li termasuk yang diganti itu adalah Hazarin, Menteri Dalam Negeri. Setelah
berhentinya sebagai menteri, ia diangkat sebagai pejabat tinggi yang diperbantukan pada Kementerian Kehakiman hingga tahun 1959 dan
Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, serta sebagai guru besar ilmu hukum di berbagai perguruan tinggi.
71
b. Mengabdi di Dunia Ilmiah
Kelihatannya, panggung politik bukanlah lahan yang tepat bagi Hazairin. Ternyata, dia hanya mampu bertahan dalam mengarungi kancah
politik itu selama enam tahun saja tahun 1948 - 1954. Hal ini disebabkan bukan saja karena faktor garis politiknya yang berhaluan keras atau
prinsipnya yang terlalu tegas dan tidak mau ditawar-tawat, tetapi juga karena situasi politik yang tidak memungkinkan pada saat itu. Berkaitan
dengan masalah ini bahwa saat itu tidak memungkinkan Hazairin berkecimpung lama-lama di gelanggang politik dan pemerintahan.
Karenanya, Hazairin pun melepaskan diri dari politik praktis.
72
Setelah tidak aktif di politik praktis, ia mengabdikan seluruh hidupnya untuk mengabdi di dunia ilmu, menurutnya dunia yang cocok
dan serasi dengan kepribadiannya. Ia selanjutnya lebih dikenal sebagai seorang ilmuan daripada politisi. Dikalangan perguruan tinggi kala itu,
nama Hazairin cukup terkenal. Dia menjadi guru besar hukum adat sekaligus hukum Islam di Universitas Indonesia UI, Universitas Islam
Jakarta UIJ, Perguruan Tinggi Hukum Militer PTHM, dan Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian PTIK.
73
Obsesinya dalam dunia pendidikan cukup tinggi. Karena memang, bukan hanya lewat lembaga pendidikanlah kualitas bangsa Indonesia akan
dapat ditingkatkan, tetapi juga, lembaga ini merupakan sarana yang sangat efektif untuk mentrasmisikan sebuah gagasan. Dalam
merealisasikan cita-citanya itu, pada tahun 1950 ia mendirikan Yayasan
71
Ibid.
72
Iskandar Ritonga, “Hazairin Gelar Pangeran Alamsyah Harahap: Pembela Hukum Islam Yang Gigih,” Mimbar Hukum, Aktualisasi Hukum Islam. No. 44
September-Oktober 1999, h. 68.
73
Dahlan, Ensiklopedi, h. 538.
lii Wakaf Perguruan Tinggi Islam Jakarta yang kemudian diubah namanya
menjadi Yayasan Universitas Islam Jakarta yang melahirkan Universitas Islam Jakarta UIJ yang sekarang. Ia dipercaya sebagai ketua yayasan
sekaligus rektornya. Jabatan ini merupakan jabatan terakhir hingga dia meninggal dunia. Selain itu ia merupakan salah seorang anggota Dewan
Kurator IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 1960 - hingga wafatnya dan pada tahun 1962 ikut membidani lahirnya Majelis Ilmiah Islamiyah dan
dia dipercaya pula sebagai ketuanya.
74
Sebagai guru besar di berbagai perguruan tinggi, sosok Hazairin punya kenangan tersendiri bagi mahasiswa-mahasiswanya. Karena
kedalaman ilmunya, dia sangat disegani, sekaligus ditakuti. Mahasiswanya menjulukinya sebagai dosen killer. Mahasiswa harus tabah dengan
pertanyaan-pertanyaan beratnya, dan baru diberi nilai lulus setelah mengikuti ujiannya beberapa kali.
75
Kewibawaannya sebagai guru besar sangatlah dikagumi oleh mahasiswanya, rekannya sesama guru besar dan pimpinan lembaga di
tempat beliau mengajar. Setiap sarjana yang pernah berguru dengannya, kata Hasbullah Bakry, akan bangga mengatakan sebagai muridnya, sebab
kalau sudah lulus ujian lisan dengannya, itu artinya sudah sangat menguasai ilmu yang diujikannya. Hampir semua unsur pimpinan
Fakultas Hukum UI, UID, PTIK dan PTHM sampai dekade 80-an adalah mantan muridnya, yang membanggakan diri sebagai murid beliau.
