Polisi Lalu Lintas Sebagai Ujung Tombak Penyelesaian Masalah di

20 Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan Polisi adalah berkenaan dengan sesuatu gejala yang ada dalam kehidupan sosial dari sesuatu masyarakat yang dirasakan sebagai beban atau gangguan yang merugikan para anggota masyarakat tersebut.

b. Polisi Lalu Lintas Sebagai Ujung Tombak Penyelesaian Masalah di

Jalan Raya Salah satu tugas polisi yaitu sebagai penegak hukum, antara lain penegak hukum lalu lintas, khususnya polisi lalu lintas POLANTAS. Lalu lintas sendiri merupakan proses di jalan raya. Untuk lebih lanjutnya Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menguraikan beberapa hal yang berhubungan dengan lalu lintas. Khususnya pada pasal 1 UU No. 14 tahun 1992 yaitu sebagai berikut. a. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan. b. Angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. c. Jaringan transportasi jalan adalah serangkaian simpul dan atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan. d. Jalan adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum. e. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan 21 memuat dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi. f. Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan umum atau kendaraan tidak bermotor. g. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. h. Perusahaan angkutan umum adalah perusahan yang menyediakan jasa angkutan orang dan atau barang dengan kendaraan umum di jalan. i. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. j. Penggunaan jasa adalah setiap orang dan atau badan hukum yang menggunakan jasa angkutan, baik untuk angkutan orang maupun barang. Jalan raya adalah salah satu unsur yang rawan dalam kejahatan dan merupakan prasarana perhubungan bagi masyarakat. Keberadaan jalan raya sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat serta merupakan jembatan emas dalam berinteraksi dengan masyarakat lain melalui usaha perdagangan. Maka dengan demikian pemerintah mengatur keberadaan ja1an raya untuk 22 ketertiban dan keamanan bagi masyarakat umum, hal tersebut tertera pada UU No. 14 Tahun 1992 mengenai lalu lintas dan angkutan jalan pasal 4 yaitu: l lalu lintas dan angkuatan jalan dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah, serta 2 penyelengaraan lalu lintas dan angkutan jalan dilaksanakan berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang ini. Lalu lintas merupakan suplemen bagi pengaturan jalan raya guna mencapai ketertiban dan keamanan bagi pemakai jalan raya terutama masyarakat umum. Namun demikian masalah-masalah yang dihadapi di ja1an raya sangatlah kompleks tetapi bukan semata-mata permasalahan tersebut diabaikan begitu saja oleh pemerintah. Berkaitan dengan hal itu, Soekanto 1990: 44, menguraikan masalah-masalah yang dihadapi di jalan raya secara konvensional yaitu: “1 kemacetan lalu lintas berarti hambatan gerak pemakai jalan yang terjadi di suatu tempat. Hambatan dapat terjadi dalam batas-batas yang wajar; namun mungkin dalam batas waktu yang relatif pendek. Di samping itu mungkin gerak kendaraan berhenti sama sekali, 2 pelanggaraan lalu Iintas mungkin terjadi dalam keadaan bergerak atau tidak bergerak. Namun yang perlu mendapatkan penanganan secara lebih intensif adalah pelanggaran yang menimbulkan bahaya, 3 suatu kecelakaan lalu 23 lintas mungkin terjadi di mana tempat kendaraan- kendaraan bermotor di jalan umum. Di dalamnya terlibat manusia dan benda, yang mungkin berakibat kematian, cidera atau kerusakan. Di samping itu kecelakaan lalu lintas mungkin melibatkan kendaraan bermotor dan tidak bermotor”. Polisi lalu lintas sebagai penegak hukum harus mampu bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya khususnya pada masyarakat pengguna jalan raya. Hal tersebut senada dengan pernyataan Soekanto 1990: 4 yang menguraikan bahwa penegak hukum adalah mereka yang langsung berkecimpung dalam proses penegak hukum. Penegak hukum tersebut menyerasikan antara nilai, kaidah dan pelaku. Dalam mengambil keputusan polisi dituntut melaksanakan diskresi. Lebih lanjut Soekanto 1990: 6, mengartikan bahwa diskresi merupakan pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah yang dihadapi, dengan tetap berpegang pada peraturan. Namun demikian terkadang dalam menjalankan tugasnya polisi selalu mengambil keputusan yang tidak bersifat diskresi dan selalu mengambil jalan pintas, misalnya dengan uang damai bagi orang yang melanggar lalu lintas hal tersebut menandakan bahwa aparat sendiri tidaklah tegas dalam menjalankan peraturan aturan yang jelas. 24

2.5 Kaidah-Kaidah Sosial, Perubahan Sosial dan Hukum