai atau mengendalikan berbagai keadaan, yakni dengan melarang tanpa izin
tertulis untuk melakukan kegiatan–kegiatan apapun yang hendak diatur atau
dikendalikan oleh pemerintah.15 Dengan perkataan lain melalui sistem perizinan
tersebut pihak penguasa melakukan campur tangan kedalam atau atas proses jalannya
kegiatan-kegiatan masyarakat tertentu.
Pengertian izin oleh pihak administrasi negara berkaitan dengan
kewenangan administrasi negara dalam menjalankan pemerintahan. Bisa secara
14
Dispensasi ialah keputusanadministrasi negara yang membebaskan suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut. Lisensi ialah suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarakan suatu perusahaan. Lisensi digunakan untuk menyatakan suatu izin yang memperkenankan seseorang untuk menjalankan suatu perusahaan dengan izin khusus atau istimewa.
Konsensi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang besar dimana kepentingan umum
terlibat erat sekali sehingga sebenarnya pekerjaan itu menjadi tugas dari pemerintah,tetapi oleh pemerintah di berikan hak penyelenggaraanya kepada konsesionaris (pemegang izin) yang bukan pejabat pemerintah. Bentuknya dapat berupa kontraktual ataukombinasi antara lisensi dengan pemberian status tertantu dengan hak dan kewajiban serta syarat-syarat tertentu
15
(16)
atribusi, delegasi (sub delegasi), dan mandat.16 Ketiga hal itu dilakukan secara
kombinasi, yang bertalian erat dengan asas-asas desentralisasi, dekonsentrasi dan
tugas pembantuan,17 serta dalam operasionalisasinya berbaur satu dengan yang
lainnya.
Ada banyak jenis perizinan yang sampai saat ini masih berlaku dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah dan masyarakat. Selain jenisnya, perizinan
juga dapat dibedakan atas instansi pemberi izinnya, apakah Pemerintah Pusat atau
Pemerintah provinsi dan atau Pemerintah kabupaten/kota. Pihak yang mempunyai
kewenangan dalam memberikan izin, dapat melaksanakan sendiri kewenangan
tersebut atau dapat melimpahkan kewenangan yang dimilikinya tersebut.
Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemerintahan baik
pemerintahan pusat, propinsi, kota/kabupaten tidak terlepas dari kebijakan
pengelolaan potensi sumber daya alam yang dimiliki.
Sebelum berlaku Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, pengelolaan
lingkungan hidup sepenuhnya berada ditangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah
hanya menjalankan kebijakan-kebijakan yang dimuat oleh pemerintahan pusat.
16
Dalam kamus hukum pengertian dari : Delegasi ialah penyerahan wewenang dari atasan kepada bawahan dalam lingkungan tugas tertentu dengan kewajiban mempertanggung jawabkan kepada yang menyerahkan tugas. Mandat ialah perintah yang berasal dari orang banyak dalam hal ini adalah rakyat, pekumpulan dan sebagainya kepada seseorang atau beberapa orang untuk dilaksanakan sesuai dengan kehendak yang memberi kuasa tersebut.
17
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai
wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Sedangkan Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten /kotadan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten / kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
(17)
Daerah hanya sebagai perpanjangan tangan dan menjalankan tugas yang diberikan
oleh pemerintah pusat. Dengan kata lain pengelolaan lingkungan hidup di daerah
berdasarkan asas dekonsentrasi.
Setelah adanya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 dan digantikan
dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana
pemerintah daerah menyelengarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintah yang oleh undang-undang ini ditentukan
menjadi urusan pemerintah. Dan pemerintah daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan.18
Dengan adanya otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab,
memberikan kesempatan kepada daerah untuk meningkatkan pelayanan dan
pembangunan daerah. Daerah dapat mengelola potensi sumber daya alam yang
dimiliki daerah, akan menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap lingkungan
hidup. Bila tidak dikelola secara baik dan benar maka dampak negatiflah yang
muncul dipermukaan. Maka untuk mengantisipasi masalah ini pemerintah daerah
dalam pengelolaan lingkungan hidup harus mampu melahirkan kebijakan-kebijakan
kongkrit yang sesuai dengan pengelolaan lingkungan hidup. Dengan kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan meminimalkan dampak negatif yang
timbul akibat dari pengelolaan lingkungan hidup yang baik pula, sehingga
terwujudnya pelestarian fungsi lingkungan hidup.
18
(18)
Pelaksanaan kebijaksanan pengelolaan lingkungan hidup dapat
mengikutsertakan peran Pemerintahan Daerah.19 Selanjutnya, dalam UUPLH
menegaskan bahwa dalam hal wewenang pengawasan diserahkan kepada
Pemerintahan Daerah, kepala daerah menetapkan pejabat yang berwenang melakukan
pengawasan. 20
Kemudian dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menetapkan bahwa daerah mempunyai wewenangan dalam
mengelola sumber daya nasional yang tersedia diwilayahnya dan bertanggung jawab
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan diatas, maka penulis
tertarik untuk mengangkat judul tentang “Pemberian Izin Industri Dalam Rangka
Public Service Pemerintah Daerah Untuk Melakukan Upaya Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (study di kota Medan)”.
19
Pasal 12 ayat (1) huruf b , UUPLH 20
(19)
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka beberapa hal yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya pemerintah daerah kota Medan dalam melakukan
pengendalian dampak linkungan hidup melalui izin industri yang diberikan
dalam rangka pelayanan publik / Public service.
2. Bagaiman hubungan antara pemberian izin dengan upaya dampak
pengendalian lingkungan hidup dalam sektor industri.
C. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah diuraikan tersebut di
atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah
1. Untuk mengetahui upaya pemerintah daerah kota Medan dalam melakukan
pengendalian dampak lingkungan hidup melalui izi industri yang diberikan dalam
rangka pelayanan publik / Public service
2. Untuk mengetahui hubungan antara pemberian izin dengan upaya dampak
(20)
D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu baik
secara teoritis maupun secara praktis, yakni :
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut dan mempunyai arti
penting bagi penemuan konsep-konsep mengenai perizinan dalam pengelolaan
lingkungan hidup di pemerintahan kota Medan. Dan diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi bidang ilmu hukum secara umum dan hukum
administrasi negara secara khusus.