76
Hazairin, selain dikenal sebagai sosok yang tegas dan suka berterus terang, dia juga seorang yang sangat luwes dan akrab serta penuh dengan
humor. Rasa humornya demikian tinggi. Ketika memberi kata sambutan pada buku Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin Karya Mr.
S.M. Amin, ia berkomentar:
74
Ibid.
75
Potan Arif Harahap, “Prof. Hazairin dalam Kenangan” dalam Panitia
Penerbitan Buku, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia: In Memoriam Prof. Mr. Dr. Hazairin Jakarta: UI Press, 1976, h. 56
76
Hasbullah Bakry, “Segi-segi yang Menarik dari Kepribadian Prof. Hazairin”
dalam Panitia Penerbitan Buku, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia: In Memoriam Prof. Mr. Dr. Hazairin Jakarta: UI Press, 1976, h. 29
liii Suatu keahlian saudara S.M. Amin di masa studi kami ialah bahwa
ia suka meminjam diktat saya, tetapi paling suka tidak mengembalikannya, sehingga saya terpaksa mengakhiri studi saya
dalam masa yang panjang yakni delapan tahun. Sedangkan saudara Amin dengan seenaknya tamat dalam tempo enam tahun saja, dan
dia tidak pernah membayar kerugian kepada saya.
77
Memang demikianlah, jelas S.M. Amin, mengenang Hazairin menimbulkan kenang-kenangan yang meliputi dengan penuh rasa hormat,
rasa haru dan rasa humor. Memang sifat-sifat, lagak lagu, tindak-tinduk sahabatku ini sangat unik dan luar biasa, unik atau luar biasa dalam
pengertian sangat menarik.
78
Sejak kecil Hazairin dikenal sebagai orang yang taat menjalankan perintah agama. Setelah dewasa, perasaan religiusnya semakin mengental
dalam sanubarinya. Hal ini ditunjukkan dalam sikap dan tingkah lakunya. Mr. S.M. Amin, seorang sahabatnya mengisahkan, ketika pada suatu
pertemuan mahasiswa-mahasiswa di Indonesish Clubhuis di Jalan Keramat Raya, untuk mendengarkan penjelasan Muhammad Yamin
tentang ide dan rumusannya mengenai Kesatuan Bangsa.
79
Pertemuan itu diliputi oleh suasanan hening dan tentram. Saat Muhammad Yamin
Mengakhiri pidatonya, tiba-tiba terdengar suara takbir yang meluap-luap “Allahu akbar, Allahu akbar”, suara itu tidak lain berasal dari mahasiswa
yang bernama Hazairin. Sikap Hazairin ini, tidak dapat disangkal,
menunjukkan adanya keimanan dalam dirinya. Ia menginsyafi bahwa segala sesuatu adalah atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ia
menginsyafi, bahwa keinsyafan yang timbul dalam kalbu para mahasiswa
77
S.M, Amin, “Mengenang Almarhum Prof. Hazairin” dalam Panitia Penerbitan
Buku, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia: In Memoriam Prof. Mr. Dr. Hazairin Jakarta: UI Press, 1976, h. 95,
78
Ibid., h. 97.
79
Ide yang d irumuskan Muhammad Yamin adalah “Satu Nusa Satu Bangsa dan
Satu Bahasa” Suatu yang masih asing, belum masuk dalam alam pikiran masyarakat umum, dimana pada waktu itu gerakan politik pada umumnya masih terpecah dalam
beberapa gerakan kesukuan. Dikalangan pemuda terdapat organisasi-organisai seperti Jong Java, Jong Soematera, Jong Ambon, Jong Batak. Ibid.
liv mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, adalah semata-mata
atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
80
c. Karya-Karya