2. Secara praktis
a. Sebagai informasi bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk memahami
pengaturan perizinan industri dalam pengelolaan lingkungan hidup.
b. Sebagai bahan hukum administrasi negara, khususnya mengenai pemberian
izin dalam upaya pengendalian lingkungan hidup.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengamatan serta penelusuran kepustakaan yang dilakukan
di perpustakaan Universitas Sumatera Utara , penelitian mengenai Pemberian Izin
Industri Dalam Rangka Public Service Pemerintah Daerah Untuk Melakukan Upaya Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (study di kota Medan) ini
(21)
penelitian ini dapat dikategorikan penelitian yang baru dan keasliaannya dapat
dipertanggung jawabkan, karena dilakukan dengan nuansa keilmuan, kejujuran,
rasional, objektif, dan terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan
akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Dalam interaksi manusia dan alam lingkunganya, membutuhkan aturan
dan norma. Aturan dan norma yang terlihat sebagai wujud hukum, berfungsi sebagai
landasan interaksional lingkungan dari setiap kegiatan manusia. Sebagaimana
menurut Lawrence M. Friedman,21 bahwa :
Setiap hukum memiliki 3 (tiga) aspek, yaitu: Structure, yang berkaitan dengan institusi-institusi yang kompeten dalam membuat dan melaksanakan undang-undang (legislatif dan pengadilan). Substance, adala aturan, norma, dan pola prilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu.. Dan Legal culture, yakni sikap masyarakat terhadap hukum dan sistem hukum
Soerjono Sukanto menyatakan, bahwa kesadaran hukum merupakan suatu
proses psikis yang terdapat dalam diri manusia, yang mungkin timbul dan mungkin
pula tidak timbul. Akan tetapi asas kesadaran hukum itu terdapat pada diri setiap
manusia,oleh karena setiap manusia mempunyai rasa keadilan.22
Dalam kaitan dengan penelitian tentang adil tidaknya suatu hukum positif
tertulis, Soerjono Sukanto menyatakan, bahwa senantiasa bergantung pada taraf
21
Lawrence M Friedman, American Law an Introduction, 2nd Edition, terjemahan Wisnu Basuki, (Jakarta : PT. Tatanusa, 2001) hal. 7-8
22
Soerjono Sukanto, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat,(Jakarta : CV. Rajawali, 1982) hal. 211
(22)
persesuaian antara rasa keadilan pembentukan hukum dengan rasa keadilan warga
masyarakat yang kepentingan-kepentingannya diatur oleh hukum tadi. Secara logis,
maka prosesnya adalah bahwa seseorang harus memahami hukum tersebut, sebelum
mempunyai kesadaran hukum.23 Dengan demikian, maka masalah kesadaran hukum
sebenarnya menyangkut faktor-faktor apakah suatu ketentuan hukum tertentu
diketahui, diakui, dihargai, dan ditaati.
Perhatian terhadap kesadaran hukum masyarakat adalah penting
sebagaimana dinyatakan oleh Koesnadi Harjasoemantri, bahwa kunci berhasilnya
program pembangunan di bidang lingkungan hidup ada di tangan manusia dan
masyarakat.24
Selanjutnya Friedman25 melihat ada 4(empat) Fungsi sistem hukum, yaitu:
Pertama, sebagai kontrol sosial; kedua, sebagai sarana penyelesaian sengketa; ketiga, sebagai bagian dari perencanaan sosial dalam kebijakan publik, yang disebut dengan social engineering function;dan keempat, sebagai social
maintenance, yakni sebagai fungsi pemeliharaan ketertiban atau status quo.
Tujuan hukum perlindungan lingkungan ialah menciptakan keseimbangan kemampuan lingkungan yang serasi (enviromental harmony).
Instrumen hukum melalui fungsi-fungsinya itu akan menjadi pedoman
bagi prinsip yang kita terapkan berupa pembangunan berwawasan lingkungan.
Hukum dapat memainkan fungsinya terutama sebagai kontrol dan menjadi kepastian
bagi masyarakat dalam menciptakan keserasian antara aksi pembangunan yang
23
Lawrence M. Friedman, Op.cit hal.212 24
Koesnadi Hardjasoemantri, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup, (Cet. 3,Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1993) hal. 19
25
(23)
diteruskan serta ditingkatkan demi mencapai keserasian antara aksi pembangunan
yang diteruskan serta ditingkatkan demi mencapai taraf kesejahteraan dan
kemakmuran disatu pihak, dengan pemanfaatan sumbar daya alam yang serba
terbatas dilain pihak. Menurut fungsinya sebagai sarana pembaharuan dan
pembangunan ( a tool of social engineering) hukum dapat diarahkan untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan yang bewawasan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan standar
yang tidak hanya ditujukan bagi perlindungan lingkungan, melainkan juga bagi
kebijaksanaan pembangunan, artinya :
Dalam penyediaan, penggunaan, peningkatan kemampuan sumber daya alam dan penigkatan taraf ekonomi, perlu menyadari pentingnya pelestarian fungsi lingkungan hidup, kesamaan derajat antar generasi, kesadaran terhadap hak dan kewajiban masyarakat, pencegahan terhadap pembangunan yang desktruktif (merusak) yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan, serta berkewajiban untuk turut serta dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan pada setiap lapisan masyarakat. 26
Oleh karena itu untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang
dibutuhkan sebuah perencanaan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
sehingga dapat memberikan jaminan, perlindungan, kepastian dan arah bagi
pembangunan. Instrumen yang dibutuhkan itu menurut Lili Rasjidi adalah hukum.27
Hukum bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi
26
Alvi Syahrin, Pembangunan Berkelanjutan (perkembangan, prinsip- prinsip dan status
hukumnya), (Medan, Fakultas Hukum USU,1999) hal. 27. Perhatikan juga, Koesnadi Harjasoemantri, Hukum Tata lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada university Press, Edisi ke- 8 cetakan ke-18,2005)
hal 18-19 27
Lili Rasjidi dan I. B Wiyasa Putra, Hukum sebagai suatu sistem,(Bandung,Remaja Rosdakarya,1993) hal. 118
(24)
rakyat. Selanjutnya Lili Rasjidi mengemukakan bahwa : ”hukum berfungsi mengatur,
juga berfungsi sebagai pemberi kepastian, pengamanan, pelindung dan penyeimbang,
yang sifatnya sekedar adaftif, fleksibel, melainkan juga Predidiktif dan antisipatif.
Potensi hukum ini terletak pada dua dimensi utama dari fungsi hukum yaitu fungsi
preventif dan fungsi represif ”28
Fungsi preventif yaitu fungsi pencegahan, yang dituangkan dalam bentuk
pengaturan pencegahan yang pada dasarnya merupakan desain dari setiap tindakan
yang hendak dilakukan masyarakat, yang meliputi seluruh aspek tindakan manusia,
termasuk risiko dan pengaturan prediktif terhadap bentuk penangulangan risiko itu.
Sedangkan represif adalah fungsi penanggulangan, yang dituangkan dalam bentuk
penyelesaian sengketa atau pemulihan dahulu telah ditetapkan dalam perencanaan
tindakan itu.
Pemerintah baik pusat maupun daerah mempunyai tiga fungsi utama yaitu
(1) memberikan pelayanan/ services baik pelayanan perorangan maupun pelayanan
publik/khalayak, (2) melakukan pembangunan fasilitas ekonomi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi (development for ekonomic growth), dan (3) memberikan
perlindungan/ protecitve kepada masyarakat.29
Fungsi pertama, yaitu public services functions berarti pemerintah wajib
memberikan pelayanan publik secara perorangan maupun khalayak/ publik. Dalam
hal pelayanan publik, kata publik menunjuk pada sejumlah orang yang mempunyai
28
Ibid, hal.123 29
(25)
kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap, dan tindakan yang benar dan baik
berdasarkan nilai-nilai dan norma yang mereka miliki. Kata publik tidak sama dan
sebangun dengan masyarakat. Oleh karena itu, untuk membahas public service
dipakai pelayanan publik, bukan pelayanan masyarakat.
Pelayanan publik yaitu pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah
kepada sejumlah orang yang mempunyai kebersamaan berpikir, perasaan, harapan,
sikap, an tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai dan norma yang
mereka miliki. Jadi, yang dimaksud publik di sini adalah sejumlah penduduk atau
rakyat yang tinggal dalam wilayah suatu pemerintah daerah yang mempunyai pikiran,
perasaan, dan kepentingan yang sama terhadap keberadaan pemerintah daerah
berdasarkan nilai-nilai yang mereka pegang. Pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah daerah untuk memenuhi kepentingan publik disebut pelayanan publik.
Pemberian izin termasuk layanan publik sekaligus jasa publik karena orang yang
memanfaatkan layanan tersebut harus membayar sesuai dengan tarif yang ditetapkan
pemerintah.
Salah satu persyaratan penaatan terhadap lingkungan hidup adalah
bagaimana melaksanakan dengan tegas salah satu instrumen penaatan terhadap
lingkungan hidup, yaitu perizinan. Dimana setiap usaha dan/atau kegiatan yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan wajib memiliki analisis
(26)
dan/atau kegiatan.30 Dan dalam izin tersebut dicantumkanya persyaratan dan
kewajiban untuk melakukan upaya pengendalian lingkungan hidup.31
Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa dalam izin melakukan usaha dan
atau/kegiatan harus ditegaskan kewajiban yang berkenaan dengan penaatan terhadap
ketentuan mengenai pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan oleh
penangung jawab usaha dan atau kegiatan dalam melaksanakan usaha/kegiatannya.
Bagi usaha dan kegiatan yang diwajibkan untuk membuat atau melaksanakan analisis
mengenai dampak lingkungan hidup, maka rencana pengelolaan (RKL) dan rencana
pemantauan lingkungan (RPL) hidup yang wajib dilaksanakan oleh penanggung
jawab harus dicantumkan dan dirumuskan dengan jelas dalam izin melakukan usaha
dan/atau kegiatan. Dan apabila suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku diwajibkan melaksanakan analisis
dampak lingkungan hidup, maka persetujuan diajukan bersamaan dengan
permohonan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.
Dalam formulasi penjelasan tersebut dalam kalimat terakhir istilah
”analisis dampak lingkungan” seharusnya berbunyi ”analisis mengenai dampak
lingkungan”.32 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan merupakan turunan dari UU No. 23 Tahun 1997dan
30
Pasal 18 ayat (1) UUPLH ”setiap usaha dan / atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan untuk memperoleh izin melakukan usaha dan / atau kegiatan”
31
Pasal 18 ayat (3) UUPLH ” dalam izin yang dimaksud pada ayat (1) dicantumkan persyaratan dan kewajiban untuk melakukan upaya pengendalian dampak lingkungan hidup”
32
(27)
memiliki peranan yang sangat signifikan dalam mencegah pencemaran dari sumber
tidak bergerak.
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 ini mensyaratkan kelengkapan
dokumen AMDAL sebelum mendapatkan izin operasional, misal izin industri. Juga
tergantung dari skala usaha, setiap kegiatan industri diwajibkan untuk menyusun
dokumen AMDAL, UKL-UPL atau SPPL.
Dalam kaitannya dengan Industri dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1984 tentang Perindustrian merupakan landasan bagi pemerintah dalam menyusun
kebijakan untuk mencegah dampak akibat kegiatan industri yang berpotensi
membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Dapat dilihat dalam pasal 21
yang secara tegas melarang kegiatan industri menyebabkan degradasi dan
pencemaran lingkungan serta ekosistem.33
Dalam melakukan penerbitan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan
wajib diperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan :
a. rencana tata ruang
b. pendapat masyarakat
c. pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang yang
berkaitan dengan usaha dan/atau kegiatan tersebut.
33
Pasal 21 ayat (1) ” perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat industri yang dilakukannya”
(28)
Penerbitan izin yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berhubungan
dengan pengelolaan lingkungan hidup harus diumumkan agar masyarakat dapat
mengetahuinya. Pengumuman kepada masyarakat itu sendiri agar masyarakat
mengetahui dan apabila masyarakat tidak menyetujuinya, pemerintah dapat
mempertimbangkan adanya keberatan tersebut.sebab pengumuman yang dilakukan
oleh pemerintah merupakan alat kontrol yang efektif.34
Suatu Beschikking/keputusan adalah manifestasi dari adanya perbuatan
pemerintah (overheidshandeling ), dengan kata lain untuk mengetahui perbuatan
pemerintah dapat terlihat didalam keputusan-keputusannya, dan selanjutnya
perbuatan pemerintah itu sendiri adalah merupakan pancaran dari sistem
pemerintahan, dengan ketentuan bahwa untuk melihat secara konkrit tentang sistem
pemerintahan adalah terlihat dari perbuatan-perbuatan pemerintah. Yang penting,
keputusan atau perbuatan pemerintah maka kesemuanya tidak boleh bertentangan
antara yang satu dengan yang lainnya dengan kata lain bahwa masing-masing harus
sejiwa dan searah dengan asas HAN maupun asas Dasar Negara RI, pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.35
Bertolak dari fungsi perizinan dalam Undang-Undang No.5 tahun 1984
tentang perindustrian disektor industri, izin usaha industri terkait dengan pengaturan,
34
Supriadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia Sebuah Pengantar, (Jakarta, Penerbit Sinar Grafika, 2006). lihat juga Pasal 19 ayat (1) UUPLH
35
Muhammad Abduh, Profil Hukum Administrasi Negara Indonesia (HANI) dikaitkan
dengan unang – unang tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN),Pidato Pengukuhan
(29)
pembinaan, dan pengembangan industri.36Pemerintah dalam melakukan pengaturan
dan pembinaan di sektor industri dilakukan dengan memperhatikan antara lain,
pencegahan timbulnya pencemaran dan kerusakan terhadap lingkungan hidup serta
pengamanan terhadap keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam.37
Tidaklah mudah memberikan definisi apa yang dimaksud dengan izin, hal
ini disebabkan karena antara pakar tidak terdapat persesuaian paham, masing-masing
melihat dari sisi yang berlainan terhadap objek yang didefinisikannya. Didalam
Kamus Hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai izin dari pemerintah
berdasarkan undang-undang atau peraturan perundang-undangan atau peraturan
pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan
pengawasan khusus, tetapi yang pada umumnya tidak dianggap sebagai hal-hal yang
sama sekali tidak dikehendaki.38
Mengambil dasar pemikiran Prof. Steenbeek dalam kumpulan terjemahan
bidang Peradilan Tata Usaha Negara di lingkungan Mahkamah Agung Republik
Indonesia bahwa suatu tindakan tertentu adalah dilarang menurut undang – undang
sehingga untuk melaksanakan tindakan tersebut harus diperlukan izin. Berdasarkan
pemaparan pendapat diatas, dapat disebutkan bahwa izin adalah perbuatan
36
Pasal 13 ayat (2) ”pemberian Izin Usaha Industri terkait dengan Pengaturan, Pembinaan, dan Pengembangan industri ”
37
Pasal 9 ayat (4) ” Pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup, serta pengamanan terhadap keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam”
38
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, 2006) hal.208
(30)
pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk ditetapkan
pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu.
Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan yaitu sebagai
berikut:39
a. Instrumen Yuridis
b. Peraturan Perundang-undangan c. Organ Pemerintahan
d. Peristiwa Konkret
e. Prosedur dan Persyaratan
Menurut Marcos Lukman,40 kewenangan pemerintah dalam bidang izin
itu bersifat diskreasionare power atau berupa kewenangan terikat dan bebas dalam
arti kepada pemerintah diberi wewenang untuk mempertimbangkan atas dasar
inisiatif sendiri hal-hal yang berkaitan dengan izin, misalnya pertimbangan tentang :
1. kondisi-kondisi apa yang memungkinkan suatu izin dapat diberikan kepada
pemohon
2. bagaimana mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut
3. konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat pemberian atau penolakan
izin dikaitkan dengan pembatasan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
39
Ridwan HR, Op.cit, hal. 210 40
(31)
4. prosedur apa yang harus diikuti atau dipersiapkan pada saat dan sesudah
keputusan diberikan baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin
Adapun tujuan perizinan, tergantung pada kenyataan konkret yang
dihadapi. Keragaman peristiwa konkret menyebabkan keragaman pula dari tujuan
izin ini, yang secara umum dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Keinginan mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu, misalnya izin bangunan
2. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan misal izin lingkungan
3. Keinginan melindungi objek-objek tertentu, misal izin membongkar
monumen-monumen
4. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit, misal izin penghuni di daerah
penduduk padat
5. Izin memberikan pengarahan dengan menyeleksi orang-orang dan
aktivitas-aktivitas dimana pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Dari uraian di atas jelaslah mengapa izin sangat diperlukan dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Karena setiap orang mempunyai hak yang sama atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat.41Dan setiap orang berkewajiban memelihara
41
Pasal 5 ayat (1) UUPLH “setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”
(32)
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menaggulangi pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup.42
Dalam penjelasannya, kewajiban setiap orang sebagimana dimaksud pada
pasal itu tidak terlepas dari kedudukannya sebagai anggota masyarakat yang
mencerminkan harkat manusia sebagai individu dan mahkluk sosial. Kewajiban
tersebut mengandung makna bahwa setiap individu turut berperanserta dalam upaya
memelihara lingkungan hidup.
Sedangkan pemerintah memiliki wewenang pengelolaan lingkungan
hidup43Sehingga dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup pemerintah
berkewajiban 44:
1.) mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab para pengambilan keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup
2.) mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup
3.) mewujudkan menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara masyarakat , dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
4.) mengembangkan dan menerapkan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup yang menjamin terpeliharanya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
42
Pasal 6 ayat (1) UUPLH “setiap oarang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemarandan perusakan lingkungan hidup”
43
Pasal 8 ayat (1)UUPLH “ sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh pemerintah” lihat juga Pasal 33 ayat (3) UUD ‘ 45.
44
(33)
5.) mengembangkan dan menerapkan perangkat yang bersifat preemtif, preventif, dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
6.) memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan hidup 7.) menyelengarakan penelitian dan pengembanganya di bidang lingkungan hidup 8.) menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada
masyarakat
9.) memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa dibidang lingkungan hidup.
Apabila dikatakan bahwa izin itu dapat difungsikan sebagai instrumen
pengendalian dan intrumen untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,
sebagaimana yang diamatkan dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945, penaatan
dan pengaturan izin ini sudah semestinya harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Menurut Prajudi Atmosudirdjo, berkenaan dengan fungsi-fungsi hukum modern, izin
dapat diletakkan dalam fungsi menerbitkan masyarakat.45
Sesuai dengan sifatnya yang merupakan bagian dari ketetapan izin selalu
dibuat dalam bentuk tertulis. Sebagai ketetapan tertulis secara umum izin memuat
hal-hal sebagai berikut :
a. Organ yang Berwenang b. Yang Dialamatkan. c. Diktum
d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat. e. Pemberian Alasan
f. Pemberitahuan-Pemberitahuan Tambahan
45
(34)
2. Kerangka Konsep
Konsep adalah merupakan definisi operasionaldari berbagai istilah yang
dipergunakan dalam tulisan ini. Sebagaimana dikemukakan M.solly lubis, bahwa
kerangkan konsep adalah merupakan konstruksi konsep secara internal pada pembaca
yang mendapat stimulasi dan dorongan konseptual dari bacaan dan tujuan pustaka.46
Pengertian kata izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan
undang-undang atau peraturan pemerintahan, dimana dalam keadaan tertentu dapat
menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan.47
Izin menurut peraturan menteri dalam negri nomor 24 Tahun 2006 tentang
pedoman penyelenggaraan pelayanan terpadu satu atap adalah dokumen yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan
lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya
seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu.
Dan yang dimaksud dengan pemberian izin adalah suatu keputusan untuk
memperoleh suatu tindakan sebagai suatu penyimpangan dari keadaan yang berlaku,
yang melarang tindakan tersebut.
Sedangkan Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelolah bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang
46
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian , (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1997), hal. 80
47
(35)
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri 48
Pelayanan publik atau Publik Service dalam KEPMENPAN NO. 63/ KEP/
M.PAN/ 7/2003 adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
pemyelengggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan.
Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prisip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaiman dimaksud dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 49
Dalam UUPLH yang dimaksudkan dengan dampak lingkungan hidup
adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan / atau kegiatan.
G. Metode Penelitian
a. Sifat dan Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini metode yang akan dipergunakan adalah metode
penelitian yang bersifat penelitian deskriptif analitis,50artinya bahwa penelitian ini
48
Pasal 1 ayat (2) Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian 49
Pasal 1 ayat (2) Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah 50
Soerjono Soekanto,Sri Maudji, Metodologi penelitian hukum,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1995) hal. 12
(36)
hanya menggambarkan bagaimana suatu ketentuan hukum dalam konteks teori – teori
hukum yang dalam pemaparannya menggambarkan tentang berbagai persoalan yang
berkaitan dengan pemberian izin industri sebagai publik service pemerintah daerah
yang akan dikaitkan dengan upaya pengendalian dampak lingkungan hidup.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif, yang
mencakup penelitian terhadap asas – asas hukum, penelitian terhadap sistematika
hukum dan terhadap taraf sinkhronisasi hukum.51
b. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu
penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan penelaahan terhadap bahan-bahan
penelitian yang bersumber dari data sekunder yang meliputi :
a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat. Peraturan
perundang-undangan yang relevan dengan penelitian ini seperti : Undang-Undang Nomor
5 tahun 1984 tentang Perindutrian, Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997
tentang pengelolaan lingkungan hidup, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
tentang otonomi daerah, Undang – Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang
Perubahan atas undang – undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
51
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Press,1982) hal 51
(37)
1995 Tentang Izin Usaha Industri, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006, Tentang Jenis Rencana Usaha dan /
atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup. Peraturan Daerah Kota Meda nomor 13 Tahun 2003
Tentang Izin Pengelolaan dan Pemanfaatan limbah, Peraturan Daerah Kota
Medan nomor 10 Tahun 2003 Tentang Retribusi izin usaha industri,
perdagangan, gudang / ruangan dan tanda daftar perusahaan.
b. Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan
merupakan dokumen-dokumen resmi.52 Publikasi tentang hukum meliputi
buku-buku teks, jurnal, serta referensi lainnya yang dianggap relevan dengan
penelitian ini.
c. Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Dapat berupa kamus, ensiklopedia
dll.
c. Alat Pengumpulan Data
Alat yang dipergunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah mengunakan studi dokumen yaitu dilakukan dengan menginventarisir berbagai
baik bahan hukum primer, sekunder, maupun tertier melalui penelusuran kepustakaan
( library research ).
52
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,(Jakarta : Penerbit Prenada Media, 2005) hal.141
(38)
d. Analisis Data
Pada penelitian hukum normatif, pengelolaan data pada hakikatnya adalah
kegiatan untuk memindakan sistimatis terhadap bahan-bahan hukum tertulis.
Sisternatisasi berati membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis
tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisa dan konstruksi. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalan analisis data, yaitu :
1. Memilih peraturan perundang-undangan dari bahan hukum primer, sekunder
dan tersier yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan berkaiyan
dengan masalah pemberian izin dalam rangka Public service pemerintah
daerah untuk melakukan upaya pengendalian dampak lingkungan hidup.
2. Membuat sistematik dari bahan-bahan hukum sehingga menghasilkan
klasifikasi tertentu yang selaras dengan pelaksanaan prinsip public service
pemerintah daerah dalam memberikan izin usaha industri sebagai uapay
pengendalian dampak lingkungan hidup.
3. Menjelaskan hubungan konsep / teori dengan klasifikasi dengan teori-teori
yang dirumuskan.
4. Hasil penelitian yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif. Maksudnya
bahwa hasil analisis tidak tergantung dari jumlah data berdasarkan angka-
angka melainkan data yang dianalisis digambarkan dalam bentuk kalimat-
(39)
BAB II
UPAYA PEMERINTAH DAERAH KOTA MEDAN DALAM
MELAKUKAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
HIDUP MELALUI IZIN INDUSTRI YANG DIBERIKAN DALAM
RANGKA PUBLIC SERVICE
A. Pengertian Pemerintah Daerah
John Locke53 menganggap bahwa negara merupakan perwujudan
kebersamaan, namun demikian negara selalu memberikan pembatasan terhadap
kebebasan individu. Peranan negara harus memberikan perlindungan dan menjaga
tata tertib masyarakat. Disini negara berfungsi mencegah tindakan
kesewenang-wenangan dari individu yang mengancam keselamatan individu lain. Hal ini
menyangkut tujuan bernegara yang berkaitan dengan masalah demokrasi dalam
bernegara. Kebebasan individu tidak mungkin dapat sebebas mungkin, dimana setiap
individu ingin bergabung dalam masyarakat dengan individu lainnya yang telah siap
bersatu atau mempunyai keinginan untuk bersatu, saling membantu dalam masalah
hidup, kebebasan, dan hak milik. Untuk menghindari dan mencegah terjadinya tindak
kesewenang-wenangan itu maka diperlukan tiga sarana, yakni:
53
Basuki Ismail Dalam Siswanto Sunarno “Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia” (Jakarta : PT. Sinar Grafika, 2006) Hal. 22 - 23
(40)
a. Undang-undang yang pasti, tetap atau tidak berubah dan disetujui oleh
masyarakat umum.
b. Adanya badan pengadilan yang lepas bebas dari kuasa negara dan diketahui
masyarakat
c. Adanya keadilan yang terlaksana di dalam masyarakat
Dalam Pasal 18 A UUD 1945, diamanatkan tentang hubungan wewenang
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah provinsi, Kabupaten dan Kota, atau
antar Provinsi, Kabupaten dan kota diatur dengan Undang-Undang dengan
memerhatikan kekhususan dan keragaan daerah. Disamping itu, hubungan keuangan
pelayanan, pelayanan umum, pemanfaatan Sumber Daya Alam, serta Sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan
secara adil dan selaras berdasarkan UU, Dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah sesuai dengan amanat UUD Negara RI tahun 1945 maka
kebijakan politik hukum yang ditempuh oleh pemerintahan daerah yang dapat
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan daerah, menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah, dengan mempertimbangkan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan satu daerah dalam
(41)
Berdasarkan kebijakan politik hukum pemerintah diatas, penyelenggaraan
pemerintahan daerah dilakukan dengan penetapan strategi di bawah ini54:
1. Peningkatan pelayanan, pelayanan bidang pemerintahan, kemasyarakatan, dan
pembangunan adalah suatu hal yang bersifat esensial guna mendorong atau
menunjang dinamika interaksi kehidupan masyarakat baik sebagai sarana untuk
memperoleh hak-haknya, maupun sebagai sarana kewajiban masyarakat sebagai
warga negara yang baik. Bentuk-bentuk pelayanan pemerintah tersebut, antara
lain meliputi rekoendasi, perizinan, dispensasi, hak berusaha, surat keterangan
kependudukan.
2. Pemberdayaan dan peran serta masyarakat, konsep pembangunan dalam rangka
otonomi daerah ini, bahwa peran serta masyarakat lebih menonjol yang dituntut
kreativitas masyarakat baik penguaha, perencana, pengusaha jasa, pengembang,
dalam menyusun konsep strategi pembangunan daerah, dimana peran pemerintah
hanya terbatas pada memfasilitasi dan mediasi.
3. Peningkatan Daya Saing Daerah. Peningkatan daya saing ini, guna tercapainya
keunggulan lokal dan apabila dipupuk kekuatan ini secara nasional akan terwujud
resultant keunggulan daya saing nasional. Disamping itu, daya saing nasional
akan menunjang sistem ekonomi nasional yang bertumpu pada strategi kebijakan
ekonomi rakyat.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka
yang dimaksud ialah “ penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah
54
(42)
dan DPRD menurut asas ekonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip nasional sebagaimana dimaksud dalam UUD
1945. Adapun pengertian pemerintahan pusat yang selanjutnya disebut pemerintah
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia. Disamping itu penyelenggara pemerintahan daerah adalah
Gubernur atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah. Unsur perangkat daerah ini adalah unsur birokratis yang ada di
daerah meliputi tugas-tugas para Kepala Dinas, Kepala badan. Unit-unit kerja di
lingkungan pemerintah daerah yang sehari-hari dikendalikan oleh sekretariat daerah55
Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah negara, sedangkan
Gubernur dan Bupati/ Walikota adalah pemegang kekuasaan pemerintah daerah.
Hubungan fungsi pemerintahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
dilakukan melalui sistem otonomi yang meliputi desentralisasi, dekonsentrasi dan
tugas pemerintahan tersebut tidak ada yang saling membawahi, namun demikian
fungsi dan peran pemerintahan provinsi juga mengemban pemerintahan pusat sebagai
wakil pemerintah pusat di daerah. Hal mengenai urusan pemerintahan yang dapat
dilaksanakan oleh daerah itu sendiri, sangat tepat diberikan kebijakan otonomi
sehingga setiap daerah akan lebih mampu dan mandiri untuk memberikan pelayanan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah.
55
Lihat, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 1 angka (1), (2) dan (3)
(43)
1. Asas –asas Penyelenggaraan Pemerintahan
Undang-undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan Nepotisme telah menetapkan beberapa asas
penyelenggaraan negara yang bersih tersebut. Azas umum penyelenggaraan negara
berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 meliputi:56
a. Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, keputusan dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara negara,
b. Asas tertib penyelenggara negara, adalah asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.
c. Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan dan rahasia negara.
d. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban penyelenggara negara.
e. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan
kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggung jawabkan
56
(44)
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan menurut Undang-undang No. 32
Tahun 2004, selain menerapkan asas-asas sebagaimana disebut diatas juga
menambahkan tiga asas lagi, yakni asas kepentingan umum, asas efektif dan asas
efisien.
Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi
pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang
merata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa
untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang
dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan
berkembang sesuai daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Adapun yang
dimaksud dengan otonomi daerah yang bertanggung jawab adalah otonomi yang
dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud
pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan
nasional57
57
I Widarta, Cara Mudah Memahami UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, Penerbit Pondok Edukasi, Bantul, 2005, Hal. 36
(45)
Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu
penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara
daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar daerah
untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah.
Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin
hubungan yang serasi antar daerah pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan
menjaga keutuhan wilayah negara dan tetap tegaknya negara kesatuan Republik
(46)
Penyelenggaraan Pemerintah. Psl, 19 dan Psl
Asas Umum Psl 3 UU No. 28/1999 Psl 20 (1) 1.Kepastian Umum
2.Tertib penyelenggaraan negara 3.Ketertiban umum
4.Keterbukaan 5.Proporsionalitas 6.Profesionality 7.Akuntabilitas 8.Efisiensi 9.Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah dan DPRD Psl. 19 (2) Penyelenggaraan
Pemerintah
Presiden dibantu Wapres & Menneg Dep&Nondep Psl 19
(1)
Psl 20 (2) 1. Asas Desentralisasi 2. Asas Dekonsentrasi 3.Asas Tugas Pembantuan
Psl 20 (3) 1. Asas Otonomi
2. Asas Tugas Pembantuan
1.1Skema Penyelenggaraan Pemerintah menurut UUD No. 32/ 2004
Diambil dari I.widarta, dalam buku Memahami UU Pemerintahan Daerah. Hal.33
2. Pembagian Urusan Pemerintahan
Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah. Daerah Provinsi dan
daerah Provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan Kota yang masing-masing mempunyai
pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan dengan pemerintahan daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi
hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam
(47)
daerah serta antar pemerintahan daerah haruslah menjadi jaminan bagi
penyelenggaraan pemerintahan nasional.
Dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah lebih
mengutamakan penyelenggaraan pemerintahan yang harmonis-stabilisasi dengan
memperhatikan prinsip-prinsip:
(1) Menjaga keserasian hubungan antar susunan pemeirntahan
(Pemerintah-Daerah) dan antar pemerintahan daerah (Propinsi-Kabupaten/Kota),
interkoneksi (saling berhubungan) saling tergantung (Interdependensi) dan
saling mendukung.
(2) Daerah diberikan hak dan kewajiban dalam menyelenggarakan otonomi
daerah
(3) Pemerintah wajib memberikan pembinaan berupa: Pedoman dalam penelitian,
pengembangan, perencanaan dan pengawasan, serta memberi standar, arahan,
bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, koordinasi, pemantauan dan
evaluasi.
(4) Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus di daerah otonom dengan
melibatkan pemerintah daerah.
(5) Pemerintah daerah dan DPRD merupakan unsur dari pemerintahan daerah.
(Setara-sejajar/kemitraan), dimana kepala daerah memimpin penyelenggaraan
nya dengan demikian kepala daerah tidak bertanggung jawab kepada DPRD
(48)
(6) Perda wajib diundangkan dalam lembaran daerah dan atau melalui tahap
evaluasi oleh pemerintah58
Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan
pemerintahan antara pemerintah dengan daerah otonom. Pembagian urusan
pemerintahan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai
urusan pemerintahan yang sepenuhnya / tetap menjadi kewenangan pemerintah.
Urusan pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup bangsa
dan negara secara keseluruhan. Urusan pemerintahan yang menjadi urusan
pemerintah meliputi.59
a. Politik luar negeri b. Pertahan
c. Keamanan d. Moneter e. Yustisi f. Agama
Bagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent artinya, urusan
pemerintahan yang penangangannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat
dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah. Dengan demikian
setiap urusan yang bersifat concurrent secara proporsional antara pemerintah, Daerah
Propinsi, Daerah Kabupaten dan Kota maka disusunlah kriteria yang meliputi:
58
Ibid, Hal. 16 59
(49)
Eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi dengan mempertimbangkan keserasian
hubungan pengelolaan urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan60
a. Eksternalitas, pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan
mempertimbangkan dampak/akibat yang ditimbulkan dalam penyelenggaraan
urusan pemerintah tersebut menjadi kewenangan kabupaten/kota, apabila
regional menjadi kewenangan propinsi dan apabila nasional menjadi
kewenangan pemerintah.
b. Akuntabilitas, pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan
pertimbangan bahwa tingkat pemerintahan yang menangani sesuatu bagian
urusan adalah tingkat pemerintahan yang lebih langsung / dekat dengan
dampak/ akibat dari urusan yang ditangani tersebut. Dengan demikian,
akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan tersebut kepada
masyarakat akan lebih terjamin.
c. Efisiensi, apabila suatu urusan dalam penanganannya dipastikan akan lebih
berdaya guna dan berhasil guna dilaksanakan oleh suatu strata pemerintahan
tertentu, maka strata pemerintahan itulah yang lebih tepat untuk menangani
urusan pemerintahan dimaksud dibandingkan dengan strata pemerintahan
lainnya61
60
Lihat Republik Indonesia UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah daerah BAB III, Pasal 11 ayat (1),” Penyelenggaraan Urusan Pemerintah dibagi berdasarkan kriteria Eksternalitas, Akuntabilitas, dan Efisiensi dan memperhatikan keserasian Hubungan antar Susunan Pemerintahan.
61
(50)
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dengan tujuan peningkatan pelayanan
masyarakat dengan lebih berdayaguna dan hasil guna dapat diukur dari proses yang
lebih cepat, tepat dan murah serta hasil dan manfaatnya lebih besar, luas dan banyak,
dengan suatu resiko yang minimal. Penyelenggaraan urusan pemerintahan juga
merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan yang bersifat saling terkait,
tergantuing dan sinergis antara pemerintah dan pemerintahan daerah atau antar
(51)
Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi wewenang Pemerintah (Psl.10 (1) dan (2).)
Urusan Pemerintahan diluar Psl 10 (3) dapat dikelola bersama (Pemerintah Prop, Kab/Kota) dibagi dengan kriteria (Psl. 11 (1)
-Politik luar negeri -Pertahanan -Keamanan -Yustisi
-Moneter &Fiskal nasional A -Eksternalitas -Akuntabilitas -Efisiensi Urusan Pemerintahan Daerah Menyelenggarakan sendiri atau dapat melipahkan sebagian urusan kepada perangkat pemerintah atau wakil pemerintah didaerah atau dapat menugaskan kepada pemerintah Daerah dan/atau pemerintah Desa (Psl, 10 (4).
(Psl. 10 (5)
- Menyelenggarakan sendiri - Melimpahkan sebagian
urusan kepada Gubernur - Menugaskan sebagian
urusan kepada Pemda dan/atau Pemerintah Desa
Pilihan Sektor Unggulan Urusan Pemerintahan Diselenggarakan berdasarkan Asas Otonomi dan Tugas Standar
Pelayanan Minimal (P l 11
Wajib Pelayanan
Dasar
1.2 Skema Urusan Pemerintahan.
(52)
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, terdiri atas
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib, artinya penyelenggaraan
pemerintahan yang berpedoman pada standar pelayanan minimal, dilaksanakan secara
bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah. Adapun yang menjadi urusan pemerintahan
yang bersifat pilihan, baik untuk pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan
daerah Kabupaten / Kota, meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan
berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,
kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
2.1. Urusan Pemerintah Daerah Propinsi
1. Urusan wajib yang menjadi dasar kewenangan pemerintahan daerah Propinsi
merupakan urusan dalam skala propinsi yang meliputi:
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketertiban masyarakat
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum
e. Penanganan bidang kesehatan
f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial
g. Pengendalian lingkungan hidup
h. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil
(53)
j. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
Perundang-undangan.
Adapun yang berkaitan dengan kewenangan lintas kabupaten/kota adalah:
a. Penanggulangan masalah sosial
b. Pelayanan bidang ketenagakerjaan
c. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah
d. Pelayanan pertanahan
e. Pelayanan administrasi penanaman modal
f. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan
oleh Kab/Kota.
2. Urusan pemerintah propinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan
pemerintahan yang secara nyata ada yang berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan optensi
unggulan daerah yang bersangkutan. Urusan pemerintahan yang diserahkan
kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan
prasarana serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
Urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur disertai dengan
pendanaan sesuai dengan urusan yang dikonsentrasikan.
2.2. Urusan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan unsur yang berskala kabupaten/kota, meliputi hal yang
(54)
pemerintahan Kabupaten/Kota yang bersifat pilihan, meliputi hal yang sama dengan
urusan pilihan pemerintahan daerah propinsi. Pemerintahan daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan,
dengan tujuan meningkatkan kesejahtraan masyarakat, pelayanan umum dan daya
saing daerah. Pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan
melaksanakan kebijakan memiliki hubungan dengan pemerintah dan dengan
pemerintahan daerah lainnya, meliputi hubungan: kewenangan, keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan SDA dan Sumber daya lainnya serta, administrasi dan
kewilayahan antar susunan pemerintahan.
3. Hubungan Pemerintah Propinsi dengan Pemerintah Kabupaten / Kota
Sesuai dengan UUD 1945 sebelum diamandemen pemerintah daerah terdiri
atas daerah besar dan daerah keci. Daerah besar adalah pemerintah provinsi
sedangkan daerah kecil adalah pemerintahan kabupaten / pemerintah kota dan desa.
Provinsi sebagai daerah otonom maka pemerintah kabupaten/kota dan desa bukanlah
bawahan propinsi. Akan tetapi, dalam hal propinsi berkedudukan sebagai wilayah
administrasi maka pemerintah kabupaten / kota adalah bawahannya, pemerintah
kabupaten / kota merupakan subordinat wilayah administrasi provinsi. Dalam hal
provinsi sebagai daerah otonom, maka pemerintah kabupaten / kota sebagai sesama
(55)
otonom. Hubungan provinsi dengan kabupaten / kota sebagai sesama daerah otonom
adalah hubungan koordinasi.62
Pemerintah Pusat
Wilayah
Administrasi Pemprov
Pemda Provinsi
Pemda Kab / Kota
Pemda
Kab / Kota Kab / KotaPemda
Skema 1.3. Hubungan Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten / Kota
Diambil dari M. Philipus Hadjon, dalam buku “Pengantar Hukum administrasi
Negara Indoneisa” hal. 45.
Garis putus-putus antara pemerintah daerah Propinsi dengan pemerintah
daerah kabupaten/kota menunjukkan hubungan koordinasi sesama daerah otonom.
Sedangkan garis lurus yang diperlihatkan antara wilayah administasi provinsi degan
pemda kabupaten / kota menunjukkan hubungan hirarkies.63 Pemerintahan kota
sejajar dengan pemerintahan kabupaten keduanya sama-sama daerah otonom dengan
asas desentralisasi penuh. Hal yang membedakan adalah pemerintah kota bersifat
perkotaan sedangkan pemerintahan kabupaten bersifat pedesaan. Pemerintah kota
62
Hanif Nurcholis, Op.cit, Hal. 171. 63
(56)
wilayahnya berupa daerah perkotaan dengan ciri utama sebagai pusat perdagangan,
pelayanan, industri dan jasa. Pemerintah kota memiliki DPRD kota. Sama halnya
dengan DPRD kabupaten, anggota DPRD kota dipilih melalui pemilu. DPRD kota
adalah lembaga pembuat kebijakan-kebijakan dan pengawasan kebijakan daerah
yang merupakan lembaga perwakilan rakyat kota setempat.
Pemerintah kota dipimpin oleh Walikota, Pemerintah Kabupaten dipimpin
oleh bupati, walikota adalah kepala daerah otonom kota. Kedudukan walikota adalah
sebagai kepala eksekutif pemerintahan kota yang merupakan alat daerah otonom kota.
Artinya walikota bertugas melaksanakan kebijakan daerah yang dibuat bersama
dengan DPRD serta sebagai perangkat daerah otonom, bukan perangkat pemerintahan
pusat atau pemerintah provinsi.
B. Perbuatan Hukum Administrasi Negara
Menurut Kuntjoro Purbopranoto 64 tugas penyelenggaraan kepentingan umum
ini dijalankan oleh alat adminisrasi negara yang bisa terwujud seorang petugas atau
badan pemerintahan yang berdasarkan perturan perundang-undangan, diberi
wewenang untuk menyatakan kehendak pemerintah, penguasa maupun kesatuan
hukum yang dilengkapi dengan alat-alat kewenangan yang memaksa baik dipusat
maupun didaerah. Segala tindakan dan kewenangan alat-alat permerintahan untuk
menjalankan tugas/tujuan negara dengan menggunakan wewenang khusus atau
tertentu ini disebut dengan perbuatan pemerintahan.
64
Kuntjoro Purbopranoto, Dalam SF Marbun dkk, “ Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum
(1)
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1995 Tentang Izin Usaha Industri. Dimana kegiatan usaha industri tidak boleh melampaui batas baku mutu lingkungan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang mensyaratkan kelengkapan dokumen AMDAL sebelum mendapat izin operasional juga tergantung dari skala usaha, setiap kegiatan industri diwajibkan untuk menyusun dokumen AMDAL, UKL, UPL, atau SPPL. Selain itu Pemerintah Kota Medan melalui Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Gudang / Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan. Yang didalam peraturan tersebut terdapat syarat – syarat pemberian izin usaha industri, kewajiban perusahaan serta retribusi izin usaha indusri.
2. Pemerintah sebagai instansi yang berwenang mengeluarkan izin usaha, secara otomatis sebagai pengawas terhadap setiap kegiatan industri. Dengan demikian pemerintah yang telah mengeluarkan izin usaha industri dapat memberikan sanksi administrasi terhadap perusahaan industri yang melanggar ketentuan baku mutu lingkungan. Hal ini sesuai dengan pasal 25 Undang – Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 1997.
B. SARAN
1. Dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik atau public service sebaiknya dilakukan penyederhanaan sistem dan prosedur kerja atau memperkecil
(2)
telepon dan internet secara efisien sebagai tempat pelayanan informasi dan sistem pendaftaran atau meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan.
2. Dalam pelestarian lingkungan hidup Pemerintahan harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terhadap dampak lingkungan hidup dalam bentuk penyuluhan langsung, media massa, atau media elektronik. Hal tersebut diperlukan agar masyarakat pada umumnya sadar dan peduli lingkungan serta perusahaan yang melakukan kegiatan industri pada khususnya.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Atmosudirjo, Prajudi, Hukum Administrasi Negara, Cetakan Kesepuluh, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 1994.
Arifin, Syamsul, Upaya Penegakan Hukum Lingkungan dalam Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan di Smatera Utara, Medan: Fakultas Hukum, USU, 2004
Amsyari, Fuad, Dasar-dasar dan Metode Perencanaan Lingkungan dalam Pembangunan Nasional, Jakarta: Widya Medika, 1992.
Dwiyanto, Agus, Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Public, Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press, 2006.
Danusaputro, Munadjat, ST, Hukum Lingkungan, Buku I : Umum, (Dalam Asas dan Sistem Serta Perkembangan Nasional dan Internasional, Jakarta: Penerbit Bina Cipta, 1985.
Hamzah, Andi, Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2005.
Harjasoematri, Koesnadi, Hukum Tata Lingkungan, Edisi Keenam, Cetakan Kesebelas, Yogyakarta : Penerbit Gadjah Mada University Press. 1994 _________, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Cetakan Ketiga, Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press, 1994.
H.R. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006.
Hadjon M. Philipus, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press, 1994.
Huda Ni’matul, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Kansil, C.S.T. dan C.S.T. Cristine, Modul Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT. Pradnya Paramitha, 2005.
_______, Hukum Perusahaan Indonesia, Aspek Hukum dalam Ekonomi, Jakarta: PT. Pradnya Paramitha, 2005
(4)
Manik, Sontang, Eddy, Karden, Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta : Penerbit Marbun, SF, dkk. Dimensi-dimensi Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Penerbit ULI Press, 2002
Makarao, Taufik Muhammad, Aspek-aspek Hukum Lingkungan, Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2004
Nurcolis, Hanif, Teori dan Praktik Pemerintaan dan Otonomi Daerah, Jakarta: PT. Grasindo, 2007.
Rasjidi Lili, I.B. Wijaya, Hukum Sebagai Suatu Study Sistem, Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya, 1993.
Rangkuti, Sundari, Siti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Surabaya:Penerbit Airlangga University Press, 2005.
Syahrin, Alvi, Pembangunan Berkelanjutan (Perkembangan Prinsip-prinsip dan Status Hukumnya), Medan: Fakultas Hukum, USU, 1999.
Spelt M.N, J.B.J.M. Ten, Berge, Pengantar Hukum Perizinan, Disunting dari Philipus, M. Hadjan, Jakarta, 1994.
Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Sebuah Pengantar, Jakarta : Penerbit Sinar Grafika, 2006.
Sunarno, Siswanto, Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2006.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, Jakarta: CV. Rajawali Press, 1982
_________, Sri Maudji, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Keempat, Jakarta : Penerbit Raja Grafindo Persada, 1995.
Syarifuddin, Ateng, Kapita Selecta Hakikat Otonomi dan Desentralisasi dalam Pembangunan Daerah, Yogyakarta : Citra Media, 2006.
Stoink, F.A.M, Pemahaman Tentang Dekonsentrasi, Penerjemah Ateng Syafrudin, Bandung : PT. Refika Aditama, 2006.
Soemartono, P. Gatot, R.M. Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 1991.
Soerjani Moh, dkk, Lingkungan : Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1987.
Sinambela, Poltak, Lijan, dkk, Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan dan Implementai, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
Soehino, Asas-Asas Hukm Tata Usaha Negara, Yogyakarta : Penerbit Liberty, 2000.
(5)
Widarta, I, Cara Mudah Memahami UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Bantul : Penerbit PONDOK EDUKASI, 2005.
Wisnu, Arya, Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Andi, 2001.
Widjaya, Suparta, Hukum Lingkungan Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah, Surabaya : Air Langga University Press, 2005.
Makalah
Abduh, Muhammad, Profil Hukum Administrasi Negara Indonesia dikaitkan dengan Undang-Undang Tata Usaha Negara, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Hukum- USU, Medan, 1988.
Mahkamah Agung RI, Kumpulan Hasil Terjemahan Bidang Peradilan Tata Usaha Negara, Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, 1994.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang Republik Indonesia, nomor 5 tahun 1984 Tentang Perindustrian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 62 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2456.
Undang-Undang Republik Indonesia, nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran Negara Republik Indonesia, Tahun 1997 Nomor 68 dan Tambahan Lembaran Negara nomor 3699
Undang-undang Republik Indonesia, nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 126 dan tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4438
Undang-undang Republik Indonesia, nomor 9 tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2004 nomor 35 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4380.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3838.
(6)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industry Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 nomor 21 dan tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3352.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor 11 Tahun 2006, tentang Jenis Renana Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Surat Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 590/MPP/KEP/10/1999 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan Dan Tanda Daftar Industri.
Surat Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 148/M/SK/7/1995 Tentang Penetapan Jenis dan Komoditi Industri Yang Proses Produksinya Tidak Merusak Ataupun menbahayakan lingkungan Serta Tidak Menggunakan Sumber Daya Alam secara Berlebihan.
Peraturan Daerah Pemerintah Kota Medan, Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Izin Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah, diundangkan dalam lembaran daerah Kota Medan nomor 6 Seri C tanggal, 23 Desember 2003.
Peraturan Daerah Kota Medan, Nomor 10 tahun 2002 Tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Gudang / Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan, Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Medan Nomor 4 Seri C Tanggal, 23 Desember 2003.
Keputusan Walikota Medan, Nomor 35 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Gudan/ Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan, diundangkan dalam lembaran daerah Kota Medan Nomor 4 seri C Tanggal, 23 Desember 2003.
Website:
http://www.Pemkomedan.co.id.diakses 07 Juni 2007 http://www.Indonesia.co.id.diakses 17 Juni 2007 http://www.Hukumonline.com, 20 Juli 2007
Nurwigati, “Peningkatan Peranan Peraturan Perizinan sebagai Instrumen Pemerintah”, www.google.com, diakses 20 Juli 2